Anda di halaman 1dari 7

BAB X

JUAL BELI SALAM


Standar Kompetensi :
mahasiswa memiliki kemampuan menjelaskan dan menerapkan
jual beli salam dalam transaksi bisnis atau bermuamalah
Indikator :
a. Mampu menjelaskan pengertian jual beli salam
b. Mampu menyebutkan rukun dan syarat jual beli salam
c. Mampu menjelaskan dasar hukum jual beli salam
d. Mampu menjelaskan aplikasi jual beli salam dalam
perbankan maupun lembaga keuangan
a. Definisi Salam
Bentuk masdar dari kata aslama yang berarti mendahulukan
modal. Secara etimologi salam juga diistilahkan dengan salaf
(pinjaman tanpa bunga). Istilah salam digunakan oleh
penduduk Hijaz, sedangkan kata salaf digunakan oleh
penduduk Irak.
Akad salam adalah Akad pembelian suatu hasil produksi
(komoditi) untuk pengiriman yang ditangguhkan dengan
pembayaran segera sesuai dengan persyaratan tertentu atau
“Penjualan suatu komoditi untuk pengiriman yang
ditangguhkan dengan pembayaran segera/di muka”
(Agustianto, 2010)
b. Landasan Hukum Salam
1. Al Qur’an
Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 282

149
      
   
282. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.
 Firman Allah QS. al-Ma’idah [5]: 1:
      
1. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad
itu[388].
[388] Aqad (perjanjian) mencakup: janji prasetia hamba
kepada Allah dan Perjanjian yang dibuat oleh manusia
dalam pergaulan sesamanya.
2. Hadis
َ ِ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َأ َّن َرسُوْ َل هللا‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َوآلِ ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ‫ع َْن َأبِ ْي َس ِع ْي ٍد ْال ُخ ْد ِريْ َر‬
)‫ (رواه البيهقي وابن ماجه وصححه ابن حبان‬،‫اض‬ ٍ ‫ ِإنِّ َما ْالبَ ْي ُع ع َْن تَ َر‬:‫قَا َل‬
“Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW
bersabda, ‘Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan
suka sama suka.’” (HR. al-Baihaqi dan Ibnu Majah, serta
dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).
ٍ ُ‫وم ِإلَى َأ َج ٍل َم ْعل‬
‫وم‬ ٍ ُ‫ َم ْن َأ ْسلَفَ فِي َش ْي ٍء فَفِ ْي َك ْي ٍل َم ْعل‬.
ٍ ُ‫وم َو َو ْز ٍن َم ْعل‬
"Barang siapa melakukan salaf (salam), hendaknya ia
melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang
jelas, untuk jangka waktu yang diketahui" (HR. Bukhari,
Sahih al-Bukhari [Beirut: Dar al-Fikr, 1955], jilid 2, h.
36).
Hadis Nabi riwayat jama’ah:
‫… َم ْط ُل ا ْل َغنِ ِّي ظُ ْل ٌم‬
“Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh
orang mampu adalah suatu kezaliman…”

150
     
Hadis Nabi riwayat Nasa’i, Abu Dawud, Ibu Majah, dan
Ahmad:
َ ْ‫لَ ُّي ْال َوا ِج ِد يُ ِحلُّ ِعر‬.
ُ‫ضهُ َو ُعقُوْ بَتَه‬
“Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh
orang mampu menghalalkan harga diri dan pemberian
sanksi kepadanya.”
c. Rukun Salam
1. Harus ada pembeli ( Muslam )
2. Harus ada Penjual ( Muslam Alaih )
3. Harus ada Modal ( Uang )
4. Harus ada barang ( Muslam fihi )
5. Harus diucapkan ( Sighat )
d. Syarat Salam
1. Ada modal, dan modal harus diketahui
2. Penerimaan pembayaran salam
3. Barang harus spesifik dan dapat diakui sebagai hutang
4. Harus bisa diidentifikasi secara jelas
5. Penyerahan barang dilakukan kemudian hari
6. Bolehnya menentukan waktu penyerahan barang
7. Apabila barang tidak sesuai, maka penjual harus
mengganti
e. Aplikasi Salam Dalam Perbankan
Sistem ini biasanya diterapkan untuk pembiayaan berjangka
pendek, terutama dalam bidang pertanian dan manufaktur.
Melalui fasilitas ini, nasabah (misalnya petani) yang ingin
melakukan produksi (penanaman) namun tidak memiliki

151
modal yang cukup, bisa mengajukan pembiayaan untuk
produksi kepada bank. Dalam hal ini, petani tersebut
bertindak sebagai muslam ilaih. Bank akan memberikan
pinjaman yang dalam prakteknya seakan-akan bank
melakukan pemesanan barang kepada nasabah dengan
pembayaran dibayar di muka, sedangkan barangnya diterima
secara utang. Di sini bank menempati posisi muslim. Dalam
hal ini, praktek salam berlangsung
Seperti contoh berikut ini :
Sebagai contoh aplikasi adalah seorang nasabah yang
membutuhkan dana untuk membeli sebuah mesin yang akan
dipergunakan untuk berbisnis. Masa menuai hasil dari bisnis
tersebut direncanakan akan berlangsung bulan depan.
Tentunya, nasabah tersebut meminjam dana kepada bank
kemudian meminta bank syariah untuk membeli hasil
produksi kemudian melakukan penjualan kembali kepada
nasabah dengan cicilan yang disepakati dalam jangka waktu
tertentu. Bank syariah menerapkan persentase keuntungan
sesuai dengan kesepakatan. Bank bertindak sebagai pembeli
maupun sebagai penjual.
Terdapat beberapa ketentuan mengenai pembayaran, antara
lain : alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik
berupa uang, barang atau manfaat, pembayaran harus
dilakukan pada saat kontrak disepakati dan pembayaran tidak
boleh dalam bentuk pembebasan hutang Beberapa ketentuan
mengenai barang yang diperjual belikan, antara lain : harus
jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang, harus dapat
dijelaskan spesifikasinya, penyerahannya dilakukan
kemudian, waktu dan tempat penyerahan barang harus
ditetapkan berdasarkan kesepakatan, pembeli tidak boleh
menjual barang sebelum menerimanya dan tidak boleh
menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan.

152
f. Contoh Salam di Dalam Perbankan
Pada perbankan Syariah, jual beli salam lazim ditetapkan
pada pembelian alat-alat pertanian, barang-barang industri,
dan kebutuhan rumah tangga. Nasabah yang memerlukan
biaya untuk memproduksi barang-barang industri bisa
mengajukan permohonan pembiayaan ke bank syari’ah
dengan skim jual-beli salam. Bank dalam hal ini berposisi
sebagai pemesan (pembeli) barang yang akan diproduksi oleh
nasabah. Untuk itu bank membayar harganya secara kontan.
Pada waktu yang ditentukan, nasabah menyerahkan barang
peasanan tersebut kepada bank.
Berikutnya bank bisa menunjuk nasabah tersebut sebagai
wakilnya untuk menjual barang tersebut kepada pihak ketig
secara tunai. Bank bisa juga menjual kembali barang itu
kepada nasabah yang memproduksinya itu secara tangguh
(bisaman ajil) dengan mengambil keuntungan tertentu.
Jadi setelah akad Salam tuntas dengan diserahkannya barang
oleh nasabah (penjual) kepada bank (pembeli), masih ada
beberapa akad lain yang mengiringinya. Kalau bank
kemudian menunjuk nasabah tersebut sebagai wakil bank
untuk menjual barang itu secara tunai kepada pihak ketiga,
maka yang terjadi adalah akad jual beli murabahah bisama
ajil.
Dengan beralihnya kepemilikan barang itu kepada nasabah,
sedangkan ia belum membayar sepeserpun kepada bank,
maka timbullah dayn (hutang). Selanjutnya, walaupun tidak
wajib, biasanya diikuti dengan akad rahn, dimana bank
menahan barang jaminan, baik berupa barang yang sudah
dibeli kembali oleh nasabah itu tadi atau barang lain.
g. Rangkuman
Akad salam adalah Akad pembelian suatu hasil produksi
(komoditi) untuk pengiriman yang ditangguhkan dengan

153
pembayaran segera sesuai dengan persyaratan tertentu
atau “Penjualan suatu komoditi untuk pengiriman yang
ditangguhkan dengan pembayaran segera/di muka”
Rukun Salam adalah Harus ada pembeli ( Muslam ), harus
ada Penjual ( Muslam Alaih ), harus ada Modal ( Uang ),
harus ada barang ( Muslam fihi ), harus diucapkan
( Sighat ) rukun tersebut harus memenuhi syarat; ada
modal, dan modal harus diketahui, penerimaan
pembayaran salam, barang harus spesifik dan dapat diakui
sebagai hutang, harus bisa diidentifikasi secara jelas,
penyerahan barang dilakukan kemudian hari, bolehnya
menentukan waktu penyerahan barang, apabila barang
tidak sesuai, maka penjual harus mengganti
h. Latihan soal
1. Jelaskan pengertian salam
2. Jelaskan landasan syariah jual beli salam
3. Bagaimanakah hukumnya jika melakukan jual beli salam
tetapi barang yang dipesan tidak sesuai yang diperjanjikan
dalam akad
4. Bagaimana hokum jual beli salam apabila pembayarannya
dilakukan ketika barang pesanan tersebut sudah dikirim
kepada pemesan
5. Bagaimana aplikasinya dalam perbankan, jelaskan dengan
skema
i. Daftar Pustaka
1. Agustianto, Iqtishod Consulting, Materi Training Fiqh
Muamalah Tingkat Advance, PP MES, Jakarta, 2010
2. Wahbah Zuhaily, Al Fiqh Al Islam Wa Adillatuhu,
Damaskus, Daar al Fikr, 1989

154
155

Anda mungkin juga menyukai