Anda di halaman 1dari 18

AKUNTANSI

TRANSAKSI JUAL Toyyibatun Naziroh, S.Pd., M.Si

BELI SYARIAH
MURABAHAH
Murbahah adalah jual beli barang pada harga pokok perolehan barang dengan
tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak penjual dengan pihak pembeli
barang.
Perbedaan yang tampak pada jual beli murabahah adalah penjual harus
mengungkapkan harga peolehan barang dan kemudian terjadi negosiasi keuntungan
yang akhirnya disepakati kedua belah pihak. Pada prinsipnya, kerelaan kedua belah
pihak merupakan unsur yang penting dalam proses murabahah.
SKEMA TRANSAKSI
MURABAHAH
ALASAN PENGGUNAAN
AKAD MURABAHAH
Pertama, kemudahan perhitungan dan model angsuran karena hanya
memperhitungkan faktor harga perolehan barang dan margin yang disepakati serta
jangka waktu angsuran yang diinginkan.
Kedua, mengurangi risiko kerugian bagi Perbankan Syariah karena sector produktif
rentan dengan risiko kerugian yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
Ketiga, pendapatan bank lebih mudah untuk diprediksi karena kesepakatan margin
relative tidak berubah selama masa akad jika tidak terjadi kejadian luar biasa (seperti
kerusakan atau hilangnya asset murabahah dan ketidakmampuan pembeli untuk
memenuhi kewajibannya atau wanprestasi).
PEDOMAN PENCATATAN DAN
PELAPORAN AKUNTANSI TRANSAKSI
MURABAHAH
Rukun dari transaksi murabahah adalah :
a. Pihak yang berakad (penjual dan pembeli)
b. Objek yang diakadkan (barang yang diperjualbelikan dan harga)
c. Akad/sigot (serah (ijab) dan terima (qabul))
PERLAKUAN AKUNTANSI
MURABAHAH
a. Pengakuan dan pengukuran urbun (uang muka)
1. Urbun diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima bank
pada saat diterima
2. Jika transaksi murabahah dilaksanakan maka urbun diakui sebagai pembayaran
piutang (bagian angsuran pembelian)
3. Jika transaksi murabahah tidak dilaksanakan maka urbun dikembalikan kepada
nasabah setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan bank.
PERLAKUAN AKUNTANSI
MURABAHAH
b. Pengakuan piutang
Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar nilai perolehan
ditambah keuntungan yang disepakati.
c. Pengakuan keuntungan
Keuntungan murabahah, diakui:
1. Pada periode terjadinya, apabila akad berakhir pada periode laporan keuangan
yang sama: atau
2. Selain periode akad secara proporsional, apabila akad melampaui satu periode
laporan keuangan.
PERLAKUAN AKUNTANSI
MURABAHAH
d. Pengakuan potongan pelunasan dini diakui dengan menggunakan salah satu
metode:
1. Pada saat penyelesaian, bank mengurangi piutang murabahah dan keuntungan
murabahah
2. Setelah penyelesaian, bank terlebih dulu menerima pelunasan murabahah dari
nasabah, kemudian bank membayar muqasah kepada nasabah dengan
mrngurangi keuntungan murabahah
e. Pengakuan denda
Denda diakui sebagai dana kebajikan pada saat diterima
PERLAKUAN AKUNTANSI
MURABAHAH
f. Pada akhir periode, piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan
g. Pada akhir periode, margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pos lawan
piutang murabahah
SALAM
Disebut salam karena pemesan barang menyerahkan uangnya di tempat akad.
Salam ialah akad pesanan barang yang disebutkan sifat-sifatnya, yang dalam majelis
itu pemesan barang menyerahkan uang seharga barang pesanan yang barang pesanan
tersebut menjadi tanggungan penerima pesanan (Sudarsono, 2001)
Menurut Sayyid Sabiq, as-salam dinamai juga as-salaf (pendahuluan), yaitu
penjualan sesuatu dengan kriteria tertentu (yang masih berada) dalam tanggungan
dengan pembayaran disegerakan.
SKEMA TRANSAKSI BAI’ AS-
SALAM
KETENTUAN UMUM DALAM
TRANSAKSI SALAM
1. Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas, seperti
jenis, macam, mutu dan jumlahnya
2. Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan akad maka
produsen (pabrik/toko) harus bertanggung jawab dengan cara mengembalikan
dana yang telah diterimanya atau mengganti barang yang sesuai dengan pesanan.
3. Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya sebagai
persediaan maka dimungkinkan bagi bank untuk melakukan akad salam kepada
pihak ketiga (pembeli kedua), seperti bulog, pedagang pasar induk, dan rekanan.
ISTHISNA
Menurut jumhur ulama fuqaha, bai’ al-isthisna merupakan suatu jenis khusus dari
bai’ as-salam. Biasanya jenis ini dipergunakan di bidang manufaktur.
Dengan demikian, ketentuan isthisna mengikuti ketentuan dan aturan bai’as-salam.
Produk isthisna menyerupai produk salam, namun dalam isthisna pembayarannya
dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran.
KETENTUAN UMUM
1. Spesifikasi barang pesanan harus jelas, seperti: jeis, macam, ukuran, dan jumlah.
2. Harga jual telah disepakati tercantum dalam akad isthisna dan tidak boleh
berubah selama berlakunya akad
3. Jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah
akad ditandatangani maka seluruh biaya tambahan tetap ditanggung nasabah.
SKEMA TRANSAKSI BAI AL-
ISTHISNA
SYARAT-SYARAT ISTHISNA
1. Pihak yang berakal cakap hukum dan mempunyai kekuasaan untuk melakukan
jual beli.
2. Ridha/kerelaan kedua belah pihak dan tidak ingkar janji.
3. Apabila isi akad disyaratkan as-shani hanya bekerja saja maka akad ini bukan lagi
isthisna, tetapi berubah menjadi akad ijarah.
4. Pihak yang menyatakan kesanggupan untuk mengadakan/membuat barang itu.
5. Al-mashnu’ (baran/obyek pesanan) mempunyai kriteria yang jelas, seperti jenis,
ukuran (tipe), mutu, dan jumlahnya.
6. Barang tersebut tidak termasuk dalam kategori yang dilarang syara’ (najis, haram,
samar/tidak jelas) atau menimbulkan kemudharatan (menimbulkan maksiat).
Standar Akuntansi Keuangan yang pertama kali mengatur tentang akuntansi Isthisna
adalah PSAK 59 paragraph 81 sampai dengan 104 tentang pengakuan dan
pengukuran Isthisna dan Isthisna Pararel. Beberapa hal yang diatur pada paragraph-
paragraph tersebut antara lain karakteristik Isthisna sebagai akad jual beli dimana
pembeli menugasi produsen untuk menyediakan al-mashnu (barang pesanan) sesuai
spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati.
Cara pembayaran dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan
sampai jangka waktu tertentu.
PSAK 104: Akuntansi Isthisna merupakan penyempurnaan dari PSAK 59: Akuntansi
Perbankan Syariah (2002) yang mengatur mengenai isthisna.
TERIMA KASIH.

Anda mungkin juga menyukai