(AD)
dan
Anggaran Rumah Tangga
(ART)
TAHUN 2020
MUKADIMAH
Bismillaahirrohmaanirrohiim,
Terciptanya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani, cerdas dalam berpikir dan
bertindak, serta sejahtera lahir dan batin yang dilingkupi jiwa taqwa kepada Allah
SWT dengan berpedoman pada ajaran Islam Ahlussunnah wal-Jamaah merupakan
Misi
Pasal 3
1. menyelenggarakan dan memajukan pendidikan tinggi;
2. menyelenggarakan dan memajukan pendidikan menengah;
3. menyelenggarakan dan memajukan pendidikan dasar;
4. menyelenggarakan dan memajukan kegiatan keagamaan;
5. menyelenggarakan layanan kesehatan umum dan khusus (spesifik) di berbagai
level;
6. menyelenggarakan dan memajukan usaha-usaha ekonomi produktif berdasarkan
luaran penelitian di universitas (research university); dan
pendidikan dasar.
2. Bidang Keagamaan, meliputi madrasah diniyah, pesantren, masjid, Aswaja
Center, wakaf dan hibah, serta Badan Amil Zakat, Infak, dan Shodaqoh (BAZIS).
3. Bidang Kesehatan, meliputi rumah sakit, poliklinik, laboratorium klinik, dan
kefarmasian.
4. Bidang Ekonomi Produktif, meliputi usaha perdagangan, pertanian, peternakan,
dan usaha jasa.
JANGKA WAKTU
Pasal 6
Yayasan ini didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya dan
dianggap telah mulai berdiri pada tanggal 20 Jumadil Awal 1401 Hijriyyah atau
ORGAN YAYASAN
Pasal 8
Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas:
1. Dewan Pembina;
2. Pengurus; dan
3. Pengawas.
Dewan Pembina
Pasal 9
1. Dewan Pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak
Pasal 10
1. Dewan Pembina terdiri atas seorang Ketua, seorang Sekretaris, dan beberapa
anggota.
2. Ketua Dewan Pembina dipilih dari dan oleh anggota Dewan Pembina dalam
Rapat Dewan Pembina.
3. Ketua dibantu oleh seorang Sekretaris yang dipilih dari anggota Dewan Pembina.
4. Ketua dan Sekretaris Dewan Pembina masing-masing merangkap sebagai
anggota.
5. Tata cara pemilihan Ketua dan Sekretaris Dewan Pembina ditetapkan oleh
Dewan Pembina.
Pasal 11
1. Masa jabatan Ketua dan Sekretaris Dewan Pembina selama 5 (lima) tahun.
2. Setelah berakhir masa jabatannya, Ketua dan Sekretaris Dewan Pembina dapat
dipilih kembali.
Pasal 12
1. Dalam hal Ketua Dewan Pembina berhalangan tetap, maka tugas Ketua Dewan
Pembina dilaksanakan oleh Sekretaris Dewan Pembina.
2. Sekretaris Dewan Pembina sebagaimana tersebut pada Pasal 12 Ayat 1 selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak Ketua Dewan Pembina berhalangan tetap,
harus menyelenggarakan rapat untuk mengisi kekosongan jabatan Ketua Dewan
Pembina.
3. Selama melaksanakan jabatan Ketua Dewan Pembina tersebut pada Pasal 12 Ayat
1, Sekretaris Dewan Pembina dilarang melakukan kegiatan-kegiatan substansial
sebagaimana tercantum pada Pasal 13 Ayat 2 Butir a sampai dengan Butir m
Anggaran Dasar ini.
4. Dalam hal anggota Dewan Pembina kosong, maka Ketua Dewan Pembina berhak
menyelenggarakan rapat untuk mengisi kekosongan itu.
5. Dalam hal Yayasan oleh karena sebab apa pun tidak mempunyai anggota Dewan
Pembina, maka dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan
tersebut wajib diangkat anggota Dewan Pembina berdasarkan keputusan Rapat
Gabungan anggota Pengurus dan anggota Pengawas.
6. Seorang anggota Dewan Pembina berhak mengundurkan diri dari jabatannya
dengan memberitahukan secara tertulis mengenai maksud tersebut kepada
Yayasan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran
dirinya.
(AD/ART) Yayasan;
b. menetapkan kebijakan umum Yayasan berdasarkan AD/ART Yayasan;
c. menetapkan anggota Dewan Pembina;
d. mengangkat dan memberhentikan Ketua dan Sekretaris Dewan Pembina;
e. mengangkat dan memberhentikan anggota Pengurus dan anggota Pengawas
Yayasan;
f. mengesahkan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan yang
diajukan oleh Pengurus dan Pengawas;
g. melakukan pengawasan umum atas seluruh pengelolaan yang ada di Yayasan;
h. melakukan evaluasi tahunan atas kinerja Yayasan;
i. melakukan penilaian dan pengesahan laporan pertanggungjawaban tahunan
Yayasan;
j. mengusahakan pemenuhan kebutuhan pembiayaan Yayasan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
k. menyelesaikan persoalan Yayasan yang tidak dapat diselesaikan oleh
Pengurus dan Pengawas;
l. menetapkan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan;
dan
Pengurus
Pasal 14
1. Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan Yayasan.
2. Pengurus minimal terdiri atas:
a. seorang ketua atau ketua umum;
b. seorang sekretaris;
c. seorang bendahara; dan
d. dua orang ketua bidang.
3. Pengurus sebagaimana tersebut pada Pasal 14 Ayat 2 Butir a, b, c, dan d masing-
berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan.
3. Dalam hal Ketua
segala tugas dan atau Ketua Umum
wewenang berhalangan
yang diberikan dalam
kepada menjalankan
Ketua atau Ketuatugas,
Umummaka
berlaku juga pada Sekretaris Pengurus.
4. Sekretaris bertugas mengelola administrasi Yayasan.
5. Bendahara bertugas mengelola keuangan Yayasan.
6. Ketua Bidang bertugas mengelola kegiatan sesuai dengan bidang kegiatan
Yayasan.
7. Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Pengurus ditetapkan oleh Dewan
Pembina melalui Rapat Dewan Pembina.
8. Pengurus untuk perbuatan tertentu berhak mengangkat seorang atau lebih untuk
membantu pekerjaan yang bersifat temporal berdasarkan surat tugas, dan
berhak mengangkat seorang atau lebih wakil atau kuasanya berdasarkan surat
kuasa.
Pasal 18
1. Pengurus berwenang mengangkat dan memberhentikan Badan Pelaksana
Kegiatan Yayasan, serta mengesahkannya berdasarkan keputusan Rapat
Pengurus.
2. Pengurus berwenang membuat atau menetapkan perubahan peraturan tentang
pedoman organisasi masing-masing Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan.
3. Pengurus berwenang melakukan koordinasi dengan Badan Pelaksana Kegiatan
Yayasan.
4. Pengurus berwenang mengesahkan atau tidak mengesahkan program kerja dan
rancangan anggaran tahunan Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan.
5. Pengurus berwenang melakukan evaluasi tahunan atas kinerja Badan Pelaksana
Kegiatan Yayasan.
6. Pengurus berwenang melakukan penilaian dan pengesahan laporan tahunan
Pengawas
Pasal 21
1. Pengawas adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan pengawasan umum
dan memberi nasihat kepada Pengurus dan/atau Badan Pelaksana Kegiatan
Yayasan dalam menjalankan kegiatan Yayasan.
2. Pengawas terdiri atas 3 (tiga) orang anggota dan salah satunya diangkat sebagai
Ketua Pengawas.
Yayasan;
2. menetapkan kebijakan audit internal dan eksternal pada seluruh kegiatan
Yayasan;
3. mengevaluasi hasil pengawasan umum dan/atau hasil audit internal dan
eksternal penyelenggaraan Yayasan;
4. mengambil kesimpulan atas hasil pengawasan umum dan/atau audit internal dan
eksternal penyelenggaraan Yayasan;
5. memasuki bangunan, halaman, atau tempat lain yang dipergunakan untuk
melaksanakan kegiatan Yayasan;
6. mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh Pengurus dan/atau Badan
Pelaksana Kegiatan Yayasan;
7. memberi peringatan, saran dan/atau pertimbangan mengenai perbaikan
pengelolaan kegiatan kepada Pengurus dan/atau Badan Pelaksana Kegiatan
Yayasan; dan
semula.
TAHUN BUKU
Pasal 30
1. Tahun Buku Yayasan dimulai dari tanggal 1 (satu) September sampai dengan
tanggal 31 (tiga puluh satu) Agustus.
2. Untuk pertama kalinya tahun buku Yayasan dimulai pada tanggal pengesahan
akta Pendirian Yayasan dan ditutup tanggal 31 (tiga puluh satu) Desember.
BAB VIII
LAPORAN TAHUNAN
Pasal 31
1. Pengurus wajib menyusun secara tertulis laporan tahunan paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah berakhirnya tahun buku Yayasan.
2. Laporan tahunan memuat sekurang-kurangnya:
a. laporan keadaan dan kegiatan Yayasan selama tahun buku yang lalu serta hasil
yang telah dicapai; dan
b. laporan keuangan yang terdiri atas laporan posisi keuangan pada akhir
periode, laporan aktivitas, laporan arus kas dan catatan laporan keuangan
yang telah diaudit.
3. Laporan tahunan wajib ditandatangani oleh Pengurus dan Pengawas.
4. Dalam hal terdapat anggota Pengurus atau anggota Pengawas yang tidak
menandatangani laporan tersebut, maka yang bersangkutan harus menyebutkan
alasan secara tertulis.
5. Laporan keuangan disahkan oleh Dewan Pembina dalam rapat tahunan Yayasan.
6. Ikhtisar laporan tahunan Yayasan disusun sesuai standar akuntansi keuangan
diwakili.
Pasal 33
1. Perubahan Anggaran Dasar dilakukan dengan Akta Notaris dan diberitahukan
kepada Menkumham Republik Indonesia, serta dibuat dalam bahasa Indonesia.
2. Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan terhadap maksud dan tujuan
Yayasan.
3. Perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut perubahan nama dan kegiatan
Yayasan, harus mendapat persetujuan dari Menkumham Republik Indonesia.
4. Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan pada saat Yayasan dinyatakan
Pasal 34
1. Yayasan dapat melakukan penggabungan dengan 1 (satu) atau lebih Yayasan lain
yang memiliki kesamaan visi, misi, dan/atau ideologi.
2. Penggabungan Yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 Ayat 1 dapat
dilakukan dengan memperhatikan:
a. ketidakmampuan Yayasan melaksanakan kegiatan usaha tanpa dukungan
Yayasan lain;
b. Yayasan yang menerima penggabungan dan yang bergabung memiliki
kegiatan sejenis; dan
c. Yayasan yang menggabungkan diri tidak pernah melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan Anggaran Dasarnya, ketertiban umum, dan akhlaqul
karimah.
3. Usul penggabungan Yayasan dapat disampaikan oleh Pengurus kepada Dewan
Pembina.
Pasal 35
1. Penggabungan Yayasan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan Rapat
Dewan Pembina yang dihadiri paling sedikit ¾ (tiga per empat) dari jumlah
anggota Dewan Pembina dan disetujui paling sedikit ¾ (tiga per empat) dari
Pasal 36
1. Pengurus Yayasan Unisma dan Yayasan lain yang akan menerima atau yang akan
bergabung, menyusun rancangan akta penggabungan.
2. Rancangan akta penggabungan harus mendapat persetujuan dari Dewan
Pembina masing-masing Yayasan.
3. Rancangan sebagaimana disebut dalam Pasal 36 Ayat 1 dituangkan dalam akta
penggabungan yang dibuat di hadapan Notaris dalam bahasa Indonesia.
4. Pengurus Yayasan hasil penggabungan mengumumkan hasil penggabungan
dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari
Pasal 38
Yayasan bubar karena:
1. dinyatakan bubar oleh Rapat Dewan Pembina;
2. putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap berdasarkan alasan:
a. Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan;
b. Yayasan tidak mampu membayar hutangnya setelah dinyatakan pailit; atau
c. harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasi hutangnya setelah
Ayat 3 tidak dilakukan, maka bubarnya Yayasan tidak berlaku bagi pihak ketiga.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 43
1. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga Yayasan, sepanjang tidak bertentangan dengan
Anggaran Dasar.
2. Hal-hal yang belum diatur baik dalam Anggaran Dasar maupun Anggaran Rumah
BAB I
Lambang
Pasal 2
Lambang Yayasan berupa garis lengkung membentuk segi lima berwarna hitam,
berisi gambar bumi berwarna hitam dan warna dasar putih, masjid dengan atap
bersusun tiga berwarna kuning keemasan, sembilan bintang berwarna kuning
keemasan dengan posisi satu bintang besar terletak di puncak atap, delapan bintang
kecil berderet di bawah kitab dan kitab terbuka dengan empat kelompok lembaran
Ciri Khas
Pasal 3
Yayasan ini memiliki ciri khas berhaluan Ahlussunnah wal-Jamaah dan dalam
mengimplementasikan kegiatan didasari akhlaqul karimah, dengan mengedepankan
Pasal 7
1. Yang
yang dapat
mampu diangkat sebagai
melakukan anggota hukum
perbuatan Dewan dan
Pembina
tidakadalah orang bersalah
dinyatakan perseorangan
yang
menyebabkan kerugian bagi Yayasan atau negara berdasarkan putusan
pengadilan dalam jangka
tersebut berkekuatan waktu
hukum 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan
tetap.
2. Anggota Dewan Pembina tidak boleh
dan/atau anggota Pengawas, dan/atau merangkap sebagaiKegiatan
Badan Pelaksana anggota Pengurus
Yayasan.
PENETAPAN PENGURUS
pun.
Persyaratan Pengurus
Pasal 11
1. Yang dapat diangkat sebagai Pengurus adalah orang perseorangan yang mampu
melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan
pengurusan Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi Yayasan, masyarakat,
atau negara berdasarkan putusan pengadilan, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
terhitung sejak tanggal keputusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
2. Pengurus tidak boleh merangkap sebagai anggota Dewan Pembina dan/atau
PENETAPAN PENGAWAS
mana pun.
Persyaratan Pengawas
Pasal 14
1. Yang dapat diangkat sebagai anggota Pengawas adalah orang perseorangan yang
mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam
melakukan pengawasan Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi Yayasan,
masyarakat, atau negara berdasarkan putusan pengadilan, dalam jangka waktu 5
(lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
2. Anggota Pengawas tidak boleh merangkap sebagai anggota Dewan Pembina
pun.
Persyaratan Pengelola Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan
Pasal 17
1. Yang dapat diangkat sebagai pengelola Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan adalah
orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak pernah
dinyatakan pailit atau dipidana karena melakukan tindakan yang merugikan
Yayasan, masyarakat, atau negara berdasarkan putusan pengadilan, dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan
hukum tetap.
2. Pengelola Badan Pelaksana Kegiatan Yayasan tidak boleh merangkap sebagai
pun.
Pegawai Yayasan.
BAB VIII
RAPAT-RAPAT
Pasal 21
1. Rapat Yayasan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pembina,
Pengurus, atau Pengawas.
2. Rapat Yayasan dapat melibatkan pihak-pihak lain yang dipandang perlu sesuai
dengan maksud dan tujuan rapat.
3. Rapat Yayasan terdiri atas Rapat Dewan Pembina, Rapat Pengurus, Rapat
Pengawas, Rapat Gabungan, Rapat Pleno, dan Rapat Koordinasi.
4. Rapat Dewan Pembina adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pembina
dan dihadiri oleh anggota Dewan Pembina.
5. Rapat Pengurus adalah rapat yang diselenggarakan oleh Pengurus dan dihadiri
oleh anggota Pengurus baik sebagian atau seluruhnya.
6. Rapat Pengawas adalah rapat yang diselenggarakan oleh Pengawas dan dihadiri
oleh anggota Pengawas.
7. Rapat Gabungan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Pengurus dan dihadiri
oleh anggota Pengurus dan Pengawas.
8. Rapat Pleno adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pembina atau
Pembina.
Pasal 23
1. Rapat Dewan Pembina dipimpin oleh Ketua Dewan Pembina, dan jika Ketua
Dewan Pembina tidak hadir atau berhalangan, maka Rapat Dewan Pembina akan
dipimpin oleh seorang yang dipilih oleh dan dari anggota Dewan Pembina yang
hadir.
2. Seorang anggota Dewan Pembina hanya dapat diwakili oleh anggota Dewan
Pembina lainnya dalam Rapat Dewan Pembina berdasarkan surat kuasa.
3. Dewan Pembina dapat mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat
Dewan Pembina dengan ketentuan semua anggota Dewan Pembina telah diberi
Rapat Pengurus
Pasal 24
1. Rapat Pengurus dapat diadakan setiap waktu bila dipandang perlu atas
permintaan dari satu orang atau lebih angggota Pengurus dan/atau Pengawas
dan/atau Dewan Pembina.
2. Rapat Pengurus dipimpin oleh Ketua atau Ketua Umum dan dalam hal Ketua atau
Ketua Umum tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat Pengurus akan
dipimpin oleh Sekretaris Pengurus.
3. Dalam hal Sekretaris Pengurus tidak hadir atau berhalangan, rapat dipimpin oleh
seorang anggota Pengurus yang dipilih dari dan oleh Pengurus yang hadir.
4. Satu orang Pengurus hanya dapat diwakili oleh Pengurus lainnya dalam Rapat
Rapat Pengawas
Pasal 26
1. Rapat Pengawas
permintaan dapat
tertulis daridiadakan
seorang setiap waktu
atau lebih bila dianggap
Pengawas perlu
dan/atau atas
Pengurus
dan/atau Dewan Pembina.
2. Panggilan Rapat Pengawas dilakukan oleh Pengawas yang berhak mewakili
Pengawas.
Pasal 27
1. Rapat Pengawas dipimpin oleh Ketua dan dalam hal Ketua tidak dapat hadir atau
berhalangan, maka Rapat Pengawas akan dipimpin oleh salah satu orang
Pengawas yang dipilih oleh dan dari Pengawas yang hadir.
2. Satu orang anggota Pengawas hanya dapat diwakili oleh Pengawas lainnya dalam
Rapat Pengawas berdasarkan surat kuasa.
3. Rapat Pengawas sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila:
a. Rapat dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota Pengawas.
b. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 Ayat 3 Butir a tidak
tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Pengawas kedua.
c. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 27 Ayat 3 Butir b, harus
dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan
tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
d. Rapat Pengawas kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan
paling lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Pengawas
pertama.
e. Rapat Pengawas kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang
mengikat, apabila dihadiri lebih dari ½ (satu per dua) jumlah anggota
Pengawas.
4. Pengawas dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat
Pengawas, dengan ketentuan semua Pengawas telah diberi tahu secara tertulis
dan semua Pengawas memberikan persetujuan mengenai usul yang dilakukan
secara tertulis dengan menandatangani persetujuan tersebut.
5. Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 Ayat 4,
mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah
Rapat Gabungan
Pasal 28
1. Rapat Gabungan adalah rapat yang diadakan oleh Pengurus dan Pengawas untuk
mengangkat Dewan Pembina, apabila Yayasan tidak lagi mempunyai Dewan
Pembina.
2. Rapat Gabungan diadakan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
Yayasan tidak lagi mempunyai Dewan Pembina.
3. Pemangilan Rapat Gabungan dilakukan oleh Pengurus atau Pengawas.
4. Panggilan Rapat Gabungan disampaikan kepada setiap Pengurus dan Pengawas
secara langsung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat
7 (tujuh) hari sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal
panggilan dan tanggal rapat.
5. Rapat Gabungan dipimpin oleh Ketua atau Ketua Umum Pengurus dan dalam hal
Ketua atau Ketua Umum Pengurus tidak ada atau berhalangan hadir, maka Rapat
Pengawas yang dipilih dari dan oleh Pengurus dan Pengawas yang hadir.
Pasal 29
1. Satu orang Pengurus dan Pengawas hanya dapat diwakili oleh Pengurus lainnya
dan Pengawas lainnya dalam Rapat Gabungan berdasarkan surat kuasa.
2. Setiap Pengurus atau Pengawas yang hadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara
dan tambahan 1 (satu) suara untuk setiap Pengurus atau Pengawas lain yang
diwakilinya.
3. Suara abstain dan suara yang tidak sah dianggap dikeluarkan, dan dianggap tidak
ada.
Pasal 30
1. Rapat Gabungan adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat
apabila:
a. Rapat dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Pengurus
dan 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Pengawas.
b. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 Ayat 1 Butir a tidak
tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Gabungan kedua.
c. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 30 Ayat 1 Butir b,
harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan,
dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
d. Rapat Gabungan kedua diselenggarakan paling cepat 3 (tiga) hari dan paling
lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Gabungan pertama.
e. Rapat Gabungan kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang
mengikat apabila dihadiri paling sedikit ½ (satu per dua) dari jumlah anggota
Pengurus dan ½ (satu per dua) dari jumlah anggota Pengawas.
2. Anggota Pengurus dan anggota Pengawas dapat mengambil keputusan yang sah
tanpa mengadakan Rapat Gabungan, dengan ketentuan semua Pengurus dan
semua Pengawas telah diberi tahu secara tertulis dan semua anggota Pengurus
dan semua anggota Pengawas memberikan persetujuan mengenai usul yang
diajukan secara tertulis, dengan menandatangani persetujuan tersebut.
3. Keputusan yang diambil dengan cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 Ayat
2 mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah
Rapat Pleno
Pasal 31
1. Rapat Pleno dilakukan dalam rangka koordinasi atau pembahasan hal-hal
penting lainnya.
2. Rapat Pleno dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali dan/atau diadakan sewaktu-
waktu bila diperlukan.
3. Rapat Pleno dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh semua organ Yayasan.
Pasal 32
1. Rapat Pleno
Pengurus dandipimpin oleh
dalam hal Ketua
Ketua Dewan
Dewan Pembina
Pembina danatau Ketua
Ketua atau
atau Ketua
Ketua Umum
Umum
Pengurus tidak ada atau berhalangan hadir, maka Rapat Pleno dipimpin oleh
anggota Dewan Pembina atau anggota Pengurus yang hadir dan disepakati oleh
peserta rapat.
2. Rapat Pleno adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila:
a. Rapat dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Dewan
Pembina, 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Pengurus, dan 2/3 (dua per
tiga) dari jumlah anggota Pengawas.
b. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 Ayat 2 Butir a tidak
tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Pleno kedua.
c. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 32 Ayat 2 Butir b,
harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan,
dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
d. Rapat Pleno kedua diselenggarakan paling cepat 3 (tiga) hari dan paling
lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Pleno pertama
diselenggarakan.
e. Rapat Pleno kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang
mengikat apabila dihadiri paling sedikit ½ (satu per dua) dari jumlah anggota
Dewan Pembina, ½ (satu per dua) dari jumlah anggota Pengurus, dan ½ (satu
Rapat Koordinasi
Pasal 33
1. Rapat Koordinasi dilakukan dalam rangka koordinasi penetapan program dan
evaluasi program atau pembahasan hal-hal penting lainnya.
2. Rapat Koordinasi dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali dan/atau diadakan
sewaktu-waktu bila diperlukan.
3. Rapat Koordinasi dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya
diselenggarakan.
e. mengikat
Rapat Koordinasi kedua adalah
apabila dihadiri paling sah dan½berhak
sedikit mengambil
(satu per dua) darikeputusan yang
jumlah peserta
rapat yang diundang.
Pengambilan Keputusan
Pasal 36
1. Keputusan Rapat Yayasan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
2. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai,
maka keputusan diambil berdasarkan suara setuju lebih dari ½ (satu per dua)
jumlah suara yang sah.
3. Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.
4. Tata cara pemungutan suara dilakukan sebagai berikut.
a. Setiap peserta rapat yang hadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara.
b. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup
tanpa tanda tangan, sedang pemungutan suara mengenai hal-hal lain
dilakukan secara terbuka dan ditandatangani, kecuali Ketua Rapat
menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir.
c. Suara abstain dan suara tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah