Anda di halaman 1dari 27

KELOMPOK 4

PENGERTIAN AKAD
• Istishna’adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antara pemesanan
(pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat, shani’)
• Shani’ akan menyiapkan barang yang dipesan sesuai dengan
spesifikasi yang telah disepakati di mana ia dapat menyiapkan
sendiri atau memlaui pihak lain (istishna pararel)
Dalam PSAK 104 paragraph 8 dijelaskan barang pesanan harus
memenuhi kriteria :
1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati.
2. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk
massal.
3. Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis,
spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya.
Ketika akad disepakati maka dasarnya tidak dapat dibatalkan, kecuali :
4. Kedua belah pihak setuku untuk menghentikannya
5. Akad batal demi hokum karena timbul kondisi hokum uang dapat
mengahalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad.

Akad berakhir apabila kewajiban kedua belah pihak telah terpenuhi


atau kedua belah pihak bersepakat untuk menghentikan akad.
Subjek Salam Istishna’ Aturan dan
Keterangan
Pokok kontrak Muslam fihi Mashnu’ Barang ditangguhkan,
dengan spesifikasi
Harga Dibayar saat kontrak Boleh saat kontrak, Cara penyelesaian
boleh diangsur, boleh pembayaran merupakan
kemudian hari perbedaan utama antara
salam dan istishna’
Sifat kontrak Mengikat secara asli (thabi’i) Mengikat secara asli Salam mengikat semua
(thabi’i) pihak sejak semula,
sementara istishna’
dianggap mengikat
berdasarkan pandangan
para ahli fikih demi
kemaslahatan, serta
tidak bertentangan
dengan aturan syariah
Subjek Salam Istishna’ Aturan dan
Keterangan
Kontrak pararel Salam Pararel Istishna’ pararel Baik salam pararel
maupun istishna’
pararel sah asalkan
kedua kontrak secara
hokum adalah terpisah
KELOMPOK 5
JENIS AKAD ISTISHNA
Istishna’adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesanan
(pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat, shani’)
Keterangan:
(1) Melakukan akad istishna’
(2) Barang diserahkan kepada pembeli
(3) Pembayaran dilakukan oleh pembeli
Istishna paralel adalah suatu bentuk akda istishna’ antara penjual dan pemesan,
dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan
akad istishna’dengan pihak lain (subkontraktor) yang dapat memenuhi aset yang
dipesan pemesan. Syaratnya akad istishna’pertama (antara penjual dan pemesan)
tidak bergantung pada istishna’kedua (antara penjual dan pemesok). Selain itu,
akad antara pemesan dengan penjual dan akad antara penjual dan pemesan harus
terpisah dan penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama konstruksi.
Keterangan:
(1) Melakukan akad istishna’
(2) Penjual memesan dan membeli pada supplier/produsen
(3) Barang diserahkan dari produsen
(4) Barang diserahkan kepada pembeli
(5) Pembayaran dilakukan oleh pembeli.
KELOMPOK 6
S U M B E R H U K U M A K A D I S T I S H N A’
R U K U N D A N K E T E N T U A N A K A D I S T I S H N A’
B E R A K H I R N YA A K A D I S T I S H N A’
SUMBER HUKUM AKAD ISTISHNA’

Amr bin ‘Auf berkata :


“perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan
syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang
haram.’’ (HR. Tirmidzi)

Abu Sa’id al-Khudri berkata : “tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain.” (HR.
Ibnu Majah, Daruquthni, dan yang lain)
RUKUN DAN KETENTUAN AKAD ISTISHNA’

Adapun rukun istishna’ ada tiga, yaitu sebagai berikut :


1. Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual (pembuat,shani’)
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna’ yang berbentuk harga
3. Ijab kabul/serah terima

Ketentuan syariah
4. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh
5. Objek akad :
a) Ketentuan tentang pembayaran
b) Ketentuan tentang barang
6. Ijab kabul
BERAKHIRNYA AKAD ISTISHNA’

Kontrak Istishna’ bisa berakhir berdasarkan kondisi-kondisi berikut :


1. Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah pihak.
2. Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kontrak
3. Pembatalan hukum kontrak. Ini jika muncul sebab yang masuk akal untuk mencegah
dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing-masing pihak bisa menuntut
pembatalannya
KELOMPOK 1
P E L A K U A N A K U N TA N S I P S A K 1 0 6
A K U N TA N S I U N T U K P E N J U A L
1. Biaya perolehan istishna’ terdiri atas :
a. Biaya Langsung
b. Biaya Tidak Langsung
c. Khusus untuk istishna’ paralel
Jurnal yang dilakukan bila entitas melakukan pengeluaran untuk akad istishna’ adalah :
Dr. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian xxx
Cr. Persediaan, Kas, Utang dll xxx
Saat dikeluarkan biaya pra akad, dicatat :
Dr. Biaya Pra Akad Ditangguhkan xxx
Cr. Kas xxx
Jika akad disepakati, maka dicatat :
Dr. Beban Istishna’ xxx
Cr. Biaya Pra Akad Ditangguhkan xxx
Jika akad tidak disepakati, maka dicatat :
Dr. Beban xxx
Cr. Biaya Pra Akad Ditangguhkan xxx
2. Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan penjual memberikan potongan,
maka potongan tersebut sebagai pengurang pendapatan Istishna’.
3. Pengakuan pendapatan dapat diakui dengan 2 (dua) metode berikut :
a. Metode persentase penyelesaian.
b. Metode akad selesai.
Dari kedua metode ini PSAK 104 menyarankan penggunaan metode persentase penyelesaian, kecuali
jika estimasi persentase penyelesaian akad dan biaya penyelesaiannya tidak dapat ditentukan secara
rasional maka digunakan metode akad selesai.
4. Untuk metode persentase penyelesaian, pengakuan pendapatan dilakukan sejumlah bagian nilai akad yang
sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan tersebut diakui sebagai pendapatan Istishna’ pada
periode yang bersangkutan.
A. Pendapatan diakui berdasarkan persentase akad yang telah diselesaikan biasanya estimasi menggunakan dasar
persentase pengeluaran biaya yang dilakukan dibandingkan dengan total biaya, kemudian persentase tersebut
dikalikan dengan nilai akad.
B. Margin keuntungan juga diakui berdasarkan cara yang sama dengan pendapatan.
Persentase Penyelesaian = Biaya yang telah dikeluarkan / Total biaya untuk penyelesaian
Pengakuan Pendapatan = Persentase Penyelesaian x Nilai Akad
Pengakuan Margin = Persentase Penyelesaian x Nilai Margin
Di mana nilai margin tersebut adalah : Nilai Akad – Total Biaya
5. Jurnal untuk pengakuan pendapatn dan margin keuntungan :
Dr. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian (sebesar margin keuntungan) xxx
Dr. Beban Istishna’ (sebesar biaya yang telah dikeluarkan) xxx
Cr. Pendapatan Istishna’ (sebesar pendapatan yang harus diakui) xxx
6. Untuk metode persentase penyelesaian, pada akhir periode harga pokok Istishna’ diakui sebesar biaya
Istishna’ yang telah dikeluarkan sampai periode tersebut.
7. Untuk metode akad selesai tidak ada pengakuan pendapatan, harga poko dan keuntungan sampai dengan
pekerjaan telah dilakukan. Sehingga pendapatan diakui pada periode di mana pekerjaan telah selesai
dilakukan.
8. Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya perolehan Istishna’ akan melebihi pendapatan Istishna’
maka taksiran kerugian harus segera diakui.
9. Pada saat penagihan baik metode persentase penyelesaian atau akad selesai, maka jurnal :
Dr. Piutang Istishna’ (sebesar nilai tunai) xxx
Cr. Termin Istishna’
xxx
Termin Istishna’ tersebut akan disajikan sebagai akun pengurang dari akun Aset Istishna’ dalam
penyelesaian.
KELOMPOK 2
P E L A K U A N A K U N TA N S I P S A K 1 0 6
A K U N TA N S I U N T U K P E N J U A L
AKUNTANSI UNTUK PEMBELI
1. Pembeli mengakui aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui
utang istishna’ kepada penjual
Dr. Utang kepada penjual xxx
Cr. Utang kepada penjual xxx
2. Aset istishna’ yang diperoleh melalui transaksi istishna’ dengan pembayaran tangguh lebih dari satu tahun diakui sebesar :
biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati dalam akad istishna’ tangguh dan biaya perolehan tunai diakui
sebagai beban istishna’ tangguh
Dr. Aset istishna’ dalam penyelesaian (sebesar nilai tunai) xxx
Dr. Beban istishna’ tangguh (selisih nilai tunai dengan harga beli) xxx
Cr. Utang kepada penjual xxx
3. Beban istishna’ tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi pelunasan utang istishna’
Dr. Beban Istishna’ xxx
Cr.Beban Istishna’ tangguh xxx
Pembayaran utang :
Dr.utang kepada penjual xxx
Cr. Kas xxx
4. Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual dan mengakibatkan
kerugian pembeli, maka kerugian tersebut dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek yang telah
diserahkan penjual.
Dr. Piutang jatuh tempo kepada penjual xxx
Cr. Kerugian Aset Istishna’ xxx
Setelah sebelumnya pembeli mengakui adanya kerugian.

5. Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi dan tidak
memperoleh kembali seluruh jumlah yang telah dibayarkan kepada penjual
Dr. Piutang Jatuh tempo kepada penjual xxx
Cr.Aset istishna’ dalam penyelesaian xxx

6. Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai denga spesifikasi maka barang pesanan
tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan.
Dr. Aset Istishna’ dalam penyelesaian ( nilai wajar) xxxx
Dr. Kerugian xxxx
Cr.Aset Istishna’ dalam Penyelesaian ( biaya perolehan ) xxx
7. Penyajian
• Utang Itishna’ sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum dilunasi.
• Aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar
x Persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjual kepada pembeli akhir, jika istishna’
paralel atau
x kapitalisasi biaya perolehan jika istishna’

8. Pengungkapan
• Rincian utang istishna’ berdasarkan jumlah dan jangka waktu
• Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syariah
KELOMPOK 3
P E L A K U A N A K U N TA N S I P S A K 1 0 6
A K U N TA N S I U N T U K P E M B E L I
1. Penjual mengakui aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang
ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada penjual.

Dr. Aset Istishna’ dalam penyelesaian xxx


Cr. Utang kepada penjual xxx

2. Aset istishna’ yang diperoleh melalui transaksi istishna’ dengan pembayaran tangguh
lebih dari satu tahun diakui sebesar: biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli
yang disepakati dalam akad istishna’ tangguh dan biaya perolehan tunai diakui
sebagai beban istishna tangguh.

Dr. Aset Istishna’ dalam penyelesaian (nilai tunai) xxx


Dr. Bebabn Istishna’ Tangguh (selisih nilai tunai dan HB) xxx
Cr. Utang kepada penjual xxx
3. Beban Istishna’ tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi pelunasan utag
istishna’.
Dr. Beban Istishna’ xxx
Cr. Beban Istishna Tangguh xxx

Pembayaran Utang
Dr. Utang kepada Penjual xxx
Cr. Kas xxx

4. Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual, dan mengakibatka
kerugian pembeli, maka kerugian tersebut dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek yang telah
diserahkan penjual. Jika kerugian itu lebih besar dari garansi, maka selisihnya diakui sebagai piutang
jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
Dr. Piutang Jatuh tempo kepada Penjual xxx
Cr. Kerugian Aset Istishna’ xxx
Setelah sebelumnya pembeli mengakui adanya kerugian.
5. Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi dan
tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan kepada penjual, maka
jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan
jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
Dr. Piutang Jatuh Tempo kepada Penjual xxx
Cr. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian xxx

6. Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka barang
pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan.
Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan
Dr. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian (nilai wajar) xxx
Dr. Kerugian xxx
Cr. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian (biaya perolehan) xxx
7. Penyajian, pembeli menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut.
a. Uang istishna’ sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum dilunasi.
b. Aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar:
- Persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada pembeli akhir, jika
istishna’ parallel; atau
- Kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna’.

8. Pengungkapan, pembeli mengungkapkan trasaksi istishna’ dalam laporan keuangan tetapi


tidak terbatas, pada:
a. rincian utang istishna’ berdasarkan jumlah dan jangka waktu
b. pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.

Anda mungkin juga menyukai