Akad dalam syariah Islam yang menetapkan harga produksi dan keuntungan ditetapkan bersama oleh penjual dan pembeli. Sehingga skema akad murabahah adalah transparansi penjual kepada pembeli.
2. Apakah dalam murabahah berlaku prinsip profit atau loss sharing?
Dalam murabahah tidak berlaku prinsip profit dan loss sharing, karena termasuk dalam certainty kontrak yaitu suatu jenis kontrak transaksi dalam bisnis yang memiliki kepastian keuntungannya dan pendapatannya, baik dari segi jumlah dan waktu penyerahannya. Masing masing pihak yang terlibat dalam kontrak dapat melakukan prediksi terhadap jumlah maupun waktu pembayaran. 3. Bagaimanakah penentuan margin keuntungan? Apakah pembeli harus mengetahui margin keuntungan yang diambil oleh penjual? Keuntungan yang diinginkan bisa dinyatakan dalam jumlah tertentu (lump sum) atauberdasarkan presentase tertentu, misalnya 20% atau 30% dari harga pokok dan pembeliharus tahu margin keuntungan yang diambil penjual. 4. Jelaskan jenis jenis akad murabahah Ada dua jenis akad murabahah. Diantaranya : 1) Murabahah dengan pesanan. Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli. Hal ini bersifat mengikat maupun tidak terikat. Jika terikat maka pembeli harus membeli pesanan yang dipesannya dan tidak dapat membatalkan pesanannya. Keterangannya : ➢ Melakukan akad murabahah ➢ Penjual memesan dan membeli pada suplier/produsen ➢ Barang diserahkan dari produsen ➢ Barang diserahkan kepada pembeli ➢ Pembayaran dilakukan oleh pembeli. 2) Murabahah tanpa pesanan. Maka murabahah jenis ini bersifat tidak mengikat. Keterangannya : ➢ Melakukan akad murabahah ➢ Barang diserahkan kepada pembeli ➢ Pembayaran dilakukan oleh pembeli 5. Jelaskan dasar hukum akad murabahah 1) Alquran “ Hai orang orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil(tidak benar), kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku sukarela di antaramu...” (QS. An Nisa:29) “Hai orang orang yang beriman penuhilah akad akad itu..” (QS.Al-Maidah:1) “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba..” (QS.Al-Baqarah:275) “... dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia berkelapangan.” (QS.Al-Baqarah:280) “... dan tolong menolonglah dalam mengerjakan kebijakan dan takwa..” (QS.Al- Maidah:2) “Hai orang orang yang beriman jika kamu melakukan transaksi utang piutang untuk jangka waktu yang ditentukan, tuliskanlah...” (QS.Al-Baqarah:282) 2) Hadis Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menurut Ibnu Hibban) Rasulullah SAW bersabda “Ada tiga hal yang mengandung keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan jerawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majah dari Shuaib) “Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahan bila ia menjual dan membeli serta didalam menagih haknya.” (Abu Hurairah) 6. Jelaskan rukun dan syarat akad murabahah Rukun murahabah terdiri dari 5 rrukun jual. Diantaranya : 1) Penjual (Ba’i) 2) Pembeli (musytari) 3) Objek jual beli (mab’i) 4) Harga (Tsaman) 5) Sighat (Lafal ijab & qobul) Syarat adalah rangkaian mutlak yang bagiannya berada diluar sesuatu, tetapi tidak sah jika sesuatu tersebut ditinggalkan. Beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu : 1) Penjual memberitahu biaya barang kepada nasabah 2) Kontrak yang pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan 3) Kontrak harus bebas dari riba. 7. Jika pembeli mengalami kesulitan keuangan untuk membayar murabahah tangguh, apa yang dapat dilakukan oleh penjual Yang dapat dilakukan oleh penjual adalah memberikan keringanan kepada pembeli dengan cara menghapuskan sisa hutang atau merestrukturi piutang. 8. Jika pembeli lalai membayar tangguh, dapatkah ia dibebani denda? Apakah denda tersebut akan dianggap sebagai pendapatan lain lain oleh penjual? Apabila pembeli tidak membayar karena lalai maka pengenaan denda diperbolehkan. Namun, denda tidak boleh diakui sebagai pendapatan penjual tetapi harus digunakan untuk dana kebajika atau social yang akan disalurkan kepada orang yangn membutuhkan. 9. Bolehkah akad murabahah mengenakan uang muka? Bagaimana perlakuan terhadap uang muka tersebut. Menurut Fatwa DSN No. 13 tersebut, para ulama sepakat bahwa meminta uang muka dalam akad jual beli adalah boleh (jawaz). Oleh karena itu, LKS dibolehkan untuk meminta uang muka dalam akad pembiayaan murabahah kepada nasabah apabila mereka sepakat. Jumlah uang muka juga ditentukan sesuai dengan kesepakatan