Makalah ini Diajukan untuk Tugas Mata Kuliah Akuntansi Perbankan Syariah
Disusun Oleh :
JAKARTA
2019
Kata Pengantar
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Akutansi Perbankan
Syariah yang diberi oleh ibu dosen Santi Yustini M.Ak. Disamping itu, kami berharap
makalah ini mampu memberikan kontribusi serta informasi dalam memperluas
wawasan dan pengetahuan bagi khalayak umum.
PENYUSUN
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB III STUDI KASUS...................................................................................................22
BAB IV PENUTUP
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dalam tulisan ini akan dibahas dan diuraikan pengenai akad musyarakah dalam
literatur pembiayaan dan bagaimana pencatatan akuntansinya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Muyarakah berasal dari kata syirkah artinya pencampuran atau interaksi. Secara
terminology, syrikah adalah persekutuan usaha untuk mengambil hak atau untuk beroperasi.
IAI dalam PSAK 106 mendefinisikan musyarakah sebagai akad kerja sama antara dua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu dengan kondisi masing-masing pihak memebrikan
kontribusi dana, dengan ketentuan baha keutungan dibagi berdasarkan kesepakatan,
sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Seperti halnya transaksi mudharabah,
transaksi ini merupakan salah satu bentuk transaksi dengan skema investasi. Dengan
demikian transaksi ini memiliki banyak kesamaan dengan transaksi mudharabah. Beberapa
kesamaan transaksi musyaralarh dengan transaksi mudhrabah adalah pembiayaan hanya
diberikan untuk mendanai usaha yang bersifat produktif dan keuntungan yang diperoleh
berasal dari bagi hasil atas usaha yang didanai.
Transaksi musyarakah secara syar’I terdiri atas dua jenis, yaitu mmusyarakah hak
milik (syirkah amlak) dan musyarakah akad (syirkahtul uqud). Musyarakah hak milik adalah
persekutuan antara dua orang atau lebih dalam kepemilikan salah satu barang dengan salah
satu sebab kepemilikan seperti jual beli, hibah, atau warisan. Sementara itu, masyarakat akad
adalah akad kerja sama antara dua orang atau lebih yang bersekutuan dalam modal atau
keuntungan. Berdasarkan perbedaan peran dan tanggung jawab para mitra yang terlibat,
musyarakah akad dapat diklasifikasikan atau musyarakah ‘inan, musyarakah abdan,
musyarkah wujuh, dan musyarakah mufadhah. Musyarakah ‘inan adalah kerjasama antara
dua orang atau lebih dengan modal yang mereka miliki bersama untuk membuka usaha yang
mereka lakukan sendiri, lalu berbagi keuntungan bersama. Kemenagang mitra dalam
musyarakah ‘inan bersifat terbatas pada persetujuan mitra yang lain. Praktik musyarakah
dalam dunia perbankan umumnya didasarkan atas konsep musyarakah ‘inan.
Musyarakah abdan (syirkah usaha) adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih
dalam usaha yang dilakukan oleh tubuh (praktik) mereka, seperti kerja sama sesame dokter di
klinik, sesame tukang jahit, atau sesama akuntan/konsultan. Imam Syafi’i melarang syirkah
ini karena syirkah ini dilakukan tanpa modal harta. Akan tetapi, mayoritas mahzab
3
membolehkan dan membantah Imam Syafi’i karena keuntungan tidak harus didapat dari
modal harta, tetapi dapat pula dari modal kerja.
Musyarakah wujuh adalah kerja sama dua pihak atau lebih, dengan cara membeli
barang dengan menggunakan nama baik mereka dan kepercayaan pedagang kepada mereka
tanpa keduanya memiliki modal uang sama sekali, menjualnya dengan pembagian
keuntungan mereka dan pedagang, lalu setelah dijual bagian keuntungan mereka dibagi
bersama. Mazhab Syafi’i dan Maliki menolak bentuk ini dengan alasan tidak adanya bentuk
modal yang dikembangkan. Sebaliknya, sebagian ulama memperbolehkan dan menganggap
kebutuhah terhadap modal uang lebih besar dari kebutuhan pengembangan modal uang yang
sudah ada.
Mayoritas ulama membolehkan jenis syirkah mufawadhah. Akan tetapi, Imam Syafi’I
melarang syirkah ini karena mitra akan ikut menanggung akibat dari tindakan yang dilakukan
oleh mitra lainnya. Kendati ia tidak mengetahuinya. Dengan demikian, jika hal ini
dilaksanakan maka akan dikhawatirkan masuk dalam kategori gharar yang dilarang dalam
agama Islam. Alasan ini dibantah oleh mayoritas ulama karena penanggunagn terhadap
sesuatu yang tidak diketahui bukanlah tujuan dari syirkah mufawadhah, melainkan
konsekuensi dari kerja sama yang memberikan kebebasan para mitra dalam menjalankan
usaha.
4
2. Musyarakah Menurun atau biasa disebut dengan Musyarakah mutanaqisba, yaitu
musyarkah dengan ketentuan bagian dana salah satau mitra akan dialihkan
bertahap kepada mitra lainnya, sehingga bagian dananya mennurun dan pada akhir
masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha tersebut.
Ketentuan Syar’i transakasi Musyarakah yang dilakukan oleh bank syariah mengacu
pada Fatwa DSN Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000. Dalam fatwa tersebut, diantara berbagai hal
terkait ijab Kabul, ketentuan tentang pihak-pihak yang bertransaksi, objek akad musyarakah,
dan biaya operasional yang disengketakan. Secara detail, fatwa DSN tentang transaksi
musyarakah dibahas didalam rukun transaksi musyarakah berikut.
Rukun transaksi musyarakah meliputi: dua pihak translator, objek nusyarakah (modal
dan usaha), serta ijab Kabul yang menunjukkan persetujuan pihak yang bertransaksi.
2.2.2 Transkator
Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi musyarakah harus cakap hukum, serta
berkompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan. Para mitra harus
memperhatikan hal-hal yang terkait dengan ketentuan syar’i transaksi musyarakah.
Berdasarkan fatwa DSN Nomor 8 Tahun 2000, disebutkan bahwa setiap mitra hanya
menyediakan dana dan pekerjaan serta mitra melaksanakan kerja sebagai wakil. Setiap mitra
memiliki hak untuk mengatur asset musyarkah dalam proses bisnis normal. Dalam hal
pengelolaan asset, setiap mitra memberi wewenang untuk melakukan aktivitas kelalaian dan
kesalahan yang disengaja. Kendati demikian, seorang mitra tidak diizinkan menginvestasikan
dana untuk kepentingannya sendiri.
1. Modal
Berdasarkan fatwa DSN Nomor 8 Tahun 2000 tentang musyarakah disebutkan bahwa
modal yang diberikan dapat berupa kas dan/atau non-kas. Modal kas dapat dalam bentuk
uang, tunai emas, peras dan setara kas lainnya yang dapat dicairkan secara cepat menjadi
uang. Adapun modal berupa aset non-kas dapat berupa barang dagangan, property, aset tetap,
adapun lainnya yang digunakan dala proses usaha. Jika modal berbentuk aset, harus terlebih
dahulu dinilai dengan tunai dan disepakatai oleh para mitra. Para pidak tidak boleh
5
meminjam, meminjamkan, menyumbangkan, atau menghadiahkan modal musyarakah pada
pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan para mitra. Pada prinsipnya, tidak ada jaminan
dalam transaksi musyarakah, tetapi untuk menghindari penyimpangan, DSN
memperbolehkan bank syariah menerima jaminan.
2. Kerja
Berdasarkan fatwa DSN Nomor 8 tentang Musyarakah, partisipasi para mitra dalam
pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarkah. Akan tetapi, kerja sama porsi kerja
bukanlah syarat. Seorang mitra boleh melakukan kerja lebih banyak dari yang laim, dan
dalam hal ini ia boleh menuntut bagian tambahan bagi dirinya. Setiap mitra melakukan kerja
sama dalam musyarakah atas nama pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan masing-
masing dalam organisasi harus dijelaskan dalam kontrak. Mitra yang ikut mengelola usaha
musyarakah disebut mitra aktif. Sekiranya ada mitra yang tidak ikut mengelola usaha
musyarakah disebut mitra pasif. Dalam praktik Perbankan, bank syariah biasanya
menempatkan diri sebagai mitra pasif.
Dalam hal keuntungan, DSN mewajibkan para mitra untuk menghitung secara jelas
keuntungannya untuk menghindari perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan
maupun ketika penghentian musyarakah. Setiap keuntungan mitra harus dibagi secara
professional atas dasasr seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah nominal yang ditentukan di
awal yang ditetapkan bagi seorang mitra, jika seorang musyarakah melebihi jumlah tertentu,
seorang mitra boleh mengusulkan kelebihan atau presentase itu diberikan kepadanya. Adapun
aspek-aspek system pembagian keuntungan seperti dasasr bagi hasil, presentase bagi hasil,
dan periode bagi hasil harus tertuang jelas dalam akad.
Dalam hal kerugian, DSN mewajibkan kerugian dibagi di antara para mitra secara
proposional menurut bagian masing-masing. Apabila rugi disebabkan oleh kelalaian mitra
pengelola, maka rugi tersebut ditanggung oleh mitra pengelola usaha musyarakah. Rugi
karena kelalaian mitra pengelola diperhitungkan sebagai pengurang modal mitra pengelola
usaha, kecuali mitra mengganti kerugian tersebut dengan dana baru.
Ijab dan Kabul dalam transaksi musyarakah harus dinyatakan oleh para pihak unutk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad). Akad penerimaan dan
6
penawaran yang disepakati harus secara eksplisit enunjukkan tujuan kontrak. Akad
selanjutnnya diruangkan secara tertulis melalui korespondensi atau dengan munggunakan
cara yang lazim dalam suatu masyrakat bisnis.
1. Meneliti apakah pemberian informasi secara lengkap telah disampaikan oleh bank kepada
nasabah, baik secara tertulis maupun lisan tentang persyaratan pembiayaan musyarakah
telah dilakukan.
2. Menguji apakah prinsip bagi hasil yang dilakukan sesuai prinsip syariah.
3. Mamastikan adanya persetujuan para pihak dalam perjanjian pembiayaan musyarakah.
4. Memastikan terpenuhinya rukun dan syarat musyarakah.
5. Memastikan bahwa biaya operasional telah dibebankan para modal bersama masyarakat
dan,
6. Memastikan bahwa kegiatan investasi yang dibiayai tidak termasuk jenis kegiatan usaha
yang bertentangan dengan syariah.
Adanya pengawasan syariah yang dilakukan oleh DSN menurut bank syariah untuk
hati-hati dalam melakukan transaksi musyarakah dengan para nasabah. Selain itu, bank juga
dituntut untuk melaksanakan tertib administrasi agar berbagi dokumen yang diperlukan DPS
dapat tersedia setiap saat dilakukan pengawasan.
7
2.3 Alur Akuntansi Musyarakah
Berikut ini akan digambarkan alur prosedur dari akad musyarakah, yaitu:
1. Negosiasi dan
Bank Syariah Akad Nasabah
Musyarakah
(mitra pasif) (mitra aktif)
2. Pelaksanaan
Usaha
Produkstif
4a. Menerima 4b. Menerima
porsi laba porsi laba
Pertama, di mulai dari pengajuan permohonan investasi musyarakah oleh nasabah dengan
mengisi formulir permohonan pembiayaan. Selanjutnya, pihak bank melakukan evaluasi
kelayakan investasi musyarakah yang diajukan nasabah dnegan menggunakan analisis 5C
(Character, Capacity, Capital, Commitment, dan Collateral).
Kedua, bank dan nasabah mengonstribusikan modalnya masing-masing dan nasabah sebagai
mitra aktif mulai mengelola usaha yang disepakati berdasarkan kesepakatan dan kemampuan
terbaiknya.
Ketiga, hasil usaha dievaluasi pada waktu yang ditentukan berdasarkan kesepakatan.
Keuntungan yang diperoleh akan dibagi antara bank dengan nasabah sesuai dengan porsi
yang telah disepakati.
Keempat, bank dan nasabah menerima porsi bagi hasil masing-masing berdasarkan metode
perhitungan yang telah disepakati.
Kelima, bank menerima pengembalian modalnya dari nasabah. Jika nasabah telah
mengembalikan semua modal milik bank, usaha selanjutnya menjadi milik nasabah
sepenuhnya.
8
2.4 Cakupan Standar Akuntansi Musyarakah bagi bank syariah
Akuntansi Musyarakah diatur di dalam PSAK 106 Tahun 2007, tentang Akuntansi
Musyarakah. Berdasarkan PSAK 106 tersebut, memuat pengakuan dan pengukuran tentang
transaksi musyarakah baik dari sisi mitra aktif maupun mitra pasif. Sebelum dibahas
mengenai pengukuan dan pengukuran akuntasi musyarakah, akan dijelaskan terlebih dahulu
mengenai pengenalan akun-akun yang terkait dengan transaksi musyarakah baik yang
disajikan pada laporan posisi keuangan (neraca) maupun laporan laba rugi.
Menurut PSAK 106, mitra aktif adalah pihak yang mengelola usaha masyarakat baik
mengelola sendiri maupun menunjuk pihak lain untuk mengelola atas namanya. Adapun
mitra pasif adalah pihak yang tidak ikut mengelola usaha. Sedangkan, Mitra aktif adalah
pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengelolaan sehingga mitra aktif yang akan
melakukan pencatatan akuntasi, atau jika dia menunjuk pihak lain untuk ikut mengelola
usaha maka pihak tersebut yang akan melakukan pencatatan akuntansi. Bank Syariah berada
pada posisi sebagai mitra yang pasif (tidak menjalankan kegiatan musyarakah).
Dalam menentukan nisbah, bank syariah mempunyai 2 (dua) cara atau alternative
yaitu:
1. Pembagian keuntungan professional sesuai modal
Dengan cara ini, keuntungan harus dibagi diantara para mitra secara proposional
sesuai modal yang disetorkan, tanpa memandang apakah jumlah pekerjaan yang
dilaksanakan oleh para mitra sama ataupun tidak sama.
2. Pembagian keuntungan tidak proposional sesuai dengan modal
Dengan cara ini, dalam penentuan nisbah, yang dipertimbangkan bukan hanya modal
yang disetorkan, tapi juga tanggung jawab, pengalaman, kompetensi, atau waktu kerja
yang lebih panjang.
9
Kontribusi Bank : Rp60.000.000 (pembayaran tahap pertama sebesar
Rp35.000.000 dilakukan tanggal 12 Februari,
pembayaran tahap kedua sebesar Rp25.000.000,
dilakukan tanggal 2 Maret)
Periode : 6 Bulan
Objek Bagi Hasil : Laba bruto (selisih harga jual beras dikurangi harga
pembelian padi)
Pembayaran Porsi Bank : Setiap tiga bulan (dua kali masa panen) pada tanggal 2
Mei dan 2 Agustus 20XA
Dalam praktik perbankan, pada saat akad musyarakah disepakati, bank akan
membuka cadangan rekening pembiayaan musyarakah untuk nasabah. Pada tanggal itu juga,
bank membebankan biaya administrasi dengan mendebit rekening nasabah.
10
Saat Penyerahan Pembiayaan Musyarakah oleh Bank kepada Nasabah
Dalam PSAK 106 paragraf 27 disebutkan bahwa pembiayaan musyarakah diakui pada
saat pembayarakan kas atau penyerahan asset non-kas kepada mitra aktif. Asset berwujud kas
dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan (paragraph 28a), sedangkan asset yang berwujud non-
kas dinilai sebesar nilai wajar, dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat
asset non-kas, maka selisih tsb diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamorisasi selama
masa akad, atau sbg kerugian pada saat terjadinya (paragraph 28b). Pembiayaan musyarakah
non-kas yang diukur dengan nilai wajar asset yang diserahkan akan berkurang nilainya
sebesar beban penyusutan atas asset yang diserahkan, dikurangi amorisasi keuntungan
tangguhan (jika ada) (paragraph 29). Adapun biaya yang terjadi akibat akad musyarakah
seperti biaya studi kelayakan, tidak dapat diakui sebagai bagian pembiayaan musyarakah,
kecuali ada persutujuan mitra (paragraph 30).
Dalam kasus Bu Nasibah di atas, anggaplah bahwa pada tanggal 12 Februari bank
mentransfer sebesar Rp.35.000.000 ke rekening Bu Nasibah sebagai pembayaran tahap
pertama. Selanjutnya pada tanggal 2 Maret, bank syariah menyerahkan dana tahap kedua
sebesar Rp25.000.000. Adapun bentuk jurnalnya adalah sebagai berikut.
Berikut adalah realisasi laba bruto usaha Bu Nasibah selama dua kali masa panen
yang di laporkan pada tanggal 2 Mei 20XA dan 2 Agustus 20XA.
11
Transaksi di atas dapat kita klasifikasikan dalam dua bentuk, yaitu:
Piutang pendapatan bagi hasil musyarakah disajikan dalam neraca pada bagian
aset. Akun ini merupakan sub-akun dari piutang. Adapun aku. pendapatan bagi hasil
musyarakah aktual disajikan dalam laporan laba rugi. Oleh karena bagi hasil ini
belum terwujud kas, maka pendapatan bagi hasil aktual tidak diikutsertakan dalam
perhitungan bagi hasil dengan nasabah penghimpunan. Untuk kemudahan
mengidentifikasikan dengan pendapatan bagi hasil yang telah berwujud kas.
Seperti halnya para transaksi mudhrabah, dalam praktik perbankan, beberapa
bank mengabaikan pengakuan pendapatan bagi hasil musyarakah aktual. Pada tahun
berjalan, kendati telah ada pemberitahuan laba bruto oleh nasabah pembiayaan, bank
belum mengakuinya sebagai pendapatan bagi hasil. Pengakuan pendapatan ditunda
hingga bank mengidentifikasi pendapatan yang bersifat aktual secara manual, untuk
selanjutnya mengakui sebagai pendapatan pada laporan laba rugi dan piutang
pendapatan bagi hasil musyarakah pada laporan neraca.
12
2. Alternatif 2: nasabah pembiayaan tidak mampu mengembalikan modal
musyarakah bank
Berdasarkan PSAK 106 paragraf 33, disebutkan bahwa pada saat akad
musyarakah berakhir, pembiayaan musyarakah yang belum dikembalikan oleh
mitra aktif diakui sebagai piutang. Misalkan pada Bu Nasibah tidak mampu
melunasi modal musyarakah bank, maka jurnal pada saat jatuh tempo tersebut
adalah sebagai berikut.
Variasi Transaksi
13
peralatan penggilingan padi untuk menambah kapasitas produksi usaha Bu
Nasibah. Asset non-kas tsb memiliki nilai wajar Rp.35.000.000. Berdasarkan
pencatatan bank peralatan milik bank tsb memiliki asset bank dengan nilai buku
Rp.34.100.000 (harga perolehan Rp34.500.000 dan akumulasi penyusuta
Rp400.000). Adapun bentuk jurnalnya adalah sebagai berikut.
14
mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya
akan menurun dan pada akhir masa akad mitra lain tsb akan menjadi pemilik penuh
usaha tsb (PSAK 106 paragraf 4).
Pada musyarakah menurun, pengembalian pokok investasi bank oleh nasabah
dilakukan sesuai dengan jadwal dan jumlah yang ditentukan bersama pada saat akad
musyarakah disepekati. Misalkan pada kasus Bu Nasibah di atas disepakati bahwa
pengembalian pokok dilakukan setiap tanggal 2 mulai bulan Mei hingga bulan
Agustus 20XA (4 bulan) dengan jadwal dan realisasi pengembalian sebagai berikut.
Pola pembyaran nasabah dapat dibedakan atas dua, yaitu pembayaran tepat pada
jadwal yang disepakati seperti pada pembayaran Mei dan Juni, dan pembayaran
melewati jadwal yang ditentukan seperti pada bulan Juli dan Agustus.
a. Pembayaran cicilan pokok pembiayaan sesuai dengan jadwal yang disepakati
Pada kasus Bu Nasibah di atas, jurnal untuk pengembalian pokok pada bulan Mei
dan Juni yang di bayar pada tanggal jatuh tempo 2 Mei dan 2 Juni adalah sebagai
berikut.
15
3. Kerugian usaha musyarakah
Salah satu ciri dari pembiayaan musyarakah adalah ikut sertanya pemilik modal
menaggung resiko jika terjadi kerugian usaha. Kerugian usaha musyarakah dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kerugian karena kelalaian pengelola dan kerugian
bukan karena kelalaian pengelola.
a. Kerugian disebabkan bukan karena kelalaian pengelola
Berdasarkan PSAK 106 paragraf 24, disebutkan bahwa kerugian pembiayaan
musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana masing-masing mitra dan
mengurangi nilai asset musyarakah.
Misalkan pada bagi hasil masa panen II, dilaporkan pada tanggal 2 Agustus 20XA
bahwa Bu Nasibah mengalami kerugian Rp1 juta akibat bencana alam banjir
bandang yang mengenai gudang penyimpanan berasnya. Sesuai dengan ketentuan
musyarakah, kerugian yang diakui bank adalah sesuai porsi bank.
Perhitungan porsi tanggung jawab bank adalah sebagai berikut.
Porsi tanggung jawab bank = __Investasi Bank____ x Rp.1.000.000
Total Pembiayaan
musyarakah
= __Rp.60.000.000 x Rp.1.000.000
Rp.80.000.000
= Rp750.000
16
b. Kerugian disebabkan karena kelalaian pengelola
a. Kerugian disebabkan karena kelalaian pengelola dan dipandang masih mampu
melanjutkan usaha.
Berdasarkan PSAK 106 paragraf 24, disebutkan bahwa kerugian akibat
kelalaian atau kesalahan mitra aktif, maka kerugian tsb ditanggung oleh mitra
aktif atau pengelola musyarakah.
Misalkan pola bagi hasil masa panen kedua dilaporkan pada tanggal 2 Agustus
20XA bahwa Bu Nasibah mengalami kerugian Rp1 juta. Setelah diteliti,
kerugian disebabkan oleh kesalahan Bu Nasibah. Dalam hal ini tidak ada
jurnal karena kelalaian nasabah dan kerugian ini tidak berpengaruh terhadap
pembayaran modal pembiayaan musyrakah pada bank syariah.
b. Kerugian disebabkan karena kelalaian pengelola dan dipandang tidak mampu
melanjutkan usaha (bangkrut).
Dalam praktik perbankan, kegiatan yang terjadi pada nasabah yang lalai
sangat mungkin menyebabkan nasabah tidak mampu lagi melanjutkan usaha
atau mengalami bangkrut. Dalam hal ini, bank syariah juga bisa mengikuti
perlakuan kebijakan kolektibilitas bank Indonesia.
Berikut ini adalah ilustrasi pembiayaan musyarakah menurun dengan kasus
nasabah pengelola melakukan kelalaian dan dipandang tidak mampu
melanjutkan usaha (bangkrut).
2. Jurnal penyisihan
Saat akhir bulan 31 Januari 2009, bank melakukan penilaian atas kualitas asset.
Karena baru cair dan status lancer, maka bank wajib membentuk cadangan kerugian
sebesar 1%
17
Biaya penyisihan penghapus sebesar Rp10.000 masuk ke L/R, sedangkan penyisihan
penghapusan sebesar Rp10.000 masuk ke sisi asset neraca sebagai contra account
musyarakah.
Atas jurnal penyisihan ini, maka penyajian di neraca sisi asset adalah:
Pembiayaan musyarakah Rp1.000.000
Penyisihan penghapusan Rp (10.000)
Pembiayaan musyarakah asset Rp990.000
Misalkan pada bulan Februari, Maret, dan April, nasabah secara rutin mengangsur
pokok dan bagi hasil kepada bank syariah dengan jumlah sbg berikut.
Misalkan, pada 10 Februari 2009, nasabah mengangsur pokok dan bagi hasil.
Realisasi profit adalah 20.000. Jurnal untuk angsuran pokok dan bagi hasil pada
tanggal tsb adalah sbg berikut.
Misalkan pada tanggal 10 Mei 2009, nasabah tidak mengangsur pokok dan bagi hasil.
Realisasi profit adalah 0. Diketahui 7 hari yang lalu, usaha nasabah berhenti total
karena kebakaran akibat kecerobohan nasabah.
18
Jurnal angsuran pokok : tidak ada
Jurnal bagi hasil : tidak ada
Atas kejadian ini, bank menentukan kolektibilitas 5 ada investasi yang disalurkan tsb.
Hal ini disebabkan karena sudah tidak dimungkinkan lagi usaha yang di biayai
memberikan hasil atau keuntungan. Diketahui juga bahwa agunan yang digunakan
dalam investasi turut terbakar.
Saldo pokok investasi saat ini yang belum terbayar adalah 700.000 (besarnya investasi
awal 1.000.000 dikurangi 3x angsuran pokok @100.000). Berdasarkan ketentuan BI,
maka investasi kolektibilitas harus membentuk cadangan kerugian 100% dari saldo
pokok investasi yang belum terbayar.
Penyisihan yang harus dibentuk: 100% x 700.000 = 700.000
Penyisihan yang telah dibentuk pada 31 Januari 2009 = (10.000)
Kekurangan penyisihan adalah = 690.000
Atas jurnal penyisihan ini, maka penyajian di neraca sisi asset adalah
Pembiayaan musyarakah = 700.000
Penyisihan penghapusan = (700.000)
Pembiayaan musyarakah net = 0
4. Jurnal penghapusbukuan
Sebagai perusahaan berbadan hukum, bank melakukan penghapusbukuan atas
investasi ini sesuai prosedur, misalkan melalui RUPS. Disepakati bahwa hapus buku
dilakukan 12 bulan kemudian, setelah diajukan ke RUPS tahun buku 2009. Hapus
buku dilakukan pada tanggal 31 Mei 2010. Maka jurnal penghapusbukuan
pembiayaan musyarakah menurun adalah sebagai berikut.
19
2.6 Penyajian Transaksi Musyarakah
Berdasarkan PAPSI 2013 (h.5.8) terdapat beberapa aku terkait translasi pembiayaan
musyarakah. Akun tersebut adalah pembiayaan musyarakah, piutang bagi hasil, cadangan
kerugian penurunan nilai pembiayaan musyarakah,
2. Piutang bagi hasil disajikan sebagai bagian dari aset lainnya pada saat nasabah tergolong
performing. Sedangkan, apabila nasabah tergolong non-performing maka piutang bagi hasil
disajikan pada rekening administratif.
3. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Pembiayaan Musyarakah disajikan sebagai pos lawan
(contra account) Pembiayaan Musyarakah.
Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 5.9-10), hal-hal yang harus diungkapkan terkait dengan
transaksi pembiayaan berdasarkan musyarakah adalah:
1. Rincian jumlah pembiayaan musyarakah berdasarkan modal mitra, jenis valuta, jenis
penggunaan, sektor ekonomi, status bank dalam pembiayaan musyarakah (mitra pasif), dan
mitra aktif (jika mitra aktif bukan berasal dari salah satu mitra musyarakah).
20
4. jumlah dan persentase pembiayaan musyarakah yang telah direstrukturisasi dan informasi
lain tentang pembiayaan musyarakah yang direstrukturisasi selama periode berjalan.
8. Ikhtisar pembiayaan musyarakah yang dihapus buku yang menunjukkan saldo awal,
penghapusan selama tahun berjalan, penerimaan atas pembiayaan musyarakah yang telah
dihapusbukukan dan pembiayaan musyarakah yang telah dihapustagih dan saldo akhir
pembiayaan musyarakah yang dihapus buku.
21
BAB III
STUDI KASUS
Balikpapan, 5 April 2019 – PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Danamon) melalui Unit
Usaha Syariah meluncurkan produk Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah (PPR Syariah)
Akad MMQ pada acara pembukaan Expo Perbankan Syariah “iB Vaganza Balikpapan” yang
digelar di Mall Ewalk Balikpapan. PPR Syariah dengan Akad MMQ ini dapat digunakan
untuk pembiayaan properti rumah, ruko atau rukan baru ataupun second, properti indent,
pembiayaan kavling siap bangun dan juga pembiayaan multiguna (KMG). PPRS MMQ ini
juga dapat digunakan untuk pembiayaan refinancing atau take over.
Akad Modal Bersama (Musyarakah Mutanaqisah / MMQ) adalah pembiayaan dengan skema
kerja sama modal untuk pembelian properti. Pendapatan atas kerja sama tersebut dibagi
hasilkan kepada nasabah dan digunakan untuk membeli porsi modal bank secara bertahap
sesuai jangka waktu. Pembayaran angsuran oleh nasabah digunakan untuk membeli porsi
modal bank secara bertahap sehingga porsi modal nasabah akan meningkat. Diakhir masa
pembiayaan, porsi modal nasabah menjadi 100% sehingga properti menjadi milik nasabah
sepenuhnya.
Menurut data Kementrian PUPR tahun 2015, jumlah kekurangan pasokan perumahan di
Indonesia atau backlog di Indonesia mencapai 7,6 juta unit. Perbankan diharapkan mampu
mengurangi defisit perumahan tesrsebut hingga mencapai 5,4 juta unit rumah di tahun 2019.
“Hal tersebut menjadi salah satu alasan Bank Danamon untuk membantu memudahkan
masyarakat Indonesia dalam mewujudkan impian masyarakat untuk dapat memiliki rumah
sendiri,” ujar Direktur Bank Danamon Herry Hykmanto.
Lebih lanjut Herry menambahkan, “Kami terus berupaya menyediakan solusi yang
dibutuhkan masyarakat Indonesia, khususnya yang memenuhi aspek dan prinsip Syariah.
Produk ini merupakan salah satu alternatif yang akan dipasarkan melalui seluruh saluran
distribusi Bank Danamon yang membuka layanan syariah.”
Peluncuran produk PPR Syariah dengan Akad MMQ Bank Danamon disaksikan pejabat
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK
22
Sarjito, Kepala OJK Provinsi Kalimantan Timur Dwi Ariyanto dan Direktur Bank Danamon
Herry Hykmanto. Hadir dalam peluncuran tersebut Syariah Financing Product Head Bank
Danamon Sutarto dan Regional Corporate Officer Bank Danamon Wilayah Kalimantan Eka
Dinata.
Expo Perbankan Syariah “iB Vaganza Balikpapan” diisi dengan beberapa kegiatan edukasi
talk show seputar perbankan syariah, peluncuran beberapa produk perbankan syariah dan
hiburan yang menarik seperti dimeriahkan oleh aneka lomba Tarian Tradisional, Lomba
Mewarnai Anak dan Lomba Musik Tradisional serta dan Lomba Fashion Show Industri
Perbankan Syariah. Selain berbagai lomba, acara ini juga dimeriahkan dengan hiburan
akustik, games dan juga dimeriahkan dengan acara yang mengandung muatan edukasi dalam
bentuk talkshow mengenai perbankan Syariah yang akan ada setiap hari selama 3 hari.
Khusus untuk rekening yang dibuka pada saat event iB Vaganza Balikpapan, setiap hari ada
undian hadiah voucher belanja berupa 5 kupon per hari senilai Rp100.000, satu logam emas
dan doorprize satu unit sepeda setiap harinya. Selain itu tersedia hadiah utama 1 unit sepeda
motor yang akan diundi pada hari terakhir acara iB Vaganza Balikpapan.
“iB Vaganza Balikpapan ini kami harapkan menjadi ajang bagi perbankan syariah untuk
mensosialisasikan mengenai perbankan syariah serta produk dan layanan yang ditawarkan
kepada masyarakat Balikpapan. Kami sangat bangga mendapat kepercayaan untuk menjadi
panitia penyelenggara kegiatan ini. Harapan kami masyarakat Balikpapan bisa mengenal
lebih dekat mengenai perbankan syariah, serta langsung mencoba memanfaatkan produk-
produknya,” lanjut Herry.
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Musyarakah adalah akad kerja sama yang terjadi antara para pemilik modal (mitra
musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam suatu
kemitraan, dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian
ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.
Musyarakah dapat berupa musyarakah permanen maupun menurun. Musyarakah
permanen modalnya tetap sampai akhir masa musyarakah, musyarakah menurun modalnya
secara beransur-ansur menurun karena dibeli oleh mitra musyarakah. Keuntungan atau
pendapatan musyarakah dibagi berdasarkan kesepakatan awal, sedangkan kerugian
musyarakah dibagi secara proporsional berdasarkan modal yang disetor. Setiap mitra dapat
meminta mitra lainnya untuk menyediakan jaminan. Kelalaian atau kesalahan pengelola dana,
antara lain, ditunjukkan oleh : tidak terpenuhinya persyaratan yang ditentukan dalam akad,
tidak terdapat kondisi di luar kemampuan yang lazim dan yang telah ditentukan dalam akad,
atau hasil putusan dari pengadilan.
4.2 Saran
Potensi masalah yang timbul dalam pelaksanaan Musyarakah agar dapat mengatasi
kelemahan dalam melakukan akad musyarakah dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
24
DAFTAR PUSTAKA
Rizal Yaya, DKK. 2016, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer
Edisi 2, Jakarta
https://www.danamon.co.id/id/Tentang-
Danamon/BeritaDanamon/Berita/2019/04/08/09/40/Danamon-Luncurkan-PPR-Syariah-
Akad-Musyarakah-Mutanaqisah
25