Anda di halaman 1dari 26

AKAD-AKAD DALAM

PERBANKAN SYARIAH

Alfian Dwi Indarko F0214010


Muhammad Bilhajhusni Widyo Pramana F0214070
akad tabarru’

AKAD nikah
akad tijarah/mu’awadah.
Akad-akad Tabarru’
• Akad atau transaksi yang mengandung
perjanjian dengan tujuan tolong
menolong tanpa adanya syarat imbalan
apapun dari pihak lain
Memberikan
Sesuatu

Akad tabarru’

Meminjamkan
sesuatu
Meminjamkan jasa
• akad meminjamkan jasa terbagi menjadi 3 (tiga)
jenis, yaitu :

Wakalah Kafalah Wadi’ah

Wakalah al mutlaqah Kafalah bin nafs Wadi’ah Yad Amanah

Wakalah al Wadi’ah Yad


Kafalah bil maal
muqayyadah Dhamanah
Wakalah al ammah Kafalah muallaqah
Meminjamkan Uang
Akad meminjamkan jasa terbagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
• Rahn
Menahan salah satu barang milik peminjam sebagai jaminan
atas utang
• Qardh
Akad pinjaman harta kepada orang lain (yang dapat ditagih
atau diminta kembali ) tanpa mengharapkan imbalan
• Hawalah
Akad pengalihan hutang dari satu pihak yang berhutang
kepada pihak lain yang wajib menanggung (membayar)
Akad Tijarah
• Akad Tijarah adalah Akad yang dilakukan untuk
mendapatkankan keuntungan finansial dengan
tetap berpegang pada prinsip syariah.
• Akad ini terdiri dari NCC dan NUC.
• NCC atau Natural Certainty Contract adalah
kontrak atau akad bisnis di mana terdapat
kepastian pembayaran, baik dalam jumlah
maupun waktu.
• Natural Uncertainty Contract adalah akad bisnis
di mana tidak terdapat kepastian pembayaran
baik dalam jumlah maupun waktu.
Natural Certainty Contract
• Jual Beli
– Salam
– Murabahah
– Istishna’
• Sewa
– Ijarah
Jual-Beli↔Salam (1/3)
• Salam adalah pembelian barang yang dilakukan
dengan pembayaran di depan, tetapi penyerahan
barang tersebut dilakukan di kemudian hari.
• Dengan salam, pihak pembeli (al-muslam) akan
mendapatkan barang pada saat diperlukan nanti
dengan harga yang sudah ditetapkan dan pihak
penjual (muslam ilaih) mendapatkan dana di
depan yang digunakan untuk mengadakan barang
yang dijual.
Jual-Beli↔Salam (2/3)
Penyerahan barang sebelum atau pada waktunya berarti bahwa :
• Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan
kualitas dan jumlah yang telah disepakati.
• Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas harga yang lebih
tinggi, penjual tidak boleh meminta tambahan harga.
• Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas rendah, dan
pembeli rela menerimanya, maka ia tidak boleh menuntut
pengurangan harga atau diskon.
• Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang
disepakati dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan
kesepakatan, dan ia tidak boleh menuntut tambahan harga.
• Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu
penyerahan, atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela
menerimanya, maka ia memiliki dua pilihan yaitu membatalkan
kontrak dan meminta kembali uangnya, atau menunggu sampai
barang tersedia
Jual-Beli↔Salam (3/3)
• Salam dilakukan dengan sejumlah rukun, yaitu
adanya pembeli, penjual, modal atau uang,
barang, dan ucapan.
• Salam bebeda dengan ijon, karena ada
kejelasan pengukuran dan spesifikasi barang.
Selain itu, terdapat keridhaan antara penjual
dan pembeli terutama dalam kesepakatan
harga .
Jual-Beli↔Murabahah
• Murabahah adalah akad jual beli barang antara
penjual dan pembeli di mana keduanya sepakat
soal harga perolehan dan keuntungan (marjin).
• Akad ini mengandalkan keterbukaan dan
kejujuran karena penjual harus memberitahui
secara jujur harga pokok barang kepada pembeli
berikut besar keuntungan yang ingin diperoleh
penjual.
• Rukun dalam akad murabahah adalah adanya
penjual (ba’i), pembeli (musytari), objek jual-beli
(mabi’), harga (tsaman), dan ijab qabul
Jual-Beli↔Istishna’ (2/2)
• Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli, mustashni’) dan penjual atau pembuat (shani’).
• Akad jenis ini biasanya digunakan di bidang manufaktur.
• Dalam akad ini, alat bayar harus diketahui jumlah dan
bentuknya, baik berupa uang, barang, atau manfaat. Selain
itu, pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan dan
tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang.
• Pada saat penyerahan, waktu dan tempatnya harus
ditetapkan berdasarkan kesepakatan. Apabila terdapat
cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan,
pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk
melanjutkan atau membatalkan akad
Jual-Beli↔Istishna’ (2/2)
• Pada dasarnya, antara istishna’ dan murabahah
terdapat kesepakatan.
• Bedanya, dalam murabahah barang diserahkan di
depan, sedangkan dalam istishna’ barang
diserahkan di belakang.
• Perbedaan mendasar antara istishna’ dengan
salam adalah istishna’ tidak mensyaratkan
pembayaran penuh, tetapi cukup pembayaran
uang muka.
• Dalam akad bai’ al istishna’, pembeli
memperbolehkan pembuat untuk menggunakan
pihak lain atau subkontraktor kontrak tersebut.
Sewa↔Ijarah (1/2)
• Ijarah akad sewa menyewa dimana terjadi pemindahan hak guna
atau manfaat dari suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu
tanpa disertai dengan pemindahan hak kepemilikan.
• Dalam akad ini, manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan
dapat dilaksanakan dalam kontrak serta harus bersifat
diperbolehkan.
• Kewajiban pemberi manfaat barang atau jasa adalah
menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan,
menanggung biaya pemeliharaan barang, dan menjamin apabila
terdapat cacat pada barang disewakan.
• Kewajiban penerima manfaat atau penyewa barang atau jasa
adalah membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk
menjaga keutuhan barang serta menggunakannya sesuai kontrak
dan menganggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya
ringan atau tidak materiil
Sewa↔Ijarah (2/2)
• Rukun Ijarah :
• Penyewa (musta’jir)
• Pemberi Sewa (mu’ajir)
• Obyek Sewa (ma’jur)
• Ijab Qabul (sighat)
Natural Uncertainty Contract
• Bagi Hasil
– Mudharabah
– Musyarakah
Bagi Hasil↔Mudharabah (1/3)
• Mudharabah adalah akad kerjasama dengan skema profit
sharing, trust investment atau trust financing antara
pemilik modal (sahib al-mal, malik atau rab al-mal) dengan
pengusaha (mudharib, ‘amil) di mana pemilik modal
menyerahkan modalnya untuk dikelola oleh pengusaha.
• Apabila terdapat keuntungan, mudharib dan sahib al-mal
akan berbagi keuntungan sesuai dengan rasio yang sudah
disepakati sebelumnya.
• Apabila terjadi kerugian, maka sahib al-mal akn
menanggung kerugian tersebut secara pribadi (kecuai jika
kerugian tersebut diakibatkan oleh kelalaian atau moal
hazard yang dilakukan mudharib).
• Kerugian akan dibebankan terhadap keuntungan yang
sudah diperoleh sebelum dibebankan terhadap modal yang
dimiliki sahib al-mal.
Bagi Hasil↔Mudharabah (2/3)
• Kegiatan usaha yang dilakukan mudharib adalah
hak eksklusif mudharib tanpa campur tangan
sahib al-mal meski sahib al-mal mempunyai hak
untuk melakukan pengawasan.
• Sahib al-mal juga tidak boleh mempersempit
tindakan mudharib yang dapat menghalangi
tercapainya tujuan mudharabah yaitu
keuntungan.
• Mudharabah yang disebut juga qiradh atau
muqaradah adalah akad yang dipraktikan bangsa
Arab sebelum turunnya Islam.
Bagi Hasil↔Mudharabah (3/3)
• Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua, yaitu
mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah.
• Mudharabah mutlaqah adalah mudharabah tidak
terbatas di mana sahib al-mal memberikan kekerasan
sepenuhnya kepada mudharib untuk menjalankan
usahanya.
• Mudharabah muqayyadah atau mudharabah terbatas,
sahib al-mal memberikan persyaratan-persyaratan
tertentu kepada mudharib.
• Akad mudharabah mensyaratkan rukun yang harus
dipenuhi yaitu pelaku, objek, ijab-qabul, dan nisbah
keuntungan
Bagi Hasil↔Musyarakah (1/5)
• Musyarakah adalah kerjsasama atau kemitraan di
mana dua orang atau lebih bersepakat untuk
menggabungkan modal atau kerja dan terlibat
dalam pengelolaan usaha tersebut.
• Berbeda dengan mudharabah dimana sahib al-
mal tidak terlibat dalam pengelolaan usaha,
pemodal dalam musyarakah ikut aktif dalam
pengelolaan keuangan dan manajerial.
• Setiap keuntunga harus dibagikan secara
proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan
tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang
ditetapkan bagi seorang mitra.
Bagi Hasil↔Musyarakah (2/5)
Selain cakap hukum, pihak-pihak yang terlibat harus memperhatikan :

• Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan


perwakilan.
• Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap
mitra melaksanakan kerja sebagai wakil.
• Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam
proses bisnis normal.
• Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk
mengelola aset dan masing-masing dianggap telah diberi
wewenang untuk melakukan aktifitas musyarakah dengan
memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian
dan kesalahan yang disengaja.
• Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau
menginvestasikan dana untuk kepentingannya sendiri.
Bagi Hasil↔Musyarakah (3/5)
• Al-musyarakah terdiri dari musyarakah
pemilikan dan musyarakah akad.
• Musyarakah pemilikan terjadi saat satu aset
dimiliki oleh dua orang atau lebih, seperti
warisan atau wasiat.
• Musyarakah akad terjadi dengan memberikan
modal dan berbagi keuntungan dan kerugian.
Bagi Hasil↔Musyarakah (4/5)
Jenis-jenis Musyarakah Akad :

• Syirkah A’maal
Kerja sama antaradua orang atau lebih dalam usaha yang
dilakukan oleh tubuh mereka, yakni masing-masing hanya
memberikan konstribusi kerja (‘amal), tanpa konstribusi
modal (mâl).
• Syirkah Al-’inan
Kerja sama antara dua orang atau lebih dengan harta
masing-masing untuk dikelola oleh mereka sendiri, dan
keuntungan dibagi di antara mereka, atau salah seorang
sebagai pengelola dan mendapat jatah keuntungan lebih
banyak daripada rekannya.
Bagi Hasil↔Musyarakah (5/5)
• Syirkah mufawadhah
Kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan
berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagi
keuntungan dan kerugian secara sama
• Syirkah Wujuh
Kerja sama antara dua orang atau lebih yang memiliki
reputasi dan nama baik serta ahli dalam bisnis.
• Syirkah Mudharabah
Yaitu seseorang sebagai pemodal (investor)
menyerahkan sejumlah modal kepada pihak pengelola
(mudharib) untuk diperdagangkan, dan dia berhak
mendapat prosentase tertentu dari keuntungan.

Anda mungkin juga menyukai