1. Pengertian Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal
(shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi seratus persen modal dari
pemilik modal dan keahlian dari pengelola. Transaksi jenis ini tidak mewajibkanadanya wakil dari
shahibul maal dalam manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus
bertindak hati-hati dan bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi kelalaian dan tujuan
penggunaan modal untuk usaha halal. Sedangkan, shahibul maal diharapkan untuk mengelola
modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba yang optimal.
2. Jenis-Jenis Mudharabah
1. Secara umum mudharabah terbagi menjadi dua yaitu :
a. Mudharabah Muthalaqah (Mudharabah bebas)
Sistem mmudharabah dimana pemilik modal menyerahkan modal kepada pengelola
tanpa pembatasan jenis ussaha, temmpat dan waktu dan dengan siapa pengelola
bertransaksi.
ِۙ َو ٰا َخر ُۡو َن يَ ۡض ِرب ُۡو َن فِى ااۡل َ ۡر ِض يَ ۡبتَ ُغ ۡو َن ِم ۡن فَ ۡض ِل هّٰللا
“…dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mecari sebagian kkarunia Allah
SWT…” (Al-Muzzamil;20)
Menjadi argument dan dasar dilakukannya akad mudharabah dalam ayat ini adalah
kaya ..yadhribun” yang sama dengan akar kata mudhaarabah yang memiliki makna
melakukan suatu perjalanan usaha.
b. AL-Hadist
Sebelum Rasulullah diangkat menjadi Rasul, Rasulullah pernah melakukan Mudharabah dengan
Khadijah, dengan modal dari Khadijah. Beliau pergi ke Syam dengan membawa modal tersebut
untuk diperdagangkan.
Rasulullah SAW bersabda: “Tig hal yang di dalamnya terdapat keberkahan, yaitu jual beli secara
tangguh, muqaradhah (bagi hasil) dan mencampur gandum putih dengan ganddum merah
untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.
c. Ijma
Ibnu Syihab pernah meriwayatkan dari Abdullah bin Humaid dari baapaknya dari
kakeknya : “Bahwa Umar bin Khattab pernah memberikab harta abak yatim dengan cara
Mudharabah. Kemudian Umar memita bagian dari harta tersebut lalu dia mendapatkan
(baagian). Kemudian bagian tadi dibagikan kepadanya oleh Al-Fadhal. “Ibnu Qadamah dalam
kitab AL-Mughni dari malik bin Ila’ bin Abdurrahman dari bapaknya: “Bahwa Utsman telah
melakukan qirad (mudharabah)”. Semua riwayat tadi didengarkan dan dilihat oleh sahabat
sementara tidak ada satu orang pun mengingkari dan menolaknya, maka hal itu
merupakan ima’ mereka tentang kemubahan Mudharabah ini.
5. Kesimpulan
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal
(shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi seratus persen modal dari
pemilik modal dan keahlian dari pengelola.
Secara umum mudharabah terbagi kepada dua jenis yaitu :
1) Mudharabah Muthalaqah (Mudharabah bebas).
2) Mudharabah Muqayyadah (Mudharabah terbatas).
Pada dasarnya landasan dasar syari’ah mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan
usaha. Landasannya tersebut terbagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Al-Qur’an
2. Al-Hadits
3. Ijma
a) Syarat Syah
Syarat yang ini menyelisihi tuntutan akad dan tidak pula maksudnya serta memiliki maslahat
untuk akad tersebut.
b) Syarat Fasad (tidak benar).
1. Syarat meniadakan tuntuntan konsekuensi akad
2. Syarat yang bukan dari kemaslahatan
3. Syarat yang berakibat tidak jelasnya keuntungan
c) Rukun
Mudharabah adalah ucapan tanda penyerahan dari pihak yang menyerahkan dalam suatu
perjanjian (ijab) dan ucapan tanda setuju (terima) dari pihak yang menerima dalam suatu akad
perjanjian atau kontrak (qabul), jika pemilik modal dengan pengelola modal telah melafalkan
ijab qabul, maka akad itu telah memenuhi rukunnya dan sah.
Menurut jumhur ulama’ ada tiga rukun dari Mudharabah yaitu :
1. Dua pihak yang berakad (pemilik modal/shahib al-mal dan
pengelola dana/pengusaha/mudharib).
2. Materi yang diperjanjikan
3. Sighat
Mudharabah menjadi batal karena hal-hal berikut :
1. Tidak terpenuhinya syarat sahnya Mudharabah.
2. Pengelola atau mudharib sengaja tidak melakukan tugas sebagaimana mestinya dalam
memelihara modal, atau melakukan sesuatu yang bertentangan dengan tujuan akad.
3. Pengelola meninggal dunia atau pemilik modalnya, maka Mudharabah akan menjadi batal.