Anda di halaman 1dari 8

Nama: Nurfaizi Azmi (20423125)

Nabil Rifqi Zachary Ahsya (20423126)

Abisarh unus (20423187)

Mata Kuliah: Fiqh Muamalah Klasik A

TUGAS MERANGKUM

JUAL-BELI SALAM

A. Definisi
Akad salam adalah salah satu bentuk akad dalam fiqh muamalah. Salam yang
dimaksud disini bukan salam yang artinya perdamaian atau memberi salam.
1. Bahasa
Secara Bahasa salam adalah al-I’tha’ dan at-taslif, keduanya bermakna pemberian.
2. Istilah
Sedangkan secara istilah Syariah, akad salam sering didefinisikan oleh para fuqaha
secara umumnya menjadi dengan Bahasa yang mudah, akad salam itu pada hakikatnya
adalah jual-beli dengan hutang. Jadi akad salam ini kebalikan dari kredit. Kalu jual-beli
kredit, barangnya terlebih dahulu dan uang pembayarannya jadi hutang.

B. Perbedaan Akad Salam Dengan Akad Yang Serupa


1. Bukan Uang Muka
Biasanya sebelum sebuah transaksi jual-beli terjadi, ada semacam kesepakatan
awal antara penjual dan pembeli, dengan ditandai dengan semacam uang muka
sebagai jaminan. Sedangkan dalam masalah uang jaminan, jual-beli belum selesai dan
masih dalam proses. Maka akad salam ini berbeda dengan ung muka atau uang
jamina.
2. Bukan Sistem Ijon Yang Haram
Akad salam juga tidak sama dengan jual-beli siste ijon yang sering terjadi antara
petani dan tengkulak. Contohnya seorang petani sudah menjual apa yang bakaln
menjadi hasil panennya kepada tengkulak, padahal msa panennya tanamannya itu
belum berbuah, kalua pun ada, masih berupa pentil buah. Sebaliknya, bila hasilnya
bagus, maka boleh jadi petaninya yang rugi, karena harga jualya jauh lebih rendah
dari harga pasar yang berlaku saat itu.
3. Bukan Menjual Brang Milik Orang Lain
Menjual barangnya tertentu yang belum menjadi milik kita hukumnya
haram.alasannya lantara tidak ada jaminan bagi si penjual untuk bisamendapatkan
barang itu untuk diserahkan kepada pembelinya. Dalam akad salam, barang yang
diperjual-belikan bukan barang yang spesifik dimiliki oleh seseorang, melainkan
barang yang bisa dibeli dari siapa saja yang memilikinya dan memang tersedia dalam
jumlah yang banyak. Akad itu menjadi haram kalua sapi yang dimaksudnya adalah
harus sapi milik C yang tertentu yaitu yang Bernama paijo. Tapi akad itu menjadi
halal dalm salam, karena sapinya tidak harus si paijo milik C, bisa sapinya yang
Bernama siapa saja asalkan kreterianya tepat sesuai dengan yang disepakati.

C. Masyru’iyah
Akad salam ditetapkan kebolehannya didalam Al-Quran, As-Sunnah dan juga ijma’.
1. Al-Quran
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.
2. As-Sunnah
Sedangkan dalam As-Sunnah An-Nabawiyah, dalil dengan salam ini
disebutkan dalam haditsnya Riwayat Ibnu Abbas RA. Ibnu Abbas RA berkata
bahwa Ketika Nabi SAW baru tiba di Madinah, orang-orang Madinah biasa
melakukan akad salam pada kurma untuk satu dan dua tahun. Ibnu Al-Abbas
berkata, akau bersaksi bahwa akad salaf (salam) yang ditanggung hingga waktu
yang ditentukan telah dihalalkan Allah dalam Kitab-nya dan dia telah
mengizinkannya. Namun akad salam merupakan pengecualian yang ditetapkan
oleh Rasulullah SAW, sebagaimana disebut di dalam hadits-hadits di atas.
3. Ijma’
Ibnu Al-Munzir menyebutkan bahwa semua orang yang kami kenal sebagai
ahli ilmu telah bersepakat bahwa akad salam itu merupakan akad yang
dibolehkan.

D. Manfaat Akad Salam


1. PEMBELI
Dengan menggunakan akad salam yang memang hukumnya halal, ada keuntungan
yang bisa diraih oleh pihak pembeli, beberapa di antara keuntungan itu misalnya:

a. Jaminan Mendapatkan Barang


Jaminan untuk mendapatkan barang sesuai denagn yang ia butuhkan dan pada waktu
yang ia inginkan. Keunuang pembayaran tungan seperti ini bisa terjadi dalam kasus
tertentu, seperti pada saat barang akan menjadi langka dan sulit didapat, tetapi saat itu
justru dibutuhkan orang.
b. Harga Cendrung Lebih Baik
Keuntungan kedua dengan menggunakan akad salam ini adalah kita tidak akan jadi
korban permainan harga. Biasanya hukum pasar yang berlaku adalh ketika barang
langka, maka harga cenderung akan baik. Ketika demand tinggi sementara suplay
tidak bisa memenuhi, harga akan melambung

2. PENJUAL

a. Dapat Modal
Dengan sistem akad salam, pihak penjual bisa dapat uang segar tanpa harus
segera menyerahkan barang. Seolah-olah penjual mendapatkan modal gratisan untuk
menjalankan usahanya dengan cara yang halal, sehingga ia dapat menjalankan dan
mengembangkan usahanya tanpa harus membayar bunga. Dengan demikian selama
belum jatuh tempo, penjual dapat menggunakan uang pembayaran tersebut.

Cerita menarik dari para pengusaha bisnis haji dan umrah barangkali bisa kita
jadikan salah satu contoh. Sebagaimana kita tahu bahwa tiket perjalanan haji itu
menjadi rebutan ribuan calon jamaah. Biasanya, meski perjalanan haji baru
dilaksanakan dibulan Dzulqa’dah, namun biaya harus sudah disetorkan jauh-jauh hari
sebelumnya, bahkan sampai bertahun-tahun sebelumnya.

b. Punya Tempo
Selain mendaptkan modal, pihak penjual juga memiliki keleluasaan dalam
memenuhi permintaan pembeli, karena biasanya tenggang waktu antara transaksi dan
penyerahan barang pesanan berjarak cukup lama
E. Rukun
Rukun jual-beli secara salam ada tiga, yaitu:

 Shighat
Shighat adalah ijab kabul dan qalbu, dimana penjual mengicpakan lafadz ijab
kepada pembeli, seperti aslamtuka (aku jual secara salam) atau aslaftuka (aku jual
secara salf), atau dengan kata-kata lain yang menjadi mustaq dari keduannya.

Sedangkan qalbu adalah jawabn dari pihak yang membeli secara salam, seperti
ucapan: qabiltu (saya terima), atau radhitu (saya rela), atau sejenisnya yang punya
makna persetujua.

 Kedua-belah pihak
Yang dimaksud dengan kedua-belah pihak adalah keberadaan penjual dan
pembeli yang melakukan akad salam. Penjual sering disebut dengan musalim,
sedangkan pembeli sering disebut dengan musallam ilahi. Tanpa keberadaan
keduannya, maka salah satu rukun salam tidak terpunuhi, sehingga akad itu
menjadi tidak sah.

 Uang dan Barang


Uang sering disebut juga dengan ra’sul maal, sedangkan barang disebut dengan
musallam fiihi

Akad salam memastikan adanya harta yang dipertukarkan, yaitu uang sebagai alat
pembayaran dan barang sebagai benda yang diperjualkan-belikan

F. Syarat Akad salam Pada uang


Uang yang dijadikan alat pembayaran dalam akad salam diharuskan memenuhi kriteria
sebagai berikut:

 Jelas Nilainya
Uang harus disebutkan dengan jelas nilainya atau kursnya. Kalau di zaman
dahulu, harus dijelaskan apakah berbentuk coin emas atau perak

 Diserahkan Tunai
Pembayaran uang pada akad salam harus dilakukan secara tunai atau kontan pada
majelis akad sala itu juga, tanpa ada sedikitpun yang terhutang atau ditunda

G. Syarat Akad Salam Pada Barang

1. Bukan Ain-nya Tapi Spesifikasinya

Dalam akan salam, penjual tidak menjual ain suatu barang tertentu yang sudah
ditetapkan, melainkan yang dijual adalah barang dengan spesifikasi tertentu. Sebagai
contoh, seorang pedagang menjual secara salam 10 kantung semen dengan merk tertentu
dan berat tertentu kepada seorang pelanggan. Kesepakatan pembayaran dilakukan saat ini
juga, namun penyerahan semennya baru 2 bulankemudian, terhitung sejak akan itu
disepakati.

2. Barang jelas spesifikasinya

. Barang yang dipesan harus dijelaskan spesifikasinya, baik kualitas maupun juga
kuantitas. Dengan demikian, ketika penyerahan barang itu dijamin 100% tidak terjadi
complain dari kedua belah pihak.

3. Barang Tidak diserahkan saat akad

Apabila barang itu diserahkan tunai, maka tujuan utama dari salam malah tidak
tercapai, yaitu untuk memberikan keleluasan kepada penjual untuk bekerja mendapatkan
barang itu dalam tempo waktu tertentu.

Al-qadhi abdil wahhab mengatakan bahwa salam itu adalah salaf, dimana akad itu
memang sejak awal ditetapkan sebagai pembayaran diawal dengan penyerahan barang
belakang.

4. batas minimal penyerahan barang

Al-karhi dari al-hanafiyah menyebutkan minimal jatuh tempo yang disepakai


adalah setengah hari dan tidak boleh kurang dari itu.

Sedangkan ulama lain menyebutkan minimal batasnya adalah 3 hari, sebagai


qiyas dari hukum khiyar syarat.

5. jelas waktu penyerahannya


Harus ditetapkan disaat akad dilakukan tentang waktu (jatuh tempo) penyerahan
barang. Jatuh tempo bisa ditetapkan dengan tanggal, bulan,atau tahun tertentu, atau
dengan jumlah hari atau minggu atau bulan terhitung sejak disepakatinya akad salam itu.

6. bisa diserahkan padaa saatnya

Pada saat menjalankan akad salam, kedua belah pihak diwajibkan untuk
memperhitungkan ketersediaan barang pada saat jatuh tempo. Persyaratan ini demi
mencegah alad salam dari praktek tipi-menipu dan untung-untungan, yang keduanya
nyata-nyata diharamkan dalam syariat islam.

7. Jelas tempat penyerahannya

Yang dimaksud dengan barang yang terjamin adalah abrang yang dipesan tidak
ditentukan selain kriterianya, maka diserahkan sepenuhnya kepada pengusaha, sehingga
ia memiliki kebebasan dalam hal tersebut.

Pernyaratan ini bertujuan untuk menghindarkan akad salam dari unsur gharar
(untung-untungan), sebab bisa saja kelak ketika jatuh tempo, pengusaha di karenakan
suatu hal tidak bisa mendatangkan barang dari ladangnya, atau dari perusahaannya.

H. Perbedaan pendapat tentang definisi salam

Ada beberapa definisi salam menurut para ulama mazhab sesuai dengan syarat yang
mereka ajukan, setidaknya ada tiga pendapat dalam hal ini.

1. Pendapat pertama

Sudah disebutkan bahwa menurut pendapat pertama, akad salam merupakan jual
beli yang uangnya dibayarkab sekarang sedangkan barangnya diserahkan kemudian.
Mazhab Hanafi dan hambali yang diwakili oleh Ibnu ‘Abidin menyebutkan
bahwa salam adalah membeli sesuatu yang diberikan kemudian dengan pembayarannya
sekarang.

2. Pendapat kedua
Adapun mazhab Asy-Safi’i., tidak menyaratkan penyerahan suatu yang diperjual-
belikan itu di kemudia hari atau saat itu juga. Yang lebih penting adalah menurut mereka,
penyerahan uang pembayaran dilakukan saat akad.

3. Pendapat ketiga

Sedangkan pendapat yang ketiga ini mensyaratkan barangnya diserahkan


kemudian, bukan saat akad, sedangkan uangnya tidak disyaratkan harus diserahkan saat
itu juga. Jadi intinya uang pembayarannta boleh diserahkan saat akad itu dilangsungkan
sataupun boleh juga diserahkan kemudian.

Pendapat ketiga ini dikemukakan oleh mazhab maliki sebagaimana tertera dalam
kitab Idhahul Masalik Ila Al-Qawa’id Al- Imam Malik.

Anda mungkin juga menyukai