Anda di halaman 1dari 3

Nama: Febrica Nur Setya

NIM: 20180420280
Kelas: Akuntansi Bank Syariah D

AKUNTANSI TRANSAKSI ISTISHNA’ DAN ISTISHNA’ PARALEL

Definisi dan Penggunaan


Bai’al istishna atau disebut dengan istishna’ merupakan kontrak jual beli dalam
bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesanan (pembelian, mustashi’) dan penjuala (pembuat, shani’).
Persamaan akad istishna’ dengan salam yaitu dalam hal barang yang dibeli belum ada pada
saat transaksi melainkan arus dilunasi lebih dahulu. Perbedaan barang yang dipesan biasanya
berupa manufaktur, dan transaksi istishna dilakukan di muka, melalui cicilan, atau
ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan datang.

Ketentuan Syar’i, Rukun Transaksi, dan Pengawasan Syariah transaksi Istishna’ dan
Istishna’ Paralel

1. Ketantuan Syar’i Transaksi Istishna dan Istishna” Paralel


Ketentuan syar’i transaksi istishna’ diatur dalam fatwa DSN nomor
06/DSN-MUI/IV/2000 tentang jual beli istishna. Fatwa tersebut mengatur tentang
ketentuan pembayaran dan ketentuan barang.
2. Rukun Transaksi Istishna’
 Transaktor, yakni pembeli (mustashi’) dan penjual (shani’)
 Objek akad meliputi barang dan harga barang istishna’
 Ijab dan kabul yang menunjukan pernyataan kehendak jual beli istishna’ kedua
belah pihak.
3. Rukun Transaksi Istishna’ Paralel
Berdasarkan Fatwa DSN Nomor 6 tahun 2000, disebutkan bahwa akad
istishna’ kedua (antara bank sebagai pembeli dengan penjual) harus dilakukan
terpisah dari akad pertama. Adapun akad kedua baru dilakukan setelah akad pertama
sah. Rukun – rukun yang terdapat pada akad istishna’ pertama berlaku pada akad
istishna’ kedua.
4. Pengawasan Syar’i Transaksi Istishna’ dan Istishna’ Paralel
a) Memastikan barang yng diperjua belikan tidak diharmkan oleh syariah islam
b) Meneliti apakah bank membiayai pembuatan barang yang diperlukan nasabah
sesuai pesanan dan kriteria yang disepakati
c) Memastikan istishna dan akad istishna paralel dibuat dengan akad terpisah
d) Memastiakan bahwa akad istishna yang sudah dikerjakan sesuai dengan
kesepakatan hukumnya mengikat.
i. Kedua pihak setuju untuk menghentikan akad istishna’
ii. Akad istishna’ batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang
dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaiaan akad.

Alur Transaksi Istishna’ dan Istishna’ Paralel


Pada istidahna paralel terdapat 3pihak yaitu, bank, nasabah, dan pemasok.
1) Nasabah memesan barang yang dikehendai dan melakuakan negoisasi kesepakatan
antara penjual dengan pembeli terkaiti dengan transaksi istishna’ yang akan
dilaksanakan.
2) Pada akad istishna setelah akad disepakati, penjual memulai membuat atau
menyelesaikan tahapan pembuaatan barang yang diinginkan oleh pembeli.
3) Setelah mesepakati transaksi istishna’ dalam jangka waktu tertentu, pemasok
kemudian melakukan pengerjaan barang yang dipesan.
4) Selama mengerjakan barang dipesan., pemasok melakuakn tagihan kepada bank
sariah senilai tingkat penyelesaiaan barang pesanan.
5) Bank syaria melakukan pembayaran kepada pembuat barang sebesr nilai yang
ditagihkan
6) Bank syariah melakuakn tagihan kepada nasabh pembeli brdasarkan tingkat
penyelesaiaan barang.
7) Pemasok menyerahkan barang kepada nasabah pembeli
8) Pemasok mengirimkan bukti pengiriman barang kepada bank syariah
9) Nasabah melunasi pembayaran barang istishna sesuai dengan akad yang disepakati.

Cakupan Standar Akuntansi Istishna’ Paralel


akuntansi istishna’ diatur dalam PSAK Nomor 104 tentang istishna’. Terkait dengan
pegakuan dan pengukuran transaksi, standar ini mengatur tentang penyatuaan dan segmentasi
akad, pendapatan istishna’ dan istishna’ paralel, istishna’ dengan pembayaran tangguh, biaya
prolehan istishna’, penyelesaian awal, pengakuan taksiran rugi.

Penjurnalan Transaksi Istishna’


 Transaksi Biaya Par – Akad ( bank sebaga penjual)
 Pendatanganan akad dengan pembeli (bank sebagai penjual)
 Pembuatan akad istishna’ paralel dengan pembuat barang (bank sebagai pembeli).
Berdasarkan PASK 104 paragraf 29 biaya perolehan istishna parlel:
 Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau kontraktor keada
entitas
 Biaya tidak langsung, yaitu biaya overhead termasuk biaya akad dan pra – akad
 Semuan biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi
kewajibanya, jika ada.
 Penerimaan dan pembayaran tagihan kepada penjual (pembuat) barang istishna’
 Pengakuan pendapatan istishna’
 Penagihan piutang istishna’ pembeli
 Penerimaan pembayaran piutang istishna’ dari pembeli
 Variasi transaksi dan kebijakan akuntansi
1. Pelaku akuntansi terhadap beban peraakad jika transksi tidak jadi disepakati
2. Pengakuan pendapatan dengan metode akad selesai
3. Pembayaran dengan cara tangguh
 Jurnal saat pengakuan pengeluaran untuk memperoleh istishna’
 Jurnal saat pengakuan pendapatan
 Jurnal saat pembayaran oleh pembeli
 Jurnal saat penagihan dan penyerahan aset istishna’ kepada pembeli
 Jurnal pemberian potongan jika pembeli melunasi lebih awal.

Anda mungkin juga menyukai