Anda di halaman 1dari 33

Akad Istisna’

Yusril Izza Salimudin


G72216082
Pengertian

• Berasal dari kata ‫( ﺻﻧﻊ‬shana’a) yang artinya membuat kemudian ditambah


huruf alif, sin dan ta’ menjadi ‫(ﺍ ﺴﺗﺻﻧﻊ‬istashna’a) yang berarti meminta
dibuatkan sesuatu.
• Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni’) dan pembuat (penjual/shani’)
• Shani’ dapat menyiapkan barang yang disepakati sendiri atau melalui pihak lain
(istisna’ pararel)
Dasar Hukum
• Mengingat Istishna merupakan lanjutan dari Bai’ as-salam maka secara umum dasar hukum yang berlaku pada Salam juga
berlaku pada Istishna’.
a. Al-Qur’an
َ ‫يا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِإ َذا ت َ َدا َينت ُ ْم ِب َدي ٍْن ِإلَى أ َ َج ٍل ُم‬
ُ‫س ًّمى فَا ْكتُبُوه‬
“hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang tidak di tentukan, hendaklah
kamu menuliskannya….”(al-Baqarah:282)

b. Al- Hadist
• “Barangsiapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula
untuk jangka waktu yang di ketahui”
Dari Suhaib r.a bahwa Rasulullah saw bersabda,
• “Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk di jual.”(HR Ibnu Majah)
Rukun Istisna’

• Pelaksanaan istishna’ harus memenuhi sejumlah rukun berikut ini.


1. Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli/mustashni’) dan pembuat
(penjual/shani’)
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istisna’ yang
berbentuk harga
3. Ijab qobul/serah terima
Rukun Istisna’

• Ketentuan syariah:
1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh
2. Objek akad:
a. ketentuan tentang pembayaran:
b. Ketentuan tentang barang:
3. Ijab Qobul
Ijab qobul adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha atau rela di antara pihak pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
menggnkan cara cara komunikasi modern
Syarat Istisna’
a. Modal Transaksi istishna’
1. Modal Harus di ketahui.
2. Penerimaan pembayaran istishna’.

b. Al-mashnu’ (Barang)
1. Harus spesifik dan dapat di akui sebagai utang
2. Harus bisa di identifikasi secara jelas
3. Penyerahan barang di lakukan di kemudian hari
4. Kebanyakan ulama mensyaratkan penyerahan barang harus di tunda pada suatu waktu kemudian, tetapi mazhab syafi’i
membolehkan penyerahan segera.
5. Boleh menentukan tanggal waktu di masa yang akan datang untuk penyrahan barang.
6. Tempat penyerahan.
7. Penggantian mashnu’ dengan barang lain.
Kriteria barang pesanan
(PSAK 104 par 8)
1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati
2. Sesuai spesifikasi pemesan (customized), bukan produk masal
3. Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis,
spesifikasi teknis, dan kualitasnya
Istisna’ Paralel

• Dalam hal ini pembuat (penjual/shani’) membuat akad kedua dengan


subkontraktor untuk membantunya memenuhi kewajiban akad
istisna’ pertama.
• Pihak pembuat (penjual/shani’) tetap bertanggung jawab terhadap
barang istisna’ tadi dan bukan subkontraktor
Pembatalan akad istisna’

• Pada dasarnya akad ini tidak dapat dibatalkan kecuali dengan syarat
(PSAK 104 par 12):
1. Kedua belah pihak setuju untuk meghentikannya.
2. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang
menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad.
Berakhirnya Akad Istisna’

• Dipenhuinya keajiban secara normal oleh kedua belah pihak


• Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kontrak
• Pembatalan hukum kontrak. Inin jika muncul sebab yang masuk akal untuk
mencegah dilaksanakan kontrak atau penyelesaiannya, dan masing masing
pihak bisa menuntut pembatalahnya.
Akad Istishna’
• Istishna’ Jurnal

• Istishna’ Paralel Jurnal


Pengakuan Pendapatan

• Metode presentase penyelesaian


sistem pengeakuan pendapatan yang dilakukan seiring dengan
proses penyelesaian berdasarkan akad istishna’
• Metode akad selesai
pengakuan pendpatan yang dilakuakan ketika proses pekerjaan telah
dilakukan
Metode presentase
• Pendapatan diakui berdasarkan persentase akad yang telah diselesaikan dengan estimasi dasar
presentase pengeluaran biaya yang dilakukan dibadndingkan dengan total biaya, kemudian
presentae tersebut dikalikan dengan nilai akad
• Margin keuntungan juga diakui berdasarkan cara yang sama dengan pendapatan
Presentase penyelesaian = Biaya yang telah dikeluarkan
Total biaya untuk penyelesaian
Pengakuan pendpatan = Presentase Penyelesaian x Nilai Akad
Pengakuan Margin = Presentase Penyelesaian x Nilai Margin
Dimana nilai margin tersebut adalah nilai akad – total biaya
Metode Akad Selesai

• Dalam metode ini tidak ada pengakuan pendapatan, haraga pokok dan
keuntungan samapi dengan pekerjaan telah dilakukan. Sehingga
pendapatan diakui pada periode dimana pekerjaan telah seleai dilakukan.
• Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya perolehan istishna’akan
melebihi pendpatan istishna’ maka taksiran kerugian harus segera
dilakukan.
Pembayaran Tangguh

• Margin keuntungan pembutan barang pesanan yang dihitung apabila


istishna’ dilakukan tunai, akan diakui sesuai presentase penyelesaian.
• Selisih antara nilai akad daan nilai tunai pada saat penyerahan diakui
selama periode pelunasan secara proposional sesuai dengan jumlah
pembayaran.
• Walau terdapat dua bagian tersebut namun hanya ada satu harga yang
ditetapkan dalam akad.
Perbedaan Salam dengan Istisna’
Subjek Salam Istisna’ Aturan dan Keterangan
Pokok Kontrak Muslam fihi Mashnu’ Barang ditangguhkan, dengan spesifikasi

Harga Dibayar saat Boleh saat kontrak, Cara penyelesaian pembayaran merupakan
kontrak boleh diansur, boleh perbedaan salam dan istisna’
kemudian hari
Sifat Kontrak Mengikat Mengikat secara Salam mengikat semua pihak sejak semula,
secara asli ikutan sedangkan istishna’ dianggap mengikat
berdasarkan pandangan ahli fiqih demi
kemaslahatan, serta tidak bertentangan dengan
aturan syariah. sehingga menjadi pengikat untuk
melindungi produsen sehingga tidak di tinggalkan
begitu saja oleh konsumen secara tidak
bertanggung jawab.
Kontrak Salam Paralel Istisna’ Paralel Baik salam pararel maupun istishna’ pararel sah
Paralel asalkan kedua kontrak secara hukum adalah
terpisah.
Referensi
• Akuntansi Syariah di Indonesia, Sri Nurhayati –
Wasilah , Salemba Empat
• Akuntansi Syariah, Wiroso
• http://yuniehilaly.blogspot.co.id/2015/05/produk-
syariah-akad-istishna.html
Ketentuan tentang pembayaran

1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau
manfaat, demikian juga cara pembayaran.
2. Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan tetapi apabila
setelah akad ditanda tangani pembeli mengubah spesifikasi dalam akad maka
penambahan biaya akibat perubahan ini menjadi ditanggung jawab pembeli.
3. Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan
4. Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan hutang
Ketentungan tentang barang
1. Barang pesananan harus jelas spesifikasinya (jenis ukuran mutu) sehingga tidak ada jahalah dan perselisihan dapta
dihindari
2. Barang peasan diserahkan kemudian
3. Waktu dan penyerahan barang harus diserahkan berdasarkan kesepakatan
4. Barang pesanan yang telah diterima tidak boleh dijual
5. Tidak boleh menukar barang kecuali dengan sejenis sesuai kesepakatan
6. Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan memiliki hak memilihh (khiyar)
untuk melanjutkan atau mebatalkan akad
7. Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukunya mengikat, yidak boleh dibatalkan sehingga
penjual tidak dirugikan karena ia telah menjalankan kewajiban sesuai kesepakatan
Istishna’

2
Penjual Pembeli
3

1. Melakukan akad istishna’


2. Barang diserah kan kepad pembeli
3. Pembayaran dilakukan pembeli
Istishna’ Paralel
1

4
Penjual Pembeli
5

2 3
Produsen/pemasok
1. Melakukan akad istishna’
2. Penjual memesan dan membeli pada supplier/produsien
3. Barang diserahkan dari produsen
4. Barang diserah kan kepad pembeli
5. Pembayaran dilakukan pembeli
JURNAL ISTISHNA’ BIASA
Penjual
Penjual
Penjual
Penjual
Pembeli
Pembeli
Paralel
Paralel
Paralel
Paralel

Anda mungkin juga menyukai