Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya
yang telah dilimpahkan kepada kita semua sehingga dapat meyelesaikan makalah
yang berjudul “ Perhitungan Bagi Hasil ”.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di antara bank-bank yang beroperasi dengan sistem bagi hasil adalah Bank
Muamalat Indonesia (BMI), BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, BNI
Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Bukopin Syariah. Bank Islam ini
beroperasi dengan prinsip bagi hasil atau yang lebih dikenal dengan istilah
profit sharing. Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998
tentang Perbankan dan dikeluarkannya fatwa bunga bank haram dari MUI
Tahun 2003 menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah
(Wiroso, 2005). Seiring dengan hal tersebut, lembaga keuangan syariah yang
ruang lingkupnya mikro yaitu Baitul Maal wal Tamwil (BMT) juga semakin
menunjukkan eksistensinya. Seperti halnya bank syariah, kegiatan BMT
adalah melakukan penghimpunan (prinsip wadiah dan mudharabah) dan
penyaluran dana (prinsip bagi hasil, jual beli dan ijarah) kepada masyarakat.
Tujuan utama perbankan Islam ini adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi umat serta membina semangat ukhuwah islamiyah
melalui kegiatan ekonomi. Bank syariah dengan produk utamanya yang
berupa simpanan dan pembiayaan (pinjaman), yang ditunjang dengan jasa
lain-lainnya yang operasionalnya hampir sama dengan bank konvensional
adalah penggunaan sistem bagi hasil terutama pada produk simpanan dan
pembiayaan. Perbankan syariah dapat dipastikan bebas dari riba/bunga dan
sebagai gantinya adalah system bagi hasil yang sesuai dengan ajaran syariat
islam.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
Berkaitan dengan perhitungan bagi hasil dari pendapatan yang diterima, bank
syariah dapat berada dalam dua posisi yang berbeda:
1. Bagi hasil pendapatan antara bank dengan nasabah dimana bank sebagai
mudharib dan nasabah sebagai sahibul maal,
2. Bagi hasil pendapatan antara bank dengan nasabah dimana bank sebagai
sahibul maal dan nasabah sebagai mudharib.
Untuk menghitung pendapatan bagi hasil yang diterima oleh bank maupun
nasabah dimana bank sebagai mudharib, sedangkan nasabah sebagai sahibul maal
dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut:
Bagi Hasil dalam Sistem Perbankan Syariah merupakan ciri khusus yang
ditawarkan kepada masyarakat, dan di dalam aturan syariah yang berkaitan
dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal
terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah
pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya
kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan.
Dalam praktik perbankan, gross profit sharing yang dibagi hasil kepada pihak
ketiga meliputi:
2. Pendapatan sewa bersih. Dalam hal ini, pendapatan sewa bersih adalah
selisih antara pendapatan sewa dengan akumulasi penyusutan ijarah. Gain
atas penjualan asset ijarah juga termasuk dalam pendapatan sewa.
1. Sumber Dana Pihak ketiga dari Dana Mudharabah saja (Rp 200.000.000).
330.000.000
Pendapatan Bagi Hasil = x 2.000.000
400.000.000
= 1.650.000
Rp 1.650.000 inilah jumlah pendapatan yang akan dibagi hasil antara bank
dengan nasabah.
3. Seluruh Sumber Dana (Rp 400.000.000).
400.000.000
Pendapatan Bagi Hasil = x 2.000.000
400.000.000
= 2.000.000
Untuk menghitung hasil akhir berapa pendapatan bagi hasil yang akan
diterima bank dan nasabah, maka diperlukan informasi tambahan yang digunakan
seperti tersaji dalam Tabel berikut.
Untuk data saldo rata-rata dalam tabel di atas diperoleh dari perhitungan tabel
3, sedangkan jumlah besaran nisbah diperoleh dari kebijakan atau kesepakatan
antara bank dengan nasabah pada saat persetujuan penyetoran dana dana dari
nasabah.
60.000.000
Proporsi Tabungan Mudharabah = 200.000.000 x 1.000.000
= Rp 300.000
Setelah diketahui jumlah pendapatan yang akan dibagi hasil untuk masing-
masing kelompok investasi, selanjutnya dihitung pendapatan bagi hasil untuk
bank dan nasabah dengan menggunakan rumus berikut:
Pendapatan Nasabah Tabungan Mudharabah
= Rp 300.000 x 60 % = Rp 180.000.
Untuk membantu masalah ini, digunakan data masa lalu, biasanya digunakan
data return beberapa sebelumnya. Dara return ini juga dibuat dalam bentuk
tingkat prosentase (indication rate) pendapatan bagi hasil dari rata-rata investasi
pada bulan-bulan sebelumnya. Ini dilakukan karena biasanya para nasabah mudah
memperoleh gambaran dalam bentuk prosentase yang biasa digunakan dalam
perhitungan bunga bank pada bank konvensional, yang disebut oleh praktisi
syariah adalah equivalent rate.
= 2,43%
1.000.000 𝑥 30 𝑥 2,43%
Bagi Hasil Hanif = 365 𝑥 100
729.000.000
= 36.500
= Rp 1.997
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
1155
1919