Anda di halaman 1dari 36

AKUNTANSI SYARIAH

8
K E LO
MP O K
AKAD SALAM
Icon Icon Icon

RESA HANIFA M. LUTHFI ANAS HANIFAH RIZKY Y

1820210119 1820210142 1820210146

KELOMPOK 8
2
Pengertian Akad Salam

Salam berasal dari kata As salaf yang artinya


pendahuluan karena pemesan barang menyerahkan uangnya
di muka. Para ahli fikih menamainya al mahawi’ij (barang-
barang mendesak) karena ia sejenis dengan jual beli yang
dilakukan mendesak walaupun barang yang diperjualbelikan
tidak ada di tempat. “mendesak”, dilihat dari sisi pembeli
karena ia sangat membutuhkan barang tersebut di kemudian
hari sementara dari sisi penjual, ia sangat membutuhkan uang
tersebut.
3
1 • Pengertian Akad Salam

2 • Jenis Akad Salam

Rumusan
3 • Dasar Syariah

Masalah 4 • Perlakuan Akuntansi

5 • Ilustrasi Akad Salam

6 • Latihan

4
Salam dapat didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual beli di
mana barang yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, dan
pembeli melakukan pembayaran di muka sedangkan penyerahan barang baru
dilakukan di kemudian hari. PSAK 103 mendefinisikan salam sebagai akad
jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian hari
oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al
muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Untuk menghindari risiko yang merugikan, pembeli boleh meminta jaminan
dari penjual.

Contoh akad salam, misalnya, pembeli memesan beras tipe IR


64 sebanyak 2 ton dengan harga Rp 5000 per kilogram dan diserahkan 4
bulan ke depan atau pada waktu panen, dibayar di muka. Di sini jelas
sekali bahwa pembeli harus menyerahkan uang di muka sebesar Rp 10
juta untuk pembelian 2 ton beras IR 64 yang akan diserahkan 4 bulan
kemudian oleh penjual.
Dalam PSAK 103 dijelaskan alat pembayaran modal salam dapat
berupa uang tunai, barang atau manfaat, tetapi tidak boleh berupa
pembebanan utang penjual atau penyerahan piutang pembeli dari pihak
lain. Oleh karena tujuan dari penyerahan modal usaha salam adalah
sebagai modal kerja, sehingga dapat digunakan oleh penjual untuk
menghasilkan barang (produksi) sehingga dapat memenuhi pesanan.
Manfaat transaksi salam bagi pembeli adalah adanya jaminan
memperoleh barang dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia
membutuhkan dengan harga yang disepakatinya di awal. Sementara
manfaat bagi penjual adalah diperolehnya dana untuk melakukan
kativitas prduksi dan memenuhi sebagian kebutuhan hidupnya.
Dalam akad salam, harga barang pesanan yang sudah disepakati tidak
dapat berubah selama jangka waktu akad. Apabila barang yang dikirim
tidak sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati sebelumnya, maka
pembeli boleh melakukan khiar yaitu memilih apakah transaksi
dilanjutkan atau dibatalkan.
Apabila pembeli menerima, sedangkan kualitasnya lebih rendah maka
pembeli akan mengakui adanya kerugian dan tidak boleh meminta
pengurangan harga, karena harga sudah disepakati dalam akad dan tidak
dapat diubah. Demikian juga jika kualitasnya lebih tinggi, penjual tidak
dapat meminta tambahan harga dan pembeli tidak boleh mengakui adanya
keuntungan, karena kalau diakui sebagai keuntungan dapat dipersamakan
ada unsur riba (kelebihan yang tidak ada iwad/faktor pengimbang yang
dibolehkan syariah).
Salam dapat dilakukan secara langsung antara pembeli dan penjual,
dan dapat juga dilakukan oleh tiga pihak secara paralel: pembeli-penjual-
pemasok yang disebut sebagai salam paralel. Risiko yang muncul dari
kasus ini adalah apabila pemasok tidak bisa mengirim barang maka ia tidak
dapat memenuhi permintaan pembeli, risiko lain barang yang dikirimkan
oleh pemasok tidak sesuai dengan yang dipesan oleh pembeli sehingga
perusahaan memiliki persediaan barang tersebut dan harus mencari
pembeli lain yang berminat. Sedangkan ia tetap memiliki kewajiban pada
pembeli dan pemasok.
Transaksi salam biasanya digunakan pada industri pertanian.
Bahkan, akad salam dapat digunakan untuk membantu petani
dengan tiga strategi pendekatan yang dilakukan pemerintah
(Syafi’i Antonio, 1999), antara lain sebagai berikut.
1. Pemerintah membentuk perusahaan pembiayaan syariah,
untuk sektor pertanian secara khusus dalam bentuk BUMN
nonbank. Perusahaan ini bertanggung jawab untuk
menyalurkan pembiayaan pada petani, dan kemudian menjual
hasil pertanian yang didapat kepada publik atau pemerintah
dengan kata lain memperluas peran Bulog, di mana bulog
difungsikan pula sebagai lembaga pembiayaan petani. Hal
yang terpenting lembaga ini haruslah amanah.
2. Pemerintah membentuk bank pertanian syariah. Namun
demikian, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara bank
untuk menyimpan hasil pertanian, mengingat ia akan menerima
dalam bentuk produk dari petani dan bukan dalam bentuk uang.
Untuk itu, perlu ada modifikasi dari skema salam, di mana bank
dapat menunjuk petani yang bersangkutan untuk menjualkan
hasil pertaniannya ke pasar, dan kemudian mengembalikan
sejumlah uang kepada bank. Petani dapat diberikan komisi
tambahan oleh bank, telah bertindak sebagai agennya.
3. Melalui penerbitan sukuk. Daerah-daerah surplus pangan dapat
menerbitkan sukuk berbasis salam dan daerah-daerah yang
kekurangan pangan dapat menginvestasikan dananya untuk
membeli sukuk. Daerah surplus pangan akan memiliki modal
tambahan, dan daerah minus pangan akan mendapat kepastian
supply pangan.
Jenis Akad Salam

1. Salam adalah transaksi jual beli di mana barang


yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi
dilakukan, pembeli melakukan pembayaran di
muka sedangkan penyerahan barang baru
dilakukan di kemudian hari.

10
Skema Salam

Keterangan :
1. Pembeli dan penjual menyepakati akad salam
2. Pembeli membayar kepada penjual
3. Penjual menyerahkan barang
2. Salam paralel, artinya melaksanakan dua transaksi salam
yaitu antara pemesan pembeli dan penjual serta antara
penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya.
Hal ini terjadi ketika penjual tidak memiliki barang pesanan
dan memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang
pesanan tersebut.
Skema Salam Paralel

Prosedurnya sama dengan salam biasanya hanya prosedurnya melibatkan pihak ke-3
Perbedaan Salam, Forward, dan Future
Salam Forward Future
Penentuan harga dan kuantitas Saat kontrak dibuat Saat kontrak dibuat Saat kontrak dibuat
produk yang akan dikirimkan

Pengiriman barang Di masa depan sesuai dengan Di masa depan sesuai dengan Tidak harus ada pengiriman
kontrak kontrak karena pembeli atau penjual
dapat menutup kewajibannya
dengan bertukar posisi

Pembayaran oleh pembeli Saat kontrak dibuat, pembeli Saat barang diterima di masa Saat melakukan pembelian
harus melunasi seluruh nilai depan sesuai dengan kontrak atau penjualan, investor harus
kontrak yang disetujui menyimpan uang di clearing
house dan setiap hari akan
proses mark-to-the market

Barang yang menjadi objek Barang yang halal dan harus Sesuai dengan kehendak Barang yang ditransaksikan
kontrak mudah ditemui di pasar pembeli dan penjual yang distandarisasi. Umumnya
(fungible). Umumnya salam membuat kontrak forward future memperjualbelikan
digunakan dalam kontrak jual- komoditas dan asset keuangan.
beli produk pertanian

Tujuan dibuatnya kontrak Memberikan modal kerja Lindung nilai dan spekulasi Lindung nilai dan spekulasi
kepada penjual untuk
memproduksi
Dasar Syariah
Sumber Hukum Akad Islam

1. Al-Qur’an
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya dengan benar…”
(QS. 2:282)
“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu…” (QS. 5:1)

2. Al-Hadis
“Barang siapa melakukan salam, hendaknya ia melakukannya dengan takaran
yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.”
(HR Bukhari Muslim)

14
Rukun dan Ketentuan Akad Salam

Rukun salam :
1. Pelaku, terdiri atas penjual dan pembeli
2.Objek akad berupa barang yang akan
diserahkan dan modal salam
3. Ijab qobul/serah terima
Ketentuan syariah :
1. Pelaku adalah cakap hukum dan baligh
2. Objek akad
a. Ketentuan syariah modal salam :
1. Harus diketahui jenis dan jumlahnya
2.Modal berbentuk uang tunai. Tetapi
beberapa ulama membolehkan
berbentuk aset perdagangan.
3.Modal diserahkan ketika akad
berlangsung dan tidak boleh utang.
b. Ketentuan syariah barang salam :
1. Harus bisa diidentifikasi, yaitu memiliki spesifik dan
karakteristik yang jelas seperti kualitas, jenis, ukuran, dan
lainnya sehingga tidak terjadi gharar.
2. Barang harus dapat ditakar/ditimbang
3. Waktu penyerahan barang harus jelas.
4. Barang tidak harus ada ditangan penjual, tetapi harus ada
pada waktu ditentukan.
5.Jika barang tidak ada sampai waktu yang disepakati maka
akad menjadi rusak. Pembeli dapat memilih menunggu barang
sampai ada atau membatalkan akad sehingga penjual harus
mengembalikan dana yang telah diterima.
6.Apabila barang cacat atau tidak sesuai maka pembeli dapat
memilih khiar (memilih menerima atau mengembalikan)
7. Jika barang memiliki kualitas yang lebih baik, maka penjual tidak boleh meminta
tambahan pembayaran.
8. Jika kualitas barang lebih rendah, maka pemebeli boleh menerima atau menolak.
9. Barang boleh dikirim sebelum jatuh tempo asal ada kesepakatan antar penjual
dan pembeli.
10.Dilarang menjual kembali barang yang dipesan sebelum diterima.
Hakim bin Hizam berkata :
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku membeli barang dagangan, apakah yang
halal dan apa pula yang haram daripadanya untukku?” Rasulullah bersabda : “Jika
kamu telah membeli sesuatu, maka janganlah kau jual sebelum ada ditanganmu”
11. Tidak diperbolehkan mengganti spesifikasi barang yang tidak sesuai pesanan.
Namun, jika diganti dengan spesifikasi dan kualitas barang yang sama, tetapi beda
sumbernya maka boleh saja.
12. Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan maka akad tetap sah.
3. Ijab qobul
Pernyataan rida/rela dari pihak-pihak pelaku baik secara verbal atau tertulis, dan
menggunakan cara komunikasi yang modern.
Berakhirnya Akad Salam
Dari penjelasan di atas, hal-hal yang dapat membatalkan kontak adalah sebagai berikut.
1. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan
2. Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam
akad
3. Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, dan pembeli memilih untuk
menolak atau membatalkan akad
4.Barang yang dikirim kualitasnya tidak sesuai akad tetapi pembeli
menerimanya
5. Barang diterima
 
Apabila barang yang dikirim tidak sesuai kualitasnya dan pembeli memilih untuk
membatalkan akad, maka pembeli berhak atas pengembalian modal salam yang sudah
diserahkannya. Pembatalan dimungkinkan untuk keseluruhan barang pesanan, yang
mengakibatkan pengembalian semua modal salam yang telah dibayarkan. Dapat juga
berupa pembatalan sebagian penyerahan barang pesanan dengan pengembalian sebagian
modal salam.
Perlakuan Akuntansi (PSAK 103)
Akuntansi untuk Pembeli

Hal-hal yang harus dicacat oleh pembeli dalam transaksi secara akuntansi:
1. Pengakuan piutang salam, piutang salam diakui pada saat modal usaha salam
dibayarkan atau dialihkan kepada penjual. Modal usaha salam disajikan sebagai
piutang salam.
2. Pengukuran modal usaha salam
Modal salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan
Jurnal:
Piutang salam xxx
kas xxx

20
Modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai
wajar, selisih antara nilai wajar dan nilai tercata modal usaha nonkas
yang diserahkan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat
penyerahan modal usaha tersebut.
a. Pencatatan apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat
Jurnal:
Piutang Salam xxx
Kerugian xxx
Aset Nonkas xxx
b. Pencatatan apabila nilai wajar lebih besar dari nilai tercatat
Jurnal:
Piutang Salam xxx
Aset Nonkas xxx
Keuntungan xxx
3. Penerimaan barang pesanan
a. Jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai nilai yang disepakati
Jurnal:
Aset Salam xxx
Piutang Salam xxx
b. Jika barang berbeda kualitasnya.
1. nilai wajar dari barang pesanan yang diterima nilainya sama atau lebih tinggi dari nilai
barang pesanan yang tercantum dalam akad, maka barang pesanan yang diterima diukur
sesuai dengan nilai akad
Jurnal:
Aset Salam xxx
Piutang Salam xxx
2. jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih rendah dari nilai barang
pesanan yang tercantum dalam akad, maka barang pesanan yang diterima diukur sesuai
dengan nilai wajar pada saat diterima dan selisihnya diakui sebagai kerugian
Jurnal:
Persediaan-Aset Salam xxx
Kerugian Salam xxx
Piutang Salam xxx
c. Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang
pesanan pada tanggal jatuh tempo pengiriman, maka:
1. jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat
piutang salam sebesar bagian yang belum dipenuhi sesuai
dengan nilai yang tercantum dalam akad, dan jurnal atau
bagian barang pesanan yang diterima
Aset Salam xxx
Piutang Salam xxx
2. jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka
piutang salam berubah menjadi piutang yang harus dilunasi
oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi
Piutang Lain-lain-Penjual xxx
Piutang Salam xxx
4. Denda yang diterima dan diberlakukan oleh pembeli diakui sebagai bagian
dana kebajikan
Dana kebajikan-Kas xxx
Dana Kebajikan-Pendapatan Denda xxx
Denda hanya boleh dikenakan kepada penjual yang mampu menyelesaikan
kewajibannya, tetapi sengaja tidak melakukannya lalai. Hal ini tidak berlaku
bagi penjual yang tidak mampu menunaikan kewajibannya karena force majeur
5. Penyajian
a. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang
salam
b. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenui
kewajibannya dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari piutang
salam
c. Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai
terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai
bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya
diakui sebagai kerugian
6. Pengungkapan
a. Besarnya modal usaha salam, baik yang
dibiayai sendiri maupun yang dibiayai secara
bersama-sama dengan pihak lain
b. Jenis dan kuantitas barang pesanan
c. Pengungkapan sesuai dengan PSAK No.
101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syariah
Perlakuan Akuntansi (PSAK 103)
Akuntansi untuk Penjual

Hal-hal yang harus dicacat oleh pembeli dalam transaksi secara akuntansi:
1. Pengakuan kewajiban salam, kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal
usaha salam. Modal usaha salam disajikan sebagai kewajiban salam.
2. Pengukuran kewajiban salam
jika modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang diterima
Jurnal:
Kas xxx
Utang Salam xxx
jika modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar
Jurnal:
Aset Nonkas xxx
Utang Salam xxx
26
3. Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan barang
kepada pembeli
Utang Salam xxx
Penjualan xxx
4. Jika penjual melakukan transaksi salam paralel, selisih antara jumlah yang dibayar oleh
pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan diakui sebagai keuntungan atau kerugian
pada saat penyerahan barang pesanan oleh penjual ke pembeli akhir
Aset Salam xxx
Kas xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan, jika jumlah yang dibayar oleh pembeli akhir lebih
kecil dari biaya perolehan barang pesanan
Utang Salam xxx
Kerugian Salam xxx
Aset Salam xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan, jika jumlah yang dibayar oleh pembeli akhir lebih
besar dari biaya perolehan barang pesanan
Utang Salam xxx
Aset Salam xxx
Keuntungan Salam xxx
5. Pada akhir period pelaporan keuangan, persediaan yang
diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah
biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi.
Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari
biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian
6. Penyajian, penjual menyajikan modal usaha salam diterima
sebagai kewajiban salam
7. Pengungkapan
a. Piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang
memiliki hubungan istimewa
b. Jenis dan kuantitas barang pesanan
c. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK No. 101 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Syariah
Ilustrasi Akuntansi Akad Salam
Modal Salam dalam Bentuk Uang Tunai

Transaksi (dalam Penjual Pembeli


ribuan rupiah)
1 Januari 2013

Pembeli memberikan Kas 100.000 Piutang Salam 100.000


modal salam kepada Utang Salam 100.000 Kas 100.000
penjual senilai Rp
100.000 secara tunai
Pengiriman akan
dilakukan setelah Tgl
31 Maret 2013/masa
panen

29
Ilustrasi Akuntansi Akad Salam
Transaksi dengan Penyerahan Aset Nonkas

33
Latihan

1. Berdasarkan ilustrasi diatas, bagaimanakah jurnal transaksi tersebut dicatat oleh


bapak b dan bapak c ?
2. Terkait dengan sola nomor 1, jika ternyata pada saat barang akan dikirim Bapak B
tidak memiliki kedelai yang dimaksud karena hasil panen tidak terlalu
emnggembirakan, sehingga Bapak B membeli kekurangannya dari Bapak A
sebanyak 200 ton dengan harga Rp 45.000. Bagaimanakah jurnal pencatatan yang
dilakukan oleh Bapak B, C, dan A?
3. Terkait dengan soal nomor 2, jika ternyata kedelai dari Bapak A tersebut ketika
dikirm kepada Bapak C dianggap tidak memenuhi syarat kualitas namun diterima
oleh Bp. C karena hubungan jangka panjang. Menurut bapak C kedelai tersebut
hanya memiliki harga pasar sebesar Rp. 475.000/ton bagaimana jurnal yang
dilakukajn oleh Bapak C?

34
TERIMA KASIH
REFERENCE

Nurhayati Sri dan Wasilah, Akuntansi Syariah


di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, 2015

36

Anda mungkin juga menyukai