Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Akuntansi Syariah dan Kepemimpinan Islami

Akuntansi Akad Salam

OLEH:

MAKSI A3
Hidayat Harsudi - 001804312021
Nurindah Sari - 003704312021

Dosen Pengampu:

Dr. Tenriwaru, S.E., M.Si., Ak., CA.

Program Studi Magister Akuntansi

Program Pascasarjana

Universitas Muslim Indonesia

2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Akuntansi Akad
Salam” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Akuntansi Syariah. Kami sebagai
penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Tenriwaru, S.E., M.Si., Ak., CA.
selaku dosen pengampu. Selain itu, kami sebagai penulis juga berharap agar makalah
ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Kami sebagai penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 25 Mei 2022

Hidayat Harsudi
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang

Belakangan ini sedang marak terjadi suatu transaksi dimana membeli suatu barang
namun barang itu belum ada saat terjadinya transaksi tersebut. Biasanya pembayaran
dilakukan di muka dan barang akan dikirim atau diterima oleh si pembeli di
kemudian hari.
Di dalam Syariah, transaksi tersebut dikenal dengan nama Akad Salam. Akad Salam
berbeda dengan ijon. Di dalam Syariah Islam, Akad Salam diperbolehkan sedangkan
system ijon dilarang. Meskipun ijon dan akad salam sama-sama pembayarannya
dilakukan di muka/awal transaksi dan barang yang diperjual belikan akan diberikan di
kemudian hari. Namun,bedanya ijon tidak jelas akan barang yang akan diperjual
belikan,tentang waktu maupun kualitas. Sedangkan Salam merupakan salah satu jenis
akad jual beli, di mana pembeli membayar terlebih dahulu atas suatu barang yang
spesifikasi dan kuantitasnya jelas sedangkan barangnya baru akan diserahkan pada
saat tertentu di kemudian hari. Akad salam dapat membantu produsen dalam
penyediaan modal sehingga ia dapat menyerahkan produk sesuai dengan yang telah
dipesan sebelumnya. Sebaliknya, pembeli mendapat jaminan memperoleh barang
tertentu pada saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya di awal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Akad Salam?
2. Apa saja jenis dari Akad Salam?
3. Apa dasar syariah dari Akad Salam?
4. Bagaimana perlakuan Akuntansi PSAK 103?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui dan memahami pengertian Akad Salam.
2. Mengetahui dan memahami jenis Akad Salam.
3. Mengetahui dan memahami dasar Syariah.
4. Mengetahui dan memahami tentang perlakuan Akuntansi PSAK 103.
BAB II

Pembahasan
A. Pengertian akad salam
Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan karena pemesan
barang menyerahkan uangnya di muka. Para ahli fikih menamainya al mahawi’ij
(barang-barang mendesak) karena ia sejenis jual beli yang dilakukan mendesak
walaupun barang yang diperjualbelikan tidak ada di tempat. ”Mendesak”, dilihat dari
sisi pembeli karena ia sangat membutuhkan barang tersebut di kemudian hari
sementara dari sisi penjual, ia sangat membutuhkan uang tersebut.
Salam dapat didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual beli di mana barang
yang diperjual belikan belum ada ketika transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan
pembayaran di muka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.
PSAK 103 mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang pesanan (muslam fiih)
dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya
dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-
syarat tertentu. Untuk menghindari resiko yang merugikan, pembeli boleh meminta
jaminan dari penjual.
Sekilas transaksi salam mirip dengan transaksi ijon. Contoh transaksi ijon,
misalnya membeli padi di sawah yang belum siap panen. Ada gharar (ketidakpastian)
baik dalam jumlah maupun kualitas pada transaksi pada transaksi ijon, sehingga
syarat saling rela dapat tidak terpenuhi atau dapat merugikan salah satu pihak dan
oleh karena itu transaksi ini dilarang oleh syariah.
Salam tidak sama dengan transaksi ijon dan karena itu diperbolehkan oleh
syariah karena tidak ada gharar. Walaupun barang baru diserahkan di kemudian hari.
Harga, spesifikasi, karakteristik, kualitas, kuantitas dan waktu penyerahannya sudah
ditentukan dan disepakati ketika akad terjadi.
Contoh akad salam, misalnya pembeli memesan beras tipe IR 64 sebanyak 2
ton dengan harga Rp 5000 per kilogram dan diserahkan 4 bulan ke depan atau pada
waktu panen serta dibayar di muka. Di sini jelas bahwa pembeli harus menyerahkan
uang di muka sebesar Rp 10.000.000 untuk pembelian 2 ton beras IR 64 yang akan
diserahkan 4 bulan kemudian oleh penjual.
Contoh transaksi ijon misalnya, pembeli membeli 1 hektar padi (waktu akad
ini terjadi padi belum siap dipanen) dengan harga Rp 15.000.000. Apabila ternyata
padi terserang hama sehingga tidak dapat dipanen atau menghasilkan lebih sedikit
dari 5 ton gabah, maka pembeli akan rugi (asumsi harga per kg padi gabah Rp 3000),
sebaliknya jika hasilnya 8 ton maka petani yang akan merugi.
Salam merupakan pembayaran yang dimana dilakukan terlebih dahulu dan
penyerahan barang dilakukan kemudian hari. Tujuan dari penyerahan modal usaha
salam adalah sebagai modal kerja, sehingga dapat dihunakan oleh penjual untuk
menghasilkan barang (produksi) sehingga dapat memenuhi pesanan.
Manfaat transaksi salam bagi pembeli adalah adanya jaminan memperoleh
barang dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia membutuhkan dengan harga
yang disepakatinya di awal. Sementara manfaat bagi penjual adalah diperolehnya
dana untuk melakukan aktivitas produksi dan memenuhi sebagian kebutuhan
hidupnya.
Dalam akad salam harga barang pesanan yang sudah disepakati tidak dapat
berubah selama angka waktu akad. Apabila barang yang dikirim tidak sesuai dengan
ketentuan yang telah disepakati sebelumnya, pembeli boleh melakukan khiar yaitu
memilih apakah transaksi dilanjutkan atau dibatalkan.
Apabila pembeli menerima, sedangkan kualitasnya lebih rendah maka
pembeli akan mengakui adanya kerugian dan tidak boleh meminta pengurangan harga
karena harga sudah disepakati dalam akad dan tidak dapat diubah. Demikian juga jika
kualitasnya lebih tinggi, penjual tidak dapat meminta tambahan harga dan pembeli
tidak boleh mengakui adanya keuntungan karena kalau diakui sebagai keuntungan
dapat dipersamakan ada unsur riba (kelebihan yang tidak ada iwad/faktor
pengimbang yang dibolehkan syariah).
Salam dapat dilakukan secara langsung antara pembeli dan penjual serta dapat
juga dilakukan oleh 3 pihak secara paralel: pembeli – penjual – pemasok yang disebut
sebagai salam paralel. Risiko yang muncul dari kasus ini adalah apabila pemasok
tidak bisa mengirim barang maka ia tidak dapat memenuhi permintaan pembeli,
risiko lain barang yang dikirimkan oleh pemasok tidak sesuai dengan yang dipesan
oleh pembeli sehingga perusahaan memiliki persediaan barang tersebut dan harus
mencari pembeli lain yang berminat. Sedangkan ia tetap memiliki kewajiban pada
pembeli dan pemasok.
Transaksi salam biasanya digunakan pada industri pertanian. Akad salam
dapat digunakan untuk membantu petani dengan 3 strategi pendekatan yang
dilakukan pemerintah (Syafi’i Antonio,1999) antara lain sebagai berikut :
1. Pemerintah membentuk perusahaan pembiayaan syariah untuk sektor
pertanian secara khusus dalam bentuk BUMN nonbank. Perusahaan ini
bertanggung jawab untuk menyalurkan pembiayaan pada petani dan kemudian
menjual hasil pertanian yang di dapat kepada publik atau pemerintah dengan
kata lain memperluas peran bulog, di mana bulog difungsikan pula sebagai
lembaga pembiayaan petani. Hal yang terpenting, lembaga ini haruslah
amanah.
2. Pemerintah membentuk bank pertanian syariah. Namun demikian yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana cara bank untuk menyimpan hasil pertanian
mengingat ia akan menerima dalam bentuk produk dari petani dan bukan
dalam bentuk uang. Untuk itu perlu ada modifikasi dari skema salam, dimana
bank dapat menunjuk petani yang bersangkutan utnuk menjualkan hasil
pertaniannya ke pasar dan kemudian mengembalikan sejumlah uang kepada
bank. Petani dapat diberikan komisi tambahan oleh bank karena telah
bertindak sebagai agennya.
3. Melalui penerbitan sukuk. Daerah-daerah surplus pangan dapat menerbitkan
sukuk berbasis salam dan daerah-daerah yang kekurangan pangan dapat
menginvestasikan dananya untuk membeli sukuk. Daerah surplus pangan akan
memiliki modal tambahan dan daerah minus pangan akan mendapat kepastian
supply pangan.
B. Jenis akad salam
1. Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjual belikan belum
ada ketika transaksi dilakukan, pembeli melakukan pembayaran di muka
sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.
2. Salam paralel, artinya melaksanakan 2 transaksi salam yaitu antara pemesan
pembeli dan penjual serta antara penjual dengan pemasok (supplier) atau
pihak ketiga lainnya. Hal ini terjadi ketika penjual tidak memiliki barang
pesanan dan memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan
tersebut.
Salam paralel dibolehkan asalkan akad salam kedua tidak tergantung pada
akad pertama yaitu akad antara penjual dan pemasok tidak tergantung pada
akad antara pembeli dan penjual, jika saling tergantung atau menjadi syarat
maka tidak diperbolehkan (terjadi taalluq).
Akad antara penjual dan pemasok terpisah dari akad antara pembeli dan
penjual. Beberapa ulama kontemporer melarang transaksi salam paralel
terutama jika perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus-
menerus karena dapat menjurus kepada riba.
C. Dasar syariah
1. Sumber Hukum Akad Salam
a. Al Qur’an
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya
dengan benar...” (QS 2;282)
“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu...” (QS 5;1).
b. Al-Hadits
“Barang siapa melakukan salam, hendaknya ia melakukannya dengan
takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu
yang diketahui.” (HR.Bukhari Muslim)
“tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh
muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR.Ibnu Majah).
2. Rukun dan Ketentuan Akad Salam
Rukun salam ada 3,yaitu :
a. Pelaku,terdiri atas penjual (muslam illaihi) dan pembeli (al muslam).
b. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan (muslam fiih) dan modal
salam (ra’su maalis salam).
c. Ijab kabul/serah terima.
Ketentuan syariah,terdiri dari:
a. Pelaku mengerti hukum dan baligh.
b. Objek akad.
1) Ketentuan syariah yang terkait dengan modal salam, yaitu:
- Modal salam harus diketahui jenis dan jumlahnya.
- Modal salam berbentuk uang tunai.
- Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh
utang atau merupakan pelunasan piutang.
2) Ketentuan syariah barang salam, yaitu:
- Barang tersebut harus dapat dibedakan/diidentifikasi mempunyai
spesifikasi dan karakteristik yang jelas seperti kualitas, jenis,
ukuran sehingga tidak ada gharar.
- Barang tersebut harus dapat dikualifikasi/ditakar/ditimbang.
- Waktu penyerahan barang harus jelas, tidak harus tanggal
tertentu boleh juga dalam kurun waktu tertentu. Misalnya dalam
waktu 6 bulan atau musim panen disesuaikan dengan
kemungkinan tersedianya barang yang dipesan.
- Barang tidak harus ada di tangan penjual, tetapi harus ada pada
waktu yang ditentukan.
- Apabila barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang
ditentukan, akad menjadi fasakh/rusak dan pembeli dapat
memilih apakah menunggu sampai dengan barang yang dipesan
tersedia atau membatalkan akad sehingga penjual harus
mengembalikan dana yang telah diterima.
- Apabila barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang
disepakati dalam akad, maka pembeli boleh melakukan khiar
atau memilih untuk menerima atau menolak.
- Apabila barang yang dikirim memiliki kualitas yang lebih baik,
maka penjual tidak boleh meminta tambahan pembayaran dan
hak ini dianggap sebagai pelayanan kepuasan pelanggan.
- Apabila barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, pembeli
boleh memilih menolak atau menerimanya.
- Barang boleh dikirim sebelum jatuh tempo asalkan disetujui oleh
kedua pihak dan dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai
dengan kesepakatan, dan tidak boleh menuntut penambahan
harga.
- Penjualan kembali barang yang dipesan sebelum diterima tidak
dibolehkan secara syariah.
- Kaidah penggantian barang yang dipesan dengan barang lain.
- Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan, akad tetap
sah.
c. Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis melalui korespondensi
atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
3. Berakhirnya Akad Salam
Hal-hal yang membatalkan kontrak adalah:
a. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan.
b. Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati
dalam akad.
c. Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah,dan pembeli memilih untuk
menolak atau membatalkan akad.
d. Barang yang dikirim kualitasnya tidak sesuai akad tetapi pembeli
menerimanya.
e. Barang diterima.
D. Perlakuan akuntansi PSAK 103
1. Akuntansi untuk Pembeli
Hal-hal yang harus dicatat oleh pembeli dalam transaksi secara akuntansi:
a. Pengakuan piutang salam, piutang salam diakui pada saat modal usaha
salam dibayarkan atau dialihkan kepada penjual. Modal usaha salam
disajikan sebagai piutang salam.
b. Pengukuran modal usaha salam.
Modal salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan.
Jurnal :
Dr.Piutang Salam xxx
Kr.Kas xxx
Modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar,
selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat modal usaha non kas yang
diserahkan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan
modal usaha tersebut.
1) Pencatatan apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat.
Jurnal :
Dr.Piutang Salam xxx
Dr.Kerugian xxx
Kr.Aset Nonkas xxx
2) Pencatatan apabila nilai wajar lebih besar dari nilai tercatat.
Jurnal :
Dr.Piutang Salam xxx
Kr.Aset Nonkas xxx
Kr.Keuntungan xxx
c. Penerimaan barang pesanan.
1) Jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai nilai
yang disepakati.
Jurnal:
Dr.Aset Salam xxx
Kr.Piutang Salam xxx
2) Jika barang pesanan berbeda kualitasnya.
a) Nilai wajar dari barang pesanan yang diterima nilainya sama atau
lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam
akad, maka barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan
nilai akad.
Jurnal :
Dr.Aset Salam xxx
Kr.Piutang Salam xxx
b) Jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih rendah
dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad, maka
barang pesanan yang siterima diukur sesuai dengan nilai wajar
pada saat diterima dan selisishnya diakui sebagai kerugian.
Jurnal :
Dr.Persediaan-Aset Salam xxx
Dr.Kerugian Salam xxx
Kr.Piutang Salam xxx
3) Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan
pada tanggal jatuh tempo pengiriman, maka:
a) Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat
piutang salam sebesar bagian yang belum dipenuhi sesuai
dengan nilai yang tercantum dalam akad dan jurnal atas bagian
barang pesanan yang diterima:
Dr.Aset Salam xxx
Kr.Piutang Salam xxx
b) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka
piutang salam berubah menjadi piutang yang harus dilunasi oleh
penjual sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi dan jurnal:
Dr.Piutang Lain-lain Penjual xxx
Kr.Piutang Salam xxx
c) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan
pembeli mempunyai jaminan atas barang pesanan serta hasil
penjualan jaminan tersebut lebih kecil dari niali piutang salam,
maka selisih antara niali tercatat piutang salam dan hasil
penjualan jaminan tersebut diakui sebagai piutang kepada
penjual (asumsi yang menjual barang jaminan adalah pembeli).
Jurnal:
Dr.Kas xxx
Dr.Piutang Lain-lain penjual xxx
Kr.Piutang Salam xxx
Jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat
piutang salam maka selisihnya menjadi hak penjual.
Dr.Kas xxx
Kr.Utang Penjual xxx
Kr.Piutang Salam xxx
d. Denda yang diterima dan diberlakukan oleh pembeli diakui sebagai
bagian dana kebajikan.
Jurnal:
Dr.Dana Kebijakan-Kas xxx
Kr.Dana Kebijakan-Pendapatan Denda xxx
Denda hanya boleh dikenakan kepada penjual yang mampu
menyelesaikan kewajibannya tetapi sengaja tidak melakukannya lali. Hal
ini tidak berlaku bagi penjual yang tidak mampu menunaikan
kewajibannya karena force majeur.
e. Penyajian.
1) Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai
piutang salam.
2) Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat
memenuhi kewajibannya dalam transaksi salam disajikan secara
terpisah dari piutang salam.
3) Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar
nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi.
Apabila nilai bersih yang dapat direalisasikan lebih rendah dari
baiaya perolehan maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
f. Pengungkapan.
1) Besarnya modal usaha salam,baik yang dibiayai sendiri maupun yang
dibiayai secara bersama-sama dengan pihak lain.
2) Jenis dan kuantitas barang pesanan.
3) Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK No 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.
2. Akuntansi untuk Penjual
a. Pengakuan kewajiaban salam, kewajiban salam diakui pada saat penjual
menerima modal usaha salam. Modal usaha salam yang diterima disajikan
sebagai kewajiban salam.
b. Pengukuran kewajiban salam.
Jurnal:
Dr.Kas xxx
Kr.Utang Salam xxx
Jika modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai
wajar.
Jurnal:
Dr.Aset Nonkas xxx
Kr.Utang salam xxx
c. Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat
penyerahan barang kepada pembeli.
Jurnal:
Dr.Utang Salam xxx
Kr.Penjualan xxx
d. Jika penjual melakukan transaksi salam paralel, selisih antara jumlah
yang dibayar oleh pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan
diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan barang
pesanan oleh penjual ke pembeli akhir.
Jurnal ketika membeli persediaan:
Dr.Aset Salam xxx
Kr.Kas xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan, jika jumlah yang dibayar oleh
pembeli akhir lebih kecil dari biaya perolehan barang pesanan.
Jurnal:
Dr.Utang Salam xxx
Dr.Kerugian Salam xxx
Kr.Aset Salam xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan,jika jumlah yang dibayar oleh
pembeli akhir lebih besar dari biaya perolehan barang pesanan.
Jurnal:
Dr.Utang Salam xxx
Kr.Aset Salam xxx
Kr.Keuntungan Salam xxx
e. Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh
melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau
nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat
direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan maka selisihnya diakui
sebagai kerugian.
f. Penyajian, penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai
kewajiban salam.
g. Pengungkapan.
1) Piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki
hubungan istimewa.
2) Jenis dan kuantitas barang pesanan.
3) Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK No 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.
BAB III
Penutup
Kesimpulan

Akad salam merupakan akad jual beli dengan uang muka dan pengiriman di
belakang.Walaupun barang baru diserahkan dikemudian hari namun
harga,spesifikasi,karakteristik,kualitas,kuantitas dan waktu penyerahannya sudah
ditentukan ketika akad terjadi,sehingga tidak ada gharar.Hal inilah yang membedakan
salam dengan transaksi ijon.
Salam merupakan transaksi yang diizinkan oleh syariah Islam sesuai dengan
tuntunan Al Qur’an dan As Sunnah serta harus mengikuti rukun dan ketentuan yang
digariskan.
Selain akad salam yang biasa,juga dikenal salam paralel.Salam paralel
merupakan akad salam di mana barang tidak dimiliki oleh penjual dan penjual
memesannya kepada pemasok lainnya.Akad ini juga diizinkan syariah asalkan antara
ke dua akad tersebut tidak saling tergantung atau menjadi syarat,selain itu akad antara
penjual dan pemasok terpisah dari akad antara pembeli dan penjual.
Daftar Pustaka
Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia : edisi 3.2014.Jakarta: Salemba
Empat.

Anda mungkin juga menyukai