AKAD AL-RAHN
I. Akad Rahn
Rahn secara harfiah adalah tetap, kekal, dan jaminan. Secara istilah rahn adalah apa yang disebut dengan
barang jaminan, agunan, cagar, atau tanggungan. Rahn yaitu menahan barang sebagai jaminanatas
utang.Akad rahn bertujuan agar pemberi pinjaman lebih mempercayai pihak yang berutang.
II. Sumber hukum
d. Al-Qur’an (Qs 2:283)
e. As-Sunah
III. Rukun dan ketentuan syariah
Rukun al-rahn ada empat, yaitu sebagai berikut.
a. pelaku terdiri atas pihak yang menggadaikan (rahin) dan pihak yang menerima gadai (murtahin)
b. objek akad berupa barang yang digadaikan (marhun) dan utang (marhun bih).
c. Syarat utang wajib dikembalikan oleh debitur kepada kreditur, utang itu dapat dilunasi dengan agunan
tersebut, dan utang itu harus jelas (harus spesifik)
d. Ijab Kabul/serah terima
Ketentuan syariah, yaitu sebagai berikut
a. Pelaku, harus cakap hukum dan baliq
b. Objek yang digadaikan (marhun) terdiri dari
(a) barang gadai (marhun);
1. dapat dijual dan nialinya seimbang,
2. harus bernilai dan dapat dimanfaatkan
3. harus jelas dan dapat ditentukan secara spesifik
4. tidak terkait dengan orang lain (dalam hal kepemilikan)
(b) utang (marhun bih), nilai utang harus jelas demikian juga tanggal jatuh temponya.
c. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
IV. Perlakuan akuntansi Rahn
Bagi yang menerima gadai (murtahin)
Pada saat menerima barang gadai tidak dijurnal tetapi mebuat tanda terima atas barang
1. Pada saat menerima uang pinjaman, jurnal:
Piutang xxx
Kas xxx
2. Pada saat menerima uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan, jurnal:
Kas xxx
Pendapatan xxx
3. Pada saat mengeluarkan biaya untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan, jurnal:
Beban xxx
Kas xxx
4. Pada saat pelunasan uang pinjaman, barang gadai dikembalikan dengan membuat tanda serah terima
barang, jurnal:
Kas xxx
Piutang xxx
5. Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian gadai dijual oleh pihak yang
menggadaikan. Pengurangan barang gadai, jika nilainya sama dengan piutang, jurnal:
Kas xxx
Piutang xxx
Bagi pihak yang menggadaikan
Pada saat menyerahkan asset tidak dijurnal, tetapi menerima tanda terima atas penyerahan asset serta
membuat penjelasan atas catatan akuntansi atas barang yang digadaikan.
1. Pada saat menerima uang pinjaman, jurnal:
Kas xxx
Utang xxx
2. Bayar uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan, jurnal:
Beban xxx
Kas xxx
3. Ketika dilakukan pelunasan atas hutang, jurnal:
Utang xxx
Kas xxx
4. Jika pada saat jatuh tempo, uang tidak dapat dilunasi sehingga barang gadai dijual pada saat penjualan
barang gadai, jurnal:
Kas xxx
Akumulasi penyusutan (bila asset tetap) xxx
Kerugian (apabila rugi) xxx
Keuntungan (apabila untung) xxx
Asset xxx
Pelunasan utang atas barang yang dijual pihak yang menggadai, jurnal:
Utang xxx
Kas xxx
AKAD JU’ALAH
I. Akad ju’alah
Ju’alah berasal dari kata ja’ala yang memiliki banyak arti yaitu jumlah imbalan, meletakkan, membuat,
menasabkan. Menurut fiqih diartikan sebagai suatu tanggung jawab dalam bentuk janji memberikan
hadiah tertentu secara sukarela terhadap orang yang berhasil melakukan perbuatan atau memberikan jasa
yang belum pasti dapat dilaksanakan atau sesuai dengan yang diharapkan
II. Sumber hukum
a. Al-Qur’an (Qs 12:71)
b. As-Sunah
III. Rukun dan ketentuan syariah
Rukun ju’alah ada 4, yaitu sebagai berikut
a. Pihak yang membuat sayembara/penugasan (al aqid/al ja’il)
b. Objek akad berupa pekerjaan yang harus dilakukan (al maj’ul),
c. hadiah yang akan diberikan (al’jil)
d. Ada sighat dari pihak yang menjanjikan (ijab)
Ketentuan syariah, yaitu sebagai berikut.
1. Pihak yang membuat sayembara; cakap hokum, balig, dan dapat juga dilakuakan oleh orang lain.
2. Objek yang harus dikerjakan;
a. harus mengandung manfaat yang jelas
b. boleh dimanfaatkan sesuai syariah
3. Hadiah yang diberikan harus sesuatu yang bernilai (harta) dan jumlah harus jelas
4. Sah dengan ijab saja tanpa ada Kabul
IV. Perlakuan akuntansi
Bagi pihak yang membuat janji
Saat membuat janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum pasti atas sayembara tersebut.
Setelah sayembara tersebut terpenuhi, jurnal:
Beban ju’alah xxx
Kas/asset nonkas lain xxx
Bagi pihak yang menerima janji
Saat mendengar janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum pasti hasil atas sayembara
tersebut. Setelah sayembara tersebut terpenuhi, jurnal:
Kas/asset nonkas lain xxx
Pendapatan ju’alah xxx