Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AKAD MUDHARABAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah
Dosen Pengampu : Anita Dwi Utami, S.E., M.Ak.

Disusun Oleh :
Aghnia Ayu Briliani Resmana 220330221050
Dinda Mutiara Brata 220330221082
Maulida Nurzahwa 220330221112
Mohamad Mardiantara 220330221107
Siti Nurjanah 220330221103

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS APRIL
SUMEDANG
2023
A. Pengertian Mudharabah
Dalam kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia Mudharabah adalah usaha yang berisiko (risky business) adalah akad
kerjasama usaha antara pihak pemilik dana (shahib al-mal) dengan pihak pengelola dana
(mudharib) dimana keuntungan dibagi sesuai nisbah yang disepakati, sedangkan
kerugian ditanggung pemilik dana (modal). Istilah lain dari mudharabah adalah
muqaradhah dan qiradh
Dalam PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah, Mudharabah adalah akad kerjasama
usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh
dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan
keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian
finansial hanya ditanggung oleh pengelola dana.

B. Dasar Hukum
1. AL Quran
1) “Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi
dan carilah karunia Allah SWT.” (QS 62:10)
2) Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah
Yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa
Kepada Allah Tuhannya….” (QS.2:283)
2. AS-SUNNAH
1) Dari Shalih bin Suaih ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "tiga hal yang
didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampadukkan dengan tepung untuk keperluan
rumah bukan untuk dijual." (HR.Ibnu Majah).
2) "Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah,
ia mensyaratkan kepada pengelola dana nya agar tidak mengarungi
lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak.
Jika persyaratan itu dilanggar, ia (pengelola dana) harus menanggung
resikonya. Ketika persyaratan yang diteapkan Abbas didengar Rasulullah
SAW, beliau membenarkannya.". (HR.Thabrani dari Ibnu Abbas).
3. IJMA
Diriwayatkan bahwa sejumlah sahabat menyerahkan harta anak yatim
sebagai mudharabah, dan tidakada seorang pun megingkarinya. Oleh karena
itu, hal tersebut adalah ijma." (Al Zuhayli, 2001)23
4. FATWA DSN MUI
Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil
yang mengharamkannya. (Al Zuhayli, 2001; Sabiq, 2011)
1) Ketentuan hukum tentang Mudharabah juga diatur dalam Fatwa DSN
MUI NO:07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah
(Qiradh).
2) Fatwa DSN MUINO: 38/DSN-MUI/X/2002 Tentang Sertifikat Investasi
Mudharabah Antar Bank (Sertifikat IMA).
3) Fatwa DSN MUI NO: 50/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad Mudharabah
Musyarakah.
4) Fatwa DSN MUI NO: 115/DSN-MUI/LX/2017 Ten tang Akad
Mudharabah.

C. Rukun Mudharabah
Rukun mudharabah adalah sebagai berikut:
1. Orang yang berakad :
a. Pemilik modal/Shahibul maal atau Rabbul maal
b. Pelaksanaan atau usahawan/Mudharib
2. Modal/maal
3. Kerja atau usaha/Dharabah
4. Keuntungan/ribh
5. Shighat/Ijab Qabul

D. Karakteristik Mudharabah
Karakteristik Akad Mudharabah antara lain:
1. Entitas dapat bertindak sebagai pemilik dana maupun pengelola dana.
2. Jika menjadi pengelola dana, maka disajikan sebagai dana syirkah temporer.
3. Terdapat beberapa batasan dalam mudharabah muqayyadah
4. Pada prinsipnya dalam penyaluran tidak mengharuskan adanya jaminan, tetapi
pemilik dana bisa meminta hal tersebut kepada pengelola dana untuk
mengindari penyimpangan oleh pengelola dana.
5. Pengendalian dana mudharabah bisa dilakukan secara parsial
6. Jika dari pengelola dana mudharabah memghasilkan keuntungan maka porsi
jumlah bagian hasil untuk pemilik dana dan pengelola dana ditentukan
berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama
periode akadp
7. Pembagian hasil usaha mudharabah sesuai prinsi bagi hasil
E. Jenis – Jenis Mudharabah
1. Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah Mutlaqah dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah
diterjemahkan Menjadi “Investasi Tidak Terikat” untuk penghimpunan dana dan
“Pembiayaan Mudharabah” untuk penyaluran dana. Karena banyak menimbulkan
salah pengertian “Investasi Tidak Terikat” yang berada pada posisi pasiva maka
dalam PSAK Syariah yang baru istilah tersebut disempurnakan menjadi “Dana syirkah
Temporer” , sedangkan “pembiayaan mudharabah” disempurnakan menjadi
“Investasi Mudharabah”. Dikatakan mudharabah muthlaqah jika pemilik dana
memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya.
2. Mudharabah Muqayyadah (Investasi Terikat)
Mudharabah muqayyadah dalam PSAK 59 maupun PSAK syariah yang baru
diterjemahkan sebagai ”Investasi Terikat”, apabila pemilik dana (shahibul maal)
memberikan syarat-syarat tertentu kepada mudharib dalam pengelolaan dana.
Dalam Mudharabah muqayyadah Lembaga Keuangan Syariah dapat bertindak
sebagai pemilik dana dan dapat pula sebagai pengelola dana. Dalam Mudharabah
muqayyadah pemilik modal mengikat pelaksana untuk berdagang di negeri tertentu
atau tempat tertentu, atau waktu tertentu. Atau pemilik modal menekankan pada
pelaksana untuk tidak membeli dan menjual kepada orang tertentu. Dikatakan
mudharabah muqayyadah jika pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola
dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek investasi.
3. Mudharabah Musytarakah
Mudharabah musytarakah ini merupakan perpaduan akad mudharabah dengan
akad musyarakah, yaitu akad mudharabah dimana pengelola dana (nasabah)
memiliki kontribusi modal dalam usaha tersebut sebagaimana kontribusi modal
dalam musyarakah (dalam mudharabah seluruh dana berasal dari pemilik dana).
Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana
menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi.

F. Alur Transaksi Mudharabah


Dari pengertian dan karakterstik mudharabah tersebut di atas maka transaksi
mudharabah mutlaqah dapat digambarkan dalam alur sebagai berikut
Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pengelola dana (mudharib) memiliki usaha atau proyek yang fisibel untuk
dipergunakan sebagai objek dalam mudharabah. Berdasarkan proyek
tersebut, nasabah sebagai mudharib mengajukan permohonan kepada
shahibul maal untuk dapat membiayai proyek atau usaha tersebut
2) Pemilik dana (shahibul maal) berdasarkan prinsip-prinsip kehati-hatian,
analisa dan pertimbangan kelayakan proyek tersebut dapat membiayai
usaha atau proyek yang diajukan oleh mudharib (memberikan modal
mudharabah). Pada prinsipnya modal yang harus diserahkan kepada
mudharib sebesar 100% (seratus persen) dari kebutuhan dana proyek
yang akan dijalankan. Shahibul maal hanya dapat melakukan
pengawasan, tidak diperkenankan untuk ikut campur dalam pengelolaan
dana tersebut.
3) Pembagian hasil usaha dilakukan antara mudharib dengan shahibul maal
sesuai nisbah yang disrpakati pada awal akad, dan dilakukan dengan cara
negosiasi. Perhitungan pembagian hasil usaha dilakukan oleh mudharib.
Dalam pembagian hasil usaha ini dapat mempergunakan salah satu dari
dua prinsi yang ada yaitu Prinsip Hasil (Revenue Sharing) atau Prinsip Bagi
Laba (Profit Sharing). Hasil usaha yang dibagi adalah hasil usaha yang
nyata-nyata diterima (cash basis). Apabila kerugian disebabkan kesalahan
dari mudharib maka kerugian tersebut ditanggung oleh mudharib, tetapi
jika kerugian disebabkan bukan kesalahan mudharib ditanggung oleh
pemilik dana.
4) Mudharib mengembalikan sisa modal. Mudharib tidak dapat menjamin
pengembalian dana pemilik dana (shahibul maal) sebesar modal awal
(100%), karena ada kemungkinan pengurangan modal sebagai akibat
kerugian yang disebabkan karena bukan kesalahan pengelola modal
(mudharib), sehingga kerugian tersebut ditanggung oleh pemilik dana
(shahibul maal).

G. Berakhirnya Akad Mudharabah


Beberapa kondisi yang menjadikan akad Mudharabah berakhir antara lain:
1. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri, meninggal dunia atau Hilang akal.
2. Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya, maka mudharabah berakhir
pada waktu yang telah ditentukan.
3. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk
mcapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad.
4. Modal sudah habis/tidak ada lagi.

H. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN AKUNTANSI PEMILIK DANA &


PENGELOLA DANA
Secara umum ruang lingkup PSAK 105 tentang Mudharabah mengatur:
(1) AKUNTANSI UNTUK PEMILIK DANA
Modal mudharabah diakui sebagai “investasi mudharabah” pada saat
pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana:
1. Kas yang disalurkan diakui sebagai investasi mudharabah saat pembayaran
kas atau penyerahan asset non kas kepada pengelola.
2. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
dibayarkan, sedangkan investasi asset non kas diukur sesuai nilai wajar ketika
asset diserahkan. Nilai wajar tersebut harus disetujui oleh pemilik dan
pengelola dana saat penyerahan:
a. Jika lebih tinggi dari nilai tercatatnya maka selisihnya diakui
sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka
waktu akad mudharabah.
b. Jika lebih rendah dari nilai tercatatnya maka selisihnya diakui
sebagai kerugian.

3. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai (tanpa ada unsur kelalaian pengelola)
Diakui sebagai kerugian dan mengurangi investasi.

Db Kerugian investasi mudharabah XXXX


Kr Investasi Mudharabah XXXX

Penurunan nilai setelah usaha dimulai tidak langsung mengurangi investasi,


namun diperhitungkan lagi saat bagi hasil.
Jurnal saat terjadi kerugian

Db Kerugian investasi mudharabah XXXX


Kr Penyisihan investasi mudharabah XXXX

Jurnal saat bagi hasil

Db Kas XXXX
Db Penyisihan investasi mudharabah XXXX
Kr Pendapatan bagi hasil mudharabah XXXXX

4. Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah


berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk akun penyisihan kerugian
investasi.

Db Kerugian investasi mudharabah XXXX


Kr Penyisihan kerugian investasi mudharabah XXXX

5. Bagian bagi hasil yang belum dibayarkan oleh pengelola dana diakui sebagai
piutang.

Db Piutang pendapatan bagi hasil XXXX


Kr Pendapatan bagi hasil mudharabah XXXX

6. Selisih antara investasi mudharabah (setelah dikurangi penyisihan kerugian


investasi) dengan pengembalian investasi mudharabah diakui sebagai
keuntungan atau kerugian pada saat akad berakhir.

Db Kas/Piutang/Aset non kas XXXX


Db Penyisihan kerugian aset non kas XXXX
Kr Keuntungan investasi mudharabah XXXX
Kr Investasi mudharabah XXXX

(2) AKUNTANSI UNTUK PENGELOLA DANA


1. Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai
dana syirkah temporer sebesar kas yang diterima atau nilai wajar asset non
kas yang telah disetujui kedua pihak.

Db Kas/Aset non kas XXX


Kr Dana Syirkah temporer XXX
2. Jika pengelola dana menyalurkan kembali dana syirkah temporer yang
diterima, maka pengelola dana mengakuinya sebagai investasi mudharabah
sama seperti pengakuan pemilik dana. Pendapatan dari investasi tersebut
diakui secara bruto sebelum dikurangi dengan bagian hak pemilik dana.

Db Kas/piutang XXXX
Kr Pendapatan yang belum XXXX
dibagikan

3. Hak atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi
belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai kewajiban sebesar porsi
hak pemilik dana.

Db Beban bagi hasil XXXX


Kr Utang bagi hasil

4. Apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudharabah tersebut, maka


ada pengakuan atas pendapatan maupun beban
jurnal pendapatan

Db Kas/ Piutang XXXX


Kr Pendapatan XXXX

Jurnal beban

Db Beban bagi hasil mudharabah XXXX


Kr Utang bagi hasil mudharabah XXXX

Jurnal bagi hasil

Db Pendapatan yang belum dibagikan XXXX


Kr Kas/utang XXXX
5. Kerugian yang dihasilkan karena kelalaian pengelola dana diakui sebagai
beban pengelola dana

Db Dana syirkah temporer XXXX


Kr Kas/utang XXXX

I. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN MUDHARABAH


1. PEMILIK DANA
Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan
sebesar nilai tercatat (dikurangi penyisihan kerugian investasi jika ada).
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait investasi mudharabah, tetapi
tidak terbatas pada isi kesepakatan utama mudharabah, rincian jumlah
investasi mudharabah berdasarkan jenisnya, penyisihan kerugian investasi
selama periode berjalan, dan pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK
101.
2. PENGELOLA DANA
1. Pengelola dana menyajikan dana syirkah temporer sebesar nilai
tercatat untuk setiap akad mudharabah, yaitu sebesar nilai dana
syirkah temporer dikurangi penyisihan kerugian.
2. Pengelola dana mengungkapkan isi kesepakatan utama usaha
mudharabah, rincian dana syirkah temporer yang diterima
berdasarkan jenisnya, serta penyaluran dana yang berasal dari
mudharabah muqayyadah diungkapkan sesuai PSAK 101

J. MUDHARABAH MUSYTARAKAH
Mudharabah Musyarakah merupakan akad mudharabah yang dipadukan dengan akad
musyarakah, sehingga dalam akuntansinya hendaknya memperhatikan perlakuan
akuntansi kedua akad tersebut. Dalam PSAK 105 telah diatur ketentuan tentang
mudharabah mustarakah sebagai berikut:
1. Jika entitas juga menyertakan modal dalam mudharabah mustarakah,
maka penyaluran modal tersebut diakui sebagai investasi mudharabah
2. Dalam mudharabah Musyarakah, pengelola dana menyertakan juga
modalnya dalam investasi bersama. Pemilik modal musyarakah
memperoleh bagian hasil usaha sesuai porsi modal yang disetorkan.
Sedangkan bagi hasil antara pemilik dana dan pengelola dana dalam
mudharahah diperoleh dari hasil usaha musyarakah setelah dikurangi
porsi pemilik modal musyarakah.
Dalam hal penyertaan modal akad mudharabah Musyarakah, prinsip yang dipakai
adalah prinsip usaha bersama. Sehingga ketentuan akuntansinya mengikuti PSAK 106.
Sedangkan dalam pembagian hasil usaha dilakukan dengan dua cara bersamaan, yaitu
dengan cara mudharabah dan musyarakah. PSAK 105 mengatur
Pembagian hasil usaha mudharabah Musyarakah sebagai berikut:
1. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai mudharib) dan
pemilik dana sesuai nisbah yang disepakati, selanjutnya bagian bagian
hasil dari investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai
musytarik) dibagi antara pengelola dana dengan pemilik dana sesuai porsi
masing-masing.
Daftar Pustaka
Nurhayati, S. dan Wasilah. (2019). Akuntansi Syariah di Indonesia. Akad Mudharabah, edisi 5,
hlm. 86.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2020). Akuntansi Keuangan Syariah. Tersedia
di:https://web.iaiglobal.or.id/assets/materi/Sertifikasi/CA/modul/usas/AKS/mobile/index.html.
[9 Mei 2023]. Hlm. 110-120.

Wiroso. (2011). Akuntansi Transaksi Syariah. BAB VII : AKUNTANSI MUDHARABAH, revisi
November 2010, hlm. 325-333.

Anda mungkin juga menyukai