Dosen pengampu :
Mashudi,S.E.I.,M.E.I.
Disusun oleh:
Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“PRODUK-PRODUK FATWA DSN-MUI” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah FATWA DSN-MUI oleh Bapak Mashudi,S.E.I.,M.E.I. Selain itu, makalah ini
juga untuk menambah wawasan tentang “PRODUK-PRODUK FATWA DSN-MUI” bagi
para pembaca dan juga bagi penyusun.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
PENUTUP ................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam hal ini fatwa dianggap sebagai materi hukum terbaru dan terlama
yang relavan dengan kebutuhan masyarakat. Fatwa-fatwa ulama sifatnya kasuistik
karena merupakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peminta fatwa.
Dengan berdirinya beberapa lembaga keuangan bank dan nonbank yang
menampilkan semangat keislaman, maka untuk memenuhi dan melindungi
kepentingan masyarakat, Majlis Ulama Indonesia pada tanggal 10 Febuari 1999
membentuk sebuah dewan yang disebut Dewan Syariah Nasional (DSN Sejak
berdirinya sampai awal agustus 2007, DSN Telah mengeluarkan lebih dari 50 fatwa
yang menyangkut berbagai jenis kegiatan keuangan, produk dan jasa keuangan
syariah.
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.Menjelaskan pengertian murabahah?
2.Mengetahui dasar-dasar hukum murabahah fatwa dsn-mui terkait murabahah?
3.Bagaimana cara mengaplikasikan murabahah dalam lembaga keuangan syariah?
5
BAB II
PEMBAHASAN
Secara bahasa, murabahah adalah‘bentuk mutual’ (bermakna saling) dari kata ribh
ِّ ( ْحyang artinya keuntungan. Asal katanyaadalah rabiha yang berarti
(( رب حatau ar-ribh (الرب
beruntung,ribhan yang berarti berlaba, warabahan yang artinya keuntungan dan
warabaahan yang artinya laba). Kata ribh dalam Al-Qur’an dengan makna keuntungan dapat
dilihat pada. Sementara al-bai’ (jual beli) adalah pertukaran sesuatu dengan sesuat yang
lain.
Al-bai’ juga berarti sebuah makna antonim, artinya al-bai’ (jual) bisa juga bermakna
al-syira (beli). Masing-masing kata ini bersifat interchangeable. Secara istilah, pada dasarnya
terdapat kesepakatan para ulama dan ekonom muslim dalam substansi penger tian
murabahah. beli dengan diketahuinya harga pokok dengan adanya tambahan keuntungan
tertentu . Ibnu Abidin menyatakan bahwa murabahah adalah menjual harta benda yang
dimiliki dengan harga pokok pembelian plus dengan tambahan margin yang disepakati
mereka. Ia mensyaratkan bahwa barang yang diperjualbelikan merupakan harta mitsli atau
qimi yang Imam al-Kasani menjelaskan, murabahah adalah bentuk jual dimiliki penuh oleh
penjual serta menyebutkan tingkat marginnya dengan jelas.
Murabahah merupakan akad jual beli barang pada harga pokok dengan tambahan
keuntungan yang disepakati, dilaksanakan dalam satu transaksi dengan wakalah, yaitu akad
penyerahan kekuasaan dari seseorang kepada orang lain untuk mengerjakan sesuatu yang
dibolehkan oleh syara’ dan berlaku selama yang mewakilkan masih hidup (Suhendi,2002:
233). Artinya, dengan disertakannya akad wakalah, maka pihak bank tidak secara langsung
membeli
barang yang dipesan oleh nasabah, melainkan mewakilkannya kepada nasabah itu sendiri
agar memudahkan proses transaksi sehingga nasabah dapat memilih sendiri barang yang
diinginkan
6
sesuai dengan kriterianya. Praktek ini sedikit berbeda dengan teori, di mana dalam jual beli
murabahah tidak terdapat proses wakil mewakilkan dalam hal pembelian. Ada maupun
tidaknya pesanan, penjual tetap membeli langsungdari penyedia barang untuk ditawarkan
dan dijual kembali.
Menurut para ahli fikih ada beberapa ungkapan yang sering digunakan dalam
transaksi murabahah ialah:
1) Apabila seorang penjual mengatakan, “saya jual barang ini dengan harga
pembelian saya (perolehan) disertai dengan keuntungan sekian.”
2) Apabila seorang penjual mengatakan, “saya jual barang ini dengan biaya-biaya
yang telah saya keluarkan disertai dengan keuntungan yang sekian “
3) Apabila seorang penjual mengatakan, “saya jual dengan ra’sul mall (harga
pokok) disertai dengan keuntungan yang saya dapatkan sekian.”
Pembiayaan murabahah didalam perbankan diterapkan dalam pengadaan
barang, pembiayaan modal kerja ( berupa barang), bahkan pembangunan rumah
dalam lain-lain . Transaksi murabahah hanya dilakukan pada satu akad dan satu
barang, dan tidak berlaku satu akad dengan pembelian barang berulang-ulang
• Jenis-Jenis Murabahah
a. Murabahah Berdasarkan Pesanan
Murabahah ini dilakukan dengan jual beli setelah ada pesanan dari
nasabah.Murabahah berdasarkan pesanan mempunyai sifat yang terikat dan tidak
terikat. Murabahah yang bersifat terikat pesanannya tidak dapat di batalkan oleh
nasabah.sehingga nasabah harus membeli barang yang dipesannya. Sebaliknya
murabahah yang tidak bersifat mengikat, pembeli dapat menerima atau
membatalkan barang tersebut walaupun telah memesannya.
b. Murabahah Tanpa Pesanan
Murabahah ini dilakukan tanpa terkait dengan jual beli murabahah, karena
penjual menyediakan barang tanpa melihat ada yang memesan atau tidak. Jadi
7
bank atau penjual tetap menyediakan barang tanpa melihat ada yang membeli
atau tidak.1
• Prinsip-prrinsip akad murabahah
Prinsip murabahah dalam syariah Islam dapat diartikan sebagai suatu akad
ataupun perjanjian jual-beli antara dua pihak. Pada prinsip ini, jual-beli yang
dilakukan dengan syarat adanya keuntungan tambahan sesuai dengan kesepakatan
bersama.
Manfaat Murabahah
Ba’i al-murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah satunya
adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan
harga jual kepada nasabah. Selain itu juga, sistem ba’i al-murabahah juga sangat
1 https://www.academia.edu/42791032/MURABAHAH
8
1. Bagi pihak Bank
a) Adanya keuntungan dari selisih harga beli.
b) Sumber pendanaan dalam bentuk rupiah/valuta asing.
2. Bagi pihak Nasabah
a. Meringankan pembiayaan dalam pengaadaan barang dagang
baik barang konsumsi maupun produksi dan lain-lain.
b. Untuk mengembangkan usaha dan dapat juga di sesuaikan
pembiayaan pembelian barang-barang yang di gunakan
sebagai investasi baik domestik maupun luar negeri sesuai
dengan kemampuan salah satu pihak yang bersangkutan.
• Landasan Al Qur an
9
• Landasan Hadist
Hadist ini memberikan gammbaran bahwa setiap akad jual beli termasuk akad
murabahah harus dilakukan dengan adanya kerelaan masing-masing pihak ketika
melakukan transaksi.
• .Menurut Syara’
Pengertian jual beli secara syara’ adalah tukar menukar harta dengan harta
untuk memiliki dan memberi kepemilikan. Dalam fatwa Dewan Syariah nasional
(DSN) No. 04 / DSN-MUI/IV/2000. Perngetian Murabahah, yaitu menjual suatu
barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli
membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba. Menurut Muhammad Syafi’I
Antonio, pengertian Bai’al Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntangan yang disepakati.2
Sedangkan menurut Imam Nawawi: “ jual beli adalah pertukaran harta dengan
harta yang lain untuk dimiliki “. Dan Ibnu Qudamah, mendifinisikan jual beli sebagai
pertukaran harta dengan harta yang lain untuk dimilikkan dan dimiliki. Dari definisi
murabahah atau jual beli tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa inti jual beli
2Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Cet. I, Jakarta : Tazkia Institute
1999
10
tersebut adalah, untuk penjual mendapatakan manfaat keuntungan dan bagi
pembeli mendapat manfaat dari benda yang dibeli.
Selain itu juga di jelaskan oleh Adrian Sutedi, S.H.,M.H (2009:96-98), pembiayaan
murabahah telah diatur dalam Fatwa DewanSyariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000,
tentang murabahah 01 April 2000. (Puspitasari, 2020)
1) bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba
2) Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariat islam
3) bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah di
sepakati klarifikasinya
4) Bank membeli barang yang di perlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan
pemberian ini harus sah dan bebas riba
5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan secara utang
6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah pemesan dengan
harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus
memberi tau secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya
yang diperlukan.
7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka
waktu tertentu yang telah disepakati.
11
8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akas tersebut,
pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah
9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari
pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara
prinsip, menjadi milik bank. 3
• Alur Transaksi Murabahah
Alur umum transaksi murabahah sebagai berikut:
a. Negosiasi disertai pengisian persyaratan oleh bank dan nasabah.
b. Menganalisa kemampuan nasabah dalam hal pembayaran selama
adakad berlangsung.
c. Bank membeli barang yang ditransaksikan dari supplier penjual.
d. Barang dikirim dari supplier kepada nasabah.
e. Barang diteriman dari nasabah kepada supplier.
f. Pembayaran dari nasabah kepada bank dengan jangka waktu yang
ditetapkan saat bernegosiasi.
3 https://www.academia.edu/12735543/Mengkaji_Fatwa_DSN_MUI_Tentang_Murabahah
12
Kajian ini merupakan kajian pustaka dengan analisis deduktif, yaitu penulis
menganalisis dari yang umum ke khusus sehingga dapat diambil kesimpulan. Hasil penelitian
ini menyimpulkan bahwa dalam aplikasi murabahah yang ada pada perbankan syariah
menjadikan bank syariah sebagai penyedia dana bukan sebagai penjual. Akad murabahah
yang ada pada fiqih klasikpun telah banyak mengalami modifikasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 6 prosedur yang harus dilakukan
oleh nasabah dalam melakukan pembiayaan murabahah,yaitu:
4 http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Mas/article/view/1489
13
mengajukan pembiayaan kepada bank dalam hal jual beli barang, disinilah
akad wakalahdigunakan. 5
14
BAB III
KESIMPULAN
A.Kesimpulan
B.Saran
Tim penulis tentu menyadari jika penulisan makalah ini masih banyak
kekurangn dan kesalahan yang jauh dari kata kesempurnaan. Kami meminta kritik
yang membangun dari dosen pengampu dan para pembaca. Agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Mas/article/view/1489
https://www.academia.edu/12735543/Mengkaji_Fatwa_DSN_MUI_Tentang_Murab
ahah
https://www.academia.edu/42791032/M
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Cet. I, Jakarta :
Tazkia Institute 1999
16