Anda di halaman 1dari 15

Nama : Jerina Shinta Devi

NPM : 21130310017
Kelas : 4B1-Akuntansi (Konsentrasi Keuangan)

Resume Bab 7 Mata Kuliah Akuntansi Syariah


Akad Mudharabah dan Akad Musyarakah

1. Pengertian Akad Mudharabah


 Dalam fikih muamalah, definisi terminologi (istilah) bagi mudharabah diungkapkan secara
bermacam-macam. Diantaranya menurut Madzhab Hanafiyah mendefinisikan mudharabah
adalah suatu perjanjian untuk bersero didalam keuntungan dengan capital (modal) dari salah
satu pihak dan skill (keahlian) dari pihak lain.
 Sementara Madzhab Malikiyah mendefinisikan mudharabah sebagai penyerahan uang dimuka
oleh pemilik modal dalam jumlah yang ditentukan kepada seorang yang akan menjalankan
usaha dengan uang itu dengan imbalan sebagai dari keuntungannya.
 Madzhab Syafi’I mendefinisikan mudharabah bahwa pemilik modal menyerahkan sejumlah
uang kepada pengusaha untuk dijalankan dalam suatu usaha dagang dengan keuntungan
menjadi milik bersama antara keduanya.
 Madzhab Hanbali mendefinisikan mudharabah dengan pengertian penyerahan suatu barang
atau sejenisnya dalam jumlah yang jelas dan tertentu kepada orang yang mengusahakannya
dengan mendapatkan bagian tertentu dari keuntungannya.
 Menurut PSAK 105 paragraf 4, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua
(pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi diantara mereka
sesuai kesepakatan, sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pengelola dana.
 Dari beberapa definisi sebenarnya secara global dapat dipahami dan dapat kita simpulkan
bahwa mudharabah adalah kontrak antara dua pihak dimana satu pihak yang disebut investor
(rabb al-mal) mempercayakan modal atau uang kepada pihak kedua yang disebut mudharib
(pengusaha/skill man) untuk menjalankan usaha niaga. Mudharib menyumbangkan tenaga,
keterampilan, dan waktunya dan mengelola perseroan mereka sesuai dengan syarat-syarat
kontrak.
Salah satu ciri utama dari kontrak ini adalah bahwa keuntungan (profit) jika ada akan dibagi
antara investor dan mudharib berdasarkan proporsi yang telah disepakati sebelumnya. Kerugian
jika ada akan ditanggung sendiri oleh si investor. Secara teknis, al-mudharabah adalah akad
kerjasama usaha antar dua pihak dimana pihak pertama (shohibul mal) menyediakan seluruh
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.

2. Jenis-Jenis Akad Mudharabah


Mudharabah terdiri dari 3 jenis:
a) Mudharabah Mutlaqoh
Yaitu akad dimana si pengelola dana bebas melakukan pengolahan tanpa terikat ataupun
batasan dari pemilik dana. Jenis mudharabah ini tidak ditentukan masa berlakunya, di daerah
mana usaha tersebut akan dilakukan, tidak ditentukan line of trade, line of industry, atau line of
service yang akan dikerjakan. Namun, dalam hal ini harus diingat bahwa modal yang
ditanamkan tetap tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek atau investasi yang dilarang
oleh islam.
b) Mudharabah Muqayyadah
Yaitu akad dimana pemilik dana memberikan batasan-batasan tertentu terhadap pengelolaan
kerjasama tersebut. Contoh batasan pada mudharabah muqayyadah:
 Tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya
 Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin, atau tanpa
jaminan
 Mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak ketiga.
c) Mudharabah Musthakarah
Yaitu akad dimana pengelola dana setelah usaha berjalan ikut menyertakan dananya dalam
investasi mudharabah tersebut. Penghimpunan dana dengan mudharabah jenis ini merupakan
solusi dalam perjalanan usaha pengelola dana yang memiliki modal untuk didistribusikan
dalam investasi, sedangkan disisi lain adanya penambahan modal ini akan dapat meningkatkan
kemajuan investasi. Nasabah penyaluran dana bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal)
sedangkan nasabah penghimpunan dana bertindak sebagai pengelola dana (Mudharib).

3. Pengertian Akad Musyarakah


Kata musyarakah bersumber dari akar kata sy-r-k, yang dalam al-quran disebutkan sebanyak
lebih kurang 170 kali walau tak satupun dari ayat ini yang menggunakan istilah musyarakah
persis dengan arti kata kemitraan dalam suatu kongsi bisnis.
 Istilah lain yang digunakan untuk musyarakah adalah syarikah atau syirkah. Secara bahasa kata
syirkah berarti al-ikhtialath (percampuran) dan persekutuan dalam bahasa inggris, musyarakah
diterjemahkan dengan istilah partnership, sedangkan oleh lembaga-lembaga keuangan islam
menerjemahkannya dengan istilah participation financing. Dalam bahasa Indonesia dapat
diterjemahkan dengan kemitraan, persekutuan atau perkongsian. Musyarakah atau syirkah dari
segi bahasa berarti percampuran. Dalam hal ini mencampur satu modal dengan modal yang lain
sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sedangkan menurut syarak, syirkah (perseroan)
adalah transaksi antara dua orang atau lebih yang dua-duanya sepakat untuk melakukan kerja
yang bersifat finansial dengan tujuan mencari keuntungan.
 Menurut Dewan Syariah Nasional MUI dan PSAK No. 106 mendefinisikan musyarakah
sebagai akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi dana.
 Musyarakah menurut Antonio (2001) adalah akad kerjasama diantara para pemilik modal yang
mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan.

4. Jenis-Jenis Akad Musyarakah


Secara garis besar, musyarakah terdiri dari 2 jenis, yaitu :
a) Syirkah Uqud
Syirkah uqud adalah dua orang atau lebih melakukan akad untuk bekerjasama (berserikat)
dalam modal dan keuntungan. Artinya kerjasama ini didahului oleh transaksi dalam
penanaman modal dan kesepakatan pembagian keuntungannya.
Syirkah ukud terbagi menjadi :
 Syirkah inan
Syirkah inan adalah syirkah yang mana 2 pihak atau lebih, setiap pihak
menyumbangkan modal dan menjalankan kerja.
 Syirkah abdan
Perkongsian abdan adalah perkongsian 2 orang atau lebih yang hanya melibatkan tenaga
(badan) mereka tanpa melibatkan perkongsian modal. Syirkah abdan hukumnya mubah
berdasarkan dalil sunah.
 Syirkah mudharabah
Syirkah mudharabah adalah syirkah dua pihak atau lebih dengan ketentuan, satu pihak
menjalankan kerja (amal) sedangkan pihak lain mengeluarkan modal (mal).
 Syirkah wujuh
Disebut syirkah wujuh karena didasarkan pada kedudukan, ketokohan atau keahlian
(wujuh) seseorang di tengah masyarakat. Syirkah wujuh adalah syirkah antara 2 pihak
(misalnya A dan B) yang sama-sama melakukan kerja (amal), dengan pihak ketiga
(misalnya C) yang mengeluarkan modal (mal). Dalam hal ini, pihak A dan B adalah
tokoh masyarakat. Syirkah semacam ini hakikatnya termasuk dalam syirkah
mudharabah sehingga berlaku ketentuan-ketentuan syirkah mudharabah padanya.
 Syirkah mufawadhah
Syirkah mufawadhah adalah syirkah antara 2 pihak atau lebih yang menggabungkan
semua jenis syirkah di atas (syirkah inan, ‘abdan, mudharabah dan wujuh). Syirkah
mufawadhah dalam pengertian ini, menurut An-Nabhani adalah boleh. Sebab, setiap
jenis syirkah yang sah berdiri sendiri maka sah pula ketika digabungkan dengan jenis
syirkah lainnya. Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan kesepakatan,
sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan jenis syirkahnya yaitu ditanggung oleh
pemodal sesuai dengan nisbah modal (jika berupa syirkah inan) atau ditanggung
pemodal saja (jika berupa syirkah mudharabah) atau ditanggung pengusaha usaha
berdasarkan peratusan barang dagangan yang dimiliki (jika berupa syirkah wujuh).
 Syirkah al-milk
Syirkah al-milk mengandung arti kepemilikan bersama (co-ownership) yang
keberadaannya muncul apabila dua orang atau lebih memperoleh kepemilikan bersama
(joint ownership) atau suatu kekayaan (aset).
b) Syirkah al-amlak
Syirkah al-amlak adalah suatu syirkah dimana dua orang atau lebih bersama-sama
memiliki suatu barang tanpa melakukan akad syirkah. Syirkah al-amlak terbagi menjadi :
 Syirkah ikhtiyariyah, yaitu perserikatan yang muncul akibat tindakan hukum orang yang
berserikat, seperti dua orang sepakat membeli suatu barang atau keduanya menerima
hibah, wasiat atau wakaf dari orang lain maka benda-benda ini menjadi harta serikat
(bersama) bagi mereka berdua.
 Syirkah jabariyah, yaitu perserikatan yang muncul secara paksa bukan keinginan orang
yang berserikat artinya hak milik bagi mereka berdua atau lebih tanpa dikehendaki oleh
mereka.

5. Prinsip Bagi Hasil Usaha (PSAK 105)


Prinsip Bagi Hasil Usaha (PSAK 105 PAR 11)
Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan karena yang dibagi
hanya keuntungannya saja (profit), tidak termasuk kerugiannya (loss), sehingga untuk
pembahasan selanjutnya akan digunakan istilah prinsip bagi hasil seperti yang digunakan dalam
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, karena apabila usaha tersebut gagal kerugian tidak dibagi
diantara pemilik dana dan pengelola dana, tetapi harus ditanggung sendiri oleh pemilik dana.
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan pengakuan penghasilan usaha
mudharabah, dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi
penghasilan hasil usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari
proyeksi hasil usaha. Untuk menghindari perselisihan dalam hal biaya yang dikeluarkan oleh
pengelola dana, dalam akad harus disepakati biaya-biaya apa saja yang dapat dikurangkan dari
pendapatan.

 Bagi Hasil Untuk Akad Mudharabah Musytarakah (PSAK 105 PAR 34)
Ketentuan bagi hasil untuk akad jenis ini dapat dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu:
a) Hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai nisbah yang disepakati,
selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut dibagi
antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai dengan porsi modal
masing-masing.
b) Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana sesuai
dengan porsi modal masing-masing, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi
untuk pengelola dana (sebagai musytarik) tersebut dibagi antara pengelola dana dengan
pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati.

6. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)


 Musyarakah Permanen
Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra
ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad (PSAK No. 106 Par. 04).
 Musyaraka Menurun/Musyarakah Mutanaqisah
Musyarakah menurun adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana salah satu mitra
akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun
dan pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha musyarakah
tersebut (PSAK No. 106 Par 04).

7. Penetapan Nisbah Untuk Akad Musyarakah


Nisbah dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut :
 Pembagian keuntungan proporsional sesaui modal
Dengan cara ini, keuntungan harus dibagi diantara para mitra secara proporsional sesuai
modal yang disetorkan, tanpa memandang apakah jumlah pekerjaan yang dilaksanakan oleh
para mitra sama atau pun tidak sama. Apabila salah satu pihak menyetorkan modal lebih
besar, maka pihak tersebut akan mendapatkan proporsi laba yang lebih besar. Jika para mitra
mengatakan “keuntungan akan dibagi diantara kita”, berarti keuntungan akan dialokasikan
menurut porsi modal masing-masing mitra.
 Pembagian keuntungan tidak proporsional dengan modal
Dengan cara ini, dalam penentuan nisbah yang dipertimbangkan bukan hanya modal yang
disetorkan, tapi juga tanggung jawab, pengalaman, kompetensi atau waktu kerja yang lebih
panjang.

8. Bagi Hasil Untuk Akad Mudharabah Musytarakah (PSAK 105 PAR 34)
Ketentuan bagi hasil untuk akad jenis ini dapat dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu:
c) Hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai nisbah yang disepakati,
selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut dibagi
antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai dengan porsi modal
masing-masing.
d) Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana sesuai
dengan porsi modal masing-masing, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi
untuk pengelola dana (sebagai musytarik) tersebut dibagi antara pengelola dana dengan
pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati.

9. Perlakuan Akuntansi Mudharabah (PSAK 105)


 Akuntansi Untuk Pemilik Dana
a. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah
pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana.
b. Pengukuran investasi mudharabah
 Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan.
 Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas pada saat penyerahan.
Nilai dari investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas harus disetujui oleh pemilik dana
dan pengelola dana pada saat kontrak.
Ada dua alasan tidak digunakannya dasar historical cost untuk mengukur aset nonkas,
(siswanto, 2003)
 Penggunaan nilai yang disetujui oleh pihak yang melakukan kontrak untuk mencapai satu
tujuan akuntansi keuangan.
 Penggunaan nilai yang disetujui (agreed value) oleh pihak yang melakukan kontrak untuk
nilai aset nonkas menuju aplikasi konsep representational fathfulness dalam pelaporan.
Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan.
Jurnal pada saat pembayaran kas:
Dr. Investasi Mudharabah xxx
Cr. Kas xxx
Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset nonkas pada
saat penyerahan kemungkinannya ada dua:
 Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai
keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah.
Jurnal pada saat penyerahan aset nonkas:
Dr. Investasi Mudharabah xxx
Cr. Keuntungan Tangguhan xxx
Cr. Aset Nonkas xxx
Jurnal amortisasi keuntungan tangguhan:
Dr. Keuntungan Tangguhan xxx
Cr. Keuntungan xxx
 Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai
kerugian dan diakui pada saat penyerahan aset nonkas.
Jurnal:
Dr. Investasi Mudharabah xxx
Dr. Kerugian xxx
Cr. Aset Nonkas Mudharabah xxx
 Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas:
a. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai
Jurnal:
Dr. Kerugian investasi Mudharabah xxx
Cr. Investasi Mudharabah xxx
b. Penurunan nilai setelah usaha dimulai
Jurnal pada saat terjadi kerugian:
Dr. kerugian Investasi Mudharabah xxx
Cr. Penyisihan Investasi Mudharabah xxx
Jurnal pada saat bagi hasil:
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan Investasi Mudharabah xxx
Cr. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah xxx
 Kerugian
Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir.
Jurnal:
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Cr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx
 Hasil Usaha
Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang.
Jurnal:
Dr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil xxx
Cr. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah xxx
Pada saat pengelola dana membayar bagi hasil
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil xxx
 Akad Mudharabah berakhir
Jurnal:
Dr. Kas/Piutang/Aset Nonkas
Dr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah
Cr. Investasi Mudharabah
Cr. Keuntungan Investasi Mudharabah
Atau
Dr. Kas/piutang/Aset Nonkas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Cr. Investasi Mudharabah xxx
 Penyajian
Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai
tercatat, yaitu nilai investasi mudharabah dikurangi penyisihan kerugian (jika ada).
 Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi mudharabah, tetapi
tidak terbatas pada:
a. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah
b. Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya
c. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan
d. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang penyajian laporan
keuangan syariah.
 Akuntansi Untuk Pengelola Dana
1) Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syariah
temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima.
2) Pengukuran dana syirkah temporer
Jurnal:
Dr. Kas/Aset Nonkas xxx
Cr. Dana Syirkah Temporer xxx
3) Penyaluran kembali dana syirkah temporer
Jurnal pencatatan ketika menerima pendapatan bagi hasil dari penyaluran kembali dana
syirkah temporer:
Dr. Kas/Piutang xxx
Cr. Pendapatan yang Belum Dibagikan xxx
Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi
belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang
menjadi porsi hak pemilik dana.
Jurnal:
Dr. Beban Bagi Hasil Mudharabah xxx
Cr. Utang Bagi Hasil Mudharabah xxx
Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil:
Dr. Utang Bagi Hasil Mudharabah xxx
Cr. Kas xxx
4) Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudharabah berarti ada
pendapatan dan beban yang diakui dan pencatatannya sama dengan akuntansi pada
umumnya yaitu:
Saat mencatat pendapatan:
Dr. Kas/Piutang xxx
Cr. Pendapatan xxx
Saat mencatat beban:
Dr. Beban xxx
Cr. Kas/Utang xxx
Jurnal penutup yang dibuat di akhir periode (apabila diperoleh keuntungan):
Dr. Pendapatan xxx
Cr. Beban xxx
Cr. Pendapatan yang belum Dibagikan xxx
Jurnal ketika dibagi hasilkan:
Dr. pendapatan yang Belum Dibagikan xxx
Cr. Kas xxx
Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian
Dr. Pendapatan xxx
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Beban xxx
5) Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana diakui sebagai
beban pengelola dana.
6) Di akhir akad
Jurnal:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas/Aset Nonkas xxx
Jika ada penyisihan kerugian sebelumnya
Jurnal:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas/Aset Nonkas xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx
7) Penyajian
Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:
 Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk setiap
jenis mudharabah
 Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum diserahkan
kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum dibagikan sebagai
kewajiban.
8) Pengungkapan
Pengelola dana mengungkapkan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:
 Isi kesepakatan utama usaha mudharabah
 Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya
 Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayadah.

10. Perlakuan Akuntansi Musyarakah (PSAK 106)


 Akuntansi Untuk Mitra Aktif dan Mitra Pasif
a) Pengakuan investasi musyarakah
Investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau aset nonkas untuk usaha
musyarakah
b) Biaya pra-akad
Jurnal untuk mitra aktif pada saat mengeluarkan biaya:
Dr. Uang Muka Akad xxx
Cr. Kas xxx
Apabila mitra lain sepakat biaya ini dianggap sebagai bagian investasi musyarakah maka
dicatat sebagai penambah nilai investasi musyarakah.
Jurnal:
Dr. Investasi Musyarakah xxx
Cr. Uang Muka Akad xxx
c) Pengukuran investasi musyarakah
 Apabila investasi dalam bentuk kas akan dinilai sebesar jumlah yang diserahkan, maka
jurnal:
Dr. Investasi Musyarakah-Kas xxx
Cr. Kas xxx
 Apabila investasi dalam bentuk nonkas, maka nilai sebesar nilai wajar dan jika nilai
wajar aset nonkas yang diserahkan lebih besar dari nilai buku, maka oleh mitra aktif
selisihnya akan dicatat dalam akun selisih penilaian aset musyarakah (dilaporkan dalam
bagian ekuitas)
Jurnal:
Dr. Investasi Musyarakah-Aset Nonkas xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Cr. Selisih Penilaian Aset Musyarakah (sebagai Bagian ekuitas) xxx
Cr. Aset Nonkas xxx
Selisih penilaian aset musyarakah tersebut diamortisasi selama masa akad musyarakah
menjadi keuntungan.
Jurnal:
Dr. Selisih Penilaian Aset Musyarakah xxx
Cr. Keuntungan xxx
Jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih kecil dari nilai buku, maka selisihnya
dicatat sebagai kerugian dan diakui pada saat penyerahan aset nonkas.
Jurnal:
Dr. Investasi Musyarakah Aset Nonkas xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Dr. Kerugian Penurunan Nilai xxx
Cr. Aset Nonkas xxx
Apabila investasi dalam bentuk aset nonkas dan di akhir akad akan diterima kembali
maka atas aset nonkas musyarakah disusutkan berdasarkan nilai wajar, dengan masa
manfaat berdasarkan masa akad atau masa manfaat ekonomis aset.
Jurnal:
Dr. Beban Depresiasi xxx
Cr. Akumulasi Depresiasi xxx
d) Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan maka jurnal:
Dr. Kas/Piutang xxx
Cr. Pendapatan Bagi Hasil xxx
Apabila dari investasi yang dilakukan rugi maka jurnal:
Dr. Kerugian xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx
e) Ketika pelunasan dengan asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan penjualan aset
nonkas menghasilkan keuntungan, maka jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
Cr. Keuntungan xxx
Ketika pelunasan dengan asumsi ada penyisihan kerugian dan penjualan aset nonkas
menghasilkan keuntungan maka jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
Cr. Keuntungan xxx
f) Ketika pelunasan dengan asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan penjualan aset
nonkas menghasilkan keuntungan, maka jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
Cr. Keuntungan xxx
Ketika pelunasan dengan asumsi ada penyisihan kerugian dan penjualan aset nonkas
menghasilkan keuntungan, maka jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
Cr. Keuntungan xxx
Pencatatan di akhir akad:
 Apabila modal investasi yang diserahkan berupa kas.
Jika tidak ada kerugian, maka jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
Jika ada kerugian, maka jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
 Apabila modal investasi berupa aset nonkas, dan dikembalikan dalam bentuk aset
nonkas yang sama pada akhir akad.
Jika tidak ada kerugian, maka jurnal:
Dr. Aset Nonkas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
Jika ada kerugian, mitra yang menyerahkan aset nonkas harus menyetorkan uang
sebesar nilai kerugian, maka jurnal:
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Kas xxx
Dr. Aset Nonkas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
g) Bagian mitra aktif untuk jenis akad musyarakah menurun (dengan pengembalian dana
mitra secara bertahap) nilai investasi musyarakahnya sebesar jumlah kas atau nilai wajar
aset nonkas yang diserahkan pada awal akad ditambah dana syirkah temporer yang telah
dikembalikan pada mitra pasif dan dikurangi kerugian jika ada.
h) Penyajian
Mitra aktif menyajikan hal-hal yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan
keuangan
 Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang diterima dari mitra
pasif disajikan sebagai investasi musyarakah.
 Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai unsur dana syirkah
temporer
 Selisih penilaian aset musyarakah (jika ada) disajikan sebagai unsur ekuitas
Mitra pasif menyajikan hal-hal yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan
keuangan sebagai berikut:
 Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan sebagai investasi
musyarakah
 Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang diserahkan pada nilai
wajar disajikan sebagai pos lawan dari investasi musyarakah
g) Pengungkapan
Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak terbatas,
pada:
 Isi kesepakatan utama usaha musyarakah
 Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif
 Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang penyajian laporan
keuangan syariah.

 Akuntansi Untuk Pengelola Dana


1) Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif atau mitra aktif diakui sebagai dana syirkah
temporer sebesar:
 Jumlah yang diterima untuk penerimaan dalam bentuk kas, dan jural:
Dr. Kas xxx
Cr. Dana Syirkah Temporer xxx
 Nilai wajar untuk penerimaan dalam bentuk aset nonkas, maka akan dicatat sebesar nilai
wajarnya dan jurnal:
Dr. Aset Nonkas xxx
Cr. Dana Syirkah Temporer xxx
Sedangkan jika dikembalikan, yang mencatat beban depresiasi adalah mitra yang
menyerahkan aset nonkas sebagai modal investasinya.
Dr. Beban Depresiasi xxx
Cr. Akumulasi Depresiasi xxx
2) Pencatatan untuk pembagian laba untuk mitra aktif dan pasif.
Saat mencatat pendapatan:
Dr. Kas/Piutang xxx
Cr. Pendapatan xxx
Saat mencatat beban:
Dr. Beban xxx
Cr. Kas/Utang xxx
Jurnal penutup yang dibuat di akhir periode (apabila diperoleh keuntungan):
Dr. Pendapatan xxx
Cr. Beban xxx
Cr. Pendapatan yang Belum Dibagikan (kewajiban) xxx
Jurnal ketika dibagihasilkan kepada pemilik dana:
Dr. Pendapatan yang Belum Dibagikan xxx
Cr. Kas xxx
Jurnal Penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian:
Dr. Pendapatan xxx
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Beban xxx
Jika ternyata kerugian akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau pengelola usaha, maka
kerugian tersebut ditanggung oleh mitra aktif atau pengelola usaha musyarakah. Maka
ditambahkan jurnal:
Dr. Piutang-Mitra Aktif xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx
3) Pencatatan yang dilakukan pada akhir akad
 Apabila dana investasi yang diserahkan berupa kas, maka jurnal:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx
 Apabila dana investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan di akhir akad
dikembalikan, maka jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx
4) Jika Penjualan menghasilkan keuntungan maka akan menambah dana mitra. Jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Akumulasi Depresiasi xxx
Cr. Aset Nonkas xxx
Cr. Keuntungan xxx
Keuntungan ditutup ke dana syirkah temporer, jurnalnya:
Dr. Keuntungan xxx
Cr. Dana Syirkah Temporer xxx
Jika penjualan tersebut menghasilkan kerugian, akan ditagih kepada mitra, maka jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Akumulasi Depresiasi xxx
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Aset Nonkas xxx
Ketika pelunasan, asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan dari penjualan aset nonkas
mengalami keuntungan, jurnal:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas xxx
Ketika pelunasan, asumsi ada penyisihan kerugian dari penjualan aset nonkas mengalami
keuntungan, jurnal:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Kas xxx

Daftar Pustaka

Rambe, H., & Kusmilawaty. (2022). Akuntansi Syariah (Teori Dasar dan Implementasinya).
Medan: Umsu Press.

Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2015. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Jawab Pertanyaan Bab 6

1. Mengapa pihak-pihak yang disebutkan dalam slide ke 6 tadi membutuhkan informasi


laporan keuangan syariah?
Jawab :
 Investor sekarang dan investor potensial, hal ini karena mereka harus memutuskan
apakah akan membeli, menahan atau menjual investasi atau penerimaan dividen
 Pemilik dana gardh, untuk mengetahui apakah dana qardh dapat dibayar pada saat jatuh
tempo;
 Pemilik dana syirkah temporer, untuk pengambilan keputusan pada investasi yang
memberikan tingkat pengembalian yang bersaing dan aman;
 Pemilik dana titipan, untuk memastikan bahwa titipan dana dapat diambil setiap saat;
 Pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah, dan wakaf, untuk informasi tentang
sumber dan Penyaluran dana tersebut;
 Pengawas syariah, untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga syariah terhadap
prinsip syariah;
 karyawan, untuk memperoleh informasi tentang stabilitas dan profitabilitas entitas
syariah,
 Pemasok dan mitra usaha lainnya, untuk memperoleh informasi tentang kemampuan
entitas membayar utang pada saat jatuh tempo;
 Pelanggan, untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup entitas syariah;
 Pemerintah serta lembaga-lembaganya, untuk memperoleh informasi tentang aktivitas
entitas Syariah, perpajakan serta kepentingan nasional lainnya:
 Masyarakat, untuk memperoleh informasi tentang kontribusi entitas terhadap masyarakat
dan negara.

2. Apa yang dimaksud dengan pemilik dana qardh dan pemilik dana syirkah?
Jawab :
Pemilik qard adalah pemilik yang memberikan dana dimana pemilik meminjamkan
dananya tanpa imbalan tetapi dengan kewajiban pihak si peminjam mengembalikan
pinjaman tersebut sekaligus atau bisa dengan sistem cicilan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan dalam jangka waktu tertentu.
Pemilik syirkah adalah dana yang diterima sebagai bentuk investasi dengan jangka waktu
tertentu dari individu dan pihak lainnya, yang mana entitas syariah mempunyai hak untuk
mengelola dan menginvestasikan dananya dengan pembagian hasil investasi berdasarkan
kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Apa Perbedaan antara laporan keuangan syariah dan laporan keuangan konvensional ?
Jawab :
Laporan keuangan syariah adalah laporan keuangan yang bentuk penyajiannya sesuai
dengan entitas atau kaidah-kaidah syariah. Sedangkan Laporan keuangan konvensional
adalah laporan keuangan yang memberikan informasi kuantitatif tentang posisi keuangan
dan perubahannya serta hasil yang dicapai pada periode tertentu.

4. Apakah entitas syariah membutuhkan penyesuaian terhadap penyajian laporan keuangan ?


Jawab :
Perlu karena untuk mendeskripsi pos yang terdapat dalam laporan keuangan syariah itu
sendiri dan membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kan di masa depan

5. Apakah perbedaan mendasar antara PSAK Syariah dan AAOIFI dalam kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah?
Jawab :
Perbedaan antara PSAK syariah dan AAOIFI dalam kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangan syariah yaitu kerangka pada PSAK berlaku untuk semua jenis
transaksi syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah maupun entitas konvensional baik
sektor publik maupun sektor swasta sedangkan kerangka pada AAOIFI untuk lembaga
keuangan syariah dengan cara mengambil seluruh pemikiran akuntansi kontemporer yang
berlaku kemudian melakukan tes dan analisis.

6. Pada karakteristik transaksi syariah terdapat tidak mengandung unsur masyir, apa yang
dimaksud dengan unsur masyir ?
Jawab :
Unsur mansyir adalah Unsur yang didalamnya mengandung transaksi atas perjudian,
untung-untungan atau spekulatif yang tinggi.

7. Bisa dijelaskan terkait karakteristik transaksi syariah yang tidak menganut nilai waktu dari
uang?
Jawab :
Dalam ekonomi Islam Nilai waktu uang sebagai sesuatu yang diharamkan karena adanya
unsur riba di dalamnya.Didalam Islam uang dianggap sebagai alat penukar yang memiliki
nilai dan bukan sebagai barang dagangan bahwa uang dan komoditas itu berbeda dimana
uang tidak memiliki kegunaan intrinsik, tidak bisa digunakan secara langsung untuk
memenuhi kebutuhan manusia.
8. Paradigma apa yang paling tepat di gunakan untuk ilmu akuntansi dan karakter apa yang di
pakai oleh paradigma ini?
Jawab :
Positivisme dianggap sebagai paradigma mainstream dan dominan karena paling banyak
digunakan dalam penelitian akuntansi dan bisnis.

Anda mungkin juga menyukai