Secara luas, jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran harta atas dasar saling rela. Menurut (Sabiq,2008)
jual beli adalah memindahkan milik dengan ganti (iwad) yang dapat dibenarkan (sesuai syariah). Pertukaran dapat
dilakukan antara uang dengan barang, barang dengan barang yang biasa kita kenal dengan barter dan uang dengan
uang misalnya pertukaran nilai mata uang rupiah dengan yen.
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan
( margin ) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Hal yang membedakan murabahah dengan penjualan yang
biasa kita kenal adalah penjualan secara jelas memberitahu kepada pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan
berapa besar keuntungan yang diinginkannya. Pembeli dan penjual dapat melakukan tawar-menawar atas kebesaran
margin keuntungan sehingga akhirnya diperoleh kesepakatan.
Kemudian timbul perdebatan berkenaan dengan harga perolehan, apakah hanya sebesar harga beli atau boleh
dengan biaya lain. Secara umum, keempat ulama mazhab membolehkan pembebanan biaya langsung yang harus
dibayarkan kepada pihak ketiga. Mereka tidak memperbolehkan pembebanan biaya langsung yang berhubungan
dengan pekerjaan yang memang seharusnya dilakukan oleh penjual, demikian juga biaya yang tidak bernilai tambah
pada barang ( Karim, 2003)
Harga beli merupakan harga pokok yaitu harga beli dikurangi dengan diskon pembelian. Apabila diskon
diberikan setelah akad, maka diskon yang didapatkan akan menjadi hak pembeli atau hak penjual sesuai dengan
kesepakatan mereka diawal akad. Dalam PSAK 102 dijelaskan lebih lanjut, jika akad tidak mengatur, maka diskon
tersebut menjadi hak penjual. Namun pada hakikatnya, diskon pembelian adalah hak pembeli. Sehingga akan lebih
baik jika prosedur operasional perusahaan menyatakan bahwa diskon setiap akad murabahah adalah hak pembeli.
Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain meliputi (PSAK No.102 par 11):
Diskon dalam bentuk apa pun dari pemasok atas pembelian barang
Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam bentuk rangka pembelian barang
Komisi dalam bentuk apa pun yang diterima terkait dengan pembelian barang
Penjual dapat meminta pembeli untuk mewakilinya membeli barang yang dibutuhkan pembeli sehingga
barang yang dibeli sesuai dengan keinginannya. Dan akad murabahah dapat terjadi setelah barang tersebut menjadi
milik si penjual karena akad tidak sah kalau penjual tidak memiliki barang yang dijualnya.
Penjual dapat dilakukan secara tunai atau kredit (pembayaran tangguh). Dalam akad murabahah,
diperkenankan harga berbeda untuk cara pembayaran yang berbeda. Misalnya, harga tunai, harga tangguh dengan
periode 1 tahun atau 2 tahun berbeda. Namun penjual dan pembeli harus memilih harga mana yang disepakati dalam
akad tersebut dan begitu disepakati maka hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang digunakan dan harga ini
tidak dapat berubah. Apakah pembeli melunasi lebih cepat dari jangka waktu kredit yang ditentukan atau pembeli
menunda pembayarannya, harga tidak boleh berubah.
Penjualan dapat meminta uang muka pembelian kepada pembeli sebagai bukti keseriusannya ingin membeli
barang tersebut. Uang muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah jika akad murabahah disepakati. Namun
apabila penjual telah membeli barang dan pembeli membatalkannya, uang muka ini dapat digunakan untuk menutup
kerugian si penjual akibat dibatalkannya pesanan tersebut. Bila jumlah uang muka lebih kecil dibandingkan jumlah
jumlah kerugian yang harus ditanggung oleh penjual, penjual dapat meminta kekurangan kepada pembeli.
Sebaiknya, bila lebih besar pembeli berhak untuk mengambil atau menerima kembali sebagian uang mukanya.
Apabila akad penjualan secara tangguh dan pembeli dapat melunasinya secara tepat waktu atau bahkan ia
melakukan pelunasan lebih cepat dari periode yang telah ditetapkan, maka penjual memberikan potongan. Namun
demikian, besarnya potongan ini tidak boleh diperjanjikan di awal akad (untuk menghindari adanya unsur riba).
Apabila pembeli tidak dapat membayar utangnya sesuai dengan tepat waktu yang ditetapkan, penjual tidak
memperbolehkan mengenakan denda atas keterlambatan pada pembeli karena kelebihan pembayarannya atas suatu
utang sama dengan riba. Pengecualian berlaku, apabila pembeli tersebut tidak membayar bukan karena mengalami
kesulitan keuangan tapi karena lalai. Dalam kasus seperti ini, pengenaan denda diperbolehkan. Namun, denda ini
pun tidak boleh diakui sebagai pendapatan penjualan tapi harus digunakan untuk dana kebajikan/social (dana qard)
yang akan disalurkan pada orang yang membutuhkan. Tujuan dikenakannya denda adalah sebagai hukuman/sanksi
bagi orang yang lalai agar ia lebih disiplin dalam menunaikan kewajiban membayar hutangnya.
Apabila pelunasan piutang tertunda dikarenakan pembeli mengalami kesulitan keuangan, maka penjual
hendaknya member keringanan. Keringanan dapat berupa menghapus sisa tagihan, membantu menjualkan objek
murabahah pada pihak lain untuk melakukan restrukturisasi piutang.
Restrukturisasi piutang dilakukan terhadap debitur yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran
piutang yang bersifat permanen. Restrukturisasi piutang dapat dilakukan dalam bentuk (PSAK ED 108):
Member potongan sisa tagihan, sehingga jumlah ansuran menjadi kecil
Melakukan penjadwalan ulang (rescheduling), dimana jumlah tagihan yang tersisa tetap (tidak boleh ditambah)
dan perpanjang masa pembayaran disesuaikan dengan kesepakatan kedua pihak sehingga besarnya ansuran
menjadi lebih kecil
Mengonversi akad murabahah, dengan cara menjual objek murabahah kepada penjual sesuai dengan harga
pasar, kemudian dari uang yang ada digunakan untuk melunasi sisa tagihan. Kelebihannya (bila ada) digunakan
sebagai uang muka akad ijarah atau sebagai bagian modal dari akad murabahah musyarakah atau musyarakah
dalam rangka perolehan suatu barang. Hal ini dapat dilakukan terhadap debitur yang mengalami penurunan
kemampuan pembayaran namun debitur tersebut masih prospektif. Sebaliknya, apabila terjadi kekurangan tetap
menjadi utang pembeli yang cara pembayarannya disepakati bersama.
Akad murabahah sesuai dengan syariah karena merupakan transaksi jual beli di mana kelebihan dari harga
pokoknya merupakan keuntungan dari penjualan barang. Sangat berbeda dengan praktik riba dimana nasabah
meminjam uang sejumlah tertentu untuk membeli suatu barang kemudian atas pinjaman tersebut nasabah harus
membayar kelebihannya dan ini adalah riba. Menurut ketentuan syariah, pinjaman uang harus dilunasi sebesar
pokok pinjamannya dan kelebihannya adalah riba. Nilainya tetap atau tidak tetap sepanjang waktu pinjaman.
Dasar Syariah
Al-Quran
“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan
yang tidak batil (tidak benar), kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu…”
(QS 4:29)
“Hai orang-orang beriman penuhilah akad-akad itu…” (QS 5:1)
“”Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.” (QS 2:275)
“…dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia berkelapangan.” (QS
2:280)
“…dan tolong menolong dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa…” (QS 5:2)
“Hai orang yang beriman! Jika kamu melakukan transaksi utang piutang untuk jangka waktu yang ditentukan,
tuliskanlah…” (QS 2:282)
Al-Hadis
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda: “sesungguhnya jual beli itu harus dilakuaan suka
sama suka.” (HR Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menurut Ibnu Hibban)
Rasulullah SAW bersabda: “ada tiga hal yang mengandung keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah) dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga bukan untuk jual beli.”
(HR Ibnu Majah dari Shuhaib)
“Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahan bila ia menjual dan membeli serta di dalam menagih
haknya.” (Dari Abu Hurairah)
“Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya didunia, Allah akan melepaskan kesulitannya di
hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba Nya selama ia (suka) menolong saudaranya.” (HR Muslim)
“Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga sendiri dan pemberian
sangsi kepadanya.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)
“Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezaliman.” (HR Bukhari &
Muslim)
“Sumpah itu melariskan barang dagangan, akan tetapi menghapus keberkahannya.” (HR Al-Bukhari)
Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau memiliki nilai, dan bukan merupakan
barang-barang yang dilarang diperjualbelikan, misalnya: jual beli barang yang kadaluarsa.
Barang tersebut dimiliki oleh penjual, jual beli atas barang yang tidak dimiliki oleh penjual adalah tidak sah
karena bagaimana mungkin ia dapat menyerahkan kepemilikan barang kepada orang lain atas barang yang
bukan miliknya. Jual beli oleh bukan pemilik barang seperti ini, baru akan sah apabila mendapat izin dari
pemilik barang.
Barang tersebut dapat diserahkan tanpa tergantung dengan kejadian tertentu di masa depan barang yang
tidak jelas waktu penyerahannya adalah tidak sah, karena dapat menimbulkan ketidakpastian (gharar), yang
pada gilirannya dapat merugikan salah satu pihak yang bertransaksi dan dapat menimbulkan persengketaan.
Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat diidentifikasi oleh pembeli sehingga tidak ada
gharar (ketidakpastian)
Barang tersebut dapat di ketahui kuantitas dan kualitasnya dengan jelas, sehingga tidak ada gharar.
Harga barang tersebut jelas
Barang yang diakadkan ada di tangan penjual. Barang dagangan yang tidak berada di tangan penjual akan
menimbulkan ketidakpastian (gharar).
Ijab Kabul
Pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis,
melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
Apabila jual beli telah dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah maka kepemilikannya, pembayarannya dan
pemanfaatan atas barang yang diperjualbelikan menjadi halal. Demikian sebaliknya.
Kalau kita perhatikan, semua ketentuan syariah di atas tidak ada yang memberatkan. Semuanya masuk
akal, memiliki nilai moral yang tinggi, menghargai hak pemilikan harta, meniadakan persengketaan yang dapat
berakibat pada permusuhan. Dengan kata lain, semua itu adalah untuk kebaikan manusia itu sendiri.
Perilaku Akuntansi
Akuntansi murabahah (PSAK 102 Revisi 2013)
Ruang lingkup PSAK ini adalah untuk lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang melakuakn
transaksi murabahah baik sebagai penjual maupun pmbeli serta pihak lain yang melakukan transaksi murabahah
dengan entitas-entitas tersebut.
c. Jika terjadi setelah akad murabah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak penjual, menjadi tambahan
pendapatan murabahah, jurnal :
Dr.Kas xxx
Cr.Pendapatan Murabahah xxx
d. Jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diprjanjikan dalam akad, maka akan menjadi hak penjual dan diakui
sebagai pendapatan operasional lain, jurnal :
D.Kas xxx
Cr.Pendapatan Operasional Lain xxx
4. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian diskon tersebut akan tereleminasi pada saat
a. dilakukan pembayaran kepada pembeli, sehingga jurnal :
Dr.Utang xxx
Cr.Kas xxx
atau
b. akan dipindahkan sebagai dana kebijakan jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau oleh penjual, sehingga jurnal :
Dr.Dana Kebijakan Kas xxx
Cr.Dana Kebijakan Potongan Pembelian xxx
5. Pengakuan keuntungan murabahah :
a. jika penjualan dilakukan secara tunai atau secara tangguh sepanjang masa angsuran murabahah tidak melebihi
satu periode laporan keuangan, maka keuntungan murabahah diakui pada saat terjadinya akad murabahah :
Dr.Kas xxx
Dr. Piutang Murabahah xxx
Cr.Aset Murabahah xxx
Cr. Pendapatan Margin Murabahah xxx
b. Namun apabila angsuran lebih dari satu periode naka perlakuannya adalah sebagai berikut.
1. keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah dengan syarat apabila resiko penagihannya kecil, maka dicatat
dengan cara yang sama pada butir a.
2. keuntungan diakui secara proposional dengan besaraan kas yang berhasil ditagih dari piutang muhasabah, meode
ini digunakan untuk transaksi murabahah tangguh dimana ada resiko piutang tidak tertagih relatif besar dan/atau
beban untuk mengelola dan menagih piutang yang relatif besar, maka jurnal :
Pada saat penjualan kredit dilakukan :
Cr. Aset Murabaah xxx
Cr. Aset Murabahah xxx
Cr. Margin Murabahah tangguhan xxx
Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai akun kontra dari piutang Murabahah. Pada saat angsuran :
Dr. Kas xxx
Cr. Piutang Murabahah xxx
Dr. Margin Murabahah Tangguhan xxx
Cr. Pendapatan Margin Murabahah xxx
3. keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil itagih, metode ini digunakan untuk transaksi
murabahah tangguh dimana resiko piutang tidak tertagih dan beban penggelolaan piutang serta penagihannya cukup
besar. Pencatatannya sama dengan point 2 hanya saja jurnal pengakuan keuntungan dibuat saat seluruh piutang telah
selesai ditagih .
6. Pada saat akad murabahah, piutang diakui sebesar biaya perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati.
Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah diakui sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi sama
dengan akuntansi konvensional, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang. Jurnal untuk penyisihan
piutang tak tertagih :
Dr.Penyisihan Tak Tertagih xxx
Cr. Penisihan Piutang Tak Tertagih xxx
7. Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang melunasi tepat waktu atau lebih
cepat dariwaktu yang disepakati diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah.
a. jika potongan diberikan pada saat pelunasan, maka dianggap sebagai pengurang kuntungan murabahah, dan jurnal
:
Dr.Kas xxx
Dr.Margin Murabahah Tangguhan xxx
Cr.Piutang Murabahah xxx
Cr. Pendapatan Margin Murabahah xxx
b. jika potongan diberikan setelah pelunasan yaitu penjual menerima pelunasan piutang dari pembeli dan kemudian
membayarkan poongan pelunasannya kepada pembeli. Maka jurnalnya :
Pada saat penerimaan piutang dari pembeli
Dr.Kas xxx
Dr.Margin Murabahah Tangguhan xxx
Cr.Piutang Murabahah xxx
Cr. Pendapatan Margin Murabahah xxx
(Nilai pendapatan margin murabahah sebesar saldo margin murabahah tangguhan)
Pada saat pengembalian kepada pembeli
Dr.Pendapatan Margin Murabahah xxx
Cr.Kas xxx
(nilai pendapatan margin murabahah sebesar potongan pelunasan)
8. Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yan diterima
diakui sebagai bagian dana kebajikan.
Dr.Dana Kebajikan Kas xxx
Cr.Dana Kebajikan Denda xxx
9. Pengakuan dan pengukuran penerimaan uang muka adalah :
a. uang muka diakui sebagai uang muka pmbelian sebesar jumlah yang diterima
b. pada sat barang jadi dibeli oleh pembeli uang muka diakui sebagai pembayaran piutang (merupakan bagian
pokok)
c. jika barang batal dibeli oleh pembeli maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah dipehitungkan
dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual.
Jurnal yang terkait dengan penerimaan uang muka :
a. penerimaan uang muka dari pembeli
Dr.Kas xxx
Cr.Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx
b. apabila murabahah jadi dilaksanakan
Dr.Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx
Cr.Piutang Murabahah xxx
sehingga untuk penentuan margin keuntungan dapat didasarkan atas nilai piutang (harga jual kepada
pembeli setelah dikurangi uang muka).
c. pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembel lebih besar daripada biaya yang telah
dikeluarkan oleh penjual dalam rangka memenuhi permintaan dalon pembeli maka selisihnya dikmbalikan pada
calon pembeli.
Dr.Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx
Cr.Pendapatan Operasional xxx
Cr.Kas xxx
d. pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih kecil dari pada biaya yang telah
dikeluakan oleh penjual dalam rangka memnuhi pemintaan calon pembeli, maka penjual dapat meminta pembeli
untuk membayarkan kekurangannya dan pembeli membayarkan kekurangannya.
Dr.Kas/Piutang xxx
Dr.Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx
Cr.Pendapatan Operasional xxx
e. jika peusahaan menanggung kekurangannya atau uang muka sama dengan beban yang dikeluarkan.
Dr.Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx
Cr.Pendapatan Operasional xxx
10. Acuan Alternatif
Sesuai dengan fatwa DSN MUI No. 84 Thun 2012 tentang metode pengakuan keuntungan pembiayaan
murabahah, maka pada PSAK 102 (revisi 2013) khusus untuk penjual memberikan alternatif perlakuan untuk
menggunakan meode anuitas pada pengakuan pendapatan. Dalam kondisi ini pejual harus mengikuti PSAK 50
tentan instrumn keuangan, PSAK 55 instrumen keuangan tentang pengakuan dan pengukuran, PSAK 60 tentang
instrumen keuangan tentang penyajian dan pengungkapan.
Untuk seluruh pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan terkait dengan pembiayaan
murabahah berbasis jual beli akan mngacu pada PSAK 50,55, dan 60.
a. Pada saat disepakati pembiayaan murabahah
Dr.Piutang Murabahah xxx
Cr.Aset Murabahah xxx
Cr.Margin Murabahah Tangguhan xxx
Dimana piutang murabahah diakui sejumlah harga jual disepakati ditambah atau dikurangi dengan
pendapatan/beban yang dapat diatribusikan langsung pada pembiayaan murabahah tersebut, aset murabahah sesuai
perolehan penjual dan margin murabahah tangguh sebesar mergin ang disepakati.
b. Pada saat pembayaran angsuran peembiayaan murabahah :
Dr.Kas xxx
Cr.Piutang Murabahah xxx
Dr.Margin Murabahah Tangguhan xxx
Dr/Cr. Piutang Murabahah xxx
Cr.Pendapatan Murabahah xxx
11. Penyajian
Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaiutu saldo piutang
murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang
(contra account)piutang murabahah.
12. Pengungkapan
Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas pada :
a. Harga perolehan aset murabahah
b. Janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan,dan
c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang penyajian laporan keuangan syariah