Anda di halaman 1dari 21

Kelompok 8

 M. Arfin Nur Fauzi 12020220130104


 Zakiya Miftahul Misbah 12020220120028
 Thariq Hanifan A. 12020220140073
 Siti Hirniko 12020220120018
 Zalwa Nur Prima 12020220140044
Utang
Piutang
(Al-Qardh)
01
Pengertian
Utang Piutang
(Al-Qardh)
 Secara etimologi “Qardh” artinya memutus atau memotong.
Dikatakan qaradhtu asy-syai’ a bil-miqradh “saya memutus
sesuatu dengan gunting”

 Kata “Qardh” ini kemudian diadopsi menjadi crade


(Romawi), credit (Inggris), dan kredit (Indonesia).

 Sedangkan secara istilah Al-Qardh adalah sesuatu yang


diberikan oleh pemilik untuk dibayar.
02
Dasar Hukum
Al-Qardh
Al-
Qur’an
Berdasarkan (Q.S. Al-Baqarah : 245 ) Bahwa Allah swt menyerupakan amal salih
dan memberi infaq fi sabilillah dengan harta yang dipinjamkan, dan menyerupakan
pembalasannya yang berlipat ganda dengan pembayaran hutang. Amal kebaikan
disebut pinjaman (hutang) karena orang yang berbuat baik melakukannya untuk
mendapatkan gantinya sehingga menyerupai orang yang menghutangkan sesuatu
agar mendapat gantinya.
Hadits

Dari Anas ra, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Pada malam peristiwa Isra’ aku
melihat di pintu surga tertulis ’shadaqoh (akan diganti) dengan 10 kali lipat,
sedangkan Qardh dengan 18 kali lipat, aku berkata : “Wahai jibril, mengapa Qardh
lebih utama dari shadaqah?’ ia menjawab “karena ketika meminta, peminta tersebut
memiliki sesuatu, sementara ketika berutang, orang tersebut tidak berutang kecuali
karena kebutuhan”. (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi dari Abas bin Malik ra, Thabrani
dan Baihaqi meriwayatkan hadits serupa dari Abu Umamah ra).
Ijm
a
Para ulama menyatakan bahwa qardh diperbolehkan. Qardh bersifat mandub
(dianjurkan) bagi muqridh (orang yang mengutangi) dan mubah bagi muqtaridh
(orang yang berutang) kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak
bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seorangpun
yang memiliki segala barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu, pinjam
meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan di dunia ini. Islam adalah
agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan umatnya.
03
Syarat & Rukun
Al-Qardh
Syarat Qardh
1. Aqid
Orang yang melakukan akad
Menurut pendapat Imam Syafi’I ada 4 orang yang tidak akan sah akadnya yaitu :
1. Anak kecil
2. Orang gila
3. Hamba sahaya, walaupun mukhallaf, dan
4. Orang buta
Sedangkan menurut Fiqh sunnah dikatakan bahwa orang gila, orang yang mabuk,
serta anak kecil yang belum mampu membedakan mana yang baik dan yang
buruk itu tidak sah.
2. Qardh (objek hutang)
1. Bernilai
2. Dapat dimiliki
3. Dapat diberikan kepada pihak yang berutang, dan
4. Ada saat masa perjanjian dilakukan

Selain itu, perlu adanya saksi dalam perjanjian hutang


2 orang laki-laki atau seorang laki-laki dan dua orang perempuan
QS. Al-Baqarah: 282
3. Shigat (ijab dan qabul)
Akad berdasarkan pendapat etimologi mempunyai makna: menyimpulkan,
mengikat (tali). Akad ialah perikatan antara ijab dan qabul yang
mengindikasikan adanya kerelaan dari kedua belah pihak.
Ijab ialah “ pengakuan dari pihak yang memberi utang” dan qabul ialah
“penerimaan dari pihak yang berutang”. Ijab qabul harus dengan lisan, seperti
yang telah dijelaskan di atas, tetapi dapat pula dengan isyarat bagi orang bisu
Rukun Qardh

1. Aqid
Yang berhutang dan yang
memberi hutang
Ma’qud
Shigat
alaih
Barang yang dihutangkan atau (Ijab qabul) Persetujuan antara
dipinjamkan. kedua belah pihak.
04
Kepemilikan
Al-Qardh
Definisi dan Sebab Menjadi
Kepemilikan Al-Qardh
 Milkiyah Qardh merupakan suatu kegiatan pemindah milikan
atau pemindah kekuasaan harta hutang-piutang kepada pihak
yang diserahi kekuasaan dalam harta tersebut.

01  Barang atau harta dapat pindah kepemilikan kepada orang lain


dalam qardh (hutang-piutang) harus melalui akad (bil uqud)
antara peminjam dan pihak yang meminjami. Akad dalam
pemindah kekuasaan qardh ini sama halnya seperti akad pada
saat jual beli, sewa-menyewa, dan hibah.
Pelaksanaan dan shigat :
 Dianggap sah bilamana dilakukan terhadap barang dagangan
yang dibolehkan. Selain itu, dianggap sah juga sesudah
adanya ijab dan qabul, seperti pada jual-beli dan hibah.

02  Shigat ijab bisa dengan menggunakan lafal yang


mengandung makna kepemilikan. Misalnya: “Saya
memberikan barangku kepadamu, dengan ketentuan kamu
harus mengembalikan kepada saya penggantinya”.
Penggunaan kata memberikan disini bukan bermakna
diberikan cuma–cuma, melainkan pemberian hutang yang
harus dibayar.
Waktu dan tempat pengembalian
qardh
 Para ulama telah sepakat : pengembalian barang pinjaman
bahwa
hendaknya di tempat bilamana akad qardh itu dilaksanakan. Dan
boleh juga di tempat mana saja, bilamana tidak membutuhkan
biaya kendaraan, bekal dan terdapat jaminan keamanan.
Bilamana semua itu diperlukan, maka bukan sebuah keharusan
03 bagi pemberi pinjaman untuk menerimanya.

 waktu pengembalian harta qardh menurut para ulama,


mengatakan bahwa pengembalian harta qardh adalah kapan saja
sesuai kehendak si pemberi pinjaman, setelah pihak yang
meminjam menerima harta pinjaman. Hal ini karena Qardh
merupakan akad muamalah yang tidak mengenal batasan waktu.
Harta yang harus dikembalikan :
 Para ulama sepakat bahwa wajib hukumnya bagi
peminjam untuk mengembalikan harta semisal
apabila ia meminjam harta mitsli, dan

04 mengembalikan harta semisal dengan bentuknya.

 Bila pinjamannya adalah harta qimiy seperti


mengembalikan sapi yang ciri-cirinya mirip dengan
sapi yang dipinjam.
05
Aplikasi Al-
Qardh di
Perbankan
Syariah
Terbagi Menjadi 4 :
Sebagai pinjaman
tunai (cash advanced)

01 02 dari produk kartu


kredit
Syariah.
04
Sebagai
pinjaman Sebagai pinjaman
talangan haji. kepada pengurus
Sebagai pinjaman

03
Bank.
kepada pengusaha
kecil.
Terima kasih!!

Anda mungkin juga menyukai