Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Produk-Produk Fatwa DSN-MUI

Dosen pengampu :

Mashudi,S.E.I.,M.E.I.

Disusun oleh:

1.Desi Duwi Safitri (21210510012)

2.Fina Karmila Mafir (211105010045)

3.Venna Dwi Chandra (211105010051)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


PROGAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH.ACHMAD SIDDIQ JEMBER
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“PRODUK-PRODUK FATWA DSN-MUI” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah FATWA DSN-MUI oleh Bapak Mashudi,S.E.I.,M.E.I. Selain itu, makalah ini
juga untuk menambah wawasan tentang “PRODUK-PRODUK FATWA DSN-MUI” bagi
para pembaca dan juga bagi penyusun.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membagi sebagian pengetahuan dan waktunya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari makalah yang penyusun tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Jember,7 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... I

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... II

DAFTAR ISI ................................................................................................................. III

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 4

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................... 5

BAB PEMBAHASAN .................................................................................................... 6

2.1 Pengertian Murabahah ........................................................................................ 6

2.2 Dasar Hukum Murabahah ................................................................................... 9

2.3 Aplikasi Murabahah Dalam lembaga Keuangan Syariah ..................................... 12

PENUTUP ................................................................................................................... 14

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Fatwa DSN-MUI menjadi pedoman atau dasar keberlakuan kegiatan ekonomi


syariah tertentu bagi pemerintah dan LKS. Jadi fatwa DSN itu bersifat mengikat
karena diserap ke dalam peraturan perundang-undangan. Terlebih, adanya
keterikatan antara DPS dan DSN karena anggota DPS direkomendasikan oleh DSN.

Dalam hal ini fatwa dianggap sebagai materi hukum terbaru dan terlama
yang relavan dengan kebutuhan masyarakat. Fatwa-fatwa ulama sifatnya kasuistik
karena merupakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peminta fatwa.
Dengan berdirinya beberapa lembaga keuangan bank dan nonbank yang
menampilkan semangat keislaman, maka untuk memenuhi dan melindungi
kepentingan masyarakat, Majlis Ulama Indonesia pada tanggal 10 Febuari 1999
membentuk sebuah dewan yang disebut Dewan Syariah Nasional (DSN Sejak
berdirinya sampai awal agustus 2007, DSN Telah mengeluarkan lebih dari 50 fatwa
yang menyangkut berbagai jenis kegiatan keuangan, produk dan jasa keuangan
syariah.

DSN bertugas untuk mengawasi dan mengarahkan lembaga lembaga


keuangan syariah untuk mendorong nilai nilai ajaran islam dalam kegiatan
perekonomian dan keuangan . Dalam proses fatwanya diperkirakan terjadi
modifikasi fiqih muamalah hingga melahirkan produk – produk perbankan yang lebih
mudah dalm oprasionalnya yang dilandaskan pada fatwa ulama.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.Menjelaskan pengertian murabahah?
2.Mengetahui dasar-dasar hukum murabahah fatwa dsn-mui terkait murabahah?
3.Bagaimana cara mengaplikasikan murabahah dalam lembaga keuangan syariah?

1.3 TUJUAN MASALAH


Untuk mengetahui pengertian pengertian murabahah serta dapat menjelaskan produk-
produk fatwa dsn-mui sesuai dengan dasar-dasar hukum murabahah dan dapat
mengaplikasikan dalam lembaga keuangan syariah.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Murabahah

Secara bahasa, murabahah adalah‘bentuk mutual’ (bermakna saling) dari kata ribh
ِّ ‫( ْح‬yang artinya keuntungan. Asal katanyaadalah rabiha yang berarti
(‫( رب ح‬atau ar-ribh (‫الرب‬
beruntung,ribhan yang berarti berlaba, warabahan yang artinya keuntungan dan
warabaahan yang artinya laba). Kata ribh dalam Al-Qur’an dengan makna keuntungan dapat
dilihat pada. Sementara al-bai’ (jual beli) adalah pertukaran sesuatu dengan sesuat yang
lain.

Al-bai’ juga berarti sebuah makna antonim, artinya al-bai’ (jual) bisa juga bermakna
al-syira (beli). Masing-masing kata ini bersifat interchangeable. Secara istilah, pada dasarnya
terdapat kesepakatan para ulama dan ekonom muslim dalam substansi penger tian
murabahah. beli dengan diketahuinya harga pokok dengan adanya tambahan keuntungan
tertentu . Ibnu Abidin menyatakan bahwa murabahah adalah menjual harta benda yang
dimiliki dengan harga pokok pembelian plus dengan tambahan margin yang disepakati
mereka. Ia mensyaratkan bahwa barang yang diperjualbelikan merupakan harta mitsli atau
qimi yang Imam al-Kasani menjelaskan, murabahah adalah bentuk jual dimiliki penuh oleh
penjual serta menyebutkan tingkat marginnya dengan jelas.

Murabahah merupakan akad jual beli barang pada harga pokok dengan tambahan
keuntungan yang disepakati, dilaksanakan dalam satu transaksi dengan wakalah, yaitu akad
penyerahan kekuasaan dari seseorang kepada orang lain untuk mengerjakan sesuatu yang
dibolehkan oleh syara’ dan berlaku selama yang mewakilkan masih hidup (Suhendi,2002:
233). Artinya, dengan disertakannya akad wakalah, maka pihak bank tidak secara langsung
membeli

barang yang dipesan oleh nasabah, melainkan mewakilkannya kepada nasabah itu sendiri
agar memudahkan proses transaksi sehingga nasabah dapat memilih sendiri barang yang
diinginkan

6
sesuai dengan kriterianya. Praktek ini sedikit berbeda dengan teori, di mana dalam jual beli
murabahah tidak terdapat proses wakil mewakilkan dalam hal pembelian. Ada maupun
tidaknya pesanan, penjual tetap membeli langsungdari penyedia barang untuk ditawarkan
dan dijual kembali.

Menurut para ahli fikih ada beberapa ungkapan yang sering digunakan dalam
transaksi murabahah ialah:
1) Apabila seorang penjual mengatakan, “saya jual barang ini dengan harga
pembelian saya (perolehan) disertai dengan keuntungan sekian.”
2) Apabila seorang penjual mengatakan, “saya jual barang ini dengan biaya-biaya
yang telah saya keluarkan disertai dengan keuntungan yang sekian “
3) Apabila seorang penjual mengatakan, “saya jual dengan ra’sul mall (harga
pokok) disertai dengan keuntungan yang saya dapatkan sekian.”
Pembiayaan murabahah didalam perbankan diterapkan dalam pengadaan
barang, pembiayaan modal kerja ( berupa barang), bahkan pembangunan rumah
dalam lain-lain . Transaksi murabahah hanya dilakukan pada satu akad dan satu
barang, dan tidak berlaku satu akad dengan pembelian barang berulang-ulang
• Jenis-Jenis Murabahah
a. Murabahah Berdasarkan Pesanan
Murabahah ini dilakukan dengan jual beli setelah ada pesanan dari
nasabah.Murabahah berdasarkan pesanan mempunyai sifat yang terikat dan tidak
terikat. Murabahah yang bersifat terikat pesanannya tidak dapat di batalkan oleh
nasabah.sehingga nasabah harus membeli barang yang dipesannya. Sebaliknya
murabahah yang tidak bersifat mengikat, pembeli dapat menerima atau
membatalkan barang tersebut walaupun telah memesannya.
b. Murabahah Tanpa Pesanan
Murabahah ini dilakukan tanpa terkait dengan jual beli murabahah, karena
penjual menyediakan barang tanpa melihat ada yang memesan atau tidak. Jadi

7
bank atau penjual tetap menyediakan barang tanpa melihat ada yang membeli
atau tidak.1
• Prinsip-prrinsip akad murabahah

Prinsip murabahah dalam syariah Islam dapat diartikan sebagai suatu akad
ataupun perjanjian jual-beli antara dua pihak. Pada prinsip ini, jual-beli yang
dilakukan dengan syarat adanya keuntungan tambahan sesuai dengan kesepakatan
bersama.

Murabahah diterapkan melalui mekanisme jual beli barang dengan


penambahan margin sebagai keuntungan yang akan diperoleh bank. Porsi
pembiayaan dengan akad Murabahah saat ini berkontribusi paling besar dari total
pembiayaan Perbankan Syariah Indonesia yakni sekitar 60%.

Rukun yang harus dipenuhi pada akad Murabahah:


1) Penjual (Ba’i), ialah orang yang mempunyai barang atau yang menawarkan suatu
barang.
2) Pembeli (Musytari), ialah orang yang melakukan permintaan barang kepada
penjual.
3) Barang (Mabi’), merukan benda, komoditi, objek yang diperjual belikan.
4) Harga jual (Tsaman), ialah sebagai alat ukur untuk menentukan nilai suatu barang.
5) Ijab dan Qabul (shighah), yang dituangkan didalam akad.

Manfaat Murabahah

Ba’i al-murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah satunya
adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan
harga jual kepada nasabah. Selain itu juga, sistem ba’i al-murabahah juga sangat

sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di bank


syariah.

1 https://www.academia.edu/42791032/MURABAHAH

8
1. Bagi pihak Bank
a) Adanya keuntungan dari selisih harga beli.
b) Sumber pendanaan dalam bentuk rupiah/valuta asing.
2. Bagi pihak Nasabah
a. Meringankan pembiayaan dalam pengaadaan barang dagang
baik barang konsumsi maupun produksi dan lain-lain.
b. Untuk mengembangkan usaha dan dapat juga di sesuaikan
pembiayaan pembelian barang-barang yang di gunakan
sebagai investasi baik domestik maupun luar negeri sesuai
dengan kemampuan salah satu pihak yang bersangkutan.

2.2 DASAR-DASAR HUKUM

• Landasan Al Qur an

Artinya: “wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perdaganagn
yang berlaku suka sam suka diantara kalian. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang Kepada mu.” (Q. S.
An-Nissa’:29)
Berdasarkan pada Q. S. An-Nissa’:29 yang menjelaskan tentang himbauan
kepada orang-orang muslim agar tidar memakan harta sesamanya dengan cara yahg
batil, apalagi menggunakan tindakan kekerasan yang berujung pada maut.

9
• Landasan Hadist

Artinya: “dari Abu Sa’id Al-Kuhudri bahwa Rasulullah SAW bersabda,


“sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR. Al-Baihaqi
dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh ibnu hibban).

Hadist ini memberikan gammbaran bahwa setiap akad jual beli termasuk akad
murabahah harus dilakukan dengan adanya kerelaan masing-masing pihak ketika
melakukan transaksi.

• .Menurut Syara’
Pengertian jual beli secara syara’ adalah tukar menukar harta dengan harta
untuk memiliki dan memberi kepemilikan. Dalam fatwa Dewan Syariah nasional
(DSN) No. 04 / DSN-MUI/IV/2000. Perngetian Murabahah, yaitu menjual suatu
barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli
membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba. Menurut Muhammad Syafi’I
Antonio, pengertian Bai’al Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntangan yang disepakati.2

Sedangkan menurut Imam Nawawi: “ jual beli adalah pertukaran harta dengan
harta yang lain untuk dimiliki “. Dan Ibnu Qudamah, mendifinisikan jual beli sebagai
pertukaran harta dengan harta yang lain untuk dimilikkan dan dimiliki. Dari definisi
murabahah atau jual beli tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa inti jual beli

2Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Cet. I, Jakarta : Tazkia Institute
1999

10
tersebut adalah, untuk penjual mendapatakan manfaat keuntungan dan bagi
pembeli mendapat manfaat dari benda yang dibeli.

B.Fatwa- Fatwa DSN MUI Terkait Tentang Murabahah

Murabahah mengacu pada PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah yang


diberlakukan sejak 01 Januari 2018, tujuannya ialah untuk mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi Murabahah, penerapan ini pada
lembaga-lembaga keuangan syariah yaitu : bank, lembaga pembiayaan, koperasi, asuransi,
dana pensiun dan lain-lain.

Selain itu juga di jelaskan oleh Adrian Sutedi, S.H.,M.H (2009:96-98), pembiayaan
murabahah telah diatur dalam Fatwa DewanSyariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000,
tentang murabahah 01 April 2000. (Puspitasari, 2020)

Adapun fatwa tersebut berisi ketentuan ketentuan sebagai berikut

-Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah ;

1) bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba
2) Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariat islam
3) bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah di
sepakati klarifikasinya
4) Bank membeli barang yang di perlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan
pemberian ini harus sah dan bebas riba
5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan secara utang
6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah pemesan dengan
harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus
memberi tau secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya
yang diperlukan.
7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka
waktu tertentu yang telah disepakati.

11
8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akas tersebut,
pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah
9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari
pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara
prinsip, menjadi milik bank. 3
• Alur Transaksi Murabahah
Alur umum transaksi murabahah sebagai berikut:
a. Negosiasi disertai pengisian persyaratan oleh bank dan nasabah.
b. Menganalisa kemampuan nasabah dalam hal pembayaran selama
adakad berlangsung.
c. Bank membeli barang yang ditransaksikan dari supplier penjual.
d. Barang dikirim dari supplier kepada nasabah.
e. Barang diteriman dari nasabah kepada supplier.
f. Pembayaran dari nasabah kepada bank dengan jangka waktu yang
ditetapkan saat bernegosiasi.

2.3 APLIKASI MURABAHAH DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Pertambahan kebutuhan masyarakat terkendala pada kesibukan dan


ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan sehingga masyarakat membutuhkan
alternatif untuk membantunya dalam pemenuhan kebutuhan. Lembaga Keuangan Syariah
(LKS) muncul sebagai alternatif bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Produk
utama yang ditawarkan LKS kepada masyarakat adalah murabahah karena sedikitnya resiko
dalam aplikasinya. Namun aplikasi murabahah menimbulkan banyak kritik di kalangan
masyarakat. Bank syariah sering disebut sebagai “bank murabahah” karena murabahah
mendominasi dan modifikasi pada aplikasi murabahah yang dianggap sama seperti kredit
pada bank konvensional.

3 https://www.academia.edu/12735543/Mengkaji_Fatwa_DSN_MUI_Tentang_Murabahah

12
Kajian ini merupakan kajian pustaka dengan analisis deduktif, yaitu penulis
menganalisis dari yang umum ke khusus sehingga dapat diambil kesimpulan. Hasil penelitian
ini menyimpulkan bahwa dalam aplikasi murabahah yang ada pada perbankan syariah
menjadikan bank syariah sebagai penyedia dana bukan sebagai penjual. Akad murabahah
yang ada pada fiqih klasikpun telah banyak mengalami modifikasi.

Modifikasi pada akad murabahah inilah yang memunculkan kritik di kalangan


masyarakat. Modifikasi akad murabahah meliputi akad murabahah yang mengikat nasabah
sebelum bank memiliki barang yang diinginkan nasabah sehingga memunculkan bai’
ma’dum, murabahah lil amri bi al-syira’ yang dianggap haram oleh sebagian ulama karena
merupakan celah riba, dan murabahah bil wakalah yang hukumnya boleh menurut Fatwa
DSN-MUI namun adanya akad wakalah memudahkan munculnya kecurangan dari pihak
nasabah yang akan membuat akad murabahahnya tidak sah.4

Murabahah diterapkan melalui mekanisme jual beli barang dengan penambahan


margin sebagai keuntungan yang akan diperoleh bank. Porsi pembiayaan dengan
akad Murabahah saat ini berkontribusi paling besar dari total pembiayaan Perbankan
Syariah Indonesia yakni sekitar 60%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 6 prosedur yang harus dilakukan
oleh nasabah dalam melakukan pembiayaan murabahah,yaitu:

1) pengajuan permohonan penyaluran pembiayaan murabahah,

2) mengisi formulir dan menyerahkan syarat-syaratnya,

3) dilakukan survei oleh tim MFS(Mikro Financing Sales),

4) dilakukan penilaian kelayakan usaha dari tim survey,

5) mengajukan ke komite bagian pembiayaan, dan pencairan dana

6) Prosedur pembiayaan murabahahmenggunakan pembiayaan mikro


murabahahbil wakalah, dimana dalam pembiayaan murabahahini nasabah

4 http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Mas/article/view/1489

13
mengajukan pembiayaan kepada bank dalam hal jual beli barang, disinilah
akad wakalahdigunakan. 5

5 Jurnal Masharif Al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah

14
BAB III

KESIMPULAN

A.Kesimpulan

Murabahah merupakan suatu bentuk kegiatan jual-beli yang sifatanya


amanah (bai’ al amanah). Murabahah adalah suatu bentuk kegiatan jual-beli barang
yang diperdagangkan dengan harga awal (perolehan) dan keuntungan yang di
dapatkan dengan cara kesepakatan bersama. Pembiayaan murabahah dalam
perbankan diterapkan dalam pengadaan barang, pembiyaan model kerja (berupa
barang), bahkan pembangunan rumah dan lain-lain. Transaksi murabahah ini hanya
berlaku pada satu akad dan satu barang, tidak berlaku satu akad dengan pembelian
barang berulang-ulang.

Rukun murabahah ialah dengan adanya penjual, pembeli, barang yang


diperjual belikan, harga jual (Tsaman) dan Ijab dan Qabul (shighah). Dengan
syaratnya penjual harus memberi tahukan kepada pembeli berapa harga barang
yang di keluarkan, Melakukan kontrak pertama yang sah sesuai dengan ketentuan
rukun yang ditetapkan, kontrak wajib bebas dari riba, dan penjual harus
menyampaikan semua hal yang berkaitan tentang pembelian barang.

B.Saran
Tim penulis tentu menyadari jika penulisan makalah ini masih banyak
kekurangn dan kesalahan yang jauh dari kata kesempurnaan. Kami meminta kritik
yang membangun dari dosen pengampu dan para pembaca. Agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Chandra, A. R. (2018). KONTRIBUSI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BANDAR


LAMPUNG TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO DI KOTA BANDAR LAMPUNG
.

http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Mas/article/view/1489

https://www.academia.edu/12735543/Mengkaji_Fatwa_DSN_MUI_Tentang_Murab
ahah

https://www.academia.edu/42791032/M

Jurnal Masharif Al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Cet. I, Jakarta :
Tazkia Institute 1999

Ratri, C. (2020). Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Akad Murabahah


pada BPRS Metro Madani di Kota Metro [Undergraduate, IAIN Metro].
http://repository.metrouniv.ac.id/id/eprint/1137/

16

Anda mungkin juga menyukai