Anda di halaman 1dari 7

QARDHUL HASAN

I. Pengertian Qardhul Hasan


Qardhul hasan adalah pinjaman tanpa dikenakan biaya (hanya wajib membayar sebesar pokok
utangnya).Pinjaman qardh bertujuan diberikan pada orang yang membutuhkan atau tidak memiliki
kemampuan finansial, untuk tujuan social atau kemanusiaan.
II. Sumber Hukum
a. Al-Qur’an (Qs 2:280) 
b. As-Sunah
III. Rukun dan ketentuan syariah
Rukun qhardul hasan ada 3 (tiga), yaitu sebagai berikut :
a. Pelaku yang terdiri dari pemberi dan penerima pinjaman
b. Objek akad, berupa uang yang dipinjamkan
c. Ijab Kabul/serah terima
IV. Perlakuan Akuntansi Qhardul Hasan
Bagi pemberi pinjaman
1. Saat menerima pinjaman dari pihak eksternal, jurnal:
Dr. Dana kebajikan-kas                                          xxx
Cr. Dana kebajikan-infak/sedekah                                    xxx
2. Untuk penerimaan dana yang berasal dari denda dan pendapatan nonhalal, jurnal:
Dr. Dana kebajikan-kas                                          xxx
Cr. Dana kebajikan-denda/pendapatan nonhalal              xxx
3. Untuk pengeluaran dalam rangka pengalokasian dana qardhul hasan, jurnal:
Dr. Dana kebajikan-dana kebajikan produktif       xxx
Cr. Dana kebijakan-kas                                                     xxx
4. Untuk penerimaan saat pengembalian dari pinjaman qardhul hasan, jurnal:
Dr. Dana kebajikan-kas                                          xxx
Cr. Dana kebajikan-dana kebajikan produktif                  xxx
Bagi pihak yang meminjam
1. Saat menerima uang pinjaman, jurnal:
Dr. Kas                                                                   xxx
Cr.Utang                                                                          xxx
2. Saat pelunasan, jurnal:
Dr. Utang                                                               xxx
Cr. Kas                                                                              xxx
AKAD AL-HIWALAH/HAWALAH (PENGALIHAN)

I. Akad Hiwalah (Pengalihan)


Hawalah secara harfiah artinya pengalihan, pemindahan, perubahan warna kulit atau memikul sesuatu
diatas pundak.Objek yang dialihkan dapat berupa utang atau piutang.Pada dasarnya adalah akad tabaruu’
yang bertujuan untuk saling menolong untuk mengharap ridho Allah.
  Terdapat beberapa jenis akad hiwalah diantaranya dapat ditinjau dari:
 Ditinjau dari segi objek akad, hiwalah dibagi menjadi dua:
a. Apabila yang dipindahkan itu merupakan hak menagih piutang, maka pemindahan itu disebut
hiwalah al haqq (pemindahan hak)/anjak piutang.
b. Apabila yang dipindahkan itu kewajiban untuk membayar utang, maka pemindahan itu disebut
hiwalah ad-dain (pemindahan utang).
 Ditinjau dari sisi persyaratan, hiwalah terbagi menjadi dua:
a. Hawalah al-muqayyadah (pemindahan bersyarat)hawalah di mana muhil adalah pihak yang
berutang sekaligus berpiutang kepada muhal’alaih.
b. Hawalah al-muthlaqah (pemindahan mutlak) hawalah di mana muhil adalah pihak yang berutang,
tetapi tidak berpiutang kepada muhal’alaih.
II. Sumber hukum
“Menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah kezaliman, dan jika salah seorang kamu dialihkan
(dihiwalahkan) kepada orang yang kaya yang mampu, maka turutlah (menerima pengalihan tersebut).”
(HR. Bukhari Muslim)
III. Rukun dan ketentuan
Rukun hiwalah ada 3 (tiga), yaitu sebagai berikut :
1. Pelaku yang terdiri atas:
a. pihak yang berutang atau berpiutang atau muhil;
b. pihak yang berpiutang atau berutang atau muhal;
c. pihak pengambil alih utang atau piutang atau muhal’alaih.
2. Objek akad:
a. adanya utang, atau
b. adanya piutang.
3. Ijab kabul/serah terima.

Ketentuan syariah yaitu sebagai berikut.


1. Pelaku
a. Balig (dewasa) dan berakal sehat.
b. Berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam urusan hartanya dan rela dengan
pengalihan utang piutang tersebut.
c. Di ketahui identitasnya.
2. Objek penjamin (makful bihi)
a. Bisa dilaksanakan oleh pihak yang mengambil alih utang atau piutang.
b. Harus merupakan utang atau piutang mengikatyang tak mungkin hapus kecuali setelah dibayar
atau dibebaskan.
c. Harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya
d. tidak bertentangan dengan syariah
3. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
4. Perlakuan akuntansi
Pihak yang mengalihkan utang
Ketika pengambilalihan utang di man muhal’alaih membayar utang muhil pada muhal, jurnal:
Utang-A (muhal)                                              xxx
             Utang-B (muhal’alaih)                                                xxx
Jika utang yang dialihkan harus dilunasi dalam jangka pendek maka ujrah (fee) yang dibayarkan diakui
pada saat terjadinya, jurnal:
Beban hawalah                                                 xxx
             Kas                                                                              xxx
Jika utang yang dialihkan dilunasi dalam jangka pangka panjang maka ujrah (fee) yang dibayar diakui
sebagai beban tangguhan, jurnal:
Beban tangguhan hawalah                               xxx
             Kas                                                                              xxx
Beban diakui melalui amortisasi beban tangguhan secara garis lurus, jurnal:
Beban hawalah                                                 xxx
             Beban tangguhan hawalah                                          xxx
Biaya transaksi hawalah seperti biaya legal dan biaya administrasi diakui sebagai beban pada saat
terjadinya, jurnal:
Beban hawalah                                                 xxx
             Kas                                                                              xxx
Pelunasan utang oleh muhil pada muhal’alaih, jurnal:
Utang-B (muhal’alaih)                                     xxx
             Kas                                                                              xxx
Bagi penerima pengalihan utang
Pada saat pembayaran kepada pihak muhal sebesar jumlah utang yang diambil alih, jurnal:
Piutang-C (muhil)                                             xxx
             Kas                                                                              xxx
Jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka pendek, jurnal:
Kas                                                                   xxx
             Pendapatan hawalah                                                   xxx
Jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka panjang, ketika muhal’alaih menerimafeel ujrah
sekaligus, jurnal:
Kas                                                                   xxx
             Pendapatan diterima dimuka                                      xxx
Pendapatan diakui melalui amortisasi pendapatan diterima dimuka secara proporsional denagn jumlah
piutang yang tertagih, jurnal:
Pendapatan diterima dimuka                           xxx
             Pendapatan hawalah                                                   xxx
Ketika menerima pelunasan piutang, jurnal:
Kas                                                                   xxx
             Piutang-C                                                                    xxx

AKAD AL-RAHN

I. Akad Rahn
Rahn secara harfiah adalah tetap, kekal, dan jaminan. Secara istilah rahn adalah apa yang disebut dengan
barang jaminan, agunan, cagar, atau tanggungan. Rahn yaitu menahan barang sebagai jaminanatas
utang.Akad rahn bertujuan agar pemberi pinjaman lebih mempercayai pihak yang berutang.
II. Sumber hukum
d. Al-Qur’an (Qs 2:283) 
e. As-Sunah
III. Rukun dan ketentuan syariah
Rukun al-rahn ada empat, yaitu sebagai berikut.
a. pelaku terdiri atas pihak yang menggadaikan (rahin) dan pihak yang menerima gadai (murtahin)
b. objek akad berupa barang yang digadaikan (marhun) dan utang (marhun bih).
c. Syarat utang wajib dikembalikan oleh debitur kepada kreditur, utang itu dapat dilunasi dengan agunan
tersebut, dan utang itu harus jelas (harus spesifik)
d. Ijab Kabul/serah terima
Ketentuan syariah, yaitu sebagai berikut
a. Pelaku, harus cakap hukum dan baliq
b. Objek yang digadaikan (marhun) terdiri dari
(a) barang gadai (marhun);
1. dapat dijual dan nialinya seimbang,
2. harus bernilai dan dapat dimanfaatkan
3. harus jelas dan dapat ditentukan secara spesifik
4. tidak terkait dengan orang lain (dalam hal kepemilikan)
(b) utang (marhun bih), nilai utang harus jelas demikian juga tanggal jatuh temponya.
c. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
IV. Perlakuan akuntansi Rahn
Bagi yang menerima gadai (murtahin)
Pada saat menerima barang gadai tidak dijurnal tetapi mebuat tanda terima atas barang
1. Pada saat menerima uang pinjaman, jurnal:
Piutang                                                 xxx
             Kas                                                                  xxx
2. Pada saat menerima uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan, jurnal:
Kas                                                       xxx
             Pendapatan                                                     xxx
3. Pada saat mengeluarkan biaya untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan, jurnal:
Beban                                                   xxx
             Kas                                                                  xxx
4. Pada saat pelunasan uang pinjaman, barang gadai dikembalikan dengan membuat tanda serah terima
barang, jurnal:
Kas                                                       xxx
             Piutang                                                            xxx
5. Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian gadai dijual oleh pihak yang
menggadaikan. Pengurangan barang gadai, jika nilainya sama dengan piutang, jurnal:
Kas                                                       xxx
             Piutang                                                            xxx
Bagi pihak yang menggadaikan
Pada saat menyerahkan asset tidak dijurnal, tetapi menerima tanda terima atas penyerahan asset serta
membuat penjelasan atas catatan akuntansi atas barang yang digadaikan.
1. Pada saat menerima uang pinjaman, jurnal:
Kas                                                                   xxx
             Utang                                                                          xxx
2. Bayar uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan, jurnal:
Beban                                                               xxx
             Kas                                                                              xxx
3. Ketika dilakukan pelunasan atas hutang, jurnal:
Utang                                                               xxx
             Kas                                                                              xxx
4. Jika pada saat jatuh tempo, uang tidak dapat dilunasi sehingga barang gadai dijual pada saat penjualan
barang gadai, jurnal:
Kas                                                                   xxx
Akumulasi penyusutan (bila asset tetap)           xxx
Kerugian (apabila rugi)                                                xxx
             Keuntungan (apabila untung)                                                    xxx
Asset                                                                            xxx
Pelunasan utang atas barang yang dijual pihak yang menggadai, jurnal:
Utang                                                               xxx
             Kas                                                                              xxx

AKAD JU’ALAH

I. Akad ju’alah
Ju’alah berasal dari kata ja’ala yang memiliki banyak arti yaitu jumlah imbalan, meletakkan, membuat,
menasabkan. Menurut fiqih diartikan sebagai suatu tanggung jawab dalam bentuk janji memberikan
hadiah tertentu secara sukarela terhadap orang yang berhasil melakukan perbuatan atau memberikan jasa
yang belum pasti dapat dilaksanakan atau sesuai dengan yang diharapkan
II. Sumber hukum
a. Al-Qur’an (Qs 12:71)
b. As-Sunah
III. Rukun dan ketentuan syariah
Rukun ju’alah ada 4, yaitu sebagai berikut
a. Pihak yang membuat sayembara/penugasan (al aqid/al ja’il)
b. Objek akad berupa pekerjaan yang harus dilakukan (al maj’ul),
c. hadiah yang akan diberikan (al’jil)
d. Ada sighat dari pihak yang menjanjikan (ijab)
Ketentuan syariah, yaitu sebagai berikut.
1. Pihak yang membuat sayembara; cakap hokum, balig, dan dapat juga dilakuakan oleh orang lain.
2. Objek yang harus dikerjakan;
a. harus mengandung manfaat yang jelas
b. boleh dimanfaatkan sesuai syariah
3. Hadiah yang diberikan harus sesuatu yang bernilai (harta) dan jumlah harus jelas
4. Sah dengan ijab saja tanpa ada Kabul
IV. Perlakuan akuntansi
Bagi pihak yang membuat janji
Saat membuat janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum pasti atas sayembara tersebut.
Setelah sayembara tersebut terpenuhi, jurnal:
                   Beban ju’alah                                                  xxx
                               Kas/asset nonkas lain                                                  xxx
Bagi pihak yang menerima janji
Saat mendengar janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum pasti hasil atas sayembara
tersebut. Setelah sayembara tersebut terpenuhi, jurnal:
Kas/asset nonkas lain                                      xxx
                                    Pendapatan ju’alah                                                      xxx

Anda mungkin juga menyukai