Kelas : XI MIPA 7
1. Jelaskan tentang musyarakah dan mudharabah serta berikan contoh dari masing-
masing keduanya yang ada di tengah masyarakat kita, kemudian dari ke dua contoh
tersebut analisalah jenis kerjasamanya, akad/sighat yang mencakup (keuntungan,
kerugiannya, batas waktu kerjasama), serta lampirkan manfaat yang di dapat jika
seorang muslim mempraktikan musyarakah dalam kehidupannya
Jawaban
1. Musyarakah adalah kerjasama antara kedua belah pihak untuk memberikan kontribusi
dana dengan keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.
Contoh : Seorang peternak lele, mampu menghasilkan 50 Kg lele per harinya. Dia
berencana menaikan kapasitas produksinya hingga mencapai 100 Kg / hari. Namun,
Keuntungan yang diperolehnya tidak mencukupi untuk membiayai keseluruhan kebutuhan
penambahan luas kolam lele, pembelian bibit dan pakan lele.
Peternak lele kemudian menawarkan kerjasama usaha kepada investor, dengan persyaratan
modal dari investor 60% dan peternak sisanya. Porsi keuntungan dapat disepakati, apakah dari
keseluruhan kapasitas produksi 100 kg/hari, atau mengunakan hasil penambahan kapasitas
produksi sebesar 50 kg/hari.
Skema seperti ini juga merupakan contoh akad musyarakah permanen, yaitu perjanjian
musyarakah dengan menetapkan porsi bagi hasil (nisbah), yang tetap selama selama masa
kontraknya. Ini termasuk kedalam Syirkah Inan (porsi dana tidak sama antara investor
dengan yang diberi dana).
Akad musyarakah :
Pada akad musyarakah, ijab kabul harus dinyatakan dalam akad dengan memperhatikan hal-
hal berikut:
Tidak mungkin sebuah akad dapat terjadi tanpa melibatkan pihak yang berakad. Namun, pada
akad musyarakah perlu untuk diperhatikan hal-hal berikut yang penting sehingga
akad musyarakah menjadi sah, diantaranya:
Ketika kedua belah pihak hendak untuk melakukan akad, maka hal lain yang harus
diperhatikan selain kedua belah pihak tersebut adalah objek akad yaitu modal dan kerja. Pada
bagian modal, ia harus berupa uang tunai atau aset bisnis. Jika modal berbentuk aset, terlebih
dulu harus dinilai dengan tunai dan disepakati oleh semua pihak. Kemudian modal tidak boleh
dipinjamkan atau dihadiahkan kepada orang lain. Pada prinsipnya tidak boleh ada jaminan pada
akad ini. Namun, LKS dapat meminta jaminan sebagai bukti keseriusan atas
akad musyarakah.
Lalu untuk objek akad berupa kerja, partisipasi dalam pekerjaan merupakan dasar
pelaksanaan musyarakah, akan tetapi kesamaan porsi kerja bukan merupakan syarat.
Seorang mitra boleh melakukan pekerjaan lebih dari mitra yang lain dan dalam hal ini ia boleh
menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya.
Setiap mitra melaksanakan pekerjaan atas nama pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan
masing-masing dalam organisasi harus dijelaskan dalam kontrak.
Cara memperoleh keuntungan tersebut harus didasari pada sikap yang adil dan tidak saling
menzhalimi. Oleh sebab itu baik dalam hal mengambil keuntungan atau membagi kerugian,
akad musyarakah memiliki ketentuannya sendiri.
Ketika terjadi keuntungan maka keuntungan tersebut harus dikuantifikasi kemudian dibagi
secara proporsional atas dasar keuntungan. Bukan berdasarkan jumlah yang ditetapkan di
awal. Misal, “karena saya memberikan modal 10 juta maka harus balik ke saya 10% dari 10 juta
jadi 1 juta ya”.
Ini jelas dilarang karena merupakan praktik riba. Yang harus dilihat adalah dari hasil
keuntungannya. Biar lebih jelas maka sistem pembagian keuntungan harus diperjelas dalam
kontrak musyarakahnya.
Lalu, apabila terjadi kerugian maka kerugian harus dibagi di antara para mitra sesuai
dengan proporsi modal yang diberikan antar kedua bleah pihak. Bila si A menanamkan modal
30 juta dan si B menanamkan modal 70 juta maka ketika terjadi kerugian si A akan
mendapatkan porsi kerugian 30% dan si B akan mendapatkan porsi kerugian sebanyak 70%.
Syarat-syarat Musyarakah
Syarat atas akad tersebut juga harus dipenuhi. Secara umum syarat untuk melakukan
akad musyarakah adalah sebagai berikut:
1. Perserikatan merupakan transaksi yang bisa diwakilkan, menurut Iman Hanafi, semua
jenis syirkah mengandung arti perwakilan. Berarti salah satu pihak diperbolehkan untuk
menerima atau mengirimkan wakilnya untuk bertindak hukum terhadap objek perserikatan
sesuai dengan izin pihak – pihak lainnya.
2. Presentase pembagian keuntungan untuk masing-masing pihak yang berserikat
hendaknya diketahui ketika berlangsungnya akad.
3. Keuntungan untuk masing – masing pihak ditentukan secara global berdasarkan
presentase tertentu sesuai kesepakatan, tidak boleh ditentukan dalam jumlah tertentu/pasti.
1. Musyarakah Pemilikan
Keadaan ini berlaku jika ada dua pihak atau lebih berbagi warisan yang sama, wasiat,
atau yang lainnya, yang menyebabkan terjadinya kepemilikan bersama sebuah aset oleh pihak-
pihak tersebut. Dalam hal ini, keuntungan dibagi berdasarkan yang dihasilkan oleh aset
tersebut.
2. Musyarakah Akad
Musyarakah akad terjadi berdasarkan kesepakatan yang dibuat oleh pihak-pihak pemilik
terkait dalam suatu usaha. Adapun akad ini terbagi dalam beberapa jenis:
Al-In’an
Syirkah in’an terjadi antara dua pihak atau lebih yang memberikan modal dalam jumlah
berbeda, dan keuntungan dibagi berdasarkan besaran porsi modal masing-masing yang telah
disetorkan. Jadi bila ada dua orang yang bersyirkan dengan syirkah inan katakanlah si A dan si
B. Maka modal si A tidak akan sama penyetorannya dengan modal si B
Mufawadah
Syirkah ini terjadi antara dua pihak atau lebih yang memberikan modal dengan jumlah yang
sama, dan keuntungan serta kerugian yang terjadi ditanggung bersama dalam jumlah sama
besar. Jadi bila ada dua orang yang bersyirkah dengan syirkah mufawadah katakanlah si A dan
si B. Maka modal si A dan si B disetorkan dalam jumlah yang sama.
A’mal/Abdan
Syirkah a’mal atau juga disebut sebagai syirkah abdan adalah terjadinya kerja sama antara
dua orang dengan profesi yang sama untuk menerima tawaran proyek pekerjaan tertentu, dan
keuntungan dibagi rata sesuai laba dari pekerjaan yang dilakukan. Berbeda dengan
dua syirkah sebelumnya yang menyertakan kontribusi berupa uang. Pada syirkah
abdan, kedua belah pihak tidak menyetorkan uang melainkan skill/pekerjaan.
Wujuh
Syirkah wujuh kerja sama atau percampuran antara pihak pemilik dana dengan pihak lain
yang memiliki kredibilitas ataupun kepercayaan. Syirkah wujuh dinamakan demikian karena
syirkah ini hanya mengandalkan wujuh (wibawa dan nama baik) para anggota, pembagian
untung rugi dilakukan secara negosiasi diantara para anggota.
Syirkah inan : kerja sama atau percampuran dana antara dua pihak dengan porsi yang tidak
harus sama.
Syirkah abdan : dua pihak atau lebih yang masing-masing hanya memberikan kontribusi
kerjasama tanpa kontribusi modal.
Syirkah mudharabah : kerja sama dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan
pihak lainnya sebagai pengelola.
2. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
(sahibul mal) menyediakan dana 100% sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola
(mudharib).
Bentuk mudharabah
Pada dasarnya Rukun dari akad mudharabah sama dengan rukun jual beli, dan ditambah satu
faktor yaitu nisbah keuntungan. Transaksi dalam akan mudharabah melibatkan dua pihak.
Pihak pertama sebagai pemilik modal (shahibul maal) dan pihak kedua sebagai pengelola
usaha (mudharib atau amil). Jadi, tanpa dua pihak ini tidak akan terlaksana akad mudharabah.
Faktor selanjutnya adalah konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan pelaku. Pihak
shahibul maal menyerahkan modal sebagai obyek mudharabah dan keahlian (kerja) diserahkan
oleh pelaksana usaha sebagai obyek mudharabah.
Persetujuan dari kedua pihak adalah konsekuensi prinsip sama sama rela (an-taroddin
minkum). Artinya, kedua pihak harus sepakat untuk sama sama mengikatkan diri dalam akan
mudharabah. Si pemilik modal setuju sebagai tugasnya untuk menyediakan dana, dan disisi lain
pelaksana usaha setujua dengan tanggungjawabnya menyerahkan keahlian kerjanya.
4. Nisbah keuntungan.
Faktor berikutnya adalah nisbah. Nisbah adalah rukun yang tidak ada dalam akad jual beli,
menjadi ciri khas pada mudharabah. Nisbah mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh
pihak yang terkait dalam akad mudharabah. Imbalan untuk pemodal atas penyertaan modal,
dan imbalan kepada mudharib atas kontribusi kerjanya. Dengan Nisbah atau pembagian
keuntungan inilah yang dikatakan bisa mencegah terjadinya perselisihan diantara mereka.
Nisbah bisa ditentukan dengan perbandingan atau prosentase, contohnya 50:50, 60:40, 70:30