Anda di halaman 1dari 6

BAB VIII PRINSIP BAGI HASIL ( PROFIT SHARING )

Tujuan utama dari pendirian lembaga keuangan berlandaskan etika ini adalah tiada lain
sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya
berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah. Upaya awal penerapan sistem profit dan loss sharing
tercatat di tanah air kita yaitu dengan adanya upaya mengelola dana Jemaah haji secara
nonkonvensional. Prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad
utama, yaitu al-musyarakah, al-mudharabah, al-muzara’ah, dan al-musaqah.

Prinsip yang paling banyak dipakai adalah al-musyarakah dan al-mudharabah,


sedangkan al-muzara’ah dan al-musaqah dipergunakan khusus untuk plantation financing atau
pembiayaan pertanian oleh beberapa bank Islam.

Bank konvensional membayar bunga kepada pelanggannya sedangkan bank syariah


membayar bagi hasil untuk keuntungan yang diperoleh sesuai dengan perjanjian.

Bagi hasil merupakan suatu bentuk pengembalian (perolehan pengembalian) dari kontrak
investasi yang dilakukan Antara penyedia dana dengan pengelola dana dimana jumlahnya tidak
pasti (sesuai dengan perolehan).

Bagi hasil merupakan bentuk perjanjian kerjasama antar pengelola modal (entrepreneur)
yang menjalankan kegiatan usaha ekonomi dimana keduanya terikat kontrak dalam usaha
tersebut dan jika mendapat keuntungan maka akan dibagi kedua belah pihak seusai dengan
nisbah kesepakan di awal dan apabila mengalami kerugian akan tanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan bersama.

Dalam praktiknya mekanisame perhitungan bagi hasil pada bank syariah terdiri atas:

1. Profit sharing yaitu bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi biaya
pengelola.
2. Revenue Sharing adalah bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana

Nisbah bagi hasil merupakan persentase keuntungan yang akan diperoleh permodal
(shahibul mal) dan pengelola (mudharib) yang ditentukan berdasarkan kesepakatan di Antara
keduanya.
Adapun karakteristik nisbah bagi hasil sebagai berikut:
1. Persentase. Nisbah bagi hasil harus dinyatakan dalam persentase (%), bukan dalam nominal
uang tertentu.
2. Bagi Untung dan Bagi Rugi. Pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah
disepakati, sedangkan pembagian kerugian berdasarkan porsi modal masing-masing pihak.
3. Jaminan. Jaminan yang akan diminta terkait dengan character risk yang dimiliki oleh
mudharib karena jika kerugian diakibatkan oleh keburukan karakter mudharib, maka yang
menanggung adalah mudharib. Akan tetapi jika kerugian diakibatkan oleh business risk, maka
shahibul mal tidak diperbolehkan untuk meminta jaminan pada mudharib.
4. Besaran Nisbah, angka besaran nisbah bagi hasil muncul sebagai hasil tawar-menawar yang
dilandasi oleh kata sepakat dari pihak shahibul dan mudharib.
5. Cara Menyelesaikan Kerugian, kerugian akan ditanggung dari keuntungan terlebih dahulu
karena keuntungan adalah pelindung modal. Jika kerugian melebihi keuntungan, maka
diambil dari pokok modal.
A. Al-Musyarakah (Partnership, Project Financing Participation)
a. Pengertian Al-Musyarakah
Al-Musyarakah adalah kerja sama untuk menjalankan suatu usaha Antara dua
atau lebih pihak yang terkait yang mana memberikan kontribusi usaha dengan kapasitas
dan nilai yang sama dengan penanggungan risiko dibagi sama rata.
1. Landasan Syariah
a. Al-Qur’an
Menjelaskan: “ …. Maka mereka berserikat pada sepertiga …” (An-Nisaa’: 12)
“Dan, sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian
mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang-orang beriman dan
mengerjakan amal shaleh.” (Shaad: 24)
2. Jenis-Jenis al-Musyarakah
Al-Musyarakah ada dua jenis yaitu musyarakah pemilikan dan musyarakah akad
(kontrak). Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya
yang mengakibatkan pemilikan satu asset oleh dua orang atau lebih.
Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan di mana dua orang atau lebih
setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah. Mereka pun
sepakat berbagi keuntungan dan kerugian. Masyarakah akad terbagi menjadi: al-inan,
al-mufawadah, al-wujuh, dan al-mudharabah.
a. Syirkah Mufawadah
Merupakan kontrak kerja sama Antara dua orang atau lebih. Setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja.
Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara bersama.
b. Syirkah Al-‘Inan
Merupakan kontrak Antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan
suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Kedua pihak
berbagi dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana yang disepakati di antara
mereka.
c. Syirkah A’maal
Merupakan kontrak kerja sama dua orang seprofesional untuk menerima
pekerjaan secara bersama dan berbagai keuntungan dari pekerjaan itu. Misalnya,
kerja sama dua orang arsitek untuk menggarap sebuah proyek, musyarakah abdan
atau sanaa’i.
d. Syirkah Wujuh
Merupakan kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan
prestise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari
suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai.
3. Al-Musyarakah Aplikasi dalam Perbankan
a. Pembiayaan Proyek
Al-musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana
nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut.
Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi
hasil yang telah disepakati untuk bank.
b. Modal Ventura
Pada lembaga keuangan khusus yang diperbolehkan melakukan investasi dalam
kepemilian perusahaan, Al-musyarakah diterapkan dalam skema modal ventura.
Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bak
melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun
bertahap.
4. Manfaat dan Risiko Al-Musyarakah
Terdapat banyak manfaat dari pembiayaan secara musyarakah ini, di antaranya
sebagai berikut:
a. Manfaat al-musyarakah
1. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan
usaha nasabah meningkat
2. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah
pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/ hasil usaha bank,
sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spreed.
3. Pengambilan pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/ arus kas usaha
nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.
b. Risiko
Risiko yang terdapat dalam mudharabah, terutama pada penerapannya dalam
pembiayaan, relative tinggi.
5. Akuntansi Musyarakah

B. Al-Mudharabah (Trust Financing, Trust Invesment)


a. Pengertian Al-Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharaba yang berarti memukul atau berjalan, yang
dapat diasumsikan bahwa bagaimana seseorang menjalankan usahanya agar berjalan
sesuai dengan yang diharapkan. Pengertian al-mudharabah yang dikemukakan oleh
Muhammad Rawas Qal’aji yang disadur oleh Muhammad Syafi’I Antonio dalam
bukunya yang berjudul “Bank Syariah dari Teori ke Praktik” adalah:
“Akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal)
menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola yang
mana keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan
kelalaian si pengelola serta seandainya kerugian diakibatkan karena kecurangan dan
kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian
tersebut”
b. Landasan Syariah
a. Al-Qur’an
Menyatakan bahwa: “…. Dam dari orang-orang yang berjalan di muka
bumi mencari sebagian karunia Allah SWT…” (Al-Muaammil: 20).
b. Al-Hadits
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthal
jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah makan mensyaratkan
agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya,
atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan
bertanggung jawab atas dana tersebut disampaikanlah syarat-syarat tersebut
kepada Rasulullah SAW, dan Rasulullah pun membolehkannya.” (HR. Thabrani)

c. Jenis-Jenis Al-Mudharabah
a. Mudharabah Muthlaqah
Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk
kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan
tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.
b. Mudharabah Muqayyadah
Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat
usaha.
d. Aplikasi Al-Mudharabah Dalam Perbankan
Al-Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan
pendanaan.
a. Tabungan berjangka yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti
tabungan haji, tabungan kurban
b. Deposito special (special investment), dimana dana yang dititipkan nasabah khusus
untuk bisnis tertentu
Sisi pembiayaan:
a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa
b. Investasi khusus disebut juga Mudharabah Muqayyadah.

Anda mungkin juga menyukai