MURAB
AHAH 1.
Akad Murabahah adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang sudah disepakati.
Konsep Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah (Analisa Kritis Terhadap Aplikasi Konsep Akad Murabahah Di Indonesia Dan Malaysia)
LANDASAN SYARIAH 29 03 21
Tuan Malik berencana membeli mobil Avanza seharga Rp230 juta.
Karena tuan Malik tidak memiliki uang sejumlah tersebut, tuan Malik
mendatangi Bank Syariah X untuk membeli mobil yang diinginkan.
Bank Syariah X kemudian memesan mobil dimaksud, kemudian
menjualnya kepada tuan Malik dengan harga yang disepakati sebesar
Rp 250 juta (Rp 230 juta harga perolehan dan Rp 20 juta margin).
Pembayaran dilakukan secara angsuran setiap bulan selama jangka
waktu 12 bulan.
https://media.neliti.com/media/publications/97507-ID-konsep-akad-murabahah-pada-perbankan-sya.pdf
DASAR HUKUM AKAD MURABAHAH
1. AL – QURAN
هّٰللا
َ اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل َت ْق ُتلُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ اِنَّ َ َك
ان ِب ُك ْم َ ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا اَل َتأْ ُكلُ ْٓوا اَم َْوا َل ُك ْم َب ْي َن ُك ْم ِب ْالبَاطِ ِل ِآاَّل اَنْ َت ُك ْو َن ت َِج
ٍ ار ًة َعنْ َت َر
َر ِح ْيمًا
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu
B. AL HADIST
Landasan hadist yang mendasari transaksi murabahah ini adalah hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah
no. 2289
“Diriwayatkan dari shuhaib r.a. bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: tiga hal yang mengandung berkah yaitu jual beli
secara tidak tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga, bukan
untuk dijual.”
Hadist dia atas menjelaskan diperbolehkannya praktek jual beli yang dilakukan secara tempo,
begitu juga dengan pembiayaan murabahah yang dilakukan secara tempo, dalam arti nasabah
diberi tenggang waktu untuk melakukan pelunasan atas harga komoditas sesuai kesepakatan
C. IJMA’
Mayoritas ulama membolehkan jual beli dengan cara murabahah, karena manusia
sebagai anggota masyarakat selalu membutuhkan apa yang dihasilkan dan dimiliki
orang lain
Imam syafi’I tanpa bermaksud untuk membela pandanganya mengatakan jika
seseorang ,menunjukkan komoditas kepada seseorang dan mgatakan, “kamu bali
untukku, aku akan barikan keuntungan bagini, bagini’, kemudian orang itu
membelinya, maka transaksi itu sah. Imam malik mendukung pendapatnya dengan
acuan pada praktek orang- orang madinah,yaitu ada consensus pendapat di madinah
mengenai hokum orang yang membeli baju disebuah kota, dan mengambilnya kekoa
lain untuk menjualnya berdasarkan suatu kesepakatan berdasarkan keuntungan.
RUKUN DAN SYARAT AKAD
MURABAHAH 29 03 21
SYARAT
RUKUN
MORNING TO-DOS AFTERNOON MOTTO:
AKAD MURABAHAH
a. Pembeli (musytari) hendaklah betul-betul mengetahui
AKAD MURABAHAH
modal sebenarnya dari suatu barang yang hendak dibeli.
1. Ada penjual (bai‟) b. Penjual dan pembeli hendaklah setuju dengan kadar
hitungan atau tambahan harga yang ditetapkan tanpa ada
2. Ada pembeli (musytari) sedikitpun paksaan.
4. Sigat dalam bentuk ijab qabul. d. Sekiranya barang tersebut telah dibeli dari pihak lain, jual
beli yang pertama itu harus sah menurut perundang-undangan
Islam.
Bagya ASgung Prabowo, Aspek Hukum Murabaha Pada Perbankan Syariah, UII Pres, Yogyakarta, 2012
Syarat Murabahah
1. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.
2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang disepakati.
3. Kontrak harus bebas dari riba.
4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli apabila terjadi cacat atas barang
sesudah pembelian.
5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
Secara prinsip, jika dalam syarat 1,4, atau 5 tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan yaitu :
2. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuannya atas barang yang dijual.
3. Membatalkan kontrak.
Penjual dalam hal ini adalah pihak bank, yaitu bank yang berprinsip syariah yang akan
memberikan pembiayaan.
Pembeli (musytari) adalah nasabah yang akan menerima pembiayaan. Barang (mabi) adalah
barang yang dibutuhkan oleh nasabah dan disebut obyek akad.
Sedangkan sighat dalam bentuk ijab qabul. Ijab adalah perkataan penjual, sedangkan qabul
merupakan perkataan pembeli.
RUKUN MURABAHAH MENURUT
ZULKIFLI
1) Pihak yang berakad (bai’ dan musytari’)
b) Tidak terpaksa
2) Barang/objek (mabi’)
3) Harga (tsaman)
a) Harus jelas
a. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
c. Bank memmbiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.
d. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri dan pembelian ini harus sah
serta bebas riba.
e. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika
pembelian dilakukan secara utang.
f. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual
senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini, bank harus memberi tahu
secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
g. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu
tertentu yang telah disepakati.
h. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank
dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
2. Ketentuan Murabahah bagi nasabah adalah sebagai berikut :
a. Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu barang atau asset kepada bank.
b. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu asset yang dipesannya
secara sah dengan pedagang.
c. Bank kemudian menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membeli)-
nya sesuai dengan janji yang telah disepakatinya karena secara hukum janji tersebut mengikat.
Kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.
d. Dalam jual beli ini, bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat
menandatangani kesepakatan awal pemesanan.
b. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.
c. Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya
dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika
nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban
untuk menyelesaikan utangnya kepada bank.
a. Jika nasabah menjual barang sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib
segera melunasi seluruh angsurannya.
b) Jika nasabah menunda nunda pembayaran dengan sengaja atau jika salah
satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, penyelesaiannya dilakukan
melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan
melalui musyawarah.