NIM : 11180820000039
Kelas : Akuntansi 5 D
Judul : Akuntansi Istishna
Sumber : PSAK 104, ResearchGate.
1. Pendahuluan
Keuangan islam telah menjadi elemen pembangunan infrastruktur yang paling penting di
Timur Tengah, Asia Tenggara serta belahan dunia lainnya. Kegiatan ekonomi riil, seperti
manufaktur, konstruksi dan sektor produktif lainnya, merupakan salah satu pendorong utama
dalam keuangan islam.
Anisza & Azhar (dalam, Shabbir, Ghazi & Akhtar: 2018) Berdasarkan prinsipnya,
instrument keuangan islam harus terbebas dari unsur riba, gharar, dan maysir. Ada tiga blok dasar
produk keuangan islam, berbasis kemitraan, berbasis perdagangan, dan berbasis sewa. Salah
satunya adalah istishna, yang dikategorikan sebagai mode keuangan modern. Istishna adalah salah
satu produk yang paling fleksibel yang dapat ditawarkan oleh IFI (di Indonesia sama seperti LKS),
pembayaran istishna sangat fleksibel bergantung pada kesepakatan antara bank syariah dan
nasabah, pembayaran dapat dibayar dimuka atau dibayar secara bertahap sesuai dengan proses
pembuatan, atau bisa juga dicicil setelah selesai. Al-Istishna dapat digunakan untuk memberikan
fasilitas pembiayaan transaksi tertentu, khususnya di sektor pembiayaan rumah atau KPR syariah.
Kontrak istishna adalah konsep syariah yang membiayai barang pesanan dengan memberikan
modal kerja yang dibutuhkan penjual untuk memproduksi dan mengirim barang pesanan.
Pembiayaan dengan model kontrak istishna akan mendorong dan memfasilitasi rumah yang sedang
dibangun, kontrak tersebut memberikan banyak pilihan untuk produk pembiayaan syariah.
Perumahan syariah merupakan produk pembiayaan alternativ pengganti model pembiayaan rumah
berbasis bunga konvensional.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Akuntansi Istishna, dalam tulisan ini akan dibahas
terkait pengertian dan karakteristik Istishna, cakupan akuntansi Istishna, akuntansi Istishna dari
pihak pembeli dan penjual, serta terdapat kasus mengenai transaksi terjadinya akad Istishna.
2. Tinjauan pustaka
a. Artikel
Menurut Muhammad Ridwan (2013), konsep Bai Istishna’ adalah mekanisme jual beli,
dengan cara bertransaksi yang dapat menghindari diri dari unsur riba atau bunga disetiap
pembayaran uang muka, atau pinjaman yang diberikan oleh salah satu pihak dalam suatu akad
yang dilarang.
Ibn Al-Hamam berkata, istishna (pemanfaatan) adalah permintaan pengerjaan, misalnya
kepada pembuat sepatu “buatkan saya sepatu dengan panjang sedemikian”, ini juga
didefinisikan sebagai “pembeli meminta” penjual yaitu seseorang untuk membuat sesuatu
yang asli dengan harga tertentu, asalkan pembeli menyediakan semua bahan.
b. Peraturan
PSAK 104 merupakan Pernyataan Standar Akuntansi Istishna yang mengatur tentang
pengakuan dan pengukuran, baik dari pihak pembeli maupun penjual. Serta diatur dalam fatwa
DSN nomor 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang jual beli Istishna. Fatwa tersebut mengatur
tentang ketentuan pembayaran dan ketentuan barang istishna.
3. Pembahasan
a. Pengertian dan Karakteristik Istishna
Ba’I al istishna atau biasa disebut dengan istishna merupakan kontrak jual beli dalam
bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan persyaratan tertentu yang disepakati
antara pemesan (pembeli – mustashni’) dan penjual (pembuat – shani’). Transaksi istishna
memiliki kemiripan dengan transaksi salam, dalam hal barang yang dibeli belum ada pada
saat transaksi melainkan harus dilunasi terlebih dahulu. Berbeda dengan transaksi salam yang
barangnya adalah hasil pertanian, transaksi istishna’ barang yang diperjual belikan biasanya
adalah barang manufaktur. Dalam hal pembayaran, transaksi istishna’ dapat dilakukan
dimuka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan datang.
Istishna paralel adalah suatu bentuk akad istishna’ antara pemesan (pembeli – mustashni’)
dengan penjual (pembuat – shani’) kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada
mustashni’penjual memerlukan pihak lain sebagai shani’
Karakteristik istishna
Berdasarkan akad istishna, pembeli menugaskan penjual untuk menyediakan barang
pesanan (mashnu) sesuai spesifikasi yang di syaratkan untuk diserahkan kepada pembeli,
dengan cara pembayaran dimuka atau tangguh.
Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual diawal akad.
Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangla waktu akad.
Barang pesanan harus memenuhi kriteria:
(a) Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati
(b) Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk massal
(c) Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis,
kualitas, dan kuantitasnya
Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli
dan penjual. Jika barang pesanan yang diserahkan salah atau cacat maka penjual harus
bertanggung jawab atas kelalaiannya
Entitas dapat pertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna.
Istishna paralel dapat dilakukan dengan syarat akad pertama, antara entitas dan pembeli
akhir tidak bergantung (mu’allaq) dari akad kedua, antara entitas dan pihak lain.
Pada dasarnya istishna tidak dapat dibatalkan kecuali memenuhi kondisi:
(a) Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya, atau
(b) Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi
pelaksanaan atau penyelesaian akad.
Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas:
(a) Jumlah yang telah dibayarkan, dan
(b) Penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu.
Pengawasan yang dilakukan DPS ini menuntut agar bank syariah dapat hati-hati dalam
melaksanakan transaksi jual beli akad istishna dan istishna paralel.
c. Akuntansi penjual
1. Akun yang dipergunakan
Akun laporan posisi keuangan/neraca
1) Persediaan / asset istishna
2) Piutang istishna
3) Keuntungan istishna tangguhan
4) Asset istishna dalam penyelesaian
5) Termin istishna
Pada proyek dengan periode pembuatan atau kontruksi asset istishna yang melewati
satu periode laporan keuangan, maka akan timbul konsekuensi bahwa bank syariah
tidak dapat mengakui adanya pendapatan. Maka, bank seringkali memilih
penggunaan metode persentase penyelesaian dan menyusun jadwal pembayaran
piutang dari nasabah, yang besarnya disesuaikan dengan kemampuan arus kas
nasabah.
b) Akad selesai,
Akad dikatakan selesai jika proses pembuatan barang pesanan selesai dan
diserahkan kepada pembeli.
Jika estimasi persentase penyelesaian akad dan biaya untuk penyelesaiannya
tidak dapat ditentukan secara rasional pada akhir periode laporan keuangan, maka
digunakan metode akad selesai. Ketentuan metode akad selesai ialah sampai
pekerjaan berhasil diselesaikan
a) Tidak ada pendapatan istishna yang diakui
b) Tidak ada harga pokok istishna yang diakui
c) Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna dalam penyelesaian, dan
d) Pengakuan pendapatan istishna, harga pokok istishna dan keuntungan dilakukan
hanya pada akhir penyelesaian pekerjaan
Metode persentase penyelesaian dan pelunasan lebih dari satu tahun dari penyerahan
barang, pengakuan pendapatannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Margin keuntungan pembuatan baraang pesanan yang dihitung apabila
istishna’dilakukan secara tunai diakui sesuai persentase penyelesaian
b. Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama periode
pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran.
Margin ini menunjukkan nilai tambah yang dihasilkan dari proses pembuatan barang
pesanan
Sedangkan yang dimaksud dengan nilai akad dalam istishna dengan pembayaran
langsung adalah harga yang disepakati antara penjual dan pembeli akhir
Metode akad selesai dan pelunasan lebih dari satu tahun dari penerahan barang, dalam
pengakuan pendapatannya dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
Tagihan setiap termin kepada pembeli diakui sebagai “piutang istishna” dan “termin
istishna” pada pos lawannya
Penagihan termin yang dilakukan oleh penjual dalam transaksi istishna dilakukan sesuai
dengan kesepakatan dalam akad dan tidak selalu sesuai dengan persentase penyelesaian
pembuatan barang pesanan.
4. Istishna paralel
Istishna paralel merupakan suatu bentuk akad istishna antara pemesan (pembeli –
mustashni) dengan penjual (pembuat – shani) kemudian untuk memenuhi kewajibannya
kepada mustashni, penjual memerlukan pihak lain sebagai shani.
Pada istishna paralel terdapat tiga pihak yang terlibat, yaitu Bank, Nasabah, dan
Pemasok. Pembiayaan dilakukan karena nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atas
tagihan pemasok selama masa periode pembangunan, sehingga memerlukan jasa
pembiayaan dari bank syariah. Atas pembiayaan terhadap pembangunan barang, maka
bank medapatkan margin dari jual beli barang yang terjadi. Margin diperoleh dari selisih
harga beli bank kepada pemasok dengan harga jual akhir kepada nasabah
5. Akuntansi pembeli
a. Akun yang dipergunakan
Akun laporan posisi keuangan (neraca)
1) Asset istishna dalam penyelesaian
Pembeli mengakui asset istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang
ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui hutang istishna kepada penjual
2) Hutang istishna
3) Asset/persediaan istishna
Asset istishna yang diperoleh melalui transaksi istishna dengan pembayaran
tangguh lebih dari satu tahun diakui sebesar biaya perolehan tunai. Selisih antara
harga beli yang disepakati dalam akad istishna tangguh dan biaya perolehan tunai
diakui sebagai beban istishna tangguhan
4) Beban istishna tangguhan
Beban istishna tangguhan di amortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi
pelunasan hutang istishna
d. Contoh soal
a. Transaksi
Pada tanggal 5 Februari 2019, untuk keperluan survey dan pembuatan desain bangunan yang
akan dijadikan acuan spesifikasi barang, Bank amanah telah mengeluarkan kas sebesar Rp.
1.000.000, untuk mengakui transaksi ini maka dibuat jurnal
05/02/2019 Beban pra-akad yang ditangguhkan 1.000.000
Kas 1.000.000
Pada PSAK 104 dikatakan bahwa biaya perolehan istishna terdiri dari biaya langsung dan
tidak langsung, biaya langsung meliputi bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung untuk
membuat barang pesanan, dan biaya tidak langsung meliputi biaya overhead termasuk biaya
akad dan pra-akad.
Biaya pra-akad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya istishna
jika akad disepakati.
Pada tanggal 10 Februari 2019, dr. Gary menyepakati akad dengan Bank Amanah, maka jurnal
pengakuan beban pra-akad menjadi biaya istishna
10/02/2019 Biaya istishna 1.000.000
Beban pra-akad yang ditangguhkan 1.000.000
Pada saat penerimaan dan pembayaran tagihan kepada penjual (pembuat) barang istishna
Pembeli akan mengakui asset istishna sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual
(pembuat barang) sekaligus mengakui utang istishna.
Pada transaksi antara Bank Amanah dengan PT. AK, mekanisme pembayaran dilakukan
dalam 3 termin, yaitu saat penyelesaian 20%, 50% dan 100%. Realisasi tagihan ketiga termin
ditunjukkan dalam table
No. Tingkat Tanggal Jumlah tagihan Tanggal Jumlah
termin penyelesaian penagihan (Rp) pembayaran pembayaran
(Rp)
I 20% 1 April 16.000.000 8 April 16.000.000
II 50% 15 Mei 24.000.000 22 Mei 24.000.000
III 100% 25 Juni 40.000.000 2 Juli 40.000.000
Tanggal 1 April, PT. AK menyelesaiakan 20% dari pembangunan dan menagih pembayaran
termin pertama sebesar Rp 16.000.000 kepada Bank Amanah. Jurnal pengakuan penagihan
pembayaran oleh pembuat barang:
01/04/2019 Asset istishna dalam penyelesaian 16.000.000
Utang istishna 16.000.000
Selanjutnya merupakan pencatatan pada saat penerimaan dan pembayaran tagihan kedua dan
ketiga.
15/05/2019 Asset istishna dalam penyelesaian 24.000.000
Utang istishna 24.000.000
b. Kasus
Bagaimanakah implementasi akad istishna pada bank syariah?
Jawab:
Kebanyakan akad istishna pada bank syariah digunakan dalam produk KPR syariah, karena
akad istishna cocok untuk bidang properti dan industri, dimana akan banyak memerlukan
gedung atau mesin mesin yang perlu dibuat sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan nasabah
Misalnya:
dr. Gary ingin membangun klinik sesuai dengan spesifikasinya: ada taman serta kolam ikan
didepan kliniknya, ada ruang khusus resepsionist berhadapan dengan ruang tunggu serta ruang
praktek di bagi menjadi 3 bagian. Untuk mempermudah hal tersebut dr. Gary mendatangi bank
syariah terdekat dan menjelaskan tujuannya, setelah terjadi negosiasi akhirnya keduanya
sepakat untuk menggunakan akad istishna, dimana pembayarannya bisa di tangguhkan atau
dibayar tunai. dr. Gary memilih untuk melakukan pembayaran dimuka, kemudian bank
syariah nantinya akan menghubungi pihak kontraktor untuk membuat klinik sesuai dengan
pesanan dr.Gary.
e. Kesimpulan
Istishna merupakan kontrak jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli – mustashni’) dan penjual
(pembuat – shani’). Dalam pelaksanaannya akuntansi istishna diawasi oleh DPS (Dewan
Pengawas Syariah) untuk memastikan apakah, bank syariah sudah menerapkan prinsip syariah
akad istishna dengan baik dan benar. Barang yang diperjual belikan dalam akad istishna biasanya
adalah barang manufaktur. Dalam hal pembayaran, transaksi istishna’ dapat dilakukan dimuka,
melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan datang.
Dalam transaksi isitishna barang yang diperjual belikan harus jelas spesifikasinya, pembeli
tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya dari bank syariah, barang yang diserahkan dari
bank syariah kepada pembeli (Nasabah) harus sesuai dengan spesifikasi pemesanan. Terkait alat
pembayaran, DSN mensyaratkan alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya diawal akad.
Ketentuan harga barang pesanan juga tidak dapat berubah selama jangka waktu akad, alat bayar
dalam akad istishna bisa berupa uang, barang atau manfaat. Pembayaran harus dilakukan sesuai
dengan kesepakataan saat akad.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahim, A. Martawireja, A. E & Yaya, R. 2018. Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan
Praktik Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.
Al-feel, N. 2019. Manufacture Contract (Istishna’a), Concept, Importance & Risk. Humanities &
Social Sciences Reviews. Vol. 7 No. 5.
Ibrahim, M. & Kamarudin, R. 2014. The Islamic Home Financing in Malaysia Istisna’ Base on
Debt: Qualitative Approach. Labuan e-Journal of Muamalat and Society. Vol 8.