Anda di halaman 1dari 27

Mekanisme Keuangan

Berbasis Ekonomi Syariah


MEKANISME KEUANGAN BERBASIS
EKONOMI SYARIAH
Anggota Kelompok 7
1. Ahmad Khafash Sonifan Nor (12020220120033)
2. Ismail Az-Zuhdi (12020220130064)
3. M. Alif Primordia Patra (12020220130058)
4. Ridho Hakim Darodjat (12020220140156)
5. Thariq Hanifan Abdurrabbi (12020220140073)
6. Utari Putri Yasinta (12020220140090)
7. Zakiya Miftahul Misbah (12020220120028)
Mekanisme Keuangan Syariah
Mudharabah
• Definisi
Mudharabah adalah bentuk akad, perjanjian atau kontrak antara dua pihak atau lebih untuk melakukan kerja
sama menjalankan suatu usaha untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan.

• Rukun Akad Mudharabah


 Pemilik modal (shohibul maal).
 Pelaksana usaha (mudharib atau pengusaha).
 Akad dari kedua belah pihak (ijab dan kabul).
 Objek mudharabah (pokok atau modal).
 Usaha (pekerjaan pengelola modal)
 Nisbah keuntungan

• Syarat Akad Mudharabah


 Akad
 Modal
 Keuntungan
 Kegiatan usaha
Prinsip-prinsip yang harus dijalankan dalam pembiayaan
mudharabah :

● Prinsip berbagi keuntungan di antara pihak-pihak yang melakukan akad mudharabah


● Prinsip bagi kerugian di antara masing-masing pihak yang berakad
● Prinsip kejelasan
● Prinsip kepercayaan dan amanah
● Prinsip kehati-hatian
Musyarakah
• Definisi
Perjanjian usaha antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak sama sama memberikan modal.
Menurut fiqih, musyarakah berarti “Akad antara orang-orang yang berserikat dalam hal modal dan
keuntungan”.
• Rukun Akad Mudharabah
 Sighat (lafadz akad)
 Syarik (pihak-pihak yang mengadakan serikat)
 Modal (maal)
 proyek/usaha (amal)
• Ketentuan Musyarakah
 Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak
mereka dalam mengadakan kontrak (akad)
 Pihak yang berkontrak harus cakap hukum
 Objek akad ( Modal, Kerja, Keuntungan, dan Kerugian )
 Biaya operasional dan persengketaan
Jenis Musyarakah :
1. Syirkah Amlak

Syirkah Amlak ada 2 macam, yaitu


 Syirkah Ikhtiyar, yaitu syirkah yang muncul karna adannya kontrak dari dua orang yang bersrekutu.
 Syirkah Jabr, yaitu syirkah yang ditetapkan kepada dua orang atau lebih yang bukan didasarkan pada perbuatan
keduanya.
2. Syirkah Uqud

Syirkah Uqud ada 5 macam, yaitu


 syirkah al-‘inan
 syirkah al-mufawadhah
 syirkah al-‘amal
 syirkah al- wujuh
 syirkah al-mudharabah
Implementasi keuangan berbasis syirkah atau kerjasama

Sistem Bagi Hasil


1. Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi
2. Besar rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh
3. Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama dan harus
terjadi dengan adanya kerelaan di masing-masing pihak tanpa ada unsur paksaan
4. Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan sekiranya itu tidak mendapatkan keuntungan
maka kerugian ditanggung bersama oleh kedua belah pihak
5. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan
6. Mekanisme perhitungan bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan syariah terdiri dari dua sistem yaitu profit
sharing dan revenue sharing
Implementasi keuangan berbasis syirkah atau kerjasama

Nisbah Bagi Hasil


 Rasio atau perbandingan rasio pembagian keuntungan bagi hasil antara shahibul maal dan mudharib. Nisbah
bagi hasil merupakan persentase keuntungan yang akan diperoleh shahibul maal dan mudharib yang dibutuhkan
berdasarkan kesepakatan antara keduanya.

 Bila rugi, kerugiannya harus dibagi berdasarkan porsi modal masing-masing pihak. Shahibul maal menanggung
kerugian finansial tidak sama dengan kemampuan mudharib. Karena porsi modal finansial shahibul mal dalam
kontrak ini adalah 100% maka kerugian finansial ditanggung 100%. Untuk mudharib, karena proporsi modal
finansial dalam kontrak ini adalah 0%, maka jika terjadi kerugian mudharib akan menanggung kerugian
finansial sebesar 0%.

 Bila untung, tidak ada masalah untuk menikmati keuntungan, karena sebesar apapun keuntungan yang terjadi,
kedua belah pihak akan selalu dapat menikmati keuntungan itu.
Mekanisme Keuangan Islam
Berbasis Jual Beli
AKAD MURABAHAH
• Definisi

Akad Murabahah adalah akad dalam syariah islam yang menetapkan harga produksi dan keuntungan
ditetapkan bersama oleh penjual dan pembeli.
• Rukun Akad Murabahah
 Penjual
 Pembeli
 Obyek yang diperjualbelikan
 Harga
 Ijab Qobul
• Syarat Akad Murabahah
 Penjual jujur menginformasikan harga pokok suatu produk kepada pembeli.
 Kesepakatan harus saha sesuai rukun dan prinsip Islam.
 Terbebas dari unsur riba.
 Adanya transparansi penjual kepada pembeli bila suatu produk memiliki kecacatan.
 Penjual harus terus terang terkait proses perolehan dan segala urusan mengenai produk,
misalnya dibeli secara hutang.
AKAD SALAM
• Definisi
Jual beli dengan akad salam adalah jual beli dengan sistem pesanan, yang artinya pengiriman barang
tidak secara langsung pada waktu pemesanan tetapi ditunda pada waktu tertentu yang telah disetujui
kedua belah pihak. Dalam jual beli salam sistem pembayaran dilakukan sebelum barang dikirim,
misalnya pada transaksi jual beli online
• Rukun Akad Murabahah
 Muslim (Pihak pemesan barang atau pembeli)
 Muslam (Pihak yang memberikan barang atau penjual)
 Ijab Qabul
 Uang Panjar atau Ra`sul Maal
 Muslam Fiih
• Syarat Akad Murabahah
 Melaksanakan pembayaran saat perjanjian jual beli
 Penjual memiliki hutang berbentuk barang yang telah dibayar oleh pembeli
 Barang akan diberikan dalam tenggat waktu sesuai perjanjian
 Keterangan jelas mengenai barang (ukuran, jumlah, wujud) untuk menghindari kesalahpahaman
 Menyebutkan alamat dimana barang akan diterima
AKAD ISTISHNA
• Definisi
Istishna adalah kesepakatan antara dua pihak, yakni pembeli (mustashni) dan penjual (shani) terkait
pemesanan barang berdasarkan kriteria tertentu yang disepakati kedua pihak. Dengan demikian, penjual
berkewajiban menyiapkan barang pesanan dan pembeli wajib membayarnya.

• Rukun Akad Istishna


 Penjual (Shani’)
 Pemesan (Mustashni)
 Ijab Kabul
 Objek Akad (Mashnu’)
• Syarat Akad Istishna
 Pihaknya Berakal dan Cakap Hukum
 Ada Kejelasan Terkait Kriteria Objek Akad
 Ada Keleluasaan dalam Melakukan Jual Beli
 Saling Ridha dan Tidak Mengingkari Janji
Perbedaan Akad Salam dengan Istishna
● Barang pesanan dalam akad istishna adalah benda yang belum tersedia dan harus dibuat sesuai
keinginan pembeli. Sedangkan pada akad salam, benda tersebut telah ada dan memiliki padanan
desain.

● Pembayaran pada jual beli istishna dapat secara tunai saat akad dilakukan, angsuran, maupun bayar
di akhir ketika pesanan sudah siap.

● Pada istishna, biasanya penjual harus membuat pesanan yang masuk terlebih dahulu sehingga akan
memakan waktu cukup lama. Sedangkan proses transaksi akad salam lebih cepat karena barang yang
dipesan sudah tersedia di gudang penjual.
Mekanisme Keuangan
Berbasis Sewa-Menyewa
PEMBIAYAAN IJARAH
• Definisi
Ijarah disebut akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran
sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang tersebut.

• Rukun Pembiayaan Ijarah


 Penyewa (Musta’jir)
 Pemilik Manfaat (Mu’jir)
 Obyek Sewa (Ma’jur)
 Harga sewa (Ujrah)
 Ijab Qabul
• Syarat Akad Istishna
 Manfaat barang harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak.
 Pemenuhan manfaat harus yang bersifat dibolehkan.
 Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syari'ah.
 Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan jahalah
(ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan sengketa.
 Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya Sewa
Kewajiban LKS dan nasabah dalam penyaluran dana ljarah

1) Kewajiban LKS sebagai pemberi sewa


• Menyediakan aset yang disewakan.
• Menanggung biaya pemeliharaan aset.
• Menjamin bila terdapat cacat pada aset yang disewakan.

2) Kewajiban nasabah sebagai penyewa


• Membayar sewa dan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan aset yang disewa serta
menggunakannya sesuai kontrak.
• Menanggung biaya pemeliharaan aset yang sifatnya ringan (tidak materil).
• Jika aset yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, juga bukan
karena kelalaian pihak penyewa dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan
tersebut.
Al- Wadiah
● Pengertian Al-Wadiah
Menurut Bahasa artinya adalah sesuatu yang ditempatkan bukan pada pemiliknya supaya dijaganya.
Arti yang kedua ialah menerima seperti seseorang berkata “awdatuhu” artinya aku menerima harta
tersebut darinya. Secara bahasa al-wadi‟ah memiliki dua makna, yaitu memberikan harta untuk
dijaganya dan pada penerimanya

● Jenis Al-Wadiah
1.Wadiah Yad Amanah

Uang / barang yang dititipkan hanya boleh disimpan dan tidak boleh didayagunakan. Si
penerima titipan tidak bertanggung jawab atas kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada barang
titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan penerima titipan dalam
memelihara titipan tersebut. Contoh save deposit box

2.Wadiah Yad Dhamamah

Penerima titipan dapat memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan
menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat, saat si pemilik
menghendakinya. Contoh rekening giro
●Rukun wadiah
1.Pelaku yang terdiri atas pemilik barang dan pihak yang menyimpan

2.Objek wadi’ah berupa barang yang dititipkan

3.Sighat (Ijab Kabul)

●Syarat wadiah
1.Baligh dan cakap hukum
2.Obyek yang dititipkan merupakan mutlak milik si penitip
3.Benda yang dititipkan jelas diketahui spesifikasinya oleh pemilik dan penyimpan
MEKANISME KEUANGAN BERBASIS
UTANG (QARDH) DAN KEBAIKAN
(QARDHUL HASAN)
Pinjaman (al-Qardh

1.Definisi
Qard atau Iqradh secara etimologi berarti pinjaman. Secara terminologi muamalah (ta'rif) adalah "
memiliki sesuatu yang harus dikembalikan dengan pengganti yang sama.”

2. Aspek Syariah
a.Al-Qur’an dan Hadits
Hukum Qardh itu mubah (boleh), yang didasarkan atas asas saling tolong menolong dalam
kebaikan (ta’awanu ‘ala al birri).

b.Musyawarah dan Kesepakatan


Kesepakatan kedua belah pihak antara bank dan nasabah sangat diperlukan dalam menentukan
keputusan dan memperlancar urusan. Dua belah pihak masing-masing mempunyai hak dan kewajiban
yang sama, serta Bersama menjaga amanah dana masyarakat.
3.Ketentuan Al-Qardh
A.Ketentuan umum
●Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada orang yang membutuhkan.
●Nasabah Al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang didapat sesuai dengan waktu dan
jumlah yang telah disepakati.
●Jika nasabah tidak dapat mengembalikan kewajibannya, dan pihak LKS melihat nasabah memang
tidak mampu, maka LKS dapat melakukan antara 2 hal, yaitu :
- Memperpanjang waktu pembayaran
- Write Off

B.Sanksi

●Dalam hal nasabah tidak menunjukkan keinginan mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya,
LKS dapat menjatuhkan sanksi kepada nasabah.

●Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah sebagaimana dimaksud butir 1 dapat berupa – seperti penjualan
barang jaminan nasabah

●Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus memenuhi kewajibannya secara penuh.
4.Aspek Teknis

 Tujuan : Dana talangan untuk hal-hal yang bersifat mendesak dan dana pinjaman
untuk pengurus dana atau pegawai bank sesuai ketentuan.

 Sumber dana pinjaman qardh untuk kegiatan usaha yang bersifat talangan dana
jangka pendek (short term financing) diperbolehkan dari dana pihak ketiga yang
bersifat investasi sepanjang tidak merugikan kepentingan nasabah pemilik dana.

 Pemberi Pinjaman (Bank)


a.Bank dapat memberikan pinjaman Al-Qardh kepada nasabah sesuai kesepakatan.
b.Bank dapat membebankan biaya administrasi kepada nasabah.
c.Bank dapat memperpanjang waktu pembayaran ataupun menghapus pinjaman si
Nasabah apabila nasabah tidak dapat mengembalika kewajibannya saat jatuh tempo dan
dilihat sekaligus nasabah memang tidak mampu.

 Peminjam (Nasabah)
c.Karakter nasabah harus diketahui dengan jelas.
d.Adanya harapan bank bahwa nasabah mempunyai peluang untuk mengembalikan dana
pinjamannya.
Qardhul Hasan
Qardhul Hasan adalah kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pinjaman kebajikan
tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara
sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.

 Tujuan : adalah Penyaluran dana untuk kaum dhuafa


 Sumber dana pinjaman Qardhul Hasan dapat berasal dari infak, shadaqah, denda,
sumbangan, dan pendapatan non-halal.

A. Pemberi Pinjaman (Bank)


a.Bank dapat memberikan pinjaman qardhul hasan untuk kepentingan nasabah
berdasarkan kesepakatan.
b.Bank dapat membedakan biaya administrasi sehubung dengan pemberian qardhul
hasan. Biaya administrasi ditetapkan dengan nominal tertentu, tanpa terkait dengan
jumlah dan jangka waktu pinjaman.
c.Bank dapat memperpanjang jangka waktu pengembalian atau menghapus buku
sebagian/seluruh pinjaman nasabah, apabila nasabah tidak dapat mengembalikan
sebagian/seluruh kewajibannya pada waktu yang telah disepakati karena nasabah tidak
mampu
 Ketentuan Peminjam (Nasabah)
a.Nasabah wajib mengembalikan jumlah pokok pinjaman qardhul hasan pada waktu yang
disepakati.
b.Nasabah dapat memberikan tambahan/sumbangan dengan suka rela kepada bank selama
tidak diperjanjikan dalam akad.
c.karakter nasabah harus diketahui dengan jelas.
d.Adanya harapan Bank bahwa nasabah mempunyai peluang untuk mengembalikan dana
pinjamannya.
e.Bank tidak diperbolehkan mempersyaratkan imbalan imbalan atau kelebihan/hadiah (di luar
pinjaman) dari nasabah.
THANKS
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by


Flaticon, and infographics & images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai