Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MARWAH RAZAK

NIM : 2018 01100


SEMESTER : VII
JURUSAN : AKUNTANSI
KONSENTRASI : AKUNTANSI KEUANGAN

AKUNTANSI SALAM
1. Latar Belakang
Salam merupakan salah satu jenis akad jual beli, dimana pembeli
membayar terlebih dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan kuantitasnya
jelas sedangkan barangnya baru akan diserahkan pada saat tertentu di kemudian
hari. Dengan demikian, akad salam dapat membantu produsen dalam penyediaan
modal sehingga ia dapat menyerahkan produk sesuai dengan yang telah dipesan
sebelumnya. Sebaliknya, pembeli dapat jaminan memperoleh barang tertentu,
pada saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya diawal.
Salam berasal dari kata “As salaf” yang artinya pendahuluan karena
pemesan barang menyerahkan uangnya di muka. Al-Salam atau salaf adalah jual
beli barang secara tangguh dengan harga yang dibayarkan di muka, atau dengan
bahasa lain jual beli dimana harga dibayarkan di muka sedangkan barang dengan
kriteria tertentu akan diserahkan pada waktu tertentu.
Definisi (PSAK) : akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan
pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam ilaihi) dan pelunasannya
dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan
syarat tertentu.
2. Landasan Syari’ah
a. Al-Qur’an
Terjemahannya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang di tentukan, hendaklah
kamu menuliskannya…” (QS.Al-Baqarah : 282)
b. Al-Hadis
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasullullah SAW. Datang ke Madinah
di mana penduduknya melakukan salaf (salam) dalam buah-buahan untuk jangka
waktu satu, dua, dan tiga tahun. Beliau berkata:
”Barangsiapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan
dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka
waktu yang diketahui.”
Dari Shuhaib r.a. bahwa Rasullulah saw, bersabda,:
“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara
tangguh, muqaradhah (mudharabah),dan mencampur gandum dengan
tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk djual.”(HR.Ibnu Majah).
(Muhammad Syafi’I Antonio, 2001:108)

3. Ketentuan-ketentuan dalam Akuntansi Syari’ah


Ketentuan syar’I transaksi salam diatur dalam Fatwa DSN Nomor
05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam. Fatwa tersebut mengatur tentang
ketentuan pembayaran, barang, salam parallel, waktu penyerahan, dan syarat
pembatalan kontrak.
Rukun Salam:
 Muslam (Pembeli atau pemesan)
 Muslam Ilaih (Penjual atau penerima pesanan)
 Muslam fiih ( Barang yang di pesan)
 Ra’s al-mal ( Harga pesanan/ modal yang dibayarkan)
 Shighat ijab qabul (ucapan serah terima)

Syarat Salam
 Syarat Aqidain : Muslam (pembeli atau pemesan) dan syarat Muslam Ilaih
( penjual atau penerima pesanan).
 Syarat Ra’s al mal (dana yang dibayarkan atau modal)
 Syarat Muslam fih (barang yang dipesan)
 Syarat Ijab Qabul

Jenis salam

a. Salam
Salam merupakan transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan
belum ada ketika transaksi dilakukan, pembeli melakukan pembaaran
dimuka sedangkan penyerahan barang dilakukan di kemudian hari.

b. Salam parallel
Lembaga keuangan syariah dapat bertindak sebagai pembeli dan atau
penjual dalam suatu transaksi salam. Jika lembaga keuangan syariah
bertindak penjual kemudian membeli dari pihak lain, hal ini di sebut salam
parallel. Jadi salam parallel artinya melaksanakan dua transaksi bai’ salam
yaitu pemesan dan penjual dan antara penjual dan pemasok (supplier) atau
pihak ketiga.

4. Standar Akuntansi Salam dalam PSAK No.59


Akuntansi Salam dan Salam Paralel

a. Piutang salam diakui pada saat modal salam dibayarkan atau dialihkan
kepada penjual.
b. Transaksi salam paralel diakui sebagai kewajiban pada saat bank
menerima modal salam berupa kas atau aktiva non-kas.
c. Modal salam
d. Pengakuan dan pengukuran penerimaan barang pesanan

5. PERLAKUAN AKUNTANSI SALAM

1) Pengakuan & Pengukuran


Seperti yang disebutkan dalam PSAK No. 103, bahwa Salam
adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan penangguhan
pengiriman oleh muslam ilaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan
segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai
dengan syarat-syarat tertentu. Transaksi salam terjadi karena pembeli
berniat memberikan modal kerja terlebih dahulu untuk memungkinkan
penjual (produsen) menyediakan barangnya. Transaksi salam diselesaikan
pada saat penjual menyerahkan barang kepada pembeli.
Pada situasi dimana pihak penjual tidak dapat menyediakan sendiri
barang pesanan dari pembeli maka dilakukan Salam Paralel, yaitu entitas
yang bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain
untuk menyediakan barang pesanan dengan transaksi Salam juga.
2) Penyajian
Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh
melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau
nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat
direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian.
Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai
Piutang salam Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat
memenuhi kewajibannya dalam transaksi Salam disajikan secara terpisah
dari Piutang salam. Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima
sebagai Hutang Salam.
3) Pengungkapan
Dalam catatan atas laporan keuangan, pembeli dan penjual dalam
transaksi salam mengungkapkan besarnya modal usaha salam, baik yang
dibiayai sendiri maupun yang dibiayai secara bersama-sama dengan pihak
lain.

6. MANFAAT DAN KELEMAHAN AKAD SALAM


1) Manfaat Akad Salam
Orang yang mempunyai perusahaan sering membutuhkan uang unuk
keperluan perusahaan mereka, bahkan sewaktu-waktu kegiatan perusahaan
sampai terhambat Karena kekurangan bahan pokok. Sedangkan pembeli
selain akan mendapat barang yang sesuai dengan yang diinginkannya,
maka ia pun sudah menolong kemajuan perusahaan saudaranya. Untuk
kepentingan itu, Allah swt. Membolehkan akad salam.
2) Kelemahan Akad Salam
Akan dimanfaatkan oleh orang yang sangat membutuhkan untuk
menekan harga kepada penjual. Sebagaimana islam sangat mengiginkan
hambanya untuk mempermudah dan membantu pihak lain, melakukan
eksploitasi pihak lain atas nama syariat dan agama, untuk itu Nabi
mencegah jual beli yang dilakukan oleh orang yang sangat membutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai