Anda di halaman 1dari 6

AKAD AL-WAKALAH ( DEPUTYSHIP / AGEN / WAKIL )

1. Pengertian Akad Wakalah

Al-wakalah aatau Al-Wikalah atau At Tahwidh artinya penyerahan, pendelegasian,


atau pemberian mandat ( Sabiq, 2008 ). Akad wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan
oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Sebabnya adalah
tidak semua hal dapat diwakilkan. Contohnya shalat, puasa, bersuci, dan lain sebagainya.

Skema Wakalah

(1)
Pemberi kuasa / Penerima kuasa /
mutawakil wakil

(2)

(3)
Pelaksanaan
Wakalah
Keterangan :
(1) Pemberi kuasa menyepakati pemberian hak tertentukepada pihak yang menerima kuasa
(2) Penerima kuasa melaksanakan kuasa
(3) Setelah akad berakhi, penerima kuasa mengembalikan objek yang dikuasakan

Wakalah dalam pendelegasian pembelian barang, terjadi dalam situasi di mana


seseorang (perekomendasi) mengajukan calon atau menunjuk orang lain untuk mewakili
dirinya membeli sesuatu. Orang yang meminta diwakilkan (muwakkil) harus menyerahkan
sejumlah uang secara penuh sebesar harga barang yang akan dibeli kepada pihak yang
mewakili (wakil) dalam suatu kontrak wadiah. Agen (wakil) membayar pihak ketiga dengan
menggunakan titipan muwakkil untukmembeli barang.
Agen (wakil) boleh menerima komisi (al-ujr) dan boleh tidak menerima komisi
(hanya mengharap ridha Allah / tolong-menolong). Tetapi bila ada komisi atau upah maka
akadnya seperti akad ijarah/sewa menyewa. Wakalah dengan imbalan disebut dengan
wakalah bil ujrah, bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak.

2. Sumber Hukum
1). Al-Quran
“...maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang
perakmu itu...” (QS 18:19)

“jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir), sesungguhnya aku adalah orang-


orang yang pandai menjaga lagi berpengalaman”. (QS 12:55)

“...Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu akan diminta pertanggung


jawabannya”. (QS17:34)
2). As-Sunnah
Diriwayatkan dari Busr bin ibn Sa’diy al Maliki berkata : “Umar mempekerjakan
saya untuk mengambil sedekah (zakat). Setelah selesai dan saya menyerahkan zakat
kepadanya, memerintahkan agar saya diberi imbalan (fee)”. Saya berkata : “Saya
bekerja hanya karena Allah”. Umar menjawab : “Ambillah apa yang kamu beri;saya
pernah bekerja (seperti kamu)pada masa Rasul, lalu beliau memberiku imbalan; saya
pun berkata seperti apa yang kamu katakan”. Kamudian Rasul bersabda kepada saya
: “Apabila kamu diberi sesuatu tanpa kamu minta; makanlah (terimalah) dan
bersedekahlah”. (HR.Bukhori Muslim)

3. Rukun dan Ketentuan Syariah


Rukun wakalah ada tiga, yaitu :
a) Pelaku yang terdiri dari pihak pemberi kuasa/muwakkil dan pihak yang diberi
kuasa/wakil
b) Objek akad berupa barang atau jasa
c) Ijab kabul/serah terima

Ketentuan syariah, yaitu :


1) Pelaku
a. Pihak pemberi kuasa/pihak yang meminta diwakilkan (muwakkil) :
 Pemilik sah yang dapat bertindak terhadap sesuatu yang diwakilkan
 Orang mukalaf atau anak mumayyiz dalam batas-batas tertentu, yakni
dalam hal-hal yang bermanfaat baginya seperti mewakilkan untuk
menerima hibah, menerima sedekah dan sebagainya.
b. Pihak penerima kuasa (wakil) :
 Harus cakap hukum
 Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya
2) Objek yang dikuasakan/ diwakilkan/ taukil
 Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili
 Tidak bertentangan dengan syariah Islam
 Dapat diwakilkan menurut syariah Islam
 Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai
 Kontrak dapat dilaksanakan
3) Ijab kabul adalah pernyatan dan ekspresi saling rida/ rela di antara pihak-pihak pelaku
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan
cara-cara komunikasi modern.

4. Berakhirnya Akad Wakalah


a. Salah seorang pelaku meninggal dunia atau hilang akal, karena jika ini terjadi salah
satu syarat wakalah tidak terpenuhi
b. Pekerjaan yang diwakilkan sudah selesai
c. Pemutusan oleh orang yang mewakilkan
d. Wakil mengundurkan diri
e. Orang yang mewakilkan sudah tidak memiliki status kepemilikan atas sesuatu yang
diwakilkan

5. Perlakuan Akuntansi Al-Wakalah


a. Bagi pihak yang mewakilkan/ wakil/ penerima kuasa
 Pada saat menerima imbalan tunai ( tidak berkaitan dengan jangka waktu )
Jurnal :
Dr. Kas xxx
Kr. Pendapatan Wakalah xxx

 Pada saat membayar beban


Jurnal :
Dr. Beban Wakalah xxx
Kr. Kas xxx

 Pada saat diterima pendapatan untuk jangka waktu dua tahun di muka
Jurnal :
Dr. Kas xxx
Kr. Pendapatan Wakalah Diterima di Muka xxx

 Pada saat mengakui pendapatan Wakalah akhir periode


Jurnal :
Dr. Pendapatan Wakalah Diterima di Muka xxx
Kr. Pendapatan Wakalah xxx

b. Bagi Pihak yang Meminta Diwakilkan


 Pada saat membayar komisi
Jurnal :
Dr. Beban Wakalah xxx
Kr. Kas xxx

AKAD AL-KAFALAH (JAMINAN)


1. Pengertian Akad Kafalah
Kafalah disebut juga dhaman (jaminan), hamalah (beban), dan za’amah
(tanggungan). (Sayid Sabiq, 1997). Akad kafalah yaitu perjanjian pemberian jaminan yang
diberikan oleh penanggung (kafi’il) kepada pihka ketiga (makful lahu)untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua atau pihak yang ditanggung (makful anhu/ashil).
Secara teknis kafalah merupakan perjanjian antara seseorang yang memberikan
penjaminan (penjamin)kepada seorang kreditor yang memberikan utang kepada seorang
debitor, dimana utang debitor akan dilunasi oleh penjamin apabila debitor tidak membayar
utangnya. Contoh akad kafalah garansi bank, akseptasi, endorsement, dan sebagainya.
Kafalah merupakan salah satu jenis akad tabarru’ yang bertujuan untuk saling tolong
menolong. Namun, penjamin dapat menerima imbalan sepanjang tidak memberatkan.
Apabila ada imbalan maka akad kafalah bersifat mengikat dan tidak dapat dibatalkan secara
sepihak.

Skema Kafalah

(2)
Penanggung/ Pihak ketiga/
kafi’il Makful

(1)

Pihak yang Ditanggung/


Makful’anhu

Keterangan :
(1) Penanggung bersedia menerima tanggungan dan pihak yang ditanggung
(2) Penanggung menyepakati akad kafalah dengan pihak ketiga

2. Sumber Hukum
1). Al-Quran
“Dan Dia (Allah) menjadikan Zakariah sebagai penjaminnya (Maryam)”. (QS 3:37)

“Dan bagi siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan
(seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya.” (QS 12:72)

2). As-Sunnah
Dari Abi Humamah, bahwa Rasulullah bersabda : “ Penjamin adalah orang yang
berkewajiban mesti membayar”. ( HR. Abu Dawud, At Tirmidzi)

Telah dihadapkan kepada Rasulullah (mayat seorang lelaki untuk


dishalatkan)...Rasulullah bertanya “Apakah dia mempunyai warisan?” Para sahabat
menjawab. “Ya, sejumnlah tiga dinar” Rasulullah pun menyuruh para sahabat untuk mensh
latkannya (tetapi beliau sendiri tidak). Abu Qatadah lalu berkata, “saya menjamin utangnya
ya Rasulullah”. Maka Rasulullah pun menshalatkan mayat tersebut. (HR. Bukhari)

3. Rukun dan Ketentuan Syariah


Rukun khafalah ada tiga, yaitu :
1. Pelaku, yang terdiri atas pihak penjamin, pihak yang berutang, dan pihak yang
berpiutang
2. Objek akad berupa tanggungan pihak yang berutang baik berupa barang, jasa maupun
pekerjaan
3. Ijab kabul/serah terima
Ketentuan syariah, yaitu :
1. Pelaku
a) Pihak penjamin
 Baligh (dewasa) dan berakal sehat
 Berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam urusan hartanya dan
rela (rida) dengan tanggungan kafalah tersebut.
b) Pihak orang yang berutang
 Sanggup menyerahkan tanggungannya (utang) kepada penjamin
 Dikenal oleh penjamin
c) Pihak orang yang berpiutang
 Diketahui identitasnya
 Dapat hadir pada waktu akad atau memberikan kuasa
 Berakal sehat

2. Objek penjaminan (Makful Bihi)


 Merupakan tanggungan pihak/ orang yang berutang, baik berupa uang, benda,
maupun pekerjaan
 Bisa dilaksanakan oleh penjamin
 Harus merupakan utang mengikat, yang tidak mungkin hapus kecuali setelah
dibayar atau dibebaskan
 Harus jelas nilai, jumlah, dan spesifikasinya
 Tidak bertentangan dengan syariah

3. Ijab kabul, adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis,melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.

4. Berakhirnya Kafalah

1. Ketika utang telah diselesaikan, baik oleh orang yang berutang atau oleh penjamin, atau
jika kreditor menghadiahkan atau membebaskan utangnya kepada orang yang berutang.
2. Kreditor melepaskan utangnya kepada orang yang berutang, tidak pada penjamin.
Maka penjamin juga bebas untuk tidak menjamin utang tersebut. Namun, jika kreditor
melepaskan jaminan dari penjamin, bukan berarti orang yang berutang telah terlepas
dari utang tersebut.
3. Ketika utang tersebut telah dialihkan, dalam kasus ini baik orang terutang atau pun
penjamin terlepas dari tuntutan utang tersebut.
4. Ketika penjamin menyelesaikan ke pihak lain melalui proses arbitrase dengan kreditor.
5. Kreditor dapat mengakhiri kontrak kafalah walaupun penjamin tidak menyetujuinya.
5. Perlakuan Akuntansi Kafalah
a. Bagi pihak penjamin
 Pada saat menerima imbalan tunai
Jurnal :
Dr. Kas xxx
Kr. Pendapatan Kafalah xxx

 Pada saat membayar beban


Jurnal :
Dr. Beban kafalah xxx
Kr. Kas xxx

b. Bagi pihak yang meminta jaminan


 Pada saat membayar beban
Jurnal :
Dr. Beban Kafalah xxx
Kr. Kas xxx

Anda mungkin juga menyukai