Anda di halaman 1dari 26

HUKUM ASURANSI

DISUSUN OLEH:
FADIZA RIANTY, SH., MKN.
DASAR HUKUM ASURANSI

 Ketentuan Perjanjian dalam KUHPerdata

 KUHD

 UU No. 40 Tahun 2014 Tentang Usaha Perasuransian


PENGERTIAN ASURANSI

• Asuransi = Pertanggungan = Insurance

• Ps. 246 KUHD


Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana
seorang penanggung meningkatkan diri kepada seorang tertanggung,
dengan mana menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian
kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena
suatu peristiwa yang tak tertentu.

Unsur-unsur Pasal 246 KUHD, antara lain:


a. Adanya kepentingan (Pasal 250 jo. Pasal 268 KUHD)
b. Adanya peristiwa tidak tertentu
c. Adanya kerugian
PENGERTIAN ASURANSI

 Pasal 1 Ayat (1) UU Usaha Perasuransian


Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan
asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan
premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk :
a. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang
polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya
tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan
dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
APAKAH ASURANSI
SAMA DENGAN
PERJUDIAN?
TIGA HAL DALAM ASURANSI

1. Penanggung adalah pihak yang berjanji membayar jika


peristiwa pada unsur ke tiga tidak terlaksana.
2. Tertanggung adalah pihak yang berjanji membayar
uang kepada pihak penanggung.
3. Suatu peristiwa yang belum tentu akan terjadi
(evenement). Apabila peristiwa tersebut terjadi, maka
Penanggung diwajibkan membayar Premi kepada
Tertanggung.
SYARAT SAH PERJANJIAN ASURANSI

 Diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata dan


seterusnya
 Ditambah ketentuan dalam Pasal 251 KUHD

Pemberitahuan (notification), yaitu tertanggung wajib


memberitahukan kepada penanggung mengenai
keadaan obyek asuransi. Apabila lalai maka
pertanggungan menjadi batal
KAPAN PERJANJIAN ASURANSI
DIANGGAP LAHIR?

 Asuransi bersifat konsensual (Psl 255 jo 257 (1) KUHD)

 Pembuktian adanya “kata sepakat”

 Pembuktian janji-janji dan syarat-syarat khusus (harus

tertulis dalam polis)


PREMI

• Premi adalah sejumlah uang yang ditetapkan oleh Penanggung dan disetujui
oleh Pemegang Polis untuk dibayarkan berdasarkan Perjanjian, atau sejumlah
uang yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang mendasari program asuransi wajib untuk memperoleh manfaat.

• Seorang penanggung mendapat premi dan premi tersebut harus dinyatakan


dengan polis sebagaimana diatur dalam Pasal 256 Ayat 7 KUHD.

• Pasal 281 KUHD : Prem Restomo atau Premi Ristomo


POLIS

• Pasal 255 KUHD

• Polis adalahbukti tertulis atau surat perjanjian


antara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian.

Syarat-syarat (isi atau bentuk) Polis, yaitu:


1. Berdasarkan Pasal 256 KUHD
2. Berdasarkan Pasal 304 KUHD (khusus polis
asuransi jiwa)
SYARAT POLIS (PASAL 256 KUHD)

1. Hari pembuatan perjanjian asuransi


2. Nama tertanggung, utk diri sendiri atau utk org
ketiga.
3. Uraian yg jelas mengenai benda obyek asuransi
4. Jumlah yg dipertanggungkan.
5. Bahaya2 yg ditanggung oleh penanggung.
6. Saat bahaya mulai berjalan & berakhir yg
menjadi tanggungan penanggung.
7. Premi asuransi
8. Umumnya semua keadaan yg perlu diketahui
oleh penanggung & segala syarat yg
diperjanjikan antara pihak-pihak.
SYARAT POLIS ASURANSI JIWA
(PASAL 304 KUHD)

1. Hari ditutupnya pertanggungan


2. Nama si tertanggung

3. Nama orang yang jiwanya dipertanggungkan

4. Saat mulai berlaku dan berakhirnya bahaya bagi si


penanggung
5. Jumlah uang untuk mana diadakan pertanggungan

6. Premi pertanggungan tersebut


FUNGSI POLIS BAGI TERTANGGUNG

 Sebagai bukti tertulis atas jaminan penanggungan


untuk mengganti kerugian yang mungkin
dideritannya yang ditanggung oleh polis.
 Sebagai bukti pembayaran premi kepada
penanggung.
 Sebagai bukti otentik untuk menuntut penanggung
bila lalai atau tidak memenuhi jaminannya.
FUNGSI POLIS BAGI PENANGGUNG

 Sebagai bukti atau tanda terima premi asuransi dari


tertanggung.
 Sebagai bukti tertulis atas jaminan yang diberikannya
kepada tertanggung untuk membayar ganti rugi yang
mungkin di derita oleh tertanggung.
 Sebagai bukti otentik, untuk menolak tuntutan ganti rugi
atau klaim bila penyebab kerugian tidak memenuhi
syarat polis.
JENIS-JENIS POLIS

 Polis Ditaksir
Polis ditaksir atau valued policy merupakan polis yang
jumlah harga pertanggungannya ditaksir.

 Polis Tidak Ditaksir


Polis tidak ditaksir atau unvalued policy merupakan
kebalikan dari valued policy. Harga pertanggungan
yang dicantumkan dalam polis diperlukan sebagai
dasar untuk perhitungan premi asuransi dan batas
maksimal ganti rugi.
JENIS-JENIS POLIS

 Polis perjalanan (voyage policy)


Polis perjalanan menjamin insurable interest selama
dalam perjalanan dari tempat pemberangkatan sampai
dengan ke tempat tujuan. Kedua tempat itu harus
disebutkan namanya di dalam polis.

 Polis waktu (time policy)


Polis waktu merupakan polis yang terikat dengan jangka
waktu, misalnya 6 bulan, 12 bulan atau lebih dari 12
bulan.
OBYEK ASURANSI

Benda dan jasa, jiwa dan raga


kesehatan manusia, tanggung jawab
hukum, serta semua kepentingan yang
dapat hilang, rusak, rugi dan atau
berkurang nilainya.
PENGGGOLONGAN ASURANSI

1. Asuransi Umum (Asuransi Kerugian) : Asuransi

yang menjamin terhadap kepentingan harta

kekayaan manusia.

2. Asuransi Jumlah (Asuransi Jiwa) : Asuransi yang

menjamin kepentingan terhadap jiwa manusia.


JENIS ASURANSI (PASAL 247 KUHD)

 Asuransi terhadap bahaya kebakaran

 Asuransi terhadap bahaya yang mengancam hasil

pertanian yang belum dipaneni

 Asuransi jiwa

 Asuransi terhadap bahaya di laut

 Asuransi pengangkutan darat dan pertanian darat


PRINSIP DALAM ASURANSI

 Prinsip Kepentingan (Insurable Interest)

 Prinsip Itikad Baik

 Prinsip Ganti Rugi (Principle of Indemnity)

 Prinsip Subrogasi

 Prinsip Koasuransi

 Prinsip Kontribusi

 Prinsip Hukum Jumlah Bilangan Besar (The Law of


Large Number)
Bidang Usaha
Asuransi

Usaha Penunjang
Usaha Asuransi
Asuransi
JENIS USAHA ASURANSI

 Usaha Asuransi Kerugian


Jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian,
kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa tidak pasti.
 Usaha Asuransi Jiwa
Jasa dalam penanggulangan risiko yg dikaitkan dengan
hidup/matinya seseorang yang dipertanggungkan.
 Usaha Reasuransi
Jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang
dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan
Perusahaan Asuransi Jiwa.
JENIS USAHA PENUNJANG ASURANSI

1. Usaha Pialang Asuransi

2. Usaha Pialang Reasuransi

3. Usaha Penilaian Kerugian Asuransi

4. Usaha Konsultan Aktuaria

5. Usaha Agen Asuransi


BENTUK HUKUM USAHA ASURANSI

 Perusahaan Perseroan (Persero)

 Koperasi

 Perseroan Terbatas

 Usaha Bersama (Mutual)


PERIJINAN USAHA ASURANSI

1. Setiap usaha perasuransian wajib mendapat izin


usaha Otoritas Jasa Keuangan.
2. Pemberian ijin harus dipenuhi persyaratan:
a. Anggaran dasar.
b. Susunan organisasi.
c. Permodalan.
d. Kepemilikan.
e. Keahlian di bidang perasuransian.
f. Kelayakan rencana kerja.
g. Hal-hal lain yg diperlukan utk mendukung
pertumbuhan usaha peransuransian secara
sehat.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai