Jakarta - Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut ada 50 kasus penimbunan
bahan pangan yang diungkap melalui Operasi Pasar. Kasus-kasus itu diungkap dalam waktu tujuh hari terakhir. "Lebih-kurang dalam 7 hari sudah ada 50-an operasi tangkap tangan (OTT) yang mereka menimbun. Itu memberikan efek deterrent kepada yang lain," kata Tito setelah mengikuti rapat video conference Pengamanan Natal dan Tahun Baru di gedung Rupatama Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (18/12/2017). Tito mengatakan operasi pasar perlu dilakukan karena permintaan terhadap bahan pangan meningkat pada musim libur akhir tahun. Aparat dan pemerintah perlu memastikan suplai bahan pangan cukup agar tak terjadi kenaikan harga yang meresahkan masyarakat. "Kita tahu demand tinggi di liburan panjang ini, maka kita harus memastikan suplai cukup. Kedua, distribusinya tepat sasaran dan tidak terganggu ada penimbunan, kartel yang bermain monopoli, dan sebagainya," jelas Tito. Tito menjelaskan operasi pasar dilakukan dengan dua metode, yaitu terbuka dan tertutup. Metode operasi pasar terbuka dilakukan sesekali, sambung Tito, sementara metode operasi pasar tertutup dilakukan setiap hari. "Tiap hari kita monitor. Kita ada mekanisme report mulai dari intelijen, Satgas Pangan, dan jalur serse. Dari tiga jalur ini kita dapat lihat harga pangan di mana saja naik. Begitu naik, kita lihat penyebabnya apa, suplai atau distribusinya," terang Tito. Tito mengatakan, jika harga pangan naik karena suplai kurang, Polri akan mendorong Bulog untuk menyediakan bahan pangan. Namun, jika ditemukan indikasi penimbunan atau permainan harga oleh kartel, polisi akan memberikan teguran atau penindakan tegas. "Kalau (masalah kenaikan harga) di suplai, suplainya akan ditambah dalam bentuk operasi pasar oleh Bulog. Kalau masalahnya ada di distribusi, ada penimbunan, kartel, kita soft dulu kepada mereka, menegur," tutur Tito. "Kalau tidak bisa dan sudah keterlaluan, ya kita lakukan tindakan hukum kepada mereka," imbuh Tito. (aud/dhn)