Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah berkenan melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya
dengan baik dan lancar. Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas dan guna mengikuti
perkuliahan selanjutnya pada tahun pelajaran 2023 Semester Genap. Makalah ini kami susun
tidak jauh hanya untuk mengetahui bagaimana aspek manajemen pembiayaan bank syariah di
Indonesia.
Makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik dan lancar berkat bantuan dan bimbingan
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami sangat berterima kasih khususnya kepada Allah SWT yang
memperlancar tugas makalah kami, selain itu kami juga berterima kasih kepada semua pihak
yang ikut membantu. Untuk teman-teman senasib seperjuangan yang telah bersama-sama
melaksanakan tugas mulia ini, baik dalam keadaan suka maupun duka.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada kami diterima oleh Allah SWT sebagai amal
sholeh dan mendapatkan pahala berlimpah dari-Nya. Amin.
Kami sadar, makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan masukan
perbaikan sangat kami harapkan untuk menyempurnakan tugas-tugas serupa pada masa yang
akan datang. Karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT. Kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.khususnya kepada si pembaca. Amin.
Penyusun
P a g e 1 | 16
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II --------------------------------------------------------------------------------4
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akuntansi Salam------------------------------------------------4
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA--------------------------------------------------------------16
P a g e 2 | 16
BAB I
PENDAHULUAN
Bentuk-bentuk akad jual beli yang telah dibahas para ulama dalam fiqih muamalah
Islamiah bisa dikatakan sangat banyak jumlahnya bisa mencapai belasan bahkan sampai puluhan.
Dan dari sekian banyak akad jual beli ada tiga jenis jual beli yang telah dikembangkan sebagai
sandaran pokok dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah yaitu
murabahah, as - salam, dan al – istishna’. Makalah ini akan menjelaskan bentuk akad jual beli as
– salam.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis rumuskan rumusan masalahnya
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian akuntansi salam
2. Bagaimana jenis akad salam
3. Bagaimana ketentuan syariah pada akad salam
4. Bagaimana rukun dan ketentuan akad salam
5. Bagaimana perlakuan akuntansi (PSAK 103)
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan pembahasan dari makalah ini
adalah:
P a g e 3 | 16
BAB II
PEMBAHASAN
Salam berasal dari kata As – Salaf yang artinya pendahuluan karena pemesan barang
menyerahkan uangnya dimuka. Para fuqiha menemainya Al – Muhawi’ij (barang – barang
mendesak) karena ia sejenis jual beli yang dilakukan mendesak walaupun barang yang di
perjualbelikan tidak ada di tempat.
Salam dapat didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual beli dimana barang yang
diperjuabelikan belum ada ketika transaksi dilakukan dan pembeli melakukan pembayaran di
muka, sedangkan penyerahan barang baru dilakukan dikemudian hari. Salam dapat juga
didefinisikan sebagai akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman
dikemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al
muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat – syarat tertentu. Alat pembayaran
modal salam dapat berupa uang tunai, barang, atau manfaat tetapi tidak boleh berupa
pembebanan utang penjual atau penyerahan piutang pembeli dari pihak lain. Oleh karena tujuan
dari penyerahan modal usaha salam adalah sebagai modal kerja, sehingga dapat digunakan oleh
penjual untuk menghasilkan barang sehingga dapat memenuhi pesanan.
Di dalam murabahah terdapat jenis penjualan Tangguh yang artinya barang diserahkan
terlebih dahulu sedangkan pembayaran kemudian. Salam merupakan kebalikannya, dimana
pembayaran dilakukan terlebih dahulu dan penyerahan barang dilakukan kemudian. Manfaat
transaksi salam bagi pembeli adalah jaminan memperoleh barang dalam jumlah dan kualits
tertentu pada saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya di awal. Sementara manfaat
bagi penjual adalah diperolehnya dana untuk melakukan aktivitas produksi dan memenuhi
Sebagian kebutuhann hidupnya.
Dalam akad salam, harga barang pesanan yang sudah disepakati tidak dapat berubah
selama jangka waktu akad. Apabila barang yang dikirim tidak sesuai dengan ketentuan yang
telah disepakati sebelumnya, maka pembeli boleh melakukan Khiar yaitu memilih apakah
transaksi dilanjutkan atau dibatalkan. Untuk menghindari risiko yang merugikan, pembeli boleh
P a g e 4 | 16
meminta jaminan dari penjual. Apabila pembeli menerima sedangkan kualitasnya lebih rendah
maka pembeli akan mendapat rugi dan tidak boleh meminta pengurangan harga, karena harga
sudah disepakati dalam akad tidak dapat diubah. Demikian juga jika kualitasnya lebih tinggi,
penjual tidak dapat meminta tambahan harga dan pembeli tidak boleh mengakui adanya
keuntungan karena jika diakui sebagai keuntungan dapat dipersamakan ada unsur riba (kelebihan
yang tidak ada iwad/factor pengimbang yang dibolehkan syariah).
Salam dapat dilakukan secara langsung antar pembeli dan penjual, dan dapat juga
dilakukan oleh tiga pihak secara parallel: Pembeli – Penjual – Pemasok. Risiko yang muncul
dari kasus ini adalah apabila pemasok tidak dapat mengirim barang maka ia tidak dapat
memenuhi permintaan pembeli, risiko lain barang yang dikirimkan oleh pemasok tidak sesuai
dengan yang dipesan oleh pembeli sehinga perusahaan memiliki persediaan barang tersebut dan
harus mencari pembeli lain yang berminat., sedangkan ia memiliki kewajiban pada pembeli dan
pemasok.
Terdapat dua jenis akad salam yaitu Salam dan Salam Paralel;
1. Salam
Transaksi jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada ketika transaksi
dilakukan dan pembeli melakukan pembayaran di muka sedangkan penyerahan
barang baru dilakukan di kemudian hari. Akad salam ini digunakan untuk
memfasilitasi pembelian suatu barang (biasanya barang hasil pertanian) yang
memerlukan waktu memproduksinya.
P a g e 5 | 16
2. Salam Paralel
Terdapat dua transaksi salam yaitu antara pemesan dan penjual serta antara
penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya. Hal ini terjadi ketika
penjual tidak memiliki barang pesanan dan memesan kepada pihak lain untuk
menyediakan barang pesanan tersebut. Salam paralel dibolehkan asalkan akad salam
kedua tidak tergantung pada akad yang pertama yaitu akad antar penjual dan pemasok
tidak tergantung pada akad antar pembeli dan penjual, jika saling tergantung atau
menjadi syarat tidak diperbolehkan.
Beberapa ulama kontemporer tidak membolehkan transaksi salam parallel
terutama jika perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus –
menerus karena dapat menjurus kepada riba.
P a g e 6 | 16
C. KETENTUAN SYARIAH PADA AKAD SALAM
Akad salam merupakan salah satu dari berbagai jenis akad dalam transaksi muamalah,
oleh karena itu akad salam memiliki landasan sumber hukum agar sesuai dengan ketentuan
syariat islam berdasarkan Al – Qura’an dan Hadits.
1. Al – Qur’an
Terdapat 2 surat yang menjadi landasan hukum akad salam yaitu, pada surat Al –
Baqarah ayat 282, berikut bunyinya;
“Hai orang – orang yang beriman, apanila kamu bermu’amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya dengan benar...” (QS. Al
– Baqarah: 282)
Landasan hukum berikut nya terdapat pada surat Al – Maidah ayat 1, yang artinya;
“Hai orang- orang yang beriman, penuhilah akad – akad itu…” (QS. Al – Ma’idah: 1)
2. Hadits
“Barang siapa melakukan salam, hendaknya ia melakukannya dengan takaran yang jelas
dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.” (HR. Bukhari
Muslim)
“Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara Tangguh muqaradhah
(Mudarabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan
untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah)
P a g e 7 | 16
D. RUKUN DAN KETENTUAN AKAD SALAM
1. Pelaku, terdiri atas penjual (Muslam Illaihi) dan pembeli (Al Muslam)
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan (Muslam Fiih) dan modal salam
(Ra’su Maalis Salam)
3. Ijab Kabul/ serah terima.
P a g e 9 | 16
E. PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 103)
Akuntansi salam diatur dalam PSAK 103 tentang akuntansi salam. Standar tersebut
berisikan tentang pengakuan dan pengukuran, baik sebagai pembeli maupun sebagai penjual.
Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam ketentuan pengakuan dan pengukuran salam
adalah terkait dengan piutang salam, modal usaha salam, kewajiban salam, penerimaan barang
pesanan salam, denda yang diterima oleh pembeli dari penjual yang mampu, tetapi sengaja
menunda – nunda penyelesaian kewajibannya serta tentang penilaian persediaan barang pesanan
pada periode pelaporan.
P a g e 11 | 16
Jurnal:
Dr. Aset Lain-lain Piutang xxx
Kr. Piutang Salam xxx
iii. Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli
mempunyai jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan jaminan
tersebut lebih kecil dari nilai piutang salam, maka selisih antara nilai
tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui sebagai
piutang kepada penjual
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Aset Lain-Piutang pada Penjual xxx
Kr. Piutang Salam xxx
Jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang
salam, maka selisihnya menjadi hak penjual. Jurnal:
d. Denda yang diterima dan diberlakukan oleh pembeli diakui sebagai bagian dana
kebajikan
Jurnal:
Dr. Dana Kebajikan-Kas xxx
Kr. Dana Kebajikan-Pendapatan Denda xxx
Denda hanya boleh dikenakan kepada penjual yang mampu menyelesaikan
kewajibannya, tetapi sengaja tidak melakukannya lalai. Hal ini tidak berlaku bagi
penjual yang tidak mampu menunaikan kewajibannya karena force majeur.
e. Penyajian
i. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam
ii. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi
kewajibannya dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari piutang salam
P a g e 12 | 16
iii. Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah
biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi.
f. Pengungkapan
i. Besarnya modal usaha salam, baik yang di biayai sendiri maupun yang
dibiayai secara Bersama – sama dengan pihak lain
ii. Jenis dan kuantitas barang pesanan
iii. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK NO. 101 tentang penyajian laporan
keuangan syariah.
P a g e 13 | 16
Jurnal ketika membeli persediaan:
Dr. Aset Salam xxx
Kr. Kas xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan, jika jumlah yang dibayar oleh
pembeli akhir lebih besar dari biaya perolehan barang pesanan:
Dr. Utang Salam xxx
Dr. Kerugian xxx
Kr. Aset Salam xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan, jika jumlah yang dibayar oleh
pembeli akhir lebih besar dari biaya perolehan barang pesanan.
Dr. Utang Salam xxx
Kr. Aset Salam xxx
Kr. Keuntungan Salam xxx
e. Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui
transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih
yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari
biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
f. Penyajian, penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai
kewajiban salam.
g. Pengungkapan
i. Piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki
hubungan istimewa
ii. Jenis dan kuantitas barang pesanan
iii. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK No. 101 tentang Laporan
Keuangan Syariah.
P a g e 14 | 16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Salam dapat didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual beli dimana barang yang
diperjuabelikan belum ada ketika transaksi dilakukan dan pembeli melakukan
pembayaran di muka, sedangkan penyerahan barang baru dilakukan dikemudian hari.
Salam dapat juga didefinisikan sebagai akad jual beli barang pesanan (muslam fiih)
dengan pengiriman dikemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya
dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat –
syarat tertentu. Alat pembayaran modal salam dapat berupa uang tunai, barang, atau
manfaat tetapi tidak boleh berupa pembebanan utang penjual atau penyerahan piutang
pembeli dari pihak lain. Oleh karena tujuan dari penyerahan modal usaha salam adalah
sebagai modal kerja, sehingga dapat digunakan oleh penjual untuk menghasilkan barang
sehingga dapat memenuhi pesanan.
Salam dapat dilakukan secara langsung antar pembeli dan penjual, dan dapat juga
dilakukan oleh tiga pihak secara parallel: Pembeli – Penjual – Pemasok. Risiko yang
muncul dari kasus ini adalah apabila pemasok tidak dapat mengirim barang maka ia tidak
dapat memenuhi permintaan pembeli, risiko lain barang yang dikirimkan oleh pemasok
tidak sesuai dengan yang dipesan oleh pembeli sehinga perusahaan memiliki persediaan
barang tersebut dan harus mencari pembeli lain yang berminat., sedangkan ia memiliki
kewajiban pada pembeli dan pemasok.
B. SARAN
Kepada para pembaca, penulis maupun dosen hendaknya selalu konsisten dan selalu
giat dalam mencari ilmu dalam bentuk apapun, dimanapun dan kapanpun. Adapun
makalah kami ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya sarankan untuk mencari
melalui sumber lainnya agar ilmu semakin bertambah.
P a g e 15 | 16
DAFTAR PUSTAKA
Pahra, J. (2022). Akad Salam Menurut Fatwa DSN MUI No. 05/DSNMUI/IV/2000. Akad Salam
Menurut Fatwa DSN MUI No. 05/DSNMUI/IV/2000, 85-100.
Sri Nurhayati, W. (2015). Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta Selatan: Salemba Empat.
P a g e 16 | 16