Anda di halaman 1dari 10

A.

Prinsip Operasional Koperasi Syariah


Pada prinsipnya, operasional UJKS Koperasi Syariah tidak berbeda dengan BMT
(Baitul Maal Wattamwil), Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS),
dan BPR Syariah, hanya sekalanya saja yang berbeda. Di Koperasi Syariah ini justru dapat
lebih luas lagi pengembangannya terutama dalam mempraktekan akad-akad muamalat
yang sulit dipraktekan di Perbankan Syariah karena adanya keterbatasan PBI (Peraturan
Bank Indonesia).1
Prinsip dasar oprasional tersebut dapat digambar kan dibawah ini:

B. Produk dan Mekanisme Jasa-Jasa Koperasi Syariah


a. Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana Koperasi Syariah bersumber dari:
1) Simpanan Pokok
Simpanan pokok merupakan modal awal anggota yang disetorkan dimana besar
simpanan pokok tersebut sama dan tidak boleh dibedakan antara anggota. Akad
Syariah simpanan pokok tersebut masuk katagori akad Musyarakah. Konsep
pendirian Koperasi Syariah tepatnya menggunakan konsep Syirkah Mufawadhoh
yakni sebuah usaha yang didirikan secara bersama-sama dua orang atau lebih

1
Nur. S Buchori, Koperasi Syariah, Teori dan Praktek. (Banten: PAM Press, 2012), hlm 16
masing-masing memberikan kontribusi dana dalam porsi yang sama dan
berpartisipasi dalam kerja dengan bobot yang sama pula. Masing-masing partner
saling menanggung satu sama lain dalam hak dan kewajiban dan tidak
diperkenankan salah seorang memasukan modal yang lebih besar dan memperoleh
keuntungan yang lebih besar pula dibanding dengan partner lainnya.2
2) Simpanan Wajib

Simpanan wajib masuk dalam katagori modal koperasi sebagaimana simpanan


pokok dimana besar kewajibannya diputuskan berdasarkan hasil musyawarah
anggota serta penyetorannya dilakukan secara kontinyu setiap bulannya sampai
seseorang dinyatakan keluar dari keanggotaan Koperasi Syariah.

3) Simpanan Sukarela
Simpanan anggota yg merupakan bentuk investasi dari anggota atau calon
anggota yang memiliki kelebihan dana kemudian menyimpannya di Koperasi
Syariah. Bentuk simpanan sukarela ini ada 2 karakter yaitu3:
 Karakter pertama bersifat dana titipan yang disebut (Wadi’ah) dan dapat
diambil setiap saat. Titipan (Wadi’ah) terbagi atas 2 macam yaitu titipan
(wadiah) Amanah dan titipan (Wadi’ah) Yad dhomanah. Titipan
(Wadi’ah) Amanah merupakan titipan yang tidak boleh dipergunakan
baik untuk kepentingan koperasi maupun untuk investasi usaha,
melainkan pihak koperasi harus menjaga titipan tersebut sampai diambil
oleh sipemiliknya. Sementara titipan (wadi’ah) Yad dhomanah adalah
dana titipan anggota kepada koperasi yang di izinkan untuk dikelola
dalam usaha riil sepanjang dana tersebut belum diambil oleh
sipemiliknya. Mengingat dana tersebut dapat dikelola maka sepantasnya
Koperasi Syariah memberikan kelebihan berupa bonus kepada sipenitip,
meski tidak ada larangan untuk tidak memberikan bonusnya.
 Karakter kedua bersifat investasi, yang memang ditujukan untuk
kepentingan usaha dengan mekanisme bagi hasil (Mudharobah) baik

2
Ibid, hlm 18-19
3
Ibid, hlm 20-23
Revenue Sharing maupun Profit and loss sharing. Konsep Simpanan
yang diberlakukan dapat berupa simpanan berjangka Mudharobah
Mutlaqoh ataupun simpanan berjangka Mudharabah Muqayadah.
Mudharabah Mutlaqoh adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana
(Shahibul Maal) dengan Koperasi Syariah selaku pengusaha (Mudharib)
yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis
usaha, waktu dan daerah usaha. Sementara Mudharabah Muqayadah
adalah bentuk kerjasama antara pemilik dana dengan Koperasi
Syariah selaku pengusaha (Mudharib) dimana penggunaan dana dibatasi
oleh ketentuan yang dipersyaratkan oleh pemilik dana. Dan merupakan
kebalikan dari Mudharabah Mutlaqoh.
4) Investasi dari Pihak Lain
Dalam melakukan operasionalnya lembaga Koperasi Syariah sebagaimana
koperasi konvensional biasanya sangat membutuhkan suntikan dana agar dapat
mengembangkan usahanya secara maksimal, mengingat prospek pasar yang
teramat besar sementara simpanan anggotanya masih sedikit dan terbatas. Oleh
karena itu dibenarkan untuk bekerja sama dengan pihak-pihak lain seperti Bank
syariah maupun program-program pemerintah. Investasi pihak lain ini dapat
dilakukan dengan menggunakan konsep mudharabah maupun konsep
Musyarakah.4
b. Penyaluran Dana
Produk penyaluran dana di koperasi syariah dapat dikembangkan dengan toga
model, yaitu:
1) Jual Beli (Al Bai’)
Mekanisme jual beli adalah upaya yang dilakukan untuk transfer of property
dan tingkat keuntungan koperasi ditentukan di depan dan menjadi harga jual
barang. Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan sebagai
berikut:
1.1) Bai’ Al Murabahah

4
Sudarsono, Heri, Bank dan lembaga keuangan syariah (deskripsi dan ilustrasi), (yogyakarta: Ekonisia,
2003), hlm 40
Definisi menurut teknis koperasi syariah adalah akad jual beli
barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan margin
keuntungan yang disepakati. Berikut ini skema bai’ al murahobah:

1.2) Bai’ As Salam


Akad jual beli barang (komoditi) dengan pesanan dimana harganya
dibayar terlebih dulu (pada saat akad disepakati), sedangkan barangnya
diserahkan dikemudian sesuai waktu yang disepakati. Berikut ini skema
bai’ as salam:

1.3) Bai’ Istisna


Akad jual beli dalam bentuk pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati oleh pemesan
(pembeli, mustashin) dan penjual (pembuat sahnni). Pembayaran dapat
dilakukan pertermin dengan atau tanpa uang muka. Berikut ini skema
bai’ istisna:
2) Investasi/Kerjasama
Dalam penyaluran dana dalm bentuk mudhorobah dan musyarakah,
koperasi syariah bertindak sebagai pemilik dana (Shahibul Maal) sedangkan
pengguna dana adalah pengusaha (Mudhorib) kerjasama dapat dilakukan untuk
mendanai usaha yang dinyatakan layak untuk didanai.5
2.1) Penyaluran Dana Mudhorobah
Bentuk kerjasama antara Koperasi Syariah sebagai Shohibul Maal
dengan anggotanya sebagai Mudhorib yang produktif dan halal.
Mudhorobah ada dua karakteristik yaitu, Mudhorobah Mutlaqoh
(investasi tidak terikat), dan Mudhorobah Muqayadah (investasi
terikat). Sekema penyaluran dana murdhorobah:

2.2) Penyaluran Dana Musyarakah


Bentuk kerjasama antara koperasi syariah dengan anggotanya. Baik
koperasi syariah maupun nanggotanya masing-masing menyetorkan
sebagian modal usaha. Skema penyaluran dana musyarakah:

5
Nur, Bukhori S, Koperasi Syariah. (Sidoarjo: Kelompok Masmedia Buana Pustaka,2009), hlm 30
3) Produk Multi Jasa
Disamping produk jual beli dan kerjasama, koperasi syariah juga dapat
melakukan pembiayaan dalm bentuk multi jasa seperti:
3.1) Al Ijarah (sewa)
Akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui
pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
barang itu sendiri. Contohnya penyewaan rumah, tenda, sound system
dan lain-lain. Skema teknis ijarah:

4) Produk Kebajikan
Perbedaan antara koperasi konvensional dengan koperasi syariah adalah
dalam hal penyaluran dana sosial. Anggota yang membutuhkan pinjaman
darurat dapat diberikan pinjaman dana kebajikan yang tidak dikenakan
margin ataupun bagi hasil, artinya anggota hanya mengembalikan sebesar
dana yang dipinjamkannya. Produk-produk kebijakan koperasi syariah antara
lain:
4.1) Al Qardh
Meminjam sesuatu yang harus dikembalikan dengan mengganti
yang sama
4.2) Al Qardul Hasan
Al Qardh Hasan operasionalnya sama dengan Qardh, yang
membedakan yaitu sumber dana yang dipinjamkan bersumber dari dana
ZIS, sedangkan Qardh bersumber dari dana modal Koperasi Syariah
atau laba yang disisihkan.
5) Produk pelengkap Koperasi Syariah6
5.1) Jasa Wadi’ah (Titipan)
Jasa wadi’ah dapat dilakukan pula dalam bentuk penyedia jasa
penitipan barang seperti Locker Karyawan atau penitipan sepeda motor,
mobil dan lain-lainnya.
5.2) Hawalah Bil Ujroh (Anjak Piutang)
Pembiayaan ini timbul adanya peralihan kewajiban dari seseorang
anggota kepada pihak lain dan dialihkan kewajibannya tersebut kepada
koperasi syariah. Contoh kasus anggota yang terbelit dengan kartu
kredit yang bunganya mencekik dan pihak koperasi menyelesaikan
kewajiban anggota tersebut dan anggota membayar kewajibannya
kepada koperasi. Hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang
berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya
5.3) Jasa Rahn (Gadai)
Rahn (Gadai) timbul karena adanya kebutuhan keuangan yang
mendesak dari para anggotanya dan Koperasi Syariah dapat
memenuhinya dengan cara barang milik anggota dikuasai oleh koperasi
dengan kesepakatan bersama. Pengertian Rahn sendiri adalah menahan
salah satu harta milik sipeminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang
diterimanya. Dalam produk Gadai ini Koperasi Syariah tidak

6
Ibid, 35-38
mengenakan bunga melainkan mengenakan tarif sewa penyimpanan
dari barang yang digadaikan tersebut seperti contohnya gadai emas.
5.4) Jasa Wakalah (Perwakilan)
Jasa ini timbul dari hasil pengurusan sesuatu hal yang dibutuhkan
anggotanya dimana anggota mewakilkan urusan tersebut kepada
koperasi seperti contohnya sepeerti pengurusan SIM, STNK pembelian
barang tertentu disuatu tempat dan lain-lain. Wakalah berarti juga
penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandate.
5.5) Kafalah (Penjamin)
Jasa ini timbul karena adanya transaksi anggota dengan pihak lain
dan pihak lain tersebut membutuhkan jaminan dari koperasi yang
anggotanya berhubungan dengannya. Contoh kasus bila para
anggotanya mengajukan pembiayaan dari Banksyariah dimana
Koperasi Syariah bertindak sebagai penjamin atas kelancaran angsuran
anggotanya. Pengertian kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh
penanggung (Koperasi) kepada pihak ketiga untuk memenuhi
kewajiban anggotanya atau yang ditanggung atau seputar mengalihkan
tanggung jawab.
C. Distribusi Bagi Hasil
Jika dalam koperasi konvensional pendapatan dari jasa pinjaman koperasi disebut
jasa pinjaman (bunga), maka pendapatan Koperasi Syariah memiliki berbagai karakteristik
tersendiri, tergantung dari tujuan penggunaan dana itu sendiri. Pendapatan yang bersumber
dari jasa-jasa koperasi seperti wakalah, Hawalah, kafalah disebut pendapatan Fee Koperasi
Syariah dan pendapatan sewa (Ijaroh). Pendapatan yang bersumber dari Jual beli (piutang
dagang) Murabahah, Salam dan Istishna disebut Margin sedangkan pendapatan hasil
investasi ataupun kerjasama (Musyarakah dan Mudharabah) disebut pendapatan Bagi
Hasil. Pendapatan Bagi hasil dari penempatan Koperasi Syariah di Bank Syariah, BPRS
maupun Koperasi Syariah lainnya tidak termasuk distribusi pendapatan yang harus dibagi
kepada pemilik dana pihak ketiga melainkan masuk kedalam porsi pendapatan Koperasi
Syariah. Setiap pendapatan unit usaha Koperasi Syariah dibukukan secara tersendiri yang
kelak akan dilaporkan dalam laporan konsolidasi Koperasi Syariah.7

Anda mungkin juga menyukai