Anda di halaman 1dari 34

Anggaran Dasar

(AD)
dan
Anggaran Rumah Tangga
(ART)

Yayasan Universitas Islam Malang


Tahun 2020
ANGGARAN DASAR
YAYASAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

TAHUN 2020

MUKADIMAH

Bismillaahirrohmaanirrohiim,
Terciptanya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani, cerdas dalam berpikir dan
bertindak, serta sejahtera lahir dan batin yang dilingkupi jiwa taqwa kepada Allah
SWT dengan berpedoman pada ajaran Islam Ahlussunnah wal-Jamaah merupakan

cita-cita luhur didirikannya Yayasan Universitas Islam Malang.


Untuk mencapai cita-cita luhur tersebut, Yayasan Universitas Islam Malang berkiprah
dalam pembinaan sumber daya manusia melalui pendidikan, pelayanan kesehatan,
dan penyelenggaraan usaha-usaha yang menguntungkan dan halal, serta peningkatan
gerakan sosial kemasyarakatan yang diwujudkan dalam upaya-upaya antara lain:
1. melalui pendidikan formal pada jenjang pendidikan tinggi, pendidikan menengah,
dan pendidikan dasar;
2. melalui kajian keagamaan dan pelayanan peribadatan berupa pesantren, masjid,
dan badan amil zakat, infak, dan sodaqoh;
3. melalui pemberian layanan kesehatan; dan
4. melalui usaha-usaha produktif yang menguntungkan dan halal melalui usaha

perdagangan, pertanian, peternakan, dan biro jasa lainnya.


Sehubungan dengan itu, dengan niat yang tulus dan dilandasi dengan dasar jiwa
pengabdian yang tinggi dan mengedepankan semangat keikhlasan, kejujuran,
kerukunan, serta dengan mengharap rahmat, hidayah, inayah, dan ridlo Allah SWT,
Yayasan Universitas Islam Malang bermaksud mewujudkan cita-cita tersebut dengan
Anggaran Dasar yang dibuat pertama kalinya pada tanggal 20 Jumadil Awal 1401
Hijriyyah/27 Maret 1981 Masehi dan telah diubah melalui Rapat Dewan Pembina

pada tanggal 5 Februari 2020 Masehi sebagai berikut.


BAB I

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN


Pasal 1
1. Yayasan ini bernama YAYASAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG disingkat Yayasan
Unisma dan selanjutnya disebut Yayasan pada Anggaran Dasar ini.

2. Yayasan berkedudukan di wilayah hukum Indonesia.


BAB II

VISI DAN MISI

Anggaran Dasar Yayasan Universitas Islam Malang 1


Tahun 2020
Visi

Anggaran Dasar Yayasan Universitas Islam Malang 2


Tahun 2020
Pasal 2
Menjadi sumber pencerahan bagi tercapainya masyarakat terdidik, sehat jasmani dan
rohani, berjiwa entrepreneur sebagai perwujudan masyarakat Islam yang rahmatan

lil ‘alamin bagi terciptanya khoiro ummah.

Misi
Pasal 3
1. menyelenggarakan dan memajukan pendidikan tinggi;
2. menyelenggarakan dan memajukan pendidikan menengah;
3. menyelenggarakan dan memajukan pendidikan dasar;
4. menyelenggarakan dan memajukan kegiatan keagamaan;
5. menyelenggarakan layanan kesehatan umum dan khusus (spesifik) di berbagai
level;
6. menyelenggarakan dan memajukan usaha-usaha ekonomi produktif berdasarkan
luaran penelitian di universitas (research university); dan

7. menyelenggarakan pelatihan manajemen, leadership, dan entrepreneurship.


BAB III

MAKSUD, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP KEGIATAN

Maksud dan Tujuan


Pasal 4
Yayasan mempunyai maksud dan tujuan:
1. menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang beriman dan bertaqwa
(IMTAQ), menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS), terampil,
bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya, serta berakhlak mulia,
berlandaskan Islam Ahlussunnah wal-Jamaah melalui pendidikan yang
berkualitas;
2. menghasilkan sumber daya yang unggul melalui kajian keagamaan dan
pelayanan peribadatan;
3. meningkatnya kesehatan masyarakat dan terselenggaranya pendidikan tenaga
kesehatan;
4. meningkatnya kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, baik material
maupun spiritual melalui unit-unit usaha produktif; dan
5. terwujudnya masyarakat wirausaha (entrepreneur society) melalui pelatihan

manajemen, leadership, dan entrepreneurship.

Ruang Lingkup Kegiatan


Pasal 5
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, Yayasan menjalankan kegiatan sebagai
berikut.
1. Bidang Pendidikan, meliputi pendidikan tinggi, pendidikan menengah, dan

pendidikan dasar.
2. Bidang Keagamaan, meliputi madrasah diniyah, pesantren, masjid, Aswaja
Center, wakaf dan hibah, serta Badan Amil Zakat, Infak, dan Shodaqoh (BAZIS).
3. Bidang Kesehatan, meliputi rumah sakit, poliklinik, laboratorium klinik, dan
kefarmasian.
4. Bidang Ekonomi Produktif, meliputi usaha perdagangan, pertanian, peternakan,
dan usaha jasa.

5. Bidang Pelatihan, meliputi manajemen, leadership, dan entrepreneurship.


BAB IV

JANGKA WAKTU
Pasal 6
Yayasan ini didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya dan
dianggap telah mulai berdiri pada tanggal 20 Jumadil Awal 1401 Hijriyyah atau

bertepatan dengan tanggal 27 Maret 1981 Masehi.


BAB V

KEKAYAAN DAN PEMBIAYAAN


Pasal 7
1. Yayasan mempunyai kekayaan yang terdiri atas:
a. modal awal berasal dari kekayaan Pendiri yang dipisahkan berupa uang tunai
sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
b. aset tanah hak pakai dari Pengurus Pusat Lembaga Pendidikan Ma’arif
Nahdlatul Ulama (PPLP Ma’arif NU) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
seluas 11 hektar;
c. gedung, bangunan, serta seluruh fasilitas yang berada di atas lahan yang
digunakan usaha Yayasan; dan
d. sumbangan pihak lain yang diperoleh secara halal.
2. Yayasan wajib membayar biaya atau ongkos yang dikeluarkan oleh organ

Yayasan dalam rangka menjalankan tugas Yayasan.


BAB VI

ORGAN YAYASAN
Pasal 8
Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas:
1. Dewan Pembina;
2. Pengurus; dan

3. Pengawas.

Dewan Pembina
Pasal 9
1. Dewan Pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak

diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas.


2. Dewan Pembina
keputusan rapat terdiri
anggotaatas unsur
Dewan Pendiri dinilai
Pembina dan/atau mereka yang
mempunyai berdasarkan
dedikasi yang tinggi
untuk mencapai tujuan Yayasan.

Pasal 10
1. Dewan Pembina terdiri atas seorang Ketua, seorang Sekretaris, dan beberapa
anggota.
2. Ketua Dewan Pembina dipilih dari dan oleh anggota Dewan Pembina dalam
Rapat Dewan Pembina.
3. Ketua dibantu oleh seorang Sekretaris yang dipilih dari anggota Dewan Pembina.
4. Ketua dan Sekretaris Dewan Pembina masing-masing merangkap sebagai
anggota.
5. Tata cara pemilihan Ketua dan Sekretaris Dewan Pembina ditetapkan oleh

Dewan Pembina.
Pasal 11
1. Masa jabatan Ketua dan Sekretaris Dewan Pembina selama 5 (lima) tahun.
2. Setelah berakhir masa jabatannya, Ketua dan Sekretaris Dewan Pembina dapat

dipilih kembali.
Pasal 12
1. Dalam hal Ketua Dewan Pembina berhalangan tetap, maka tugas Ketua Dewan
Pembina dilaksanakan oleh Sekretaris Dewan Pembina.
2. Sekretaris Dewan Pembina sebagaimana tersebut pada Pasal 12 Ayat 1 selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak Ketua Dewan Pembina berhalangan tetap,
harus menyelenggarakan rapat untuk mengisi kekosongan jabatan Ketua Dewan
Pembina.
3. Selama melaksanakan jabatan Ketua Dewan Pembina tersebut pada Pasal 12 Ayat
1, Sekretaris Dewan Pembina dilarang melakukan kegiatan-kegiatan substansial
sebagaimana tercantum pada Pasal 13 Ayat 2 Butir a sampai dengan Butir m
Anggaran Dasar ini.
4. Dalam hal anggota Dewan Pembina kosong, maka Ketua Dewan Pembina berhak
menyelenggarakan rapat untuk mengisi kekosongan itu.
5. Dalam hal Yayasan oleh karena sebab apa pun tidak mempunyai anggota Dewan
Pembina, maka dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan
tersebut wajib diangkat anggota Dewan Pembina berdasarkan keputusan Rapat
Gabungan anggota Pengurus dan anggota Pengawas.
6. Seorang anggota Dewan Pembina berhak mengundurkan diri dari jabatannya
dengan memberitahukan secara tertulis mengenai maksud tersebut kepada
Yayasan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran

dirinya.

Tugas dan Wewenang Dewan Pembina


Pasal 13
1. Dewan Pembina berwenang bertindak untuk dan atas nama Dewan Pembina.
2. Dewan Pembina berwenang:
a. memutuskan perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

(AD/ART) Yayasan;
b. menetapkan kebijakan umum Yayasan berdasarkan AD/ART Yayasan;
c. menetapkan anggota Dewan Pembina;
d. mengangkat dan memberhentikan Ketua dan Sekretaris Dewan Pembina;
e. mengangkat dan memberhentikan anggota Pengurus dan anggota Pengawas
Yayasan;
f. mengesahkan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan yang
diajukan oleh Pengurus dan Pengawas;
g. melakukan pengawasan umum atas seluruh pengelolaan yang ada di Yayasan;
h. melakukan evaluasi tahunan atas kinerja Yayasan;
i. melakukan penilaian dan pengesahan laporan pertanggungjawaban tahunan
Yayasan;
j. mengusahakan pemenuhan kebutuhan pembiayaan Yayasan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
k. menyelesaikan persoalan Yayasan yang tidak dapat diselesaikan oleh
Pengurus dan Pengawas;
l. menetapkan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan;
dan

m. menunjuk Likuidator dalam hal Yayasan dibubarkan.

Pengurus
Pasal 14
1. Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan Yayasan.
2. Pengurus minimal terdiri atas:
a. seorang ketua atau ketua umum;
b. seorang sekretaris;
c. seorang bendahara; dan
d. dua orang ketua bidang.
3. Pengurus sebagaimana tersebut pada Pasal 14 Ayat 2 Butir a, b, c, dan d masing-

masing merangkap sebagai anggota.


Pasal 15
1. Dalam hal Ketua atau Ketua Umum Pengurus berhalangan tetap, maka tugas
Ketua atau Ketua Umum Pengurus Yayasan dilaksanakan oleh Sekretaris
Pengurus sampai dengan terpilihnya Ketua atau Ketua Umum Pengurus.
2. Dalam hal jabatan Pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan, Dewan Pembina harus
menyelenggarakan rapat untuk mengisi kekosongan itu.
3. Dalam hal semua Pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut, Dewan Pembina harus
menyelenggarakan rapat untuk mengangkat Pengurus baru, dan untuk
sementara Yayasan diurus oleh Pengawas.
4. Pengurus berhak mengundurkan diri dari jabatannya, dengan memberitahukan
alasannya secara tertulis kepada Dewan Pembina paling lambat 30 (tiga puluh)
hari sebelum tanggal pengunduran dirinya.
5. Pengurus sewaktu-waktu dapat diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat
Dewan Pembina.
6. Dalam hal terdapat penggantian Pengurus, maka dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian
Pengurus, Pengurus
pemberitahuan yang
secara menggantikannya
tertulis wajib
kepada Menteri menyampaikan
Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Menkumham) Republik Indonesia dan instansi terkait.
7. Pengurus tidak dapat merangkap sebagai Dewan Pembina, Pengawas, atau Badan
Pelaksana Kegiatan Yayasan.
8. Pengurus dapat menerima gaji, upah, atau honorarium yang besarnya ditentukan

berdasarkan keputusan Rapat Dewan Pembina.

Tugas dan Wewenang Pengurus


Pasal 16
1. Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk
kepentingan Yayasan.
2. Pengurus wajib menyusun program kerja dan rancangan anggaran tahunan
seluruh bidang usaha Yayasan untuk disahkan Dewan Pembina.
3. Pengurus wajib menyampaikan laporan realisasi program kerja dan rancangan
anggaran tahunan seluruh bidang kegiatan Yayasan kepada Dewan Pembina.
4. Setiap anggota Pengurus wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugasnya dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
5. Pengurus wajib memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan oleh
Pengawas.
6. Pengurus berhak mewakili Yayasan di dalam dan di luar pengadilan tentang
segala hal dan dalam segala kejadian, dengan pembatasan terhadap hal-hal
sebagai berikut.
a. meminjam atau meminjamkan uang atas nama Yayasan (tidak termasuk
mengambil uang Yayasan di Bank);
b. mendirikan suatu usaha baru atau melakukan penyertaan dalam berbagai
bentuk usaha, baik di dalam maupun di luar negeri;
c. memberi atau menerima pengalihan atas harta tetap;
d. membeli atau dengan cara lain mendapatkan/memperoleh harta tetap atas
nama Yayasan;
e. menjual atau dengan cara lain melepaskan kekayaan Yayasan serta
mengagunkan/membebani kekayaan Yayasan; dan
f. mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan,
Dewan Pembina, Pengurus, dan/atau Pengawas, atau seseorang yang bekerja
pada Yayasan, yang perjanjian tersebut bermanfaat bagi tercapainya maksud
dan tujuan Yayasan.
7. Perbuatan Pengurus sebagaimana diatur dalam Pasal 16 Ayat 6 Butir a, b, c, d, e,

dan f harus mendapat persetujuan Dewan Pembina.


Pasal 17
1. Ketua atau Ketua Umum bersama-sama dengan salah seorang anggota Pengurus
lainnya berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili
Yayasan.
2. Dalam hal Ketua atau Ketua Umum tidak hadir atau berhalangan karena sebab
apa pun juga, hal tersebut tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka
seorang Sekretaris Pengurus bersama seorang anggota Pengurus lainnya

berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan.
3. Dalam hal Ketua
segala tugas dan atau Ketua Umum
wewenang berhalangan
yang diberikan dalam
kepada menjalankan
Ketua atau Ketuatugas,
Umummaka
berlaku juga pada Sekretaris Pengurus.
4. Sekretaris bertugas mengelola administrasi Yayasan.
5. Bendahara bertugas mengelola keuangan Yayasan.
6. Ketua Bidang bertugas mengelola kegiatan sesuai dengan bidang kegiatan
Yayasan.
7. Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Pengurus ditetapkan oleh Dewan
Pembina melalui Rapat Dewan Pembina.
8. Pengurus untuk perbuatan tertentu berhak mengangkat seorang atau lebih untuk
membantu pekerjaan yang bersifat temporal berdasarkan surat tugas, dan
berhak mengangkat seorang atau lebih wakil atau kuasanya berdasarkan surat

kuasa.
Pasal 18
1. Pengurus berwenang mengangkat dan memberhentikan Badan Pelaksana
Kegiatan Yayasan, serta mengesahkannya berdasarkan keputusan Rapat
Pengurus.
2. Pengurus berwenang membuat atau menetapkan perubahan peraturan tentang
pedoman organisasi masing-masing Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan.
3. Pengurus berwenang melakukan koordinasi dengan Badan Pelaksana Kegiatan
Yayasan.
4. Pengurus berwenang mengesahkan atau tidak mengesahkan program kerja dan
rancangan anggaran tahunan Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan.
5. Pengurus berwenang melakukan evaluasi tahunan atas kinerja Badan Pelaksana
Kegiatan Yayasan.
6. Pengurus berwenang melakukan penilaian dan pengesahan laporan tahunan

Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan.


Pasal 19
Pengurus tidak berwenang mewakili Yayasan dalam hal:
1. mengikat Yayasan sebagai penjamin hutang;
2. membebani kekayaan Yayasan untuk kepentingan pihak lain; dan
3. mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan,
Dewan Pembina, Pengurus, dan/atau Pengawas, atau seseorang yang bekerja
pada Yayasan, yang perjanjian tersebut tidak ada hubungannya bagi tercapainya

maksud dan tujuan Yayasan.


Pasal 20
1. Dalam hal terjadi perkara di Pengadilan antara Yayasan dengan anggota
Pengurus atau apabila kepentingan pribadi seorang atau beberapa orang anggota
Pengurus bertentangan dengan kepentingan Yayasan, maka anggota Pengurus
yang bersangkutan tidak berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengurus
serta mewakili Yayasan.
2. Dalam hal seorang atau beberapa orang anggota Pengurus tidak berwenang
bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan sebagaimana
dimaksud Pasal 20 Ayat 1, maka anggota Pengurus lainnya bertindak untuk dan

atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan.


3. Dalam hal Yayasan
kepentingan mempunyai
seluruh Pengurus, kepentingan
maka Yayasanyang bertentangan
diwakili dengan
oleh Pengawas.

Pengawas
Pasal 21
1. Pengawas adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan pengawasan umum
dan memberi nasihat kepada Pengurus dan/atau Badan Pelaksana Kegiatan
Yayasan dalam menjalankan kegiatan Yayasan.
2. Pengawas terdiri atas 3 (tiga) orang anggota dan salah satunya diangkat sebagai
Ketua Pengawas.

3. Ketua Pengawas merangkap sebagai anggota Pengawas.


Pasal 22
1. Dalam hal jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan, Dewan Pembina harus
menyelenggarakan rapat untuk mengisi kekosongan itu.
2. Dalam hal semua Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut, Dewan Pembina harus
menyelenggarakan rapat untuk mengangkat Pengawas baru, dan untuk
sementara pengawasan Yayasan dilakukan oleh Dewan Pembina.
3. Pengawas berhak mengundurkan diri dari jabatannya, dengan memberitahukan
secara tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada Dewan Pembina paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya.
4. Pengawas sewaktu-waktu dapat diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat
Dewan Pembina.
5. Dalam hal terdapat penggantian Pengawas, maka dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian
Pengawas, Pengurus wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada
Menkumham Republik Indonesia dan instansi terkait.
6. Pengawas tidak dapat merangkap sebagai Dewan Pembina, Pengurus, atau Badan

Pelaksana Kegiatan Yayasan.

Tugas dan Wewenang Pengawas


Pasal 23
1. Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan
tugas kepengawasan untuk kepentingan Yayasan.
2. Pengawas wajib menyusun program kerja kepengawasan dan rancangan
anggaran tahunan untuk disahkan Dewan Pembina.
3. Pengawas wajib menyampaikan laporan realisasi program kepengawasan dan
rancangan anggaran tahunan kepada Dewan Pembina.
4. Ketua Pengawas dan satu anggota Pengawas berwenang bertindak untuk dan

atas nama Pengawas.


Pasal 24
Pengawas berwenang:
1. menetapkan kebijakan kepengawasan secara umum pada seluruh kegiatan

Yayasan;
2. menetapkan kebijakan audit internal dan eksternal pada seluruh kegiatan
Yayasan;
3. mengevaluasi hasil pengawasan umum dan/atau hasil audit internal dan
eksternal penyelenggaraan Yayasan;
4. mengambil kesimpulan atas hasil pengawasan umum dan/atau audit internal dan
eksternal penyelenggaraan Yayasan;
5. memasuki bangunan, halaman, atau tempat lain yang dipergunakan untuk
melaksanakan kegiatan Yayasan;
6. mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh Pengurus dan/atau Badan
Pelaksana Kegiatan Yayasan;
7. memberi peringatan, saran dan/atau pertimbangan mengenai perbaikan
pengelolaan kegiatan kepada Pengurus dan/atau Badan Pelaksana Kegiatan
Yayasan; dan

8. menandatangani laporan tahunan Yayasan.


Pasal 25
1. Pengawas dapat memberhentikan untuk sementara waktu 1 (satu) orang atau
lebih Pengurus dan/atau Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan, apabila Pengurus
dan/atau Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan tersebut bertindak bertentangan
dengan Anggaran Dasar dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Pemberhentian sementara itu harus diberitahukan secara tertulis kepada yang
bersangkutan disertai alasannya.
3. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pemberhentian
sementara itu, Pengawas diwajibkan untuk melaporkan secara tertulis kepada
Dewan Pembina.
4. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal laporan diterima oleh
Dewan Pembina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Ayat 3, maka Dewan
Pembina wajib memanggil anggota Pengurus dan/atau Badan Pelaksana Kegiatan
Yayasan yang bersangkutan untuk diberi kesempatan membela diri.
5. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pembelaan diri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Ayat 4, Dewan Pembina dengan
keputusan Rapat Dewan Pembina wajib (a) mencabut keputusan pemberhentian
sementara; atau (b) memberhentikan anggota Pengurus dan/atau Badan
Pelaksana Kegiatan Yayasan yang bersangkutan.
6. Dalam hal Dewan Pembina tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 Ayat 4 dan Ayat 5, maka pemberhentian sementara
batal demi hukum, dan yang bersangkutan menjabat kembali pada jabatannya

semula.

Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan


Pasal 26
1. Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan adalah seorang atau lebih yang bertugas
melaksanakan sebagian dari kegiatan Pengurus pada suatu usaha untuk
mewujudkan tujuan Yayasan.
2. Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan dipimpin oleh Pimpinan Badan Pelaksana
Kegiatan.
3. Pimpinan Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan bertanggung jawab kepada
Pengurus.
4. Struktur
kebutuhanorganisasi Badan Pelaksana
atau peraturan Kegiatan Yayasan
perundang-undangan disesuaikan dengan
yang berlaku.
5. Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan dalam melaksanakan tugasnya diatur dengan
peraturan khusus yang ditetapkan Pengurus dan tidak bertentangan dengan
AD/ART Yayasan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan berhak menerima gaji, upah, atau honorarium

yang besarnya ditentukan berdasarkan Keputusan Rapat Pengurus.


Tugas, Hak, dan Wewenang Pimpinan

Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan


Pasal 27
1. Pimpinan Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan bertanggung jawab penuh atas
pelaksanaan kegiatan bidang usahanya.
2. Pimpinan Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan wajib menyusun program kerja dan
rancangan anggaran tahunan dengan persetujuan Pengurus.
3. Pimpinan Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan wajib menyampaikan laporan
realisasi program kerja dan rancangan anggaran tahunan kepada Pengurus.
4. Pimpinan Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan wajib memberikan penjelasan

tentang segala hal yang ditanyakan oleh Pengawas melalui Pengurus.


Pasal 28
Pimpinan Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan berhak:
1. mengangkat dan/atau memberhentikan pimpinan unit pengelola di bawahnya,
berdasarkan AD/ART Yayasan, peraturan tentang pedoman organisasi masing-
masing Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan, serta peraturan perundang-
undangan; setelah mendapatkan pertimbangan dari Pengurus.
2. mengajukan usul kepada Pengurus agar meminjam atau meminjamkan uang atas
nama Yayasan; dan
3. mengajukan usul penambahan aset tetap dan/atau fasilitas tetap dan/atau

barang berharga bergerak dan/atau bangunan fisik kepada Pengurus.


Pasal 29
1. Pimpinan Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan berwenang bertindak ke luar untuk
dan atas nama kegiatan yang sesuai dengan kewenangannya.
2. Pimpinan Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan tidak berwenang untuk:
a. mengangkat dan memberhentikan pegawai Yayasan;
b. mengeluarkan atau mendayagunakan uang di luar anggaran pendapatan dan
belanja Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan yang dikelolanya;
c. menggunakan kekayaan Yayasan untuk melakukan usaha di luar cakupan
kegiatan usaha pada Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan yang dikelolanya;
d. menjual atau dengan cara lain melepaskan kekayaan Yayasan serta
mengagunkan/membebani kekayaan Yayasan, untuk kepentingan pihak lain;
e. mengikat Yayasan sebagai penjamin hutang;
f. membebani kekayaan Yayasan untuk kepentingan pihak lain;
g. mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan,
Dewan Pembina, Pengurus dan/atau Pengawas Yayasan, atau seseorang yang

bekerja pada Yayasan;


h. dan/atau
melakukan pengadaan
barang barang
berharga pada kategori
bergerak dan/atauaset tetap dan/atau
pembangunan fisikfasilitas
dan/atau tetap
selain barang persediaan;
i. baru
menghentikan cabang
pada Badan usaha yang
Pelaksana telah Yayasan
Kegiatan ada atauyang
mendirikan cabang usaha
bersangkutan, tanpa
mendapatkan persetujuan Pengurus; dan
j. membuka rekening bank atas nama lembaga usaha Badan Pelaksana Kegiatan

Yayasan yang bersangkutan, tanpa mendapatkan persetujuan Pengurus.


BAB VII

TAHUN BUKU
Pasal 30
1. Tahun Buku Yayasan dimulai dari tanggal 1 (satu) September sampai dengan
tanggal 31 (tiga puluh satu) Agustus.
2. Untuk pertama kalinya tahun buku Yayasan dimulai pada tanggal pengesahan

akta Pendirian Yayasan dan ditutup tanggal 31 (tiga puluh satu) Desember.
BAB VIII

LAPORAN TAHUNAN
Pasal 31
1. Pengurus wajib menyusun secara tertulis laporan tahunan paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah berakhirnya tahun buku Yayasan.
2. Laporan tahunan memuat sekurang-kurangnya:
a. laporan keadaan dan kegiatan Yayasan selama tahun buku yang lalu serta hasil
yang telah dicapai; dan
b. laporan keuangan yang terdiri atas laporan posisi keuangan pada akhir
periode, laporan aktivitas, laporan arus kas dan catatan laporan keuangan
yang telah diaudit.
3. Laporan tahunan wajib ditandatangani oleh Pengurus dan Pengawas.
4. Dalam hal terdapat anggota Pengurus atau anggota Pengawas yang tidak
menandatangani laporan tersebut, maka yang bersangkutan harus menyebutkan
alasan secara tertulis.
5. Laporan keuangan disahkan oleh Dewan Pembina dalam rapat tahunan Yayasan.
6. Ikhtisar laporan tahunan Yayasan disusun sesuai standar akuntansi keuangan

yang berlaku dan diumumkan pada papan pengumuman di kantor Yayasan.


BAB IX

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR


Pasal 32
1. Perubahan anggaran dasar hanya dapat dilaksanakan berdasarkan putusan Rapat
Dewan Pembina yang dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah
anggota Dewan Pembina.

2. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.


3. Dalam hal keputusan
maka keputusan berdasarkan
ditetapkan musyawarah
berdasarkan untukpaling
persetujuan mufakat tidak2/3
sedikit tercapai,
(dua per
tiga) dari seluruh jumlah anggota Dewan Pembina yang hadir atau yang diwakili.
4. Dalam hal korum
maka diadakan sebagaimana
pemanggilan dimaksud
Rapat Dewandalam Pasal
Pembina 32 Ayat
yang kedua1 tidak
palingtercapai,
cepat 3
(tiga) hari terhitung sejak tanggal Rapat Dewan Pembina yang pertama
diselenggarakan.
5. Rapat Dewan Pembina kedua tersebut sah, apabila dihadiri oleh lebih dari ½
(satu per dua) dari seluruh jumlah anggota Dewan Pembina.
6. Keputusan Rapat Dewan Pembina sah, apabila diambil berdasarkan persetujuan
suara terbanyak dari jumlah anggota Dewan Pembina yang hadir atau yang

diwakili.
Pasal 33
1. Perubahan Anggaran Dasar dilakukan dengan Akta Notaris dan diberitahukan
kepada Menkumham Republik Indonesia, serta dibuat dalam bahasa Indonesia.
2. Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan terhadap maksud dan tujuan
Yayasan.
3. Perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut perubahan nama dan kegiatan
Yayasan, harus mendapat persetujuan dari Menkumham Republik Indonesia.
4. Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan pada saat Yayasan dinyatakan

pailit, kecuali atas persetujuan PPLP Ma’arif NU PBNU sebagai Kurator.


BAB X
PENGGABUNGAN

Pasal 34
1. Yayasan dapat melakukan penggabungan dengan 1 (satu) atau lebih Yayasan lain
yang memiliki kesamaan visi, misi, dan/atau ideologi.
2. Penggabungan Yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 Ayat 1 dapat
dilakukan dengan memperhatikan:
a. ketidakmampuan Yayasan melaksanakan kegiatan usaha tanpa dukungan
Yayasan lain;
b. Yayasan yang menerima penggabungan dan yang bergabung memiliki
kegiatan sejenis; dan
c. Yayasan yang menggabungkan diri tidak pernah melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan Anggaran Dasarnya, ketertiban umum, dan akhlaqul
karimah.
3. Usul penggabungan Yayasan dapat disampaikan oleh Pengurus kepada Dewan

Pembina.
Pasal 35
1. Penggabungan Yayasan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan Rapat
Dewan Pembina yang dihadiri paling sedikit ¾ (tiga per empat) dari jumlah
anggota Dewan Pembina dan disetujui paling sedikit ¾ (tiga per empat) dari

seluruh jumlah anggota Dewan Pembina yang hadir.


2. Dalam hal korum
maka diadakan sebagaimana
pemanggilan dimaksud
Rapat Dewandalam Pasal
Pembina 35 Ayat
yang 1 tidak
kedua, sesuaitercapai,
dengan
ketentuan Rapat Dewan Pembina.

Pasal 36
1. Pengurus Yayasan Unisma dan Yayasan lain yang akan menerima atau yang akan
bergabung, menyusun rancangan akta penggabungan.
2. Rancangan akta penggabungan harus mendapat persetujuan dari Dewan
Pembina masing-masing Yayasan.
3. Rancangan sebagaimana disebut dalam Pasal 36 Ayat 1 dituangkan dalam akta
penggabungan yang dibuat di hadapan Notaris dalam bahasa Indonesia.
4. Pengurus Yayasan hasil penggabungan mengumumkan hasil penggabungan
dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari

terhitung sejak penggabungan selesai dilakukan.


Pasal 37
Apabila penggabungan Yayasan diikuti dengan perubahan Anggaran Dasar yang
memerlukan persetujuan Menkumham Republik Indonesia, maka akta perubahan
Anggaran Dasar Yayasan disampaikan kepada Menkumham Republik Indonesia

untuk memperoleh persetujuan dengan dilampiri akta penggabungan.


BAB XI
PEMBUBARAN

Pasal 38
Yayasan bubar karena:
1. dinyatakan bubar oleh Rapat Dewan Pembina;
2. putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap berdasarkan alasan:
a. Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan;
b. Yayasan tidak mampu membayar hutangnya setelah dinyatakan pailit; atau
c. harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasi hutangnya setelah

pernyataan pailit dicabut.


Pasal 39
1. Pembubaran Yayasan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan Rapat
Dewan Pembina yang dihadiri paling sedikit ¾ (tiga per empat) dari jumlah
anggota Dewan Pembina dan disetujui paling sedikit ¾ (tiga per empat) dari
seluruh jumlah anggota Dewan Pembina yang hadir.
2. Dalam hal Yayasan bubar karena alasan sebagaimana Pasal 38 Ayat 1, Dewan
Pembina menunjuk Kurator dan/atau PPLP Ma’arif NU PBNU sebagai Likuidator,
di bawah pengawasan PBNU, untuk membereskan kekayaan Yayasan.
3. Dalam hal Yayasan bubar karena alasan sebagaimana Pasal 38 Ayat 2 Butir b dan

c, Pengadilan menunjuk Likuidator, untuk membereskan kekayaan Yayasan.


Pasal 40
1. Dalam hal Yayasan bubar, Yayasan tidak dapat melakukan perbuatan hukum,

kecuali untuk membereskan kekayaannya dalam proses likuidasi.


2. Dalam hal Yayasan
dicantumkan frasa sedang
“DALAMdalam proses di
LIKUIDASI” likuidasi,
belakanguntuk
namasemua surat keluar
Yayasan.
3. Dalam hal pembubaran Yayasan karena pailit, berlaku peraturan perundang-

undangan di bidang kepailitan.


Pasal 41
1. Ketentuan mengenai penunjukan, pengangkatan, pemberhentian sementara,
pemberhentian, wewenang, kewajiban, tugas, dan tanggung jawab, serta
pengawasan terhadap Pengurus, berlaku juga bagi Likuidator.
2. Likuidator atau Kurator yang ditunjuk untuk melakukan pemberesan kekayaan
Yayasan yang bubar atau dibubarkan, paling lambat 5 (lima) hari terhitung sejak
tanggal penunjukan wajib mengumumkan pembubaran Yayasan dan proses
likuidasinya dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia.
3. Likuidator atau Kurator dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak tanggal proses likuidasi berakhir, wajib mengumumkan hasil
likuidasi dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia.
4. Likuidator atau Kurator dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak
tanggal proses likuidasi berakhir, wajib melaporkan pembubaran Yayasan
kepada Dewan Pembina.
5. Dalam hal laporan mengenai pembubaran Yayasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 Ayat 4 dan pengumuman hasil likuidasi sebagaimana dimaksud Pasal 41

Ayat 3 tidak dilakukan, maka bubarnya Yayasan tidak berlaku bagi pihak ketiga.
BAB XII

CARA PENGGUNAAN KEKAYAAN SISA LIKUIDASI


Pasal 42

Kekayaan sisa hasil likuidasi diserahkan kepada PPLP Ma’arif NU PBNU.


BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP
Pasal 43
1. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga Yayasan, sepanjang tidak bertentangan dengan
Anggaran Dasar.
2. Hal-hal yang belum diatur baik dalam Anggaran Dasar maupun Anggaran Rumah

Tangga akan diatur melalui Peraturan Yayasan atau Peraturan Pengurus.


Ditetapkan di : Malang

pada tanggal : …………………………………………….

DEWAN PEMBINA YAYASAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG


Ketua:

Drs. K.H. Achmad Noersjahid Wiyoto


Sekretaris:

Dr. H. Mochtar Data, M.Pd


Anggota–anggota :
1. Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Nuh, D.E.A.
2. Prof. Dr. H. A. Yusuf Imam Suja’i, S.E., M.P.
3. Prof. Dr. H. Achmad Sodiki, S.H.
4. Prof. dr. H.M. Aris Widodo, M.S., Sp.FK, Ph.D
5. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo
6. Dr. Ir. H. Chasan Bisri, M.S.
7. Prof. Dr. Drs. H. Surahmat, M.Si
8. Drs. K.H. Arifin Junaidi, M.M.
9. Drs. H. Masduqi Baidlowi
10. Drs. H. M. Amrie Anwar
11. H. M. Fatich, S.H., M.Hum

Salinan sesuai Aslinya


Sekretaris Dewan Pembina

Yayasan Universitas Islam Malang,

Dr. H. Mochtar Data, M.Pd


ANGGARAN RUMAH TANGGA
YAYASAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
TAHUN 2020

BAB I

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN


Pasal 1
1. Yayasan ini bernama YAYASAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG disingkat Yayasan
Unisma dan selanjutnya disebut Yayasan pada Anggaran Rumah Tangga ini.
2. Yayasan berkedudukan dan berkantor pusat di Jalan Mayor Jenderal Haryono
Nomor 193, Kelurahan Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.
3. Yayasan dapat membuka kantor cabang atau perwakilan di tempat lain, baik di
dalam maupun di luar wilayah Republik Indonesia berdasarkan keputusan

Pengurus dengan persetujuan Dewan Pembina.


BAB II

LAMBANG DAN CIRI KHAS

Lambang
Pasal 2
Lambang Yayasan berupa garis lengkung membentuk segi lima berwarna hitam,
berisi gambar bumi berwarna hitam dan warna dasar putih, masjid dengan atap
bersusun tiga berwarna kuning keemasan, sembilan bintang berwarna kuning
keemasan dengan posisi satu bintang besar terletak di puncak atap, delapan bintang
kecil berderet di bawah kitab dan kitab terbuka dengan empat kelompok lembaran

berwarna merah, dengan warna dasar keseluruhan hijau.

Ciri Khas
Pasal 3
Yayasan ini memiliki ciri khas berhaluan Ahlussunnah wal-Jamaah dan dalam
mengimplementasikan kegiatan didasari akhlaqul karimah, dengan mengedepankan

keikhlasan, kejujuran, dan kerukunan.


BAB III

USAHA DAN PENDANAAN


Pasal 4
1. Kekayaan Yayasan dapat diperoleh dari:
a. dana pengembangan pendidikan, sumbangan penyelenggaraan pendidikan,
dan sumber pembiayaan lainnya;
b. pendapatan dari hasil usaha Rumah Sakit Islam Unisma Malang;

c. pendapatan dari hasil usaha ekonomi produktif;

Anggaran Rumah Tangga Yayasan Universitas Islam 1


Malang 2020
d. tetap;
sumbangan yang tidak mengikat dari para donatur, baik tetap maupun tidak
e. sumbangan berupa hibah, wakaf, zakat, infaq, shodaqoh, dan sumbangan
lainnya, baik berupa benda maupun uang tunai sekaligus atau berkala;
f. sumbangan-sumbangan yang tidak mengikat dari Badan-badan Pemerintah,
maupun Swasta; dan
g. pendapatan lain yang sah dan halal serta tidak bertentangan dengan maksud
dan tujuan Yayasan.
2. Semua kekayaan Yayasan harus dipergunakan untuk mencapai maksud dan
tujuan Yayasan.

3. Tata cara penggunaan kekayaan Yayasan diatur dalam Peraturan Yayasan.


BAB IV

KEANGGOTAAN DAN PENETAPAN KEANGGOTAAN DEWAN PEMBINA


Pasal 5
1. Anggota Dewan Pembina terdiri atas unsur Pendiri dan/atau mereka yang
berdasarkan keputusan rapat anggota Dewan Pembina dinilai mempunyai
dedikasi yang tinggi untuk mencapai tujuan Yayasan.
2. Keanggotaan Dewan Pembina ditetapkan oleh Ketua Dewan Pembina

berdasarkan hasil Rapat Dewan Pembina.

Kriteria Anggota Dewan Pembina


Pasal 6
Anggota Dewan Pembina Yayasan harus memenuhi kriteria sebagai berikut.
1. seorang muslim yang taat beribadah, beraqidah Ahlussunnah wal-Jamaah dan
berakhlak mulia;
2. mempunyai visi dan misi untuk mengembangkan Yayasan;
3. tidak sedang merangkap jabatan pimpinan yayasan lain yang memiliki maksud
dan tujuan yang sama dengan maksud dan tujuan Yayasan Unisma dan/atau
jabatan yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4. warga negara Indonesia;
5. sehat jasmani dan rohani;
6. tidak pernah melakukan kejahatan yang dipidana berdasarkan putusan
pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap;
7. tidak pernah dipecat atau diberhentikan dengan tidak hormat dari lembaga mana
pun; dan
8. Anggota Dewan Pembina, minimal berijazah S1 dan secara langsung atau tidak
langsung terlibat pada pendirian Yayasan dan/atau pengembangan salah satu
bidang kegiatan Yayasan dan/atau wakil dari Pengurus Pusat Lembaga
Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (PPLP Ma’arif NU) dan/atau wakil dari

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Persyaratan Anggota Dewan Pembina

Pasal 7
1. Yang
yang dapat
mampu diangkat sebagai
melakukan anggota hukum
perbuatan Dewan dan
Pembina
tidakadalah orang bersalah
dinyatakan perseorangan
yang
menyebabkan kerugian bagi Yayasan atau negara berdasarkan putusan
pengadilan dalam jangka
tersebut berkekuatan waktu
hukum 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan
tetap.
2. Anggota Dewan Pembina tidak boleh
dan/atau anggota Pengawas, dan/atau merangkap sebagaiKegiatan
Badan Pelaksana anggota Pengurus
Yayasan.

Penetapan Keanggotaan Dewan Pembina


Pasal 8
1. Untuk pertama kalinya anggota Dewan Pembina ditetapkan dalam rapat para
Pendiri Yayasan.
2. Penambahan dan/atau penggantian anggota Dewan Pembina, ditetapkan oleh

Rapat Dewan Pembina.


Pasal 9
1. Masa pengabdian anggota Dewan Pembina tidak ditentukan lamanya.
2. Masa pengabdian anggota Dewan Pembina akan berakhir dengan sendirinya
apabila anggota Dewan Pembina tersebut:
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri dengan pemberitahuan secara tertulis sebagaimana diatur
dalam Pasal 12 Ayat 6 Anggaran Dasar;
c. tidak lagi memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
d. diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Dewan Pembina;
e. dinyatakan pailit atau ditaruh di bawah pengampuan berdasarkan suatu
penetapan pengadilan; atau
f. dilarang untuk menjadi anggota Dewan Pembina karena peraturan

perundang-undangan yang berlaku.


BAB V

PENETAPAN PENGURUS

Kriteria Anggota Pengurus


Pasal 10
Anggota Pengurus Yayasan harus memenuhi kriteria sebagai berikut.
1. seorang muslim yang taat beribadah, beraqidah Ahlussunnah wal-Jamaah, dan
berakhlak mulia;
2. minimal berijazah S1 dan secara langsung atau tidak langsung terlibat pada
pendirian Yayasan dan/atau pengembangan salah satu bidang kegiatan Yayasan
dan/atau wakil dari PPLP Ma’arif NU dan/atau wakil dari PBNU;
3. mempunyai visi dan misi untuk mengembangkan Yayasan;
4. tidak sedang merangkap jabatan pimpinan yayasan lain yang memiliki maksud
dan tujuan yang sama dengan maksud dan tujuan Yayasan Unisma dan/atau
jabatan yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku;

5. warga negara Indonesia;


6. sehat jasmani dan rohani;
7. tidak pernah melakukan kejahatan yang dipidana berdasarkan putusan
pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap; dan
8. tidak pernah dipecat atau diberhentikan dengan tidak hormat dari lembaga mana

pun.

Persyaratan Pengurus
Pasal 11
1. Yang dapat diangkat sebagai Pengurus adalah orang perseorangan yang mampu
melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan
pengurusan Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi Yayasan, masyarakat,
atau negara berdasarkan putusan pengadilan, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
terhitung sejak tanggal keputusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
2. Pengurus tidak boleh merangkap sebagai anggota Dewan Pembina dan/atau

anggota Pengawas, dan/atau Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan.

Pengangkatan, Pemberhentian, dan Masa Jabatan Pengurus


Pasal 12
1. Pengurus diangkat oleh Dewan Pembina melalui Rapat Dewan Pembina untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali.
2. Jabatan anggota Pengurus berakhir dengan sendirinya apabila:
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri;
c. bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang
diancam dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun; dan

d. diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Dewan Pembina.


BAB VI

PENETAPAN PENGAWAS

Kriteria Anggota Pengawas


Pasal 13
Anggota Pengawas Yayasan harus memenuhi kriteria sebagai berikut.
1. seorang muslim yang taat beribadah, beraqidah Ahlussunnah wal-Jamaah, dan
berakhlak mulia;
2. minimal berijazah S1 dan secara langsung atau tidak langsung terlibat pada
pendirian Yayasan dan/atau pengembangan salah satu bidang kegiatan Yayasan;
3. memiliki kemampuan teknis dalam melakukan pengawasan;
4. mempunyai visi dan misi untuk mengembangkan Yayasan;
5. tidak sedang merangkap jabatan pimpinan yayasan lain yang memiliki maksud
dan tujuan yang sama dengan maksud dan tujuan Yayasan Unisma dan/atau
jabatan yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku;
6. warga negara Indonesia;

7. sehat jasmani dan rohani;


8. tidak pernahyang
pengadilan melakukan
memilikikejahatan
kekuatanyang dipidana
hukum tetap; berdasarkan
dan putusan
9. tidak pernah dipecat atau diberhentikan dengan tidak hormat pada lembaga

mana pun.

Persyaratan Pengawas
Pasal 14
1. Yang dapat diangkat sebagai anggota Pengawas adalah orang perseorangan yang
mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam
melakukan pengawasan Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi Yayasan,
masyarakat, atau negara berdasarkan putusan pengadilan, dalam jangka waktu 5
(lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
2. Anggota Pengawas tidak boleh merangkap sebagai anggota Dewan Pembina

dan/atau anggota Pengurus, dan/atau Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan.

Pengangkatan, Pemberhentian, dan Masa Jabatan Pengawas


Pasal 15
1. Pengawas diangkat oleh Dewan Pembina melalui Rapat Dewan Pembina untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali.
2. Jabatan Pengawas berakhir dengan sendirinya apabila:
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri;
c. bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang
diancam dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun; atau

d. diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Dewan Pembina.


BAB VII
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN

PENGELOLA BADAN PELAKSANA KEGIATAN YAYASAN

Kriteria Pengelola Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan


Pasal 16
Pengelola Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan harus memenuhi kriteria sebagai
berikut.
1. seorang muslim yang taat beribadah, beraqidah Ahlussunnah wal-Jamaah, dan
berakhlak mulia;
2. memiliki kecakapan khusus pada bidang kegiatan yang akan dikelolanya;
3. mempunyai visi dan misi untuk mengembangkan bidang kegiatan yang akan
dikelolanya;
4. warga negara Indonesia;
5. sehat jasmani dan rohani;
6. tidak pernah melakukan kejahatan yang dipidana berdasarkan putusan
pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap; dan
7. tidak pernah dipecat atau diberhentikan dengan tidak hormat dari lembaga mana

pun.
Persyaratan Pengelola Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan
Pasal 17
1. Yang dapat diangkat sebagai pengelola Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan adalah
orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak pernah
dinyatakan pailit atau dipidana karena melakukan tindakan yang merugikan
Yayasan, masyarakat, atau negara berdasarkan putusan pengadilan, dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan
hukum tetap.
2. Pengelola Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan tidak boleh merangkap sebagai

anggota Dewan Pembina dan/atau Pengurus dan/atau Pengawas.

Kriteria Pimpinan Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan


Pasal 18
Pimpinan Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan harus memenuhi kriteria sebagai
berikut.
1. seorang muslim yang taat beribadah berakidah, Ahlussunnah wal-Jamaah, dan
berakhlak mulia;
2. memiliki kecakapan khusus pada bidang kegiatan yang akan dikelolanya;
3. mempunyai visi dan misi untuk mengembangkan bidang kegiatan yang akan
dikelolanya;
4. secara langsung atau tidak langsung terlibat pada pendirian Yayasan dan/atau
pengembangan salah satu bidang kegiatan Yayasan;
5. minimal berijazah S1 kecuali pengelola Badan Pelaksana Kegiatan Pendidikan
Tinggi;
6. bagi pengelola Badan Pelaksana Kegiatan Pendidikan Tinggi berbentuk
Universitas berijazah S3 dan yang berbentuk Pendidikan Tinggi Vokasi minimal
berijazah S2 dari program studi dalam negeri yang terakreditasi atau perguruan
tinggi luar negeri yang diakui oleh pemerintah Indonesia;
7. tidak sedang merangkap jabatan pimpinan lembaga lain yang dapat mengganggu
kelancaran menjalankan tugasnya sebagai Pimpinan Badan Pelaksana Kegiatan
Yayasan;
8. warga negara Indonesia;
9. sehat jasmani dan rohani;
10. tidak pernah melakukan kejahatan yang dipidana berdasarkan putusan
pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap; dan
11. tidak pernah dipecat atau diberhentikan dengan tidak hormat dari lembaga mana

pun.

Persyaratan Pimpinan Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan


Pasal 19
1. Yang dapat diangkat sebagai Pimpinan Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan adalah
orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak pernah
dinyatakan pailit atau dipidana karena melakukan tindakan yang merugikan
Yayasan, masyarakat, atau negara berdasarkan putusan pengadilan, dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan
hukum tetap.
2. Pimpinan BadanPembina
anggota Dewan Pelaksana KegiatanPengurus
dan/atau Yayasan dan/atau
tidak boleh merangkap sebagai
Pengawas.

Pengangkatan, Pemberhentian, dan Masa Jabatan

Pimpinan Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan


Pasal 20
1. Pimpinan Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan diangkat dan diberhentikan oleh
Pengurus berdasarkan keputusan Rapat Pengurus setelah mendapatkan
persetujuan Dewan Pembina.
2. Pimpinan Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan diangkat untuk jangka waktu sesuai
dengan peraturan khusus yang ditetapkan oleh Pengurus bagi Badan Pelaksana
Kegiatan Yayasan yang bersangkutan, dengan tidak mengurangi keputusan Rapat
Pengurus untuk memberhentikan sewaktu-waktu.
3. Mekanisme pengangkatan Pimpinan Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan
ditetapkan oleh Pengurus.
4. Jabatan Pimpinan Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan berakhir apabila:
a. telah habis masa jabatannya;
b. meninggal dunia;
c. mengundurkan diri;
d. bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang
diancam dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun; dan
e. diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pengurus karena melakukan
tindakan di luar kewenangannya sebagai Pimpinan Badan Pelaksana Kegiatan
Yayasan atau melakukan pelanggaran berat terhadap ketentuan Peraturan

Pegawai Yayasan.
BAB VIII

RAPAT-RAPAT
Pasal 21
1. Rapat Yayasan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pembina,
Pengurus, atau Pengawas.
2. Rapat Yayasan dapat melibatkan pihak-pihak lain yang dipandang perlu sesuai
dengan maksud dan tujuan rapat.
3. Rapat Yayasan terdiri atas Rapat Dewan Pembina, Rapat Pengurus, Rapat
Pengawas, Rapat Gabungan, Rapat Pleno, dan Rapat Koordinasi.
4. Rapat Dewan Pembina adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pembina
dan dihadiri oleh anggota Dewan Pembina.
5. Rapat Pengurus adalah rapat yang diselenggarakan oleh Pengurus dan dihadiri
oleh anggota Pengurus baik sebagian atau seluruhnya.
6. Rapat Pengawas adalah rapat yang diselenggarakan oleh Pengawas dan dihadiri
oleh anggota Pengawas.
7. Rapat Gabungan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Pengurus dan dihadiri
oleh anggota Pengurus dan Pengawas.
8. Rapat Pleno adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pembina atau

Pengurus dan dihadiri oleh anggota semua organ Yayasan.


9. Rapat Koordinasi
Pengurus, adalah rapat
atau Pengawas yang yang diselenggarakan
diikuti oleh Dewan
oleh organ Yayasan Pembina,
dan/atau Badan
Pelaksana Kegiatan Yayasan.

Rapat Dewan Pembina


Pasal 22
1. Rapat Dewan Pembina diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu)
tahun, paling lambat dalam waktu 5 (lima) bulan setelah akhir tahun buku
sebagai rapat tahunan.
2. Dalam hal Dewan Pembina melakukan rapat sekali dalam 1 (satu) tahun, Dewan
Pembina melakukan:
a. evaluasi tentang harta kekayaan, hak dan kewajiban Yayasan tahun yang
lampau sebagai dasar pertimbangan bagi perkiraan mengenai perkembangan
Yayasan untuk tahun yang akan datang;
b. pengesahan laporan tahunan yang diajukan Pengurus;
c. penetapan kebijakan umum Yayasan; dan
d. pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan.
3. Dewan Pembina dapat juga mengadakan rapat setiap waktu bila diperlukan atas
permintaan tertulis dari seorang atau lebih anggota Dewan Pembina, dan/atau
anggota Pengurus, dan/atau anggota Pengawas.
4. Panggilan Rapat Dewan Pembina dilakukan oleh Dewan Pembina yang berhak
mewakili Dewan Pembina.
5. Rapat Dewan Pembina adalah sah dan berhak mengambil keputusan mengikat
apabila:
a. Rapat dihadiri paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota Dewan
Pembina.
b. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Ayat 5 Butir a tidak
tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Dewan Pembina kedua.
c. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 22 Ayat 5 Butir b, harus
dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan.
d. Rapat Dewan Pembina kedua diselenggarakan paling cepat 3 (tiga) hari dan
paling lambat 21 hari (dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Dewan
Pembina pertama diselenggarakan.
e. Rapat Dewan Pembina kedua sah dan berhak mengambil keputusan yang
mengikat, apabila dihadiri lebih dari ½ (satu per dua) jumlah anggota Dewan

Pembina.
Pasal 23
1. Rapat Dewan Pembina dipimpin oleh Ketua Dewan Pembina, dan jika Ketua
Dewan Pembina tidak hadir atau berhalangan, maka Rapat Dewan Pembina akan
dipimpin oleh seorang yang dipilih oleh dan dari anggota Dewan Pembina yang
hadir.
2. Seorang anggota Dewan Pembina hanya dapat diwakili oleh anggota Dewan
Pembina lainnya dalam Rapat Dewan Pembina berdasarkan surat kuasa.
3. Dewan Pembina dapat mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat
Dewan Pembina dengan ketentuan semua anggota Dewan Pembina telah diberi

tahu secara tertulis dan semua anggota Dewan Pembina memberikan


persetujuan
persetujuan mengenai
tersebut. usul yang diajukan secara tertulis serta menandatangani
4. Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat 3
mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah
dalam Rapat Dewan Pembina.
5. Dalam hal hanya ada 1 (satu) orang Dewan Pembina, maka dia dapat mengambil

keputusan yang sah dan mengikat.

Rapat Pengurus
Pasal 24
1. Rapat Pengurus dapat diadakan setiap waktu bila dipandang perlu atas
permintaan dari satu orang atau lebih angggota Pengurus dan/atau Pengawas
dan/atau Dewan Pembina.
2. Rapat Pengurus dipimpin oleh Ketua atau Ketua Umum dan dalam hal Ketua atau
Ketua Umum tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat Pengurus akan
dipimpin oleh Sekretaris Pengurus.
3. Dalam hal Sekretaris Pengurus tidak hadir atau berhalangan, rapat dipimpin oleh
seorang anggota Pengurus yang dipilih dari dan oleh Pengurus yang hadir.
4. Satu orang Pengurus hanya dapat diwakili oleh Pengurus lainnya dalam Rapat

Pengurus berdasarkan surat kuasa.


Pasal 25
1. Panggilan Rapat Pengurus dilakukan oleh Pengurus yang berhak mewakili
Pengurus.
2. Rapat Pengurus sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila:
a. Rapat dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota Pengurus.
b. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 huruf a tidak tercapai,
maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Pengurus kedua.
c. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 25 Ayat 2 Butir b, harus
dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan
tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
d. Rapat Pengurus kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan
paling lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Pengurus
pertama.
e. Rapat Pengurus kedua sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat,
apabila dihadiri lebih dari ½ (satu per dua) jumlah Pengurus.
3. Pengurus dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat
Pengurus, dengan ketentuan semua anggota Pengurus telah diberi tahu secara
tertulis serta menandatangani persetujuan tersebut.
4. Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Ayat 3,
mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah

dalam Rapat Pengurus.

Rapat Pengawas

Pasal 26
1. Rapat Pengawas
permintaan dapat
tertulis daridiadakan
seorang setiap waktu
atau lebih bila dianggap
Pengawas perlu
dan/atau atas
Pengurus
dan/atau Dewan Pembina.
2. Panggilan Rapat Pengawas dilakukan oleh Pengawas yang berhak mewakili

Pengawas.
Pasal 27
1. Rapat Pengawas dipimpin oleh Ketua dan dalam hal Ketua tidak dapat hadir atau
berhalangan, maka Rapat Pengawas akan dipimpin oleh salah satu orang
Pengawas yang dipilih oleh dan dari Pengawas yang hadir.
2. Satu orang anggota Pengawas hanya dapat diwakili oleh Pengawas lainnya dalam
Rapat Pengawas berdasarkan surat kuasa.
3. Rapat Pengawas sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila:
a. Rapat dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota Pengawas.
b. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 Ayat 3 Butir a tidak
tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Pengawas kedua.
c. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 27 Ayat 3 Butir b, harus
dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan
tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
d. Rapat Pengawas kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan
paling lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Pengawas
pertama.
e. Rapat Pengawas kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang
mengikat, apabila dihadiri lebih dari ½ (satu per dua) jumlah anggota
Pengawas.
4. Pengawas dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat
Pengawas, dengan ketentuan semua Pengawas telah diberi tahu secara tertulis
dan semua Pengawas memberikan persetujuan mengenai usul yang dilakukan
secara tertulis dengan menandatangani persetujuan tersebut.
5. Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 Ayat 4,
mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah

dalam Rapat Pengawas.

Rapat Gabungan
Pasal 28
1. Rapat Gabungan adalah rapat yang diadakan oleh Pengurus dan Pengawas untuk
mengangkat Dewan Pembina, apabila Yayasan tidak lagi mempunyai Dewan
Pembina.
2. Rapat Gabungan diadakan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
Yayasan tidak lagi mempunyai Dewan Pembina.
3. Pemangilan Rapat Gabungan dilakukan oleh Pengurus atau Pengawas.
4. Panggilan Rapat Gabungan disampaikan kepada setiap Pengurus dan Pengawas
secara langsung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat
7 (tujuh) hari sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal
panggilan dan tanggal rapat.
5. Rapat Gabungan dipimpin oleh Ketua atau Ketua Umum Pengurus dan dalam hal
Ketua atau Ketua Umum Pengurus tidak ada atau berhalangan hadir, maka Rapat

Gabungan dipimpin oleh Ketua Pengawas.


6. Dalam hal Ketua
berhalangan atau
hadir, Ketua
maka Umum
Rapat Pengurus
Gabungan dan Ketua
dipimpin olehPengawas
Pengurus tidak
atau ada atau

Pengawas yang dipilih dari dan oleh Pengurus dan Pengawas yang hadir.
Pasal 29
1. Satu orang Pengurus dan Pengawas hanya dapat diwakili oleh Pengurus lainnya
dan Pengawas lainnya dalam Rapat Gabungan berdasarkan surat kuasa.
2. Setiap Pengurus atau Pengawas yang hadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara
dan tambahan 1 (satu) suara untuk setiap Pengurus atau Pengawas lain yang
diwakilinya.
3. Suara abstain dan suara yang tidak sah dianggap dikeluarkan, dan dianggap tidak

ada.
Pasal 30
1. Rapat Gabungan adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat
apabila:
a. Rapat dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Pengurus
dan 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Pengawas.
b. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 Ayat 1 Butir a tidak
tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Gabungan kedua.
c. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 30 Ayat 1 Butir b,
harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan,
dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
d. Rapat Gabungan kedua diselenggarakan paling cepat 3 (tiga) hari dan paling
lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Gabungan pertama.
e. Rapat Gabungan kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang
mengikat apabila dihadiri paling sedikit ½ (satu per dua) dari jumlah anggota
Pengurus dan ½ (satu per dua) dari jumlah anggota Pengawas.
2. Anggota Pengurus dan anggota Pengawas dapat mengambil keputusan yang sah
tanpa mengadakan Rapat Gabungan, dengan ketentuan semua Pengurus dan
semua Pengawas telah diberi tahu secara tertulis dan semua anggota Pengurus
dan semua anggota Pengawas memberikan persetujuan mengenai usul yang
diajukan secara tertulis, dengan menandatangani persetujuan tersebut.
3. Keputusan yang diambil dengan cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 Ayat
2 mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah

dalam Rapat Gabungan.

Rapat Pleno
Pasal 31
1. Rapat Pleno dilakukan dalam rangka koordinasi atau pembahasan hal-hal
penting lainnya.
2. Rapat Pleno dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali dan/atau diadakan sewaktu-
waktu bila diperlukan.
3. Rapat Pleno dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh semua organ Yayasan.

4. Pemanggilan Rapat Pleno dilakukan oleh Dewan Pembina atau Pengurus.

Pasal 32
1. Rapat Pleno
Pengurus dandipimpin oleh
dalam hal Ketua
Ketua Dewan
Dewan Pembina
Pembina danatau Ketua
Ketua atau
atau Ketua
Ketua Umum
Umum
Pengurus tidak ada atau berhalangan hadir, maka Rapat Pleno dipimpin oleh
anggota Dewan Pembina atau anggota Pengurus yang hadir dan disepakati oleh
peserta rapat.
2. Rapat Pleno adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila:
a. Rapat dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Dewan
Pembina, 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Pengurus, dan 2/3 (dua per
tiga) dari jumlah anggota Pengawas.
b. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 Ayat 2 Butir a tidak
tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Pleno kedua.
c. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 32 Ayat 2 Butir b,
harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan,
dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
d. Rapat Pleno kedua diselenggarakan paling cepat 3 (tiga) hari dan paling
lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Pleno pertama
diselenggarakan.
e. Rapat Pleno kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang
mengikat apabila dihadiri paling sedikit ½ (satu per dua) dari jumlah anggota
Dewan Pembina, ½ (satu per dua) dari jumlah anggota Pengurus, dan ½ (satu

per dua) dari jumlah anggota Pengawas.

Rapat Koordinasi
Pasal 33
1. Rapat Koordinasi dilakukan dalam rangka koordinasi penetapan program dan
evaluasi program atau pembahasan hal-hal penting lainnya.
2. Rapat Koordinasi dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali dan/atau diadakan
sewaktu-waktu bila diperlukan.
3. Rapat Koordinasi dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya

dua organ Yayasan dan/atau Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan.


Pasal 34
1. Rapat Koordinasi dipimpin oleh Ketua atau Ketua Umum Pengurus dan dalam hal
Ketua atau Ketua Umum Pengurus tidak hadir atau berhalangan, maka Rapat
Pleno dipimpin oleh Sekretaris Pengurus atau salah satu dari anggota Pengurus
yang hadir.
2. Rapat Koordinasi adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat
apabila:
a. Rapat dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah peserta rapat yang
diundang.
b. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 Ayat 2 Butir a tidak
tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Koordinasi kedua.
c. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 34 Ayat 2 Butir b,
harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan,
dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
d. Rapat Koordinasi kedua diselenggarakan paling cepat 3 (tiga) hari dan paling
lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Koordinasi pertama

diselenggarakan.
e. mengikat
Rapat Koordinasi kedua adalah
apabila dihadiri paling sah dan½berhak
sedikit mengambil
(satu per dua) darikeputusan yang
jumlah peserta
rapat yang diundang.

Tata Cara Rapat Yayasan


Pasal 35
1. Rapat Yayasan diadakan di tempat kedudukan Yayasan, atau di tempat kegiatan
Yayasan, atau di tempat lain dalam wilayah hukum Republik Indonesia.
2. Panggilan Rapat Yayasan disampaikan kepada setiap peserta rapat secara
langsung atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 2
(dua) hari sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal
panggilan dan tanggal rapat.
3. Panggilan rapat harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat, dan acara rapat.
4. Setiap Rapat Yayasan dibuat Berita Acara Rapat, yang untuk pengesahannya
ditandatangani oleh Ketua Rapat dan Sekretaris atau 1 (satu) orang yang
ditunjuk oleh Rapat.
5. Berita Acara Rapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 Ayat 4 menjadi bukti
yang sah terhadap Yayasan dan pihak ketiga tentang keputusan dan segala
sesuatu yang terjadi dalam rapat.
6. Penandatanganan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 Ayat 4 tidak

disyaratkan apabila Berita Acara Rapat dibuat dengan Akta Notaris.

Pengambilan Keputusan
Pasal 36
1. Keputusan Rapat Yayasan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
2. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai,
maka keputusan diambil berdasarkan suara setuju lebih dari ½ (satu per dua)
jumlah suara yang sah.
3. Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.
4. Tata cara pemungutan suara dilakukan sebagai berikut.
a. Setiap peserta rapat yang hadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara.
b. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup
tanpa tanda tangan, sedang pemungutan suara mengenai hal-hal lain
dilakukan secara terbuka dan ditandatangani, kecuali Ketua Rapat
menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir.
c. Suara abstain dan suara tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah

suara yang dikeluarkan.


Ditetapkan di : Malang

pada tanggal : …………………………………

DEWAN PEMBINA YAYASAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG


Ketua:

Drs. K.H. Achmad Noersjahid Wiyoto


Sekretaris:

Dr. H. Mochtar Data, M.Pd


Anggota–anggota :
1. Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Nuh, D.E.A.
2. Prof. Dr. H. A. Yusuf Imam Suja’i, S.E., M.P.
3. Prof. Dr. H. Achmad Sodiki, S.H.
4. Prof. dr. H.M. Aris Widodo, M.S., Sp.FK, Ph.D
5. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo
6. Dr. Ir. H. Chasan Bisri, M.S.
7. Prof. Dr. Drs. H. Surahmat, M.Si
8. Drs. K.H. Arifin Junaidi, M.M.
9. Drs. H. Masduqi Baidlowi
10. Drs. H. M. Amrie Anwar
11. H. M. Fatich, S.H., M.Hum

Salinan sesuai Aslinya


Sekretaris Dewan Pembina
Yayasan Universitas Islam Malang,

Dr. H. Mochtar Data, M.Pd

Anda mungkin juga menyukai