Anda di halaman 1dari 9

AKAD MUSYARAKAH

Pengertian Akad Musyarakah

Akad musyarakah atau dengan istilah lain disebut sharikah/syirkah/kemitraan adalah akad investasi selain
akad mudharabah. Bila dalam akad mudharabah pemilik dana menyerahkan modal sebesar 100% dan pengelola
dana berkontribusi baik dalam kerja, pada akad musyarakah para mitra berkontribusi dalam modal maupun kerja.
Keuntungan akan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati saat akad. Sedangkan kerugian ditanggung para mitra
sesuai dengan proporsi modalnya. Setiap mitra dalam akad ini wajib memberi kontribusi dalam pekerjaan.

Menurut PSAK No. 106 musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, dan masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan dan kerugian dibagi berdasarkan proporsi kontribusi dana. Dalam akad ini semua mitra
akan menyediakan dana untuk mendanai sebuah usaha tertentu. Dengan kata lain, akad musyarakah merupakan akad
kerja sama pemilik modal yang mencampurkan modal untuk mencari keuntungan. Modal tersebut digunakan untuk
kepentingan bersama dan bukan untuk kepentingan pribadi atau dipinjamkan pada pihak lain tanpa seizin mitra lain.
Akad sebaiknya dibuat secara tertulis dan dihadiri para saksi agar menghindari perselisihan di kemudian hari. Akad
dapat mencakup berbagai aspek terkait dengan besaran modal dan penggunaan (tujuan usaha musyarakah),
pembagian kerja di antara mitra, nisbah yang digunakan sebagai dasar pembagian laba dab periode pembagiannya.

Dengan adanya prinsip untung muncul bersama risiko (al ghunmu bi al ghurmi) maka modal yang
ditanamkan para mitra tidak boleh ada jaminan dari mitra lain karena akan bertentangan dengan prinsip tersebut.
Untuk menjamin bahwa usaha bersama akan berjalan lancar dan tidak ada mitra yang melanggar kesepakatan, maka
diperbolehkan meminta jaminan dari mitra lain atau pihak ketiga. Namun, jaminan baru dapat dicairkan bila salah
satu mitra terbukti melakukan pelanggaran. Dalam PSAK No. 106 par 7 telah disebutkan beberapa contoh kesalahan
yang disengaja, seperti :

 Pelanggaran terhadap akad : penyalahgunaan dana investasi, manipulasi biaya dan pendapatan operasional.
 Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.

Ajaran Islam yang dapat ditemukan dalam akad ini adalah ta’awun (gotong-royong), ukhuwah (persaudaraan) dan
keadilan. Keadilan dapat diaplikasi ketika pembagian keuntungan yang tidak hanya didasarkan pada porsi modal
tetapi juga faktor lain seperti keahlian, pengalaman, ketersediaan waktu.

Jenis Akad Musyarakah

Berdasarkan Ulama Fikih

1. Syirkah Al Milk  kepemilikan bersama (co-ownership) yang keberadaanya muncul apabila dua orang atau
lebih memperoleh kepemilikan bersama (joint ownership) atas suatu kekayaan (aset). Misalnya, dua orang
atau lebih menerima warisan/hibah/wasiat sebidang tanah atau harta kekayaan atau perusahaan baik yang
dapat dibagi atau tidak dapat dibagi – bagi. Pengambilan keputusan harus tetap berdasarkan keputusan
bersama dan dengan persetujuan semua mitra.
2. Syirkah Al ‘uqud  kemitraan yang tercipta dengan kesepakatan dua orang atau lebih untuk bekerja sama
dalam mencapai tujuan tertentu. Setiap mitra dapat berkontribusi dengan dana atau dapat dengan bekerja.
Syirkah Al ‘uqud dibagi menjadi :
a. Syirkah Abdan : disebut juga syirkah a’mal (kerja) / syirkah shanaa’i (para tukang) / syirkah
taqabbul (penerimaan) adalah bentuk kerja sama antar dua pihak atau lebih dari kalangan
pekerja/profesional. Para mitra berkontribusi tidak dengan modal tetapi dengan keahlian dan
tenaganya. Keahlian yang dimiliki para mitra dapat berbeda atau sama dan bebas menentukan
pemimpin dan pelaksananya.
b. Syirkah Wujuh : kerja sama antara dua pihak di mana masing – masing pihak sama sekali tidak
menyertakan modal. Mereka menjalankan usahanya berdasarkan kepercayaan pihak ketiga.
Masing – masing mitra menyumbangkan nama baik, reputasi, credit worthiness, tanpa
menyetorkan modal.
c. Syirkah ‘Inan (negosiasi) : bentuk kerja sama di mana posisi dan komposisi pihak – pihak yang
terlibat di dalamnya adalah tidak sama, baik dalam hal modal maupun pekerjaan. Setiap mitra
bertindak sebagai agen, tetapi bukan merupakan penjamin mitra usaha. Sehingga, dalam hal ini
hanya mitra yang bersangkutan saja yang dapat mengajukan gugatan kepada pihak lain
berdasarkan perjanjian. Hal ini disebabkan dalam syrikah ‘inan mitra hanya saling memberikan
kuasa, tetapi tidak saling memberikan pinjaman. Keuntungan akan dibagi sesuai kesepakatan
sedangkan kerugian dibagi secara proporsional sesuai kontribusi modal.
d. Syirkah Mufawwadhah : bentuk kerja sama di mana posisi dan komposisi pihak – pihak yang
terlibat di dalamnya harus sama, baik dalam hal modal, pekerjaan, agama, keuntungan maupun
risiko kerugian. Masing – masing mitra memiliki kewenangan penuh untuk bertindak bagi dan
atas nama pihak yang lain. Konsekuensinya, setiap mitra sepenuhnya bertanggung jawab atas
tindakan – tindakan hukum dan komitmen – komitmen dari para mitra lainnya dalam segala hal
yang menyangkut kemitraan ini. Bentuk syirkah ini mirip seperti firma, bedanya dalam firma
jumlah modal yang disetorkan tidak harus sama.

Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

1. Musyarakah Permanen  musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra ditentukan saat akan dan
jumlahnya tetap hingga akhir masa akad (PSAK No. 106 par 04).
2. Musyarakah Menurun/Mutanaqisah  musyarakah dengan ketentuan bagian dana salah satu mitra akan
dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan pada akhir
masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha musyarakah tersebut. (PSAK No. 106 par
04).

Dasar Syariah

Sumber Hukum Akad Musyarakah

1. Al-Quran
“Maka mereka berserikat pada sepertiga.” (QS 4:12)

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang – orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim
kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.” (QS 38:24)
2. As-Sunah
Hadis Qudsi: “Aku (Allah) adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat, sepanjang salah seorang
dari keduanya tidak berkhianat terhadap lainnya. Apabila seseorang berkhianat terhadap lainnya maka
Aku keluar dari keduanya.” (HR. Abu Dawud dan Al – Hakim dari Abu Hurairah)

“Pertolongan Allah tercurah atas dua pihak yang berserikat, sepanjang keduanya tidak saling
berkhianat.” (HR. Muslim)
Berdasarkan Al-Quran dan Hadis di atas, pada prinsipnya seluruh ahli fikih sepakat menetapkan bahwa hukum
musyarakah adalah mubah.

Rukun dan Ketentuan Syariah dalam Akad Musyarakah

1. Pelaku  terdiri dari mitra yang harus cakap hukum dan baligh.
2. Objek musyarakah  berupa modal dan kerja
a. Modal
1) Modal yang diberikan harus tunai.
2) Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, perak, aset perdagangan, atau aset
tidak berwujud seperti lisensi, hak paten, dan sebagainya.
3) Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka harus ditentukan nilai tunainya
terlebih dahulu dan harus disepakati bersama.
4) Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur. Tidak dibolehkan pemisahan modal
dari masing – masing pihak untuk kepentingan khusus. Misalnya, yang satu khusus
membiayai pembelian bangunan, dan yang lain untuk membiayai pembelian perlengkapan
kantor.
5) Dalam kondisi normal, setiap mitra memiliki hak untuk mengelola aset kemitraan.
6) Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama usaha musyarakah, demikian juga
meminjamkan uang kepada pihak ketiga dari modal musyarakah, menyumbang atau
menghadiahkan uang tersebut. Kecuali, mitra lain telah menyepakatinya.
7) Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan modal itu untuk
kepentingannya sendiri. Pada prinsipnya dalam musyarakah tidak boleh ada pinjaman modal,
seorang mitra tidak bisa menjamin modal mitra lainnya, karena musyarakah didasarkan
prinsip al ghunmu bi al ghurmi–hak untuk mendapat keuntungan berhubungan dengan risiko
yang diterima. Namun demikian, seorang mitra dapat meminta mitra lain menyediakan
jaminan dan baru dapat dicairkan apabila mitra tersebut melakukan kelalaian atau kesalahan
yang disengaja.
8) Modal yang ditanamkan tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek atau investasi yang
dilarang oleh syariah.
b. Kerja
1) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah.
2) Tidak dibenarkan bila salah seorang di antara mitra menyatakan tidak ikut serta menangani
pekerjaan dalam kemitraan tersebut.
3) Meskipun porsi kerja antara satu mitra dengan mitra lainnya tidak harus sama. Mitra yang
porsi kerjanya lebih banyak boleh meminta bagian keuntungan yang lebih besar.
4) Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya.
5) Para mitra harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah.
6) Seorang mitra yang melaksanakan pekerjaan di luar wilayah tugas yang ia sepakati, berkah
mempekerjakan orang lain untuk menangani pekerjaan tersebut. Jika ia sendiri yang
melakukan pekerjaan itu, ia berhak menerima upah yang sama dengan yang dibayar untuk
pekerjaan itu di tempat lain, karena biaya pekerjaan tersebut merupakan tanggungan
musyarakah.
7) Jika seorang mitra mempekerjakan pekerja lain untuk melaksanakan tugas yang menjual
bagiannya, biaya yang timbul harus ditanggungnya sendiri.
3. Ijab kabul  pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak – pihak pelaku akad yang dilakukan
secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara – cara komunikasi modern.
4. Nisbah keuntungan
1) Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh para mitra di awal akad
sehingga risiko perselisihan di antara para mitra dapat dihilangkan.
2) Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
3) Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar perhitungan keuntungan tersebut
misalnya bagi hasil atau bagi laba.
4) Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan tetapi harus
menggunakan nilai realisasi keuntungan.
5) Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri dengan menyatakan nilai nominal
tertentu karena hal ini sama dengan riba dan dapat melanggar prinsip keadilan dan prinsip untung
muncul bersama risiko (al ghunmu bi al ghurmi).
6) Pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diperbolehkan mengalokasikan keuntungan
untuk pihak ketiga bila disepakati, misalnya untuk organisasi kemampuan tertentu atau untuk
cadangan (reserve).
7) Apabila terjadi kerugian akan dibagi secara proporsional sesuai dengan porsi modal dari masing –
masing mitra. Dalam musyarakah yang berkelanjutan (going concern) dibolehkan untuk menunda
alokasi kerugian dan dikompensasikan dengan keuntungan pada masa – masa berikutnya.
Sehingga nilai modal musyarakah adalah tetap sebesar jumlah yang disetorkan dan selisih dari
modal adalah merupakan keuntungan atau kerugian.

Berakhirnya Akad Musyarakah

 Salah seorang mitra menghentikan akad.


 Salah seorang mitra meninggal, atau hilang akal. Dalam hal ini mitra yang meninggal atau hilang akal
dapat digantikan oleh salah seorang ahli warisnya yang cakap hukum (baligh dan berakal sehat) apabila
disetujui oleh semua ahli waris lain dan mitra lainnya.
 Modal musyarakah hilang/habis. Apabila salah satu mitra keluar dari kemitraan baik dengan mengundurkan
diri, meninggal atau hilang akal maka kemitraan tersebut dikatakan bubar. Karena musyarakah berawal dari
kesepakatan untuk bekerja sama dan dalam kegiatan operasional setiap mitra mewakili mitra lainnya.
Dengan salah seorang mitra tidak ada lagi berarti hubungan perwakilan itu sudah tidak ada.

Penetapan Nisbah dalam Akad Musyarakah

Nisbah ditentukan dengan cara :

1. Pembagian keuntungan proporsional sesuai modal  keuntungan dibagi sesuai modal tanpa memandang
jumlah pekerjaan yang dilaksanakan oleh mitra.
2. Pembagian keuntungan tidak proporsional dengan modal  perhitungan nisbah bukan hanya
dipertimbangkan pada modal yang disetorkan, tapi juga tanggung jawab, pengalaman, kompetensi atau
waktu kerja yang lebih panjang.

Perlakuan Akuntansi (PSAK 106)


Perlakuan akuntansi dilihat dari dua sisi pelaku yaitu mitra aktif dan mitra pasif. Mitra aktif adalah pihak yang
mengelola usaha musyarakah baik mengelola sendiri ataupun menunjuk pihak lain untuk mengelola atas namanya;
sedangkan mitra pasif adalah pihak yang tidak ikut mengelola usaha (biasanya adalah lembaga keuangan).

Akuntansi untuk Mitra Aktif dan Mitra Pasif

1. Pengakuan investasi musyarakah  investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau aset
nonkas untuk usaha musyarakah.
2. Biaya pra-akad  Biaya pra–akad yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi kelayakan)
tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra
musyarakah.
Jurnal :
Dr. Uang muka akad xxx
Cr. Kas xxx
Apabila mitra lain sepakat biaya ini dianggap sebagai bagian investasi musyarakah maka dicatat sebagai
penambah nilai investasi musyarakah.
Jurnal :
Dr. Investasi musyarakah xxx
Cr. Uang muka akad xxx
Apabila mitra lain tidak setuju biaya ini dianggap sebagai bagian investasi musyarakah maka akan dicatat
sebagai beban.
Jurnal :
Dr. Beban musyarakah xxx
Cr. Uang muka akad xxx
3. Pengukuran investasi musyarakah
Apabila investasi dalam bentuk kas akan dinilai sebesar jumlah yang akan diserahkan
Jurnal :
Dr. Investasi musyarakah – kas xxx
Cr. Kas xxx
Apabila investasi dalam bentuk aset nonkas, maka dinilai sebesar nilai wajar dan jika nilai wajar aset
nonkas yang diserahkan lebih besar dari nilai buku, maka oleh mitra aktif selisihnya akan dicatat dalam
akun selisih penilaian aset musyarakah (dilaporkan dalam bagian ekuitas).
Jurnal :
Dr. Investasi musyarakah – nonkas xxx
Dr. Akumulasi penyusutan xxx
Cr. Selisih penilaian aset xxx
Cr. Aset nonkas xxx
Selisih penilaian aset musyarakah diamortisasi selama masa akad musyarakah menjadi keuntungan.
Jurnal :
Dr. Selisih penilaian aset musyarakah xxx
Cr. Keuntungan xxx
Jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih kecil dari nilai buku, maka selisihnya dicatat sebagai
kerugian dan diakui pada saat penyerahaan aset nonkas.
Jurnal :
Dr. Investasi–aset non kas xxx
Dr. Akumulasi penyusutan xxx
Dr. Kerugian penurunan nilai xxx
Cr. Aset nonkas xxx
Apabila investasi dalam bentuk aset nonkas dan di akhir akad akan diterima kembali maka atas aset nonkas
musyarakah disusutkan berdasarkan nilai wajar, dengan masa manfaat berdasarkan masa akad atau masa
manfaat ekonomis aset.
Jurnal :
Dr. Beban depresiasi xxx
Cr. Akumulasi depresiasi xxx
4. Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan, jurnal :
Dr. Kas/piutang xxx
Cr. Pendapatan bagi hasil xxx
Apabila dari investasi yang dilakukan rugi, jurnal :
Dr. Kerugian xxx
Cr. Penyisihan kerugian xxx
5. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan di akhir akad dikembalikan dalam bentuk
kas sebesar nilai wajar aset nonkas yang disepakati ketika aset tersebut diserahkan. Maka ketika akad
musyarakah berakhir, aset nonkas akan dilikuidasi/dijual terlebih dahulu dan keuntungan atau kerugian dari
penjualan aset ini (selisih antara nilai buku dengan nilai jual) didistribusikan pada setiap mitra sesuai
nisbah.
Ketika pelunasan dengan asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan penjualan aset nonkas menghasilkan
keuntungan, maka jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Investasi musyarakah xxx
Cr. Keuntungan xxx
Ketika pelunasan dengan sumsi ada penyisihan kerugian dan penjualan aset nonkas menghasilkan
keuntungan, maka jurnal :
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan kerugian xxx
Cr. Investasi musyarakah xxx
Cr. Keuntungan xxx
Pencatatan di akhir akad:
c. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa kas
Jika tidak ada kerugian :
Dr. Kas xxx
Cr. Investasi musyarakah xxx
Jika ada kerugian :
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan kerugian xxx
Cr. Investasi musyarakah xxx
d. Apabila modal investasi berupa aset nonkas
Jika tidak ada kerugian :
Dr. Aset nonkas xxx
Cr. Investasi musyarakah xxx
Jika ada kerugian, mitra yang menyerahkan aset nonkas harus menyetorkan uang sebesar nilai
kerugian, jurnal :
Dr. Penyisihan kerugian xxx
Cr. Kas xxx
Dr. Aset nonkas xxx
Cr. Investasi musyarakah xxx
6. Bagian mitra aktif jenis akad musyarakah menurun (dengan pengembalian dana mitra secara bertahap) nilai
investasi musyarakahnya sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diserahkan pada awal akad
ditambah jumlah dana syirkah temporer yang telah dikembalikan pada mitra pasif dikurangi rugi jika ada.
Sedangkan bagian mitra pasif nilai investasi musyarakahnya sebesar kas atau nilai wajar aset yang
diserahkan pada awal akad dikurangi dengan pengembalian dari mitra aktif dan kerugian.
7. Penyajian
Mitra aktif :
a) Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan sebagai investasi musyarakah.
b) Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai unsur dana syirkah temporer.
c) Selisih penilaian aset musyarakah disajikan sebagai unsur ekuitas.
Mitra pasif :
a) Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan sebagai investasi musyarakah.
b) Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang diserahkan pada nilai wajar
disajikan sebagai pos lawan dari investasi musyarakah.
8. Pengungkapan
Mitra mengungkapkan hal – hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak terbatas, pada:
 Isi kesempatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas
usaha musyarakah, dan lain – lain.
 Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif.
 Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.

Akuntansi untuk Pengelola Dana

1. Penerimaan dana dari mitra pasif dan mitra aktif diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar:
a) Jumlah yang diterima untuk penerimaan dalam bentuk kas
Dr. Kas xxx
Cr. Dana syirkah temporer xxx
b) Nilai wajar untuk penerimaan dalam bentuk aset nonkas, maka akan dicatat sebesar nilai wajarnya :
Dr. Aset nonkas xxx
Cr. Dana syirkah temporer xxx
Apabila di akhir akad aset nonkas tidak dikembalikan maka yang mencatat beban depresiasi adalah
usaha musyarakah atas dasar nilai wajar dan disusutkan selama masa akad atau selama umur
ekonomis. Sedangkan jika dikembalikannya, yang mencatat beban depresiasi adalah mitra yang
menyerahkan aset nonkas sebagai modal investasinya.
Dr. Beban depresiasi xxx
Cr. Akumulasi depresiasi xxx
2. Pencatatan untuk pembagian laba untuk mitra aktif dan pasif
Laba :
Dr. Kas/piutang xxx
Cr. Pendapatan xxx
Beban :
Dr. Beban xxx
Cr. Kas/utang xxx
Jurnal penutup :
Dr. Pendapatan xxx
Cr. Beban xxx
Cr. Pendapatan yang belum dibagikan xxx
Jurnal ketika dibagihasilkan kepada pemilik dana :
Dr. Pendapatan yang belum dibagi xxx
Cr. Kas xxx
Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian :
Dr. Pendapatan xxx
Dr. Penyisihan kerugian xxx
Cr. Beban xxx
Jika kerugian akibat kelalaian mitra aktif atau pengelola usaha, maka kerugian tersebut ditanggung oleh
mitra aktif atau pengelola usaha musyarakah.
Jurnal :
Dr. Piutang – mitra aktif xxx
Cr. Penyisihan kerugian xxx
3. Pencatatan yang dilakukan pada akhir akad
 Apabila ada dana investasi yang diserahkan berupa kas :
Dr. Dana syirkah temporer xxx
Cr. Kas xxx
Cr. Penyisihan kerugian xxx
 Apabila dana investasi yang diserahkan berupa aset nonkas :
Dr. Dana syirkah temporer xxx
Cr. Aset nonkas xxx
Jika aset harus dikembalikan dan terjadi kerugian maka mitra yang menyerahkan aset nonkas harus
menyerahkan kas untuk menutup kerugian. Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Penyisihan kerugian xxx
 Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas dan di akhir akad dikembalikan dalam
bentuk kas, maka aset nonkas harus dilikuidasi/dijual terlebih dahulu dan keuntungan atau kerugian
dari penjualan aset ini (selisih antara nilai buku dengan nilai jual) didistribusikan pada setiap mitra
sesuai kesepakatan. Jika penjualan tersebut menghasilkan keuntungan maka akan menambah dana
mitra. Jurnal :
Dr. Kas xxx
Dr. Akumulasi depresiasi xxx
Cr. Aset nonkas xxx
Cr. Keuntungan xxx
Keuntungan ditutup ke dana syirkah temporer :
Dr. Keuntungan xxx
Cr. Dana syirkah temporer xxx
Jika penjualan tersebut menghasilkan kerugian, akad ditagih kepada mitra. Maka :
Dr. Kas xxx
Dr. Akumulasi depresiasi xxx
Dr. Penyisihan kerugian xxx
Cr. Aset nonkas xxx
Ketika pelunasan, asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan dari penjualan aset nonkas mengalami
keuntungan, jurnal :
Dr. Dana syirkah temporer xxx
Cr. Kas xxx
Ketika pelunasan, asumsi ada penyisihan kerugian dari penjualan aset nonkas mengalami kerugian,
jurnal :
Dr. Dana syirkah temporer xxx
Cr. Penyisihan kerugian xxx
Cr. Kas xxx

Anda mungkin juga menyukai