Anda di halaman 1dari 209

MODUL

STANDARDISASI DA’I
KOMISI DAKWAH MAJELIS ULAMA INDONESIA
PARADIGMA
PERKHIDMATAN
MUI
VISI MUI

Terciptanya kondisi kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan


kenegaraan yang baik, memperoleh ridha dan ampunan Allah
Subhanahu wa Ta’ala (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur)
menuju masyarakat utama yang berkualitas (khaira ummah) demi
terwujudnya kejayaan Islam dan kaum muslimin (izzul Islam wal-
muslimin) dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagai manifestasi dari rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil
‘alamin).
MISI MUI

1. Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan umat secara efektif dengan


menjadikan ulama sebagai panutan yang baik (qudwah hasanah), sehingga
mampu mengarahkan dan membina umat Islam dalam menanamkan dan
memupuk aqidah Islamiyah, serta menjalankan syariah Islamiyah.
2. Melaksanakan dakwah Islam, amar ma’ruf nahi munkar dalam mengembangkan
akhlak mulia (al akhlak al karimah) agar terwujud masyarakat utama yang
berkualitas (khaira ummah) dalam berbagai aspek kehidupan.
3. Mengembangkan ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah
basyariyah dalam rangka mewujudkan persatuan dan kesatuan umat Islam
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
‫دينية‬
‫دولية‬ ‫إرشادية‬

‫قدوة‬ ‫‪9 ORIENTASI‬‬ ‫استجابية‬


‫‪PERKHIDMATAN‬‬
‫‪MUI‬‬

‫تسامح‬
‫ية‬ ‫حرية‬
‫شورية‬ ‫تعاونية‬
‫ورثة‬
‫األنبياء‬
‫قيادة‬
‫األمة‬ ‫مفتي‬

‫‪7 PERAN‬‬
‫‪PERKHIDMATAN‬‬ ‫راعي‬
‫اصالح‬
‫األمة‬ ‫وخادم‬
‫األمة‬
‫األمر‬
‫حركة‬ ‫بالمعروف‬
‫التجديد‬ ‫والنهي عن‬
‫المنكر‬
‫‪FUNGSI‬‬
‫صديق‬ ‫‪UTAMA‬‬ ‫خادم األمة‬
‫الحكومة‬ ‫‪MUI‬‬
‫الحمايات‬

‫الوظائف‬
‫األساسية‬
‫التوحيدا‬ ‫التقويات‬
‫ت‬
‫حماية‬
‫الدين‬

‫الحمايات‬

‫حماية‬ ‫حماية‬
‫األمة‬ ‫الدولة‬
‫حماية الدين‬

‫عن التفريط‬ ‫عن اإلفراط‬

‫وسطية اإلسالم‬
RADIKALISME AGAMA DAN PENANGGULANGANNYA

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2015:

1. Umat Islam di Indonesia berfaham ahlussunnah wal-jama’ah yang


berciri moderat (tawassuth), toleran (tasamuh), berpegang pada
metodologi pengambilan hukum (manhajiy), dinamis (tathawwuriy),
dan mengedepankan wajah Islam yang welas asih (rahmah lil-alamin).
2. Ahlussunnah wal-jama’ah bukan saja menjadi panduan dalam berfikir
(manhaj al-fikr) tapi juga merupakan panduan berperilaku (manhaj al-
‘amal) umat Islam Indonesia, dalam kehidupan keagamaan, kehidupan
kemasyarakatan, dan kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Penyimpangan terhadap prinsip-prinsip berpikir keagamaan dan
berperilaku sebagaimana manhaj Ahlussunnah wal jama’ah
sebagaimana disebut di atas, bisa melahirkan cara berfikir dan
bertindak yang menyimpang serta dapat menimbulkan pemikiran dan
tindakan radikal.
4. Radikalisme agama yang dimanifestasikan dalam bentuk aksi berupa
upaya untuk mengubah bentuk negara dengan paksa dan tidak
mengindahkan mekanisme konstitusional yang berlaku merupakan
bentuk pengkhianatan terhadap kesepakatan bangsa Indonesia.
Pelakunya terkategori sebagai bughat sesuai fiqih Islam.
RADIKALISME AGAMA DAN PENANGGULANGANNYA

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2015:

5. Radikalisme agama yang dimanifestasikan dalam bentuk aksi terorisme merupakan


sebuah kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban dan memenuhi unsur
tindak pidana (jarimah) yang harus dijerat dengan hukuman yang berat.
6. Akar pemicu munculnya radikalisme agama selain karena penyimpangan
pemahaman keagamaan, seperti meragukan otentisitas dan orisinalitas Al-Qur’an,
menghina sahabat dan istri-istri Rasul, yang merupakan sanad utama ajaran Islam,
atau memahami nash-nash secara tekstual saja, juga adanya ketidakadilan global
dalam sektor sosial, politik, dan ekonomi. Karena itu segala upaya yang mengarah
pada upaya penanggulangan radikalisme dilakukan dengan pendekatan keagamaan,
social, politik, dan ekonomi selain dengan pendekatan keamanan.
7. Seseorang yang diduga melakukan tindakan terorisme masih melekat padanya hak-
hak untuk membela diri sebelum ada putusan pengadilan yang berkekuatan hukum
tetap padanya. Karena itu setiap upaya yang dilakukan yang tidak mengindahkan
hak-hak tersebut terkategori sebagai sebuah tindakan kesewenang-wenangan dan
kezhaliman.
8. Aparat penegak hukum dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap
radikalisme agar tetap memerhatikan asas praduga tak bersalah dan tidak
melakukan tindakan sewenang-wenang dengan melakukan eksekusi sebelum
adanya proses hukum. Untuk itu, perlu ada evaluasi kelembagaan dan mekanisme
penanganan radikalisme dengan mengedepankan prinsip dialog, langkah preventif
dengan pendekatan partisipatif dan melibatkan sebanyak mungkin elemen
masyarakat.
KRITERIA PENGKAFIRAN (DHAWABIT AT-TAKFIR)

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2015:

1. Pada prinsipnya, orang yang telah bersyahadat (beragama Islam) berlaku atasnya semua
hukum-hukum Islam, dan orang yang keluar dari Islam (kafir) batal atasnya hukum-hukum
Islam, termasuk pernikahannya secara otomatis batal, tidak ada hak asuh baginya terhadap
anaknya, tidak ada hak untuk mewariskan dan mewarisi, dan jika meninggal dalam keadaan
kufur tidak dikubur di pemakaman Islam serta mendapat laknat dan akan jauh dari rahmat
Allah.
2. Kafir adalah orang yang menentang dan menolak kebenaran dari Allah SWT yang disampaikan
RasulNya. Kafir ada empat macam, yakni: pertama, kafir inkar, yaitu mengingkari tauhid
dengan hati dan lisannya; Kedua, kafir penolakan (Juhud), yaitu mengingkari dengan lisannya
dan mengakui dalam hatinya; Ketiga, kafir Mu’anid, yaitu mengetahui kebenaran Islam dalam
hatinya dan dinyatakan oleh lisannya, namun ia menolak beriman; Keempat, kafir nifaq, yaitu
menyatakan beriman dengan lisannya, namun hatinya mengingkari.
3. Memvonis kafir (takfir) adalah mengeluarkan seorang muslim dari keislamannya sehingga ia
dinilai kafir (keluar dari agama Islam). Takfir merupakan hukum syariat yang tidak boleh
dilakukan oleh orang-perorang atau lembaga yang tidak mempunyai kredibilitas dan
kompetensi untuk itu. Vonis kafir harus diputuskan oleh lembaga keulamaan yang diotorisasi
oleh umat dan negara.
4. Muncul di tengah masyarakat dua sikap ekstrim, pertama, menganggap enteng bahkan
meniadakan vonis kafir (tafrith fi at-takfir). Kedua, mudah memvonis kafir (ifrath fi at-takfir).
Umat Islam agar menghindarkan diri tidak terjebak ke dalam salah satu dari dua ekstrim
tersebut, yaitu mengambil pendapat yang moderat (wasath).
KRITERIA PENGKAFIRAN (DHAWABIT AT-TAKFIR)

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2015:

5. Vonis kafir sedapat mungkin dilakukan sebagai upaya terakhir dengan syarat dan prosedur yang sangat ketat,
kecuali telah nyata dan meyakinkan melakukan satu dari tiga penyebab kekafiran sbb:

a. Kekafiran I’tiqad (mukaffirat i’tiqadiyyah), segala macam akidah dan keyakinan yang bertentangan
dengan salah satu rukun iman yang enam atau mengingkari ajaran Islam yang qath’i (al-ma’lum min ad-
din bi ad-dharurah).
b. Kekafiran Ucapan (mukaffirat qawliyyah), yaitu setiap ucapan yang mengandung pengakuan atas akidah
kufur atau penolakan terhadap salah satu akidah Islam atau unsur pelecehan/penistaan agama baik
aqidah maupun syariah.
c. Kekafiran Perbuatan (mukaffirat ‘amaliyyah), setiap perbuatan yang dipastikan mengandung indikator
nyata akidah yang kufur.
6. Vonis kafir ditetapkan setelah benar-benar memenuhi semua syarat-syarat pengkafiran sbb:

a. Ucapan atau perbuatan yang menyebabkan kekafiran itu benar dilakukan oleh orang mukallaf, yaitu
orang yang sudah akil baligh, dan berakal;
b. Ucapan atau perbuatan yang menyebabkan kekafiran itu benar dilakukan tidak dalam keadaan
terpaksa. Jika ia dipaksa untuk mengingkari Islam, sementara hatinya masih tetap iman, maka tidak
bisa ditetapkan atasnya vonis kafir.
c. Ucapan yang menyebabkan kekafiran itu bukan akibat dari ketidak stabilan emosi atau fikiran, misalnya
karena terlampau senang atau sedih.
d. Sudah sampai padanya hujjah dan dalil-dalil yang jelas. Sehingga apabila muncul penyebab kekafiran
karena kebodohannya, misalnya karena ia tumbuh di tempat yang jauh dari jangkauan Islam, atau baru
saja masuk Islam, maka tidak boleh baginya divonis kafir.
e. Tidak karena syubhat atau takwil tertentu. Seseorang yang melakukan takwil atas nash dengan niat
untuk mencapai kebenaran, bukan karena hawa nafsunya, seandainya ia salah dalam hal itu maka tidak
bisa ditetapkan atasnya vonis kafir.
f. Vonis kafir harus ditetapkan berdasarkan syara’ dan bukan oleh opini, hawa nafsu, atau keinginan
pihak-pihak tertentu. Kalau tidak demikian maka tidak boleh dihukumi kafir.
KRITERIA PENGKAFIRAN (DHAWABIT AT-TAKFIR)

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2015:

7. Sebelum menetapkan vonis kafir harus dilakukan terlebih dahulu semua ketentuan sbb:
a. Harus dilakukan verifikasi dan validasi secara jelas semua hal-hal terkait dengan i’tiqad,
perkataan, dan perbuatan yang menyebabkan kekufuran.
b. Vonis kafir ditetapkan secara hati-hati sebagai langkah terakhir setelah upaya-upaya
lainnya dilakukan, dengan maksud menjaga jangan sampai umat Islam lainnya terjatuh
pada kekufuran serupa.
c. Menghindari pengkafiran individual-personal kecuali setelah tegaknya hujjah yang
mu’tabarah.
d. Vonis pengkafiran hanya boleh dilakukan secara kolektif oleh ulama yang berkompeten
yang memahami syarat-syarat dan penghalang takfir.
8. Setiap kesesatan yang ditetapkan setelah melalui prosedur penelitian dan fatwa yang ketat,
sudah pasti adalah sesat. Namun tidak setiap kesesatan yang telah difatwakan otomatis adalah
kekafiran dengan segala konsekuensi syar’inya.
9. Dosa besar yang dilakukan oleh seorang muslim tidak otomatis menjadikannya kafir. Dalam
paham aqidah ahlussunnah wal jamaah, dosa-dosa yang dilakukan oleh seseorang meskipun
dilakukan berulang-ulang tidak membatalkan syahadatnya sehingga tidak membuatnya menjadi
kafir, selama dia tidak menghalalkan perbuatannya itu.
10. Untuk memutuskan suatu keyakinan, ucapan, dan perbuatan adalah kufur, adalah kewenangan
MUI Pusat dengan persyaratan dan prosedur yang ketat.
‫منهجيا‬

‫تسام‬ ‫التوسط‬
‫في فهم‬ ‫تطوريا‬
‫حيا‬ ‫النصوص‬

‫توسطيا‬
Islam Wasathiyah untuk Indonesia dan Dunia yang
Berkeadilan dan Berkeadaban

TAUJIHAT SURABAYA TAHUN 2015


Bismillahirrohmaanirrohim

)143 :‫ش ِهيداً (سورة البقرة‬


َ ‫سو ُُ َعلَ ْي ُك ْم‬ ِ َّ‫ش َه َدا َء َعلَى الن‬
َّ َ‫اس َو َي ُكون‬
ُ ‫الر‬ َ ‫َو َكذَ ِل َك َج َع ْلنَا ُك ْم أ ُ َّمةً َو‬
ُ ‫سطا ً ِلتَ ُكونُوا‬
“Dan yang demikian itu Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) sebagai umat pertengahan
agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi
atas perbuatan kalian” (QS Al Baqarah: 143).
ِ ‫اَّللِ َولَ ْو آَ َمنَ أَ ْه ُُ ْال ِكتَا‬
َ‫ب لَ َكان‬ ِ ‫اس تَأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُر‬
َّ ِ‫وف َوتَ ْن َه ْونَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُؤْ ِمنُونَ ب‬ ْ ‫ُك ْنت ُ ْم َخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت ِللن‬
َ‫َخي ًْرا لَ ُه ْم ِم ْن ُه ُم ْال ُمؤْ ِمنُونَ َوأَ ْكثَ ُر ُه ُم ْالفَا ِسقُون‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik”. ( Qs.3:110)

Atas berkat rahmat Allah SWT, Musyawarah Nasional IX Majelis Ulama Indonesia (Munas IX MUI)
yang diselenggarakan di Surabaya pada 08-11 Dzul Qa’dah 1436 H/ 24-27 Agustus 2015 telah
berjalan dengan baik dan menghasilkan berbagai putusan. Forum permusyawaratan tertinggi
MUI ini diikuti pimpinan MUI tingkat pusat, provinsi dan perwakilan kabupaten/kota, pimpinan
ormas-ormas Islam tingkat pusat, para ulama/kiai pengasuh pondok pesantren, pimpinan
perguruan tinggi Islam, zu’ama dan para cendekiawan muslim.

Didorong semangat memberikan sumbangsih pemikiran mencari solusi terhadap berbagai


permasalahan umat Islam dan bangsa, Munas IX MUI menyampaikan TAUJIHAT SURABAYA
sebagai berikut.
Lanjutan

TAUJIHAT SURABAYA TAHUN 2015

Bahwa bagi umat Islam Indonesia, Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika
merupakan bentuk kesepakatan bangsa Indonesia dalam ikhtiar perjuangan umat Islam Indonesia
mendirikan negara di Nusantara untuk bersama-sama komponen bangsa lainnya mewujudkan cita-
cita kehidupan yang adil, makmur, dan religius di bawah naungan ridla Allah SWT, baldatun
thayyibatun wa rabbun ghafur.
Bahwa para ulama dan tokoh-tokoh Islam adalah pelaku sejarah penting dan menentukan dalam
pendirian negara, perumusan dan pengesahan Pancasila dan UUD 1945 serta pilihan negara
kesatuan sebagai wujud tanggung jawab sebagai pimpinan umat serta semangat cinta tanah air
(hubbul wathan) sehingga umat Islam dan umat beragama lainnya dapat menjalankan ibadah dan
menunaikan ajaran agamanya secara bebas, leluasa dan aman serta hidup harmoni, tenteram dan
damai.
Bahwa umat Islam dewasa ini dihadapkan pada munculnya kelompok yang mengedepankan
tekstualis skripturalis dengan mendasarkan pemikiran, ideologi dan gerakannya pada pemahaman
nash secara literal, sehingga apa yang disebutkan secara eksplisit dalam nash menjadi dasar
mereka. Kelompok ini juga tidak berusaha membawa pemahaman nash kepada konteksnya.
Akibatnya kelompok ini menjadi eksklusif, intoleran, kaku/rigid, mudah mengkafirkan orang dan
kelompok lain, mudah menyatakan permusuhan dan melakukan konflik, bahkan kalau perlu
melakukan kekerasan terhadap sesama Muslim yang tidak sepaham. Di sisi lain muncul kelompok
yang mengedepankan kontekstualisasi dalam pemahaman nash secara berlebihan dengan dalih
menyelaraskan ajaran Islam dengan keadaan zaman. Akibatnya muncul ajaran yang keluar dari
makna teks yang sebenarnya, cenderung permisif dan liberal. Kelompok ini bahkan berani
menggugat nash-nash qoth'i dan menafsirkannya berdasarkan pendekatan akal semata.
Lanjutan

TAUJIHAT SURABAYA TAHUN 2015

Bahwa kemunculan kedua kelompok tersebut terkait banyak dengan pemahaman dan gerakan
transnasional yang mengembangkan pengaruhnya di Indonesia. Penyebaran paham dan
gerakan transnasional tersebut meningkat karena memanfaatkan alam kebebasan dan
demokrasi di Indonesia.
Bahwa dua kelompok yang berkembang tersebut tergolong kelompok ekstrim (tatharruf),
yakni tatharruf yamini (ekstrim kanan) dan tatharruf yasari (ekstrim kiri) adalah
bertentangan dengan wujud ideal dan tepat dalam melaksanakan ajaran Islam di Indonesia
dan dunia.
Bahwa pemikiran dan paham keagamaan dan ideologi, strategi dan gerakan dari dua
kelompok yang berkembang tersebut, tidak sesuai, bahkan bertentangan dengan nilai-nilai
dan prinsip-prinsip yang dianut dan dibangun bangsa Indonesia dalam kehidupan keagamaan,
kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan.
Bahwa selain itu perlu diwaspadai penyebaran paham dan gerakan ideologis seperti
komunisme, kapitalisme, neo liberalisme dan globalisme di Tanah Air. Paham dan gerakan-
gerakan ideologis ini selain tidak sesuai dengan Islam juga mengancam eksistensi Pancasila
dan NKRI
Bahwa keberadaan kelompok-kelompok tersebut tidak sesuai bahkan bertentangan dengan
ajaran Nabi saw yang dirumuskan dalam Piagam/Mitsaq Al-Madinah (Konstitusi Madinah) di
negara Madinah bertentangan dengan realitas sosial bangsa Indonesia yang majemuk ditinjau
dari berbagai aspek dan bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
Lanjutan

TAUJIHAT SURABAYA TAHUN 2015

Bahwa sebagai jawaban atas berkembangnya paham dan gerakan kelompok-kelompok tersebut
di kalangan umat Islam dan bangsa Indonesia, Munas IX MUI bersepakat mengusung dan
memperjuangkan ISLAM WASATHIYAH dalam pemahaman dan pengamalan ajaran Islam oleh
umat Muslim Indonesia dalam kehidupan keagamaan, kemasyarakatan, kebangsaan, dan
kenegaraan. Islam Wasathiyah adalah ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin, rahmat bagi
segenap alam semesta. Islam Wasathiyah adalah “Islam Tengah” untuk terwujudnya umat
terbaik (khairu ummah). Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan umat Islam pertengahan
(wasath) dalam segala urusan agama, seperti dalam hal kenabian, syari’at dan lainnya.
Bahwa pemahaman dan praktik amaliyah keagamaan Islam Wasathiyah memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Tawassuth (mengambil jalan tengah), yaitu pemahaman dan pengamalan yang tidak ifrath
(berlebih-lebihan dalam beragama) dan tafrith (mengurangi ajaran agama).
2. Tawazun (berkeseimbangan), yaitu pemahaman dan pengamalan agama secara seimbang
yang meliputi semua aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi, tegas dalam
menyatakan prinsip yang dapat membedakan antara inhiraf (penyimpangan) dan ikhtilaf
(perbedaan).
3. I’tidal (lurus dan tegas), yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya dan melaksanakan
hak dan memenuhi kewajiban secara proporsional.
4. Tasamuh (toleransi), yaitu mengakui dan menghormati perbedaan, baik dalam aspek
keagamaan dan berbagai aspek kehidupan lainnya.
Lanjutan

TAUJIHAT SURABAYA TAHUN 2015


5. Musawah (egaliter), yaitu tidak bersikap diskriminatif pada yang lain disebabkan perbedaan keyakinan, tradisi
dan asal usul seseorang.
6. Syura (musyawarah), yaitu setiap persoalan diselesaikan dengan jalan musyawarah untuk mencapai mufakat
dengan prinsip menempatkan kemaslahatan di atas segalanya.
7. Islah (reformasi), yaitu mengutamakan prinsip reformatif untuk mencapai keadaan lebih baik yang
mengakomodasi perubahan dan kemajuan zaman dengan berpijak pada kemaslahatan umum (mashlahah
‘amah) dengan tetap berpegang pada prinsip al-muhafazhah ‘ala al-qadimi al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadidi al-
ashlah.
8. Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas), yaitu kemampuan mengidentifikasi hal ihwal yang lebih penting harus
diutamakan untuk diimplementasikan dibandingkan dengan yang kepentingannya lebih rendah.
9. Tathawwur wa Ibtikar (dinamis dan inovatif), yaitu selalu terbuka untuk melakukan perubahan-perubahan sesuai
dengan perkembangan zaman serta menciptakan hal baru untuk kemaslahamatan dan kemajuan umat manusia.
10. Tahadhdhur (berkeadaban), yaitu menjunjung tinggi akhlakul karimah, karakter, identitas, dan integritas sebagai
khairu ummah dalam kehidupan kemanusiaan dan peradaban
Munas IX MUI meyakini bahwa Islam Wasathiyah wajib diamalkan secara istiqamah oleh seluruh umat Islam
Indonesia dan dunia sehingga menjadi Syuhada’ ‘ala al-nas (saksi kebenaran Islam) untuk mewujudkan kehidupan
keagamaan yang berkemajuan dan toleran; membentuk kehidupan kemasyarakatan yang damai dan saling
menghargai; merealisasikan kehidupan kebangsaan yang inklusif , bersatu dan berkeadaban; serta menciptakan
kehidupan kenegaraan yang demokratis dan nomokratis. Islam Wasathiyah sangat mendukung ikhtiar kolektif umat
Islam Indonesia dan seluruh komponen bangsa dalam mengukuhkan dan memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia yang berkeadilan dan berkeadaban dalam wadah NKRI yang berdasarkan Pancasila.
Munas IX MUI menyerukan kepada umat Islam seluruh dunia untuk menghayati dan mengamalkan Islam Wasathiyah
sebagai bentuk kecintaan umat Islam terhadap terwujudnya dunia yang damai, berkeadilan, dan berkeadaban.
2006-Peneguhan Bentuk dan Eksistensi NKRI
4 Pilar
Kebangsaan 2009- Prinsip-Prinsip Ajaran Islam Tentang Hubungan Antar
Umat Beragama dalam Bingkai NKRI.

2018-Menjaga Eksistensi Negara dan Kewajiban Bela Negara

2018-Hubungan Agama dan Politik dalam Kehidupan


‫حماية الدولة‬

Berbangsa dan Bernegara


Bela Negara
2012- Implementasi Konsep HAM Dalam Kehidupan Berbangsa
dan Bernegara

2012- Etika Berdemonstrasi dan Kebebasan Berekspresi

2006-Harmonisasi Kerangka Berfikir Keagamaan dalam Konteks


Kebangsaan
Advokasi
Peraturan 2015-Penyerapan Hukum islam Ke dalam Hukum Nasional

Perundangan Agama harus dijadikan sumber hukum, sumber inspirasi,


landasan berfikir, dan kaedah penuntun dalam sistem
kehidupan berbangsa dan bernegara
PENEGUHAN BENTUK DAN EKSISTENSI NEGARA
KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2006:

Kesepakatan bangsa Indonesia untuk membentuk


Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
1 ikhtiyar untuk memelihara keluhuran agama dan
mengatur kesejahteraan kehidupan bersama,
adalah mengikat seluruh elemen bangsa.

Pendirian NKRI adalah upaya final bangsa Indonesia


2 untuk mendirikan negara di wilayah ini.

Wilayah NKRI dihuni oleh penduduk yang sebagian


besar beragama Islam, maka umat Islam wajib
memelihara keutuhan NKRI dan menjaga dari segala
3 bentuk pengkhianatan terhadap kesepakatan dan upaya
pemisahan diri (separatisme) oleh siapapun dengan
alasan apapun.
Lanjutan

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2006:

Dalam rangka menghindarkan adanya pengkhianatan


dan/atau pemisahan diri (separatisme) negara wajib
melakukan upaya-upaya nyata untuk menciptakan rasa
4 adil, aman dan sejahtera secara merata serta penyadaran
terhadap elemen-elemen yang cenderung melakukan
tindakan pengkhianatan dan/atau separatisme

Upaya pengkhianatan terhadap kesepakatan bangsa


Indonesia dan pemisahan diri (separatisme) dari Negara
5 Kesatuan Republik Indonesia yang sah, dalam pandangan
Islam termasuk bughat. Sedangkan bughat adalah haram
hukumnya dan wajib diperangi oleh negara..

Setiap orang, kelompok masyarakat, lembaga-lembaga


atau organisasi-organisasi yang melibatkan diri, baik
6 secara terang-terangan maupun tersembunyi, dalam
aktifitasnya yang mengarah pada tindakan pemisahan diri
(separatisme) dari NKRI adalah termasuk bughat.
Prinsip-Prinsip Ajaran Islam Tentang Hubungan Antar
Umat Beragama dalam Bingkai NKRI

1. Kesepakatan bangsa Indonesia untuk membentuk Negara


Kesatuan Republik Indonesia dengan Pancasila sebagai falsafah
bangsa dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 sebagai konstitusi merupakan ikhtiar untuk memelihara
keluhuran agama dan mengatur kesejahteraan kehidupan bersama,
di mana kesepakatan ini mengikat seluruh elemen bangsa.

2. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, baik suku, ras,


budaya maupun agama. Karenanya bangsa Indonesia sepakat untuk
mengidealisasikan bangsa ini sebagai sebuah bangsa yang majemuk
tetapi tetap satu, dengan semboyan bhineka tunggal ika.

3. Umat Islam sebagai bagian terbesar dari bangsa ini harus terus
menjaga konsensus nasional tersebut.

4. Dalam hal kemajemukan agama, negara mengakui enam agama,


yakni Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Konghucu, di mana
masing-masing agama tersebut mempunyai posisi yang sama di
dalam konstitusi negara. Negara menjamin warganya untuk
memeluk agamanya masing-masing.
Lanjutan

5. Islam mengakui eksistensi agama lain tanpa mengakui kebenaran


ajaran agama tersebut, sebagaimana pada masa nabi juga diakui
eksistensi agama selain Islam, antara lain Yahudi, Nasrani, dan Majusi.

6. Dalam konteks berbangsa dan bernegara, setelah proklamasi 1945


Islam memandang posisi umat beragama sebagai sesama bagian warga
bangsa yang terikat oleh komitmen kebangsaan sehingga harus hidup
berdampingan secara damai dengan prinsip mu’ahadah atau
muwatsaqah, bukan posisi muqatalah atau muharabah.

7. Dalam rangka menghindarkan adanya benturan antar pemeluk agama


di Indonesia, negara wajib menjamin warganya untuk menjalankan
agamanya dan melindungi kemurnian agama sesuai dengan ajaran
agama masing-masing dari setiap upaya penodaan agama.

8. Setiap orang, kelompok masyarakat, lembaga atau organisasi yang


melakukan penodaan agama, baik secara terang-terangan maupun
tersembunyi, negara harus menindaknya secara tegas sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
MENJAGA EKSISTENSI NEGARA DAN KEWAJIBAN
BELA NEGARA

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2018:

Eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sebagaimana dinyatakan


dalam Pembukaan maupun Batang Tubuh Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945, pada hakekatnya adalah wujud perjanjian kebangsaan

1 (al-mitsaq al-wathani) yang berisi kesepakatan bersama (al-muahadah al-


jamaiyah) bangsa Indonesia. Hal itu ditempuh melalui serangkaian perjuangan
panjang yang dilakukan oleh para pejuang, terutama para ulama dan umat Islam
dari generasi ke generasi. Perjuangan tersebut dilakukan demi mengikhtiarkan
terwujudnya tata aturan yang menjamin terpeliharanya keluhuran agama serta
kesejahteraan bagi penduduk negara-bangsa ini.

Perjanjian kebangsaan dalam bentuk NKRI berdasarkan Pancasila dengan sila

2 pertama menjiwai sila-sila lainnya, menegaskan religiusitas dan ketauhidan.


Perjanjian itu secara syari mengikat seluruh elemen bangsa yang wajib dipelihara
dan dijaga dari setiap upaya mengubahnya. Hal itu merupakan manifestasi kecintaan
kepada negara dan bangsa (hubb al-wathan) yang merupakan bagian dari keimanan.

Setiap upaya menjaga dan memelihara perjanjian kebangsaan tersebut akan


menghadapi tantangan dan ancaman dari dalam dan luar negeri. Hal itu

3 terjadi karena adanya kepentingan dari kelompok masyarakat di dalam negeri,


dari suatu negara tertentu, atau dari aliansi kelompok masyarakat dalam
negeri dengan negara-negara tertentu karena adanya kepentingan yang sama
dan mengancam kelangsungan eksistensi dan kedaulatan negara dan bangsa
ini.
Lanjutan

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2018:

Saat ini, era penjajahan fisik telah berlalu, tetapi agresi dalam bentuk lain tetap
mengancam, seperti dalam bidang pemikiran, ekonomi, pendidikan, moral, sosial,

4 dan budaya. Berbagai skenario pelemahan eksistensi negara dilancarkan secara


sistematis, misalnya dengan melakukan perubahan peraturan perundang-undangan
yang secara jangka panjang akan memperlemah negara, dan pengendalian media
massa sebagai pembentuk opini publik sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Dengan dasar pemikiran di atas, harus dilakukan upaya bela negara untuk
mempertahankan eksistensi NKRI dengan memperkokoh karakter bangsa dan
5 pilar-pilar kebangsaan, menuju tercapainya kondisi kehidupan kemasyarakatan,
kebangsaan dan kenegaraan yang baik, demi memperoleh ridha Allah SWT dan
terwujudnya masyarakat yang berkualitas (khairu ummah).

Dalam rangka memperkuat negara dan bangsa serta menghindari terjadinya


pengkhianatan terhadap perjanjian kebangsaan, perlu dilakukan upaya:
⦁Negara wajib mewujudkan kehidupan yang berkeadilan, terutama dalam

6 bidang hukum, ekonomi, sosial, dan politik, sehingga tercipta rasa adil,
aman, dan sejahtera secara merata.
⦁Setiap warga negara wajib melakukan bela negara, sehingga dapat
mengantisipasi segala bentuk ancaman yang datang dari dalam maupun
luar, pengkhianatan dan upaya pemisahan diri (separatisme) serta upaya
mengubah bentuk negara-bangsa.
HUBUNGAN AGAMA DAN POLITIK
DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2018:

Islam sebagai ajaran yang bersumber dari wahyu merupakan ajaran yang
komperehensif (kaffah), memiliki tuntunan kebajikan yang bersifat universal

1 (syumuliyyah) dan meliputi seluruh aspek kehidupan (mutakamil). Islam


mencakup juga tatanan mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara,
mengatur masalah sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan. Karenanya, Islam
menolak pandangan dan upaya yang memisahkan antara agama dan politik.

Hubungan agama dan negara adalah hubungan yang saling melengkapi. Politik dan
kekuasaan dalam Islam ditujukan untuk menjamin tegaknya syariat (hirasat al-din)
dan terjaminnya urusan dunia (siyasat al-dunya). Politik dalam Islam adalah sarana

2 untuk menegakkan keadilan, sarana amar makruf nahy munkar, dan sarana untuk
menata kebutuhan hidup manusia secara menyeluruh. Agama dan simbol
keagamaan tidak boleh hanya dijadikan kedok untuk menarik simpati dan pengaruh
dari umat beragama serta untuk mencapai tujuan meraih kekuasaan semata. Politik
juga tidak boleh dipahami hanya sebagai sarana meraih kekuasaan tanpa
memperhatikan etika dan moral keagamaan.

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dibentuk dengan kesepakatan


menempatkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dalam dasar

3 bernegara. Dengan demikian, seluruh aktifitas politik kenegaraan harus dibingkai


dan sejalan dengan norma agama. Karenanya, setiap upaya memisahkan antara
agama dengan plitik kenegaraan adalah bertentangan dengan dasar negara dan
konsensus bernegara.
Lanjutan

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2006:


Di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, agama harus dijadikan sebagai sumber

4 inspirasi dan kaidah penuntun, sehingga tidak terjadi benturan antara kerangka berpikir
keagamaan dan kerangka berpikir kebangsaan. Penyelenggara negara tidak
memanfaatkan agama sekedar untuk kepentingan tujuan meraih kekuasaan semata.

Tempat ibadah bukan hanya untuk kepentingan ritual keagamaan (ibadah mahdah)
semata. Ia harus dijadikan sebagai sarana pendidikan dan dakwah Islam, termasuk

5 masalah politik keumatan, bagaimana cara memilih pemimpin sesuai dengan ketentuan
agama, dan bagaimana mengembangkan ekonomi keumatan, bagaimana mewujudkan
kesejahteraan masyarakat serta bagaimana mewujudkan baldatun thayyibatun wa
rabbun ghafur.
Dalam prakteknya, arah tujuan politik praktis adalah memperoleh kekuasaan,
sementara kekuasaan cenderung korup. Karenanya, praktek politik kekuasaan

6 harus dipandu oleh norma-norma luhur keagamaan agar tidak menghalalkan


segala cara. Aktifitas politik yang tidak dijiwai agama akan cenderung melakukan
tindakan menyimpang dan menghalalkan segala cara.
Islam tidak membenarkan praktek politik yang diwarnai oleh intrik, fitnah, dan
adu domba untuk mencapai satu tujuan politik, apalagi dengan membawa dan

7 memanipulasi agama, mengatasnamakan agama, dan/atau menggunakan


symbol-simbol agama, menjadikan agama hanya sekedar dijadikan sebagai alat
propaganda atau hanya untuk memengaruhi massa.

Simbol-simbol agama, atau simbol-simbol budaya yang identik dengan simbol

8 agama tertentu, tidak boleh digunakan untuk menipu dan memanipulasi umat
beragama agar bersimpati guna mencapai tujuan politik tertentu. Tindakan
tersebut bertentangan dengan ajaran agama dan termasuk penodaan agama.
IMPLEMENTASI KONSEP HAM
DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2012:

1. Islam memandang Hak Asasi Manusia (huquq al-insan al-


asasiyyah) merupakan hak-hak kodrati yang melekat pada
manusia itu sendiri sebagaimana tergambar dalam al-Quran, As-
Sunnah dan sejarah perkembangan Islam. Pada dasarnya Islam
telah memberikan rumusan yang jelas mengenai hak-hak
yang meliputi persamaan (al-musawah) dan kebebasan (al-
hurriyah) umat manusia.
2. Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui proses yang panjang
telah meneguhkan hak-hak asasi manusia dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang meliputi
rincian rumusan hak-hak asasi manusia, penegakan serta
perlindungannya, dan pembatasan pelaksanaannya.
3. Prinsip-prinsip Islam tentang HAM dengan rincian HAM dalam
UUD RI 1945 tidak bertentangan, bahkan saling melengkapi
sehingga dapat memberikan dasar-dasar pelaksanaan HAM yang
menjunjung tinggi keluhuran harkat dan martabat kemanusiaan
sesuai dengan nilai-nilai agama, kepribadian bangsa, demi
menjaga masyarakat yang demokratis dalam wadah NKRI.
Lanjutan

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2012:

4. UUD NRI 1945 menetapkan adanya kewajiban asasi serta


pembatasan atas pelaksanaan HAM (margin apresiasi)
sebagaimana disebutkan dalam pasal 28J yang menyatakan: (1)
setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain
dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. (2) dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap
orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan
undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang
lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis.
5. Setiap rumusan dan pelaksanaan HAM yang dianut dan
dipropagandakan oleh kaum liberal dan sekuler yang
bertentangan dengan moral, nilai-nilai agama, dan mengganggu
keamanan serta ketertiban umum wajib ditolak.
6. Umat Islam harus mendukung pemerintah dalam memajukan,
memenuhi, melindungi, dan menegakkan HAM sesuai dengan
konstitusi sehingga terwujud masyarakat yang sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila.
ETIKA BERDEMONSTRASI DAN KEBEBASAN
BEREKSPRESI

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2012:

1. Islam menghargai kebebasan berekspresi sepanjang tidak


bertentangan dengan nilai-nilai agama, etika, moral dan kepribadian
bangsa.
2. Islam dan UUD 1945 menjamin penuh prinsip-prinsip musyawarah
untuk menyampaikan aspirasi, mencari kesepakatan dalam bingkai
yang beretika, saling menghormati, dan saling menghargai
antarelemen bangsa.
3. Jika aksi demonstrasi (‫ )مظاهرة‬diniatkan ikhlas karena Allah SWT;
bertujuan untuk al-amr bi al-ma’rûf wa al-nahy ‘an al-munkar;
dijadikan sarana perjuangan (jihad) untuk melakukan perubahan
menuju suatu sistem nilai yang lebih baik berdasarkan al-Qur’an dan
al-Sunnah, maka hal itu bernilai positif, sehingga hukumnya boleh
(mubah), bahkan bisa berkembang menjadi sunnah atau wajib,
tergantung pada qarinah (situasi dan kondisi)-nya.
4. Jika demonstrasi berubah menjadi perbuatan brutal, anarkis dan
tindak kekerasan yang mengancam keselamatan jiwa manusia,
harta, dan merusak fasilitas umum, maka dilarang oleh syariat
Islam.
5. Demonstrasi harus dilakukan dengan cara-cara yang santun dan
tertib, sesuai dengan nilai-nilai al akhlâq al-karîmah.
HARMONISASI KERANGKA BERFIKIR KEAGAMAAN
DALAM KONTEKS KEBANGSAAN

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2006:


1. Ajaran Islam sebagai ajaran yang bersumber dari wahyu adalah
suatu kebenaran mutlak yang mengandung tuntunan kebajikan
yang bersifat universal dan meliputi seluruh aspek kehidupan.
2. Ajaran Islam sebagai tuntunan yang bersifat universal, memandang
dan menempatkan manusia dalam harkat martabat yang sangat
mulia, dan oleh karena itu Islam menjunjung tinggi nilai-nilai yang
memuliakan hak-hak dasar kemanusiaan yang luhur seperti
kemerdekaan (al-hurriyah), persamaan (al-musawah), keadilan (al-
’adalah/al-qisth), dan kedamaian (al-silm).
3. Nilai-nilai yang dibawa arus modernisasi dan globalisasi yang sesuai
dengan ajaran Islam dan membawa kabajikan dapat diterima
sebagai nilai universal Islam, karena Islam menganggap setiap
kebaikan yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar
Islam dapat diterima sebagai sebuah kebajikan.
4. Nilai-nilai yang dibawa arus modernisasi dan globalisasi yang
bertentangan dengan ajaran Islam dan mendatangkan kerusakan
(mafsadat) bagi kehidupan harus ditolak.
5. Di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, agama harus
dijadikan sebagai sumber inspirasi dan kaedah penuntun, sehingga
tidak terjadi benturan antara kerangka berpikir keagamaan dan
kerangka berpikir kebangsaan.
PENYERAPAN HUKUM ISLAM KE DALAM HUKUM
NASIONAL

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2015:

1. Sesuai dasar negara dan konstitusi, negara Indonesia bukan negara sekuler
dan bukan pula negara agama, tetapi negara ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
Atas dasar itu, aspirasi masyarakat Indonesia yang religius, termasuk di
dalamnya umat Islam yang merupakan bagian terbesar dari penduduk
Indonesia, hendaknya tercermin dan menjadi semangat, roh, pedoman, dan
isi hukum nasional, sesuai dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang
menyatakan bahwa Piagam Jakarta menjiwai dan menjadi satu kesatuan
dengan UUD 1945.
2. Hukum nasional dalam perspektif hukum Islam hendaknya mampu
melindungi dan menjaga agama, akal pikiran, jiwa, keturunan, dan harta
benda seluruh rakyat Indonesia. Seiring dengan itu, tujuan hukum adalah
terwujudnya kepastian hukum, keadilan, dan kemanfaatan.
3. Pembentukan hukum nasional (taqnin) harus memenuhi tiga persyaratan,
yakni filosofis, sosiologis, dan yuridis. Artinya, hukum nasional harus sesuai
dan sebagai pelaksanaan dasar negara Pancasila dan hukum dasar UUD 1945
(aspek filosofis), harus sesuai dengan aspirasi, tradisi dan budaya hukum
masyarakat (aspek sosiologis), dan harus sesuai dengan tata cara dan
mekanisme pembentukan peraturan perundang-undangan (aspek yuridis).
Lanjutan

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2015:

4. Umat Islam Indonesia merupakan bagian terbesar masyarakat Indonesia dan


mempunyai sistem hukum Islam (mencakup struktur/kelembagaan, aparatur, dan
budaya/tradisi hukum) dalam berbagai bidang kehidupan yang telah dianut dan
dipraktikkan dalam kehidupan umat Islam sejak ratusan tahun yang lalu. Praktik
hukum Islam tersebut telah mampu mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat
Indonesia yang tertib, damai, dan menjunjung tinggi HAM serta terlindunginya
agama, akal pikiran, jiwa, keturunan, dan harta benda masyarakat Indonesia.

5. Oleh karena tanah Nusantara dahulu pernah dijajah bangsa kolonial Belanda,
Inggris, dan Portugis, dan kini Indonesia merdeka berada di tengah-tengah era
globalisasi dengan berbagai paham dan ideologi liberalisme, kapitalisme, dan pasar
bebas serta dominasi kekuatan dunia unilateral yang sering memaksakan
kehendaknya sendiri, sebagian hukum nasional kita masih mengacu kepada nilai,
pandangan hidup, dan budaya bangsa-bangsa kolonial (Barat) yang tidak sesuai
bahkan bertentangan dengan dasar negara Pancasila, hukum dasar UUD 1945, dan
ajaran Islam.

6. Cukup banyaknya putusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan bagian dari UU


atau sebuah UU secara keseluruhan membuktikan bahwa masih banyak UU di
Indonesia yang bertentangan dengan UUD 1945 dan oleh karena di dalam konstitusi
terdapat Pancasila maka berarti bertentangan pula dengan Pancasila. Selanjutnya
oleh karena Pancasila memuat nilai-nilai ajaran Islam maka sejatinya UU atau
bagian dari UU yng dibatalkan MK tersebut juga bertentangan dengan ajaran Islam.
Lanjutan

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2015:

7. Sampai saat ini sebagian hukum Islam dipraktikkan umat Islam telah diadopsi dan menjadi
bagian hukum nasional. Sebagian hukum Islam lainnya masih hanya berlaku dalam lapisan-
lapisan masyarakat Islam saja dan belum diadopsi ke dalam hukum nasional. Kondisi terakhir ini
hendaknya tidak dibiarkan terus seperti ini, tetapi hendaknya dilaksanakan agenda penyerapan
hukum Islam tersebut ke dalam hukum nasional. Kita bersama meyakini, apabila praktik dan
aspirasi umat Islam tersebut dipenuhi oleh negara maka dapat diwujudkan tatanan kehidupan
kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan yang tenteram, damai, dan tertib karena sesuai
dengan pandangan hidup, praktik dan budaya serta tradisi hukum Islam dari umat Islam
Indonesia.

8. Oleh karena itu, proses pembentukan peraturan perundang-undangan (legislasi/taqnin), baik dari
tingkat tertinggi, yakni UUD 1945 maupun UU dan peraturan di bawah UU, selain mengacu
kepada Pancasila dan UUD 1945, hendaknya juga mengacu kepada nilai-nilai, semangat, roh,
dan isi/substansi/materi hukum Islam.

9. Atas dasar itu semua, Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI se-Indonesia ke-5 mendorong dan
mendukung lembaga-lembaga pembentuk peraturan (pemerintah dan lembaga perwakilan, baik
pusat maupun daerah) agar proses legislasi (taqnin) menyerap aspirasi umat Islam yang
merupakan bagian terbesar dari penduduk Indonesia. Di sisi lain, proses legislasi tersebut tidak
boleh bertentangan dengan aspirasi umat Islam dan sistem hukum Islam yang dianut dan
dipraktikkan umat Islam sehari-hari. Kedua hal ini hendaknya ditunaikan pemerintah dan
lembaga perwakilan sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
Lanjutan

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2015:

10.Menyerukan kepada seluruh elemen dan komponen serta


tokoh-tokoh umat Islam untuk memberikan dukungan dan
partisipasi dalam ikhtiar dan proses penyerapan hukum Islam
ke dalam hukum nasional oleh lembaga-lembaga pembentuk
peraturan, baik di tingkat pusat maupun daerah.

11.Agar penyerapan hukum Islam ke dalam hukum nasional dapat


ditunaikan secara optimal, efektif, dan berkelanjutan,
diharapkan MUI mengadvokasi penyusunan Rancangan
Undang-undang dan aturan perundangan lainnya.
1. Fatwa ttg Aliran Keagamaan
‫عن العقيدة الباطلة‬ 2. 10 kriteria aliran menyimpang

1. Fatwa Tentang Liberalisme,


‫عن األفكار الفاسدة‬ Pluralisme dan Sekularisme Agama
2. Fatwa tentang Terorisme
‫حماية األمة‬

‫عن األخالق السيئة‬ Komisi Dakwah, Pendidikan, PDPAB

‫عن المعامالت الربوية‬ DSN-MUI

ُ‫عن المنتجات غير حال‬ DHN, LPPOM


Komisi fatwa, dakwah, pengkajian
‫تقوية الدين‬
DSN, KDK, LPBKI
‫التقويات‬

Komisi Kumham, Luar Negeri, Kerukunan

‫تقوية الدولة‬
TPT, Basyarnas, LPLH SDA,

Komisi Ekonomi, Pendidikan, Ukhuwah,


PRK,
‫تقوية األمة‬
Pinbas, IDF, Gamas Annar, LPPOM, LSP,
‫تسوية المنهج‬
‫توحيد األمة‬
‫تنسيق الحركة‬
‫التوحيدات‬

‫توحيد الشعب‬ ‫أخوة وطنية‬

‫توحيد البشر‬ ‫أخوة إنسانية‬


TASWIYAH AL-MANHAJ

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2006:

Perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan umat


1 Islam merupakan suatu yang wajar, sebagai
konsekwensi dari pranata “ijtihad” yang
memungkinkan terjadinya perbedaan.

Sikap yang merasa hanya pendapatnya sendiri yang


paling benar serta cenderung menyalahkan pendapat
lain dan menolak dialog, merupakan sikap yang
2 bertentangan dengan prinsip toleransi (al-tasamuh)
dan sikap tersebut merupakan ananiyyah (egoisme)
dan ‘ashabiyyah hizbiyyah (fanatisme kelompok) yang
berpotensi mengakibatkan saling permusuhan (al-
’adawah), pertentangan (al-tanazu’), dan perpecahan
(al-insyiqaq).
Dimungkinkannya perbedaan pendapat di kalangan
3 umat Islam harus tidak diartikan sebagai kebebasan
tanpa batas (bila hudud wa bila dlawabith).
TASWIYAH AL-MANHAJ

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2006:

Perbedaan yang dapat ditoleransi adalah perbedaan


yang berada di dalam majal al-ikhtilaf (wilayah
perbedaan). Sedangkan perbedaan yang berada di
4 luar majal al-ikhtilaf tidak dikategorikan sebagai
perbedaan, melainkan sebagai penyimpangan;
seperti munculnya perbedaan terhadap masalah
yang sudah jelas pasti (ma’lum min al-din bi al-
dlarurah).
Dalam menyikapi masalah-masalah perbedaan yang
masuk dalam majal al-ikhtilaf sebaiknya diupayakan
5 dengan jalan mencari titik temu untuk keluar dari
perbedaan (al-khuruj min al-khilaf) dan semaksimal
mungkin menemukan persamaan.
Majal al-ikhtilaf adalah suatu wilayah pemikiran
yang masih berada dalam koridor ma ana alaihi wa
6 ashhaby, yaitu faham keagamaan ahlus-sunnah wal
jamaah dalam pengertian yang luas.
TANSIQ AL-HARAKAH

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2006:

1 Umat Islam perlu mengefektifkan gerakan, baik


yang sifatnya dakwah Islamiyyah (harakah al-
da’wah) maupun gerakan pembelaan bagi Islam dan
umatnya (harakah al-difa’)

Gerakan umat Islam yang efektif itu adalah gerakan


2 yang bersifat ishlahiyyah, terkoordinasi, tersinergi,
saling mendukung, dan tidak kontra-produktif,
serta mengedepankan cara-cara (kaifiyat) yang
damai, santun, dan berkeadaban, sekalipun aktifitas
kegiatan tersebut beragam dan tidak satu model.
* TANSIQ AL-HARAKAH

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2006:

Dalam melakukan aktifitas, ormas dan lembaga


3 keagamaan hendaknya selalu mendasarkan diri di atas
prinsip; niat yang baik, perencanaan yang terpadu,
metode keagamaan (manhaj) yang shahih, serta prinsip
kehidupan sosial yang mengedepankan semangat
kekeluargaan (al-ukhuwwah), moderasi (a-tawassuth),
keseimbangan (al-tawazun), dinamis, dan
memanfaatkan segala potensi yang ada.

4 Gerakan keagamaan (harakah diniyyah) harus mencakup


segala bidang, seperti aqidah, syari’ah, akhlak,
pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya.

5 Untuk tercapainya gerakan yang efektif tersebut, MUI


diharapkan dapat menjalankan fungsi-fungsi koordinasi,
sinkronisasi, dan sinergi sehingga tercapai tujuan
gerakan bersama.
PRINSIP-PRINSIP UKHUWAH SEBAGAI PILAR
PENGUATAN NKRI

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2018:

1. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, baik suku, ras,


budaya maupun agama. Karenanya bangsa Indonesia sepakat untuk
mengidealisasikan bangsa ini sebagai sebuah bangsa yang majemuk
tetapi tetap satu, dengan semboyan bhinneka tunggal ika.
2. Dalam sebuah negara yang majemuk, adalah tidak mudah dan juga
tidak murah untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa,
karena masing-masing kelompok memiliki kepentingan dan aspirasi
yang bervariasi, yang bisa menimbulkan konflik.
3. Kemajemukan selain bisa menjadi kekuatan bangsa, juga berpotensi
menjadi kelemahan yang laten. Oleh karenanya, diperlukan upaya
sungguh-sungguh dari berbagai pihak untuk menjaga harmoni dan
kerukunan yang selama ini telah terbangun, sehingga terhindar dari
munculnya konflik dan perpecahan bangsa.
4. Semua pihak dan komponen bangsa ini harus senantiasa dengan
penuh kesadaran menjaga hubungan persaudaraan yang rukun antar
sesama Muslim (ukhuwah Islamiyyah), antar sesama anak bangsa
(ukhuwah wathaniyah), dan antar sesama manusia (ukhuwah
insaniyah).
PRINSIP-PRINSIP UKHUWAH SEBAGAI PILAR
PENGUATAN NKRI

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2018:

Ukhuwah Islamiyyah
1. Ukhuwah Islamiyah merupakan manifestasi dari ikatan
persaudaraan yang harmonis antar sesama Muslim. Perbedaan di
antara umat Islam yang termasuk dalam katagori wilayah
perbedaan (majal al-ikhtilaf) harus ditoleransi dan diupayakan
terjadinya titik temu untuk keluar dari perbedaan (al-khuruj min
al-khilaf).
2. Adapun perbedaan yang berada di luar majal al-ikhtilaf
dipandang sebagai penyimpangan yang harus diluruskan,
sebelum dilakukan penindakan secara hukum menurut
perundang-undangan yang berlaku.
3. Negara wajib menjamin umat Islam untuk menjalankan ajaran
agamanya dan melindungi kemurnian agamanya dari setiap
upaya penodaan agama.
PRINSIP-PRINSIP UKHUWAH SEBAGAI PILAR
PENGUATAN NKRI

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2018:

Ukhuwah Wathaniyah
1. Sebagai sesama warga bangsa, setiap penduduk Indonesia diikat dengan komitmen
kebangsaan, sehingga harus hidup berdampingan secara damai dan rukun sebagai
sesama anak bangsa (ukhuwah wathaniyah) dengan tetap menjunjung tinggi prinsip-
prinsip kebangsaan yang telah menjadi kesepakatan bersama.
2. Pancasila sebagai dasar, falsafah dan ideologi berbangsa dan bernegara merupakan tali
pengikat seluruh warga bangsa dalam menjalin relasi antar sesama warga bangsa.
Pancasila bukanlah agama, tidak dapat menggantikan agama dan tidak dapat
dipergunakan untuk menggantikan kedudukan agama. Orang yang menegakkan nilai-nilai
Pancasila sudah selayaknya menjadi orang yang mempunyai komitmen tinggi terhadap
penegakan nilai-nilai keagamaan.
3. Setiap warga negara mempunyai posisi yang sama di dalam konstitusi negara. Dalam
konteks berbangsa dan bernegara, posisi antar sesama warga sebagai bagian warga
bangsa terikat oleh komitmen kebangsaan, sehingga harus hidup berdampingan secara
damai dan rukun dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Dalam hal kerukunan antar pemeluk agama, Islam mengakui eksistensi agama lain tanpa
mengakui kebenaran ajaran agama tersebut, sebagaimana pada masa Nabi Muhammad
saw juga diakui eksistensi agama selain Islam, antara lain Yahudi, Nasrani, dan Majusi.
PRINSIP-PRINSIP UKHUWAH SEBAGAI PILAR
PENGUATAN NKRI

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tahun 2018:

Ukhuwah Insaniyah
1. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain untuk
berinteraksi dalam menjalani kehidupannya. Persaudaraan antar sesama
manusia (ukhuwah insaniyah) merupakan sesuatu yang tidak terhindarkan
dalam kehidupan di dunia ini.
2. Umat manusia diciptakan oleh Allah SWT terdiri dari berbagai ras, bangsa,
suku, adat istiadat, dan berbagai kelompok agar saling mengenal dan
memahami, sehingga terjalin interaksi dan hubungan yang baik antar
mereka. Dengan demikian, akan terwujud kedamaian dunia dan
persaudaraan sesama umat manusia.
3. Ukhuwah Insaniyah dapat menjadi pendorong terjadinya tolong menolong
antar sesama umat manusia tanpa memandang perbedaan ras, etnis,
suku, bangsa, agama dan kelompok. Upaya tolong-menolong antar
sesama manusia tidak layak dan tidak patut dijadikan gerakan terselubung
memurtadkan umat Islam.
‫ساقِّ ْط َ‬
‫علَ ْي ِّك ُر َطبًا‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ت‬ ‫ة‬
‫ِّ‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ْ‬
‫خ‬ ‫الن‬ ‫ع‬ ‫ْ‬
‫ذ‬ ‫ج‬
‫ِّ‬ ‫ب‬
‫ِّ‬ ‫ك‬
‫ِّ‬ ‫ي‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫إ‬
‫ِّ‬ ‫ي‬‫ز‬‫ِّ‬ ‫ُ‬
‫ه‬ ‫و‬
‫َ‬
‫ِّ‬
‫َج ِّنيًّا (مريم‪)25 :‬‬
‫ّللا يَ ْه ِّدي َم ْن‬
‫َ‬ ‫ن‬ ‫ك‬
‫ِّ‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫تَ‬ ‫ب‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ب‬‫ح‬‫ْ‬ ‫َ‬ ‫أ‬ ‫ْ‬
‫ن‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫ي‬‫د‬‫ِّ‬ ‫ه‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ت‬ ‫َ‬
‫َل‬ ‫ِّإن َك‬
‫يَشَا ُء (القصص‪)56:‬‬
‫"نحن قوم أعزنا هللا باإلسالم فمهما ابتغينا‬
‫العزة في غيره أذلنا هللا"‪.‬‬
WASSALAM DAN TERIMAKASIH

MAJELIS ULAMA INDONESIA

1975 -2021
DAKWAH
DAN
MEDIA PENYIARAN
Standar Kompetensi Da’i Angkatan ke-4 - MUI
Jakarta - Senin, 27 September 2021
Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk
memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan
jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa,
mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan
kesejahteraan umum, dalam rangka membangun
masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan
sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran
Indonesia
WEWENANG KPI
• Menetapkan standar program siaran;
• Menyusun peraturan dan menetapkan
pedoman perilaku penyiaran;
• Mengawasi pelaksanaan peraturan dan
pedoman perilaku penyiaran serta standar
program siaran;
• Memberikan sanksi terhadap pelanggaran
peraturan dan pedoman perilaku penyiaran
serta standar program siaran;
• Melakukan koordinasi dan/atau kerjasama
dengan Pemerintah, lembaga penyiaran, dan
masyarakat.
TUGAS DAN KEWAJIBAN KPI

Menjamin masyarakat untuk ikut membangun iklim


ikut membantu pengaturan
memperoleh informasi yang persaingan yang sehat
infrastruktur bidang
layak dan benar sesuai antarlembaga penyiaran
penyiaran;
dengan hak asasi manusia; dan industri terkait;

menampung, meneliti, dan


menyusun perencanaan
menindaklanjuti aduan,
memelihara tatanan pengembangan sumber
sanggahan, serta kritik dan
informasi nasional yang daya manusia yang
apresiasi masyarakat
adil, merata, dan seimbang; menjamin profesionalitas di
terhadap penye-lenggaraan
bidang penyiaran.
penyiaran; dan
KPI , MUI dan Kementerian Agama Menandatangani
Kesepakatan Koordinatif Kerjasama (MoU)
Rabu , 13 Maret 2019
Mewujudkan program siaran dakwah dan agama di semua
stasiun televisi sesuai undang-undang penyiaran dan sesuai
P3SPS.

Mewujudkan program siaran dakwah dan agama di semua


stasiun televisi yang moderat.

Mewujudkan program siaran dakwah dan agama di semua


stasiun televisi yang ahlu sunnah wal jamaah.

Mewujudkan program siaran dakwah dan agama di semua


stasiun televisi yang menguatkan ideologi Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
TUGAS
• Kementerian Agama  Melaksanakan pembinaan dan pemantauan
terhadap program siaran dakwah di LP

• KPI Pusat  Melaksanakan pemantauan terhadap program siaran


dakwah di LP

• MUI  Melaksanakan pengkajian terhadap materi dakwah serta


pembinaan dan pemberian rekomendasi DA’I di LP
ANUGERAH SYIAR RAMADHAN
2020
KATEGORI PROGRAM KATEGORI PROGRAM
LIPUTAN KHUSUS RAMADAN AJANG BAKAT
ANUGERAH SYIAR RAMADHAN
2020
KATEGORI PROGRAM DAKWAH KATEGORI PROGRAM DAKWAH
TALKSHOW NON TALKSHOW (CERAMAH)
ANUGERAH SYIAR RAMADHAN
2020
KATEGORI PROGRAM DAKWAH
KATEGORI PROGRAM SINETRON
NON TALKSHOW (KULTUM)
ANUGERAH SYIAR RAMADHAN
2020
KATEGORI PROGRAM KATEGORI PROGRAM RAMADAN
FILM ANIMASI FUTURE DAN DOKUMENTER
• Ketentuan-ketentuan bagi lembaga penyiaran yang

P3 ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia sebaga


panduan tentang batasan perilaku penyelenggaraan
penyiaran dan pengawasan penyiaran nasional

• Standar isi siaran yang berisi tentang batasan-

SPS batasan, pelarangan, kewajiban, dan pengaturan


penyiaran, serta sanksi berdasarkan Pedoman
Perilaku Penyiaran yang ditetapkanoleh KPI.
P3 SPS

- Pasal 6
- Pasal 6 P3
- Pasal 7
- Pasal 14
- Pasal 21
- Pasal 15 SPS
- Pasal 37
- Pasal 43 - Pasal 59

Pasal 7 (SPS)
Materi agama pada program siaran wajib memenuhi ketentuan:
a. Tidak berisi serangan, penghinaan dan/atau pelecehan
terhadap pandangan dan keyakinan antar atau dalam agama
tertentu serta menghargai etika hubungan antar agama;
b. Menyajikan muatan yang berisi perbedaan pandangan/paham Pasal Terkait Keagamaan
dalam agama tertentu secara berhati-hati, berimbang, tidak
berpihak dengan narasumebr yang berkompeten dan dapat
dipertanggungjawabkan;
c. Tidak menyajikan perbandingan antar agama dan;
d. Tidak menyajikan alasan perpindahan agama seseorang atau
sekelompok orang.
Verifikasi Awal
Data Aduan
Menurut Katagori
Siaran
PELANGGARAN
TAYANGAN
TEGURAN TERTULIS
SANKSI ADMINISTRATIF
PASAL P3SPS YANG
NO TANGGAL LP PROGRAM SIARAN DESKRIPSI
DILANGGAR
Pada tanggal 11 Juni 2015 pukul 17.10 WIB program
tersebut menayangkan seorang pria secara eksplisit P3 Pasal 6
1 23 Juni 2015 TRANS TV Berita Islami Masa Kini menceritakan kisahnya sebagai seorang mualaf, alasan SPS Pasal 6 Ayat (1) dan
perpindahan agama hingga terjadi pertentangan di Pasal 7 huruf c dan d
keluarganya.

PERINGATAN
SANKSI ADMINISTRATIF
PASAL P3SPS YANG
NO TANGGAL LP PROGRAM SIARAN DESKRIPSI
DILANGGAR

Pada tanggal 04 Desember 2017 pukul 04.17 WIB telah


METRO P3 Pasal 6
1 06 Desember 2017 Syi'ar Kemilau menampilkan tayangan yang berpotensi menimbulkan
TV SPS Pasal 6 Ayat (1)
kekeliruan dalam pemaknaan muatan agama.
TEGURAN TERTULIS
SANKSI ADMINISTRATIF TAHUN 2020
PASAL P3SPS YANG
NO TANGGAL LP PROGRAM SIARAN DESKRIPSI
DILANGGAR
P3 Pasal 14 Ayat (2), Pasal
Tanggal 21 Januari 2020 mulai pukul 06.29 WIB menampilkan proses
21 Ayat (1)
1 5 Februari 2020 SCTV Sejadah ruqyah yang dilakukan oleh seorang pria an. Hafidz Assaifi yang
terdapat adegan 3 orang wanita mengalami kesurupan. SPS Pasal 15 Ayat (1),
Pasal 37 Ayat (4) huruf b

Tanggal 6 Mei 2020 mulai pukul 17.33-17.34 WIB terdapat muatan


strategi promosi produsen rokok PT Djarum berupa voice over,
“..Dipersembahkan oleh..” yang diikuti dengan bumper-in “..Selamat
Menunaikan Ibadah Puasa PT Djarum..”. Dalam tayangan tersebut P3 Pasal 14 Ayat (2), Pasal
logo produsen rokok PT Djarum juga muncul dalam bentuk grafis
43
2 15 Mei 2020 SCTV Mengetuk Pintu Hati superimpose selama program berlangsung. Program siaran insertion
tidak secara khusus dibuat oleh perusahaan rokok tetapi di dalam SPS Pasal 15 Ayat (1),
tayangan tersebut terdapat penyematan secara sengaja logo Pasal 59 Ayat (2)
perusahaan rokok tanpa memiliki hubungan konteks terhadap
tayangan tersebut, maka hal ini dikategorikan sebagai iklan rokok
sebagaimana yang telah dilakukan terhadap program tersebut.

Pada tanggal 28 September 2020 mulai pukul 06.34 WIB P3 Pasal 14 Ayat (2), Pasal
menampilkan visual seorang wanita a.n. Ida Farida yang mengalami
Siraman Qalbu 21 Ayat (1)
kesurupan. Dalam tayangan tersebut, terdapat adegan percakapan
3 22 Oktober 2020 MNCTV Bersama Ustadz seorang pria a.n. Ustadz Dhanu dengan seorang wanita a.n. Ida SPS Pasal 15 Ayat (1),
Dhanu Farida yang sedang mengalami kesurupan tersebut. Selain itu Pasal 37 Ayat (1), (2), (4)
ditemukan muatan serupa pada tanggal 30 September 2020. huruf b
INDEKS KUALITAS PROGRAM
RELIGI PERIODE I TAHUN
2020

Standar 3.0
KPI 0

Periode 1 3.4
2020 3 PERBANDINGAN INDEKS
PROGRAM RELIGI TAHUN
2017 - 2020
INDEKS KUALITAS PROGRAM 3.4
RELIGI BERDASARKAN 3
LEMBAGA PENYIARAN
NE 3.6
T 2
TVR 3.5
I 7 3.19
RC 3.5
3.1 3.1
TI 5 3.1
KOMPAS 5 3.1 8
TV 3.54 6 3.1 3.0
METRO 3
TV 1 9 P
3.54
3.5
INEWS 2 3.0 1
TV 0
SCT
3.5 P
RTV 3.4
V 2
INDOSIA
7
3.4 2
R 4
TV 3.
ONE 4 P
TRANS 3.2
TV
MNC
8
3.2 3
TV 5
TRANS
7
ANT
3.24 201 201 201 202 Standar
3.1
V 3
7 8 9 0 KPI
MOHAMAD REZA

E-mail : rezagtlo@gmail.com
Ig: rezagtlo
Facebook: Reza Rh

TERIMA KASIH
STANDARD KOMUNIKASI
USTADZ DI MEDIA SOSIAL
Standardisasi Kompetensi Da’i Angkatan 7

HARI USMAYADI, M.Kom, MM


Wakil Ketua Komisi Infokom MUI
PERKENALAN

HARI USMAYADI, M.Kom. MM


SEMARANG, 1977

AKTIVITAS:
• VP Commerce Telkom
• Wakil Ketua Komisi Infokom MUI Pusat
• Ketua LTN PBNU
• Ketua Persaudaraan Profesional Muslim Aswaja
• Inisiatior Santri Goes to Papua
• Founder Laduni.ID

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


DAFTAR ISI
• Sejarah MUI
• Analisis Lingkungan Strategis
• Konflik Global, Regional, dan Dalam Negeri
• Internet dan Sosmed Indonesia
• Perkembangan Internet 2021 Indonesia
• Perkembangan Sosmed Indonesia
• Dampak Disrupsi Teknologi dan Industri 4.0
• Dampak Pandemi
• Prediksi Perkembangan Indonesia
• Ekonomi Indonesia 2021
• Analisis Situasi Perkotaan, Masyarakat Kelas Menengah, dan Usia Produktif
• Industri 4.0, Pandemi, dan Kesiapan SDM
• Peran Ulama dalam Medsos
• Fatwa Medsos MUI
• Arahan dan Harapan Publik
• Apa yang harus dilakukan?
FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI
LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN MUI

MAJELIS Ulama Indonesia (MUI) adalah lembaga keummatan yang mewadahi para ulama, zu’ama, dan cendikiawan
Islam di Indonesia antara lain untuk melindungi umat (himayatul ummah, melindungi agama (himayatuddin), dan
melindungi negara (himayatud daulah) berdiri 17 Rajab 1395 Hijriah, atau 26 Juli 1975 di Jakarta.

Salah satu latar belakang lahirnya MUI adalah karena kesadaran sejaran di mana umat dan Negara tengah
membutuhkan wadah untuk mempersatukan organisasi kemasyarakatan Islam (Ormas) untuk melindungi negara
(himayatud daulah).

Hasil musyawarah para ulama, cendekiawan dan zu’ama yang datang dari berbagai penjuru Tanah Air, antara lain
meliputi dua puluh enam orang ulama yang mewakili 26 Provinsi di Indonesia pada masa itu, 10 orang ulama yang
merupakan unsur dari ormas-ormas Islam tingkat pusat, yaitu, NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti, Al Washliyah,
Math’laul Anwar, GUPPI, PTDI, DMI, dan Al Ittihadiyyah, empatnorang ulama dari Dinas Rohani Islam, Angkatan Darat,
Angkatan Udara, Angkatan Laut dan Polri serta 13 orang tokoh/cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan.

Visi MUI adalah terciptanya kondisi kehidupan masyarakat, kebangsaan, dan kenegaraan yang baik menuju masyarakat
berkualitas demi terwujudnya kejayaan kaum Muslimin dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Visi kebangsaan, MUI menjaga kedaulatan negara melalui mitra strategis bersama pemerintah (shodiqul hukumah).

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


Analisis
Lingkungan
Strategis
KONFLIK DI SERAMBI NEGERI

Arab Saudi + Turki Hentikan Konflik Rusia Aktifkan Pangkalan Korea Utara Ancam NATO vs China terkait
Syuriah dan Berdamai dengan Israel Konflik Laut China Selatan Perang Vietnam & Pasifik Amerika Covid Amerika vs Rusia di Ukraina

Australia vs Perancis tentang Pembatalan China vs India dalam Konflik Konflik Dagang
Taliban Kuasai Afghanistan Pemesanan Kapal Selam senilai Rp570T Perbatasan (Himalaya) Amerika vs China

Arab Saudi beralih dari Islam Wahabi


Keras ke Islam Moderat. Menangkap
imam masjid yang beraliran keras &
Membuka Hiburan ala Barat

Krisis energi di Eropa, China, dan India, serta Singapura China vs Taiwan + Jepang Konflik Nasional 1 Tahun Terakhir

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


MEDIA SOSIAL dan KONFLIK PEPERANGAN

Libya Paska Khadaffy Peta Perang Dingin Social Media in War

Global and Proxy War Peta Konflik Ekonomi Tweet by Languange Social Media in War

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


TREND PERILAKU DIGITAL INDONESIA

Sumber: Daily Social

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


PERKEMBANGAN REVOLUSI INDUSTRI

Dari waktu ke waktu terjadi perubahan teknologi yang


menstimulasi perubahan besar di sektor industri
dalam memenuhi kebutuhan manusia secara global
(Revolusi Industri)

Sejak tahun 1750–1850 yang disebut sebagai Revolusi


Industri 1.0, seiring perkembangan teknologi, maka
terjadi perubahan di sektor industri hingga kini sampai
pada tahap 4.0

Disrupsi teknologi digital adalah era terjadinya inovasi


dan perubahan besar-besaran secara fundamental
karena hadirnya teknologi digital, sehingga mengubah
sistem yang terjadi secara global yang berpotensi
terjadi banyak pengurangan (baca: penghapusan)
pekerjaan manusia.
DAMPAK REVOLUSI INDUSTRI 4.0
 Sekitar 1–1,5 miliar pekerjaan sepanjang tahun 2015-2025 digantikan mesin-mesin otomatis 1)
 Estimasi 65% murid sekolah dasar di dunia akan bekerja pada pekerjaan yang belum pernah
ada di hari ini 2).
 Pekerjaan yang diperkirakan hilang dalam 10 tahun yang akan datang: sopir, petani, tukang
pos, broadcaster (journalist), jeweler, nelayan, publishers, kasir, petugas delivery
(tukangkoran), travel agent, dispatcher, tele marketer, sosmed professional, pekerja pabrik,
dan sport official/referee, akuntan, bintang film, pekerja konstruksi 3)
 Pekerjaan yang akan muncul setidaknya: social media communication, digital techno
geeks, managing/ collaborating people, content creator
 Riset Markplus.Inc terhadap 400 UKM di Indonesia terdapat 64% UMKM yang terkena
dampak pandemi Covid-19 dan 50% di antaranya terkendala keterbatasan modal
usaha.
10 Kompetensi di Industri 4.0

Sumber (dimodifikasi):
1. Gerd Leonhard, Futurist
2. Ainun Na’im, Kemenristekdikti
3. https://www.cheatsheet.com/money-career/jobs-that-will-be-gone-in-10-years.html/

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


DAMPAK COVID pada SOSIAL EKONOMI

Sumber: LIPI
FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI
Prediksi
Perkembangan
Indonesia
PERTUMBUHAN EKONOMI (TERBAIK DUNIA)

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


POTENSI EKONOMI PENDORONG KEMAJUAN

Di Pulau Simeuleu ditemukan


cadangan minyak yang jauh lebih
besar dari cadangan Arab Saudi. Cadangan tambang emas lebih dari 300 T ton Nikel modal dasar trend baterai Batubara di tengah krisis energi internasional

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


EKONOMI INDONESIA 2030-2050

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


CONTOH: DETAIL KOMPARASI EKONOMI

Negara Ratio Jumlah Hutang per


Hutang vs Penduduk Penduduk
GP
INA 25% 250 juta US$ 868
US$217 B
Yunani 177% 11 juta US$ 38.909
US$428 B
2018

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


MASYARAKAT MENENGAH (MIDDLE CLASS SOCIETY)

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


STATISTIK PENDUDUK KOTA, KELAS MENENGAH, USIA PRODUKTIF
• Proyeksi total penduduk di tahun 2020= 273 juta
• Penduduk perkotaan: 56.7% (154 juta) Pemuda/
Ciri: budaya masyarakatnya individualis, konsumtif, berpikiran terbuka mahasiswa
dan modern, dan memiliki kemampuan mengakses informasi yang tak
terbatas Perkotaan

• Penduduk kelas menengah: 52% (141 juta) Remaja


Ciri: terdidik, kritis, mampu menyampaikan opini pribadi terkait
lingkungan sekitar, erat berhubungan dengan sosial media Perkotaan
• Penduduk berusia 20-40 tahun: 34% (83 juta)
Ciri: Generasi ini sangat dipengaruhi oleh penggunaan smartphone, Masyarakat
meluasnya internet, dan jejaring sosial media, memiliki pola pikir – nilai –
perilaku yang berbeda dari generasi sebelumnya kelas
Menengah
Perkotaan

Karyawan
Perkantoran &
Profesional

18
FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI
‘DRIVER’ UTAMA EKONOMI DIGITAL INDONESIA

Sumber: Bappenas, 2020

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


COVID-19 AKSELERASI ADOPSI DIGITAL
Implikasi positif dari pandemik Covid-19 salah satunya adalah percepatan adopsi digital di Indonesia yang
menciptakan pola kebiasaan baru.

Selama pandemi, Akan terus Peningkatan Transaksi di


37% terjadi peningkatan
pengguna layanan
93% menggunakan
layanan digital
400% e-commerce selama masa
pandemi
digital baru. seletah pandemi
(di atas rerata Asia Tenggara) berlalu.

Perubahan Pola Konsumsi


Terjadi perubahan pola konsumsi menjadi
pemanfatan layanan digital selama covid

& Health

Source: google Report, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


TANTANGAN DAKWAH SAAT INI
Kemaksiatan, hasutan perpecahan bangsa, kejahatan HOAX dari Framing Content
Analisis framing adalah cara
menggunakan teknologi yang dipakai untuk melihat
bagaimana media
mengkonstruksi realitas ke
dalam bentuk berita, artikel,
kolom, feature untuk
konsumsi dan tujuan
tertentu.
• Fakta/peristiwa adalah
hasil konstruksi
• Media adalah agen
konstruksi
• Berita bukan refleksi dari
realitas, tapi hanya hasil
konstruksi dari realitas
Video Chat Apps • Berita bersifat subjektif,
hasil konstruksi realitas
Akun Twitter & Socmed Prostitusi
• Wartawan bukan
Group Socmed pelapor, tapi agen
Radikal & Teroris konstruksi realitas

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


Peran Ulama
dalam
Medsos
FATWA MEDSOS MUI #1

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


FATWA MEDSOS MUI #2

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


FATWA MEDSOS MUI #3
6 KEHARUSAN

1. HARUS BENAR isi, sumber, waktu dan tempat, latar belakang


serta konteks informasinya.
2. HARUS BERMANFAAT baik bagi diri penyebar maupun bagi
orang yang akan menerima informasi.
3. HARUS BERSIFAT UMUM, artinya dapat dikonsumsi segala
lapisan masyarakat.
4. HARUS TEPAT WAKTU & TEMPAT (muqtadhal hal). Sebab,
informasi benar yang disampaikan pada waktu atau tempat
yang berbeda bisa memiliki perbedaan makna.
5. HARUS TEPAT KONTEKS, informsi yang terkait dengan konteks
tertentu tidak boleh dilepaskan dari konteks aslinya. Karena jika
dilekatkan pada yang berbeda bisa berarti beda.
6. HARUS MEMILIKI HAK. Penyebar informasi harus memiliki
hak untuk menyebarkan dan tidak melanggar hak orang lain,
seperti hak kekayaan intelektual atau hak privasi.

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


MEDSOS di PERSPEKTIF MILENIAL

POSITIF
1.
2.
Membangun Bisnis
Temukan Tempat yang Pas
NEGATIF
3. Tetap Terhubung 1. Memicu cyber-bullying
4. Belajar Mandiri 2. Mengganggu kegiatan yang
5. Mempromosikan dan lebih penting
Mengiklankan 3. Menjadi anti sosial
6. Menemukan Barang Baru 4. Melakukan kejahatan di dunia
7. Memerangi Kejahatan maya
8. Selalu Tahu Kabar Terkini
9. Membantu Orang dan Diri
Sendiri
Brainberries.co
FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI
TOOLS DAKWAH TERKINI

Media Bentuk Kondisi Dakwah Tantangan


Social Media (facebook, • Fanspage ustadz terdapat simpul-simpul Mengkoordinir menjadi
twitter, IG, tiktok) • Penyebaran Artikel viral gerakan serempak, kompak,
• Kampanye Viral interaktif terhadap isu terkini
Web blog • Penyebaran artikel, Santri sudah memahami • Aktif update
serempak, masif mudah membuat • SEO
• citation (rujukan situs) website, belum • Content Bank
terintegrasi
Social Communication • Tausiyah singkat Mulai berjalan • Content bank
(WhatsApp, Telegram) • Pengumpulan Jaringan • Pembentukan dan
(viral tools) pengumpulan jaringan
group WA
Event Live/ Recorded Bukti sebagai modal Mulai berkembang • Content bank
(Youtube, Sound cloud, ‘serangan’ atau ‘kampanye’ • Koordinasi penyebaran
NuTizen) content
Tradisional TV Sinetron & Tausiyah Berkembang • Sinergi antar lembaga
untuk produksi content

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


MEDSOS MUI

Facebook Twitter

Instagram

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


SHARING #1: PROSES KERJA MEDSOS MUI

A. SOURCING B. PRODUCTION C. PUBLICATION D. DEVELOPMENT

1.a. 3. 7.
1.b. 5.
Monitoring Dikirim ke wa group tim Monitoring Evaluasi
Rilis berita Persetujuan Publikasi
isu sosmed kreator meme & video Positioning
web resmi
via Drone
mui.or.id
Emprit

4. 6. 8.
1.c. Seleksi dan Finalisasi Proses Publikasi Community Relationship
Internal isu terencana content (mentioning & hashtag) Analysis & Development

2. Draft Wording

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


SHARING #2: PERENCANAAN SOSIALISASI
POTENSI ISU
Kalender Potensi Isu #3
Minggu ke Kalender Islam Potensi Isu #1 (Sosial Potensi Isu #2 (Sosial Isu Terpilih Keyword
Nasional (Ekonomi nasional &
Keagamaan) Budaya)
internasional )
25 18-24 Juli 8-14 Dzulhijah Qurban Ibadah di rumah Suasana ekonomi Qurban menjadi Alihkan qurban untuk
merosot selama solusi ekonomi membantu saudara di
PPKM tengah pandemi

26 25-31 Juli 15-22 Dzulhijah Shalat Idul Adha Shalat Idul Adha dengan Suasana ekonomi Shalat Idhul Adha Tetap taat prokes dalam
prokes merosot selama dan Prokes shalat Idul Adha
PPKM

27 1-7 Agustus 23-30 Dzulhijah

28 8-=15 Agustus

29 16-22 Agustus

30 23-30 Agustus
Keterangan:
1. Perencanaan Isu disusun oleh PIC terkait
2. Draft rencana isu disepakati bersama
3. Rencana isu disampaikan tiap minggu sekali di wa group Pokja sebagai bahan isu dalam 1 minggu

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


SHARING #3: KOLABORASI MEDIA

Live
Event

Cross Live Viraling

• Sinergi TV MUI dengan Pokja IT & Medsos


• Mengkolaborasikan penyebaran acara TV ke sosmed MUI (IG dan FB)

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


Arahan Standard
Komunikasi
Ustadz di
Medsos
ARAHAN PIMPINAN MUI DAN PEMERINTAH

WAKIL PRESIDEN MENTERI AGAMA KETUA UMUM MUI SEKJEN MUI


KH MA’RUF AMIN YAQUT Q. CHOUMAS KH MIFTACHUL AKHYAR BUYA AMIRSYAH TAMBUNAN
MUI penuntun di dalam Mengawal kerukunan dan Fungsi ulama sebagai panutan, MUI berkomitmen
kehidupan kita bermasyarakat, eksistensi NKRI, karena MUI pengayoman, dan pembimbing di untuk memperbaiki
berbangsa, dan, bernegara dan merupakan Khadimul Ummah tengah umat Islam di Indonesia. permasalahan keumatan dan
juga penjaga agama dari upaya- Shadiqul Hukumah atau Pelayan kebangsaan dengan langkah
upaya penodaan Umat dan Mitra Pemerintah Dan peran ulama adalah integritas, strategis yang dapat dilakukan
karya-karya dan kontribusi oleh umat dan bangsa bersama
MUI berperan dalam menjaga pengaruhnya. MUI.
keutuhan bangsa Indonesia

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


HARAPAN PUBLIK

Gubernur Sulut Olly Dondokambey


“Harapan kita apa yang telah dilakukan
selama ini akan terus digaung-gaungkan,
dilaksanakan MUI Sulut. Menjadi
komitmen kami dan Pemprov Sulut tetap
menjaga dan memfasilitasi keberadaan
umat. Supaya Sulut ini harus dibangun oleh Gubernur Sultra
manusia yang berakhlak beriman dan taqwa Ali Mazi
kepada Tuhan,” “Selama ini, keberadaan MUI Prov. Sultra mampu
menjalankan peran dan fungsinya dengan baik,
“Selama ini MUI turut membina keharmonisan dan toleransi umat khususnya pembinaan dan pelayanan umat untuk
beragama di tanah bumi Nyiur Melambai. Peran MUI luar biasa. mewujudkan kehidupan yang rukun dan damai, tidak
Kiranya tetap memberi kontribusi dalam upaya menjaga nilai-nilai saja bagi internal umat Islam tetapi juga antar umat
toleransi dan kerukunan umat beragama di Sulut. Semoga kebersamaan beragama. Saya berharap sinergitas dan kemitraan
ini terus berlangsung kerjasama kita semakin besar silahturahmi jangan harmonis yang telah dibangun selama ini dengan
putus putus semua tokoh agama harus dan masyarakat harus kita berbagai elemen dapat dipertahankan dan dilanjutkan di
libatkan untuk membangun daerah. Saya juga mengingatkan semua masa yang akan datang”
pihak untuk tetap menjaga protokol kesehatan dalam memerangi Covid-
19 di Sulut,”

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


PEDOMAN STANDARD USTADZ MUI
1. Berupaya meneguhkan jati diri MUI sebagai “organisasi ulama waratsatul anbiya” yang memiliki
tanggung jawab moral untuk mengawal perjalanan umat Islam dan bangsa Indonesia menuju Negara
yang aman, damai, penuh dengan lindungan dan ampunan Allah
2. Berkomitmen memiliki ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang keagamaan dan bidang
lainnya secara mendalam dan memberikan solusi terhadap kemiskinan (iman, ilmu pengetahuan,
struktural, dan kultural).
3. MUI menjadi tempat bertanya dan tumpuan harapan umat dan bangsa dalam berbagai bidang
kehidupan.
4. MUI memberikan kontribusi dalam menyelesaikan persoalan-persoalan dunia internasional,
khususnya yang menimpa umat Islam.
5. Mendorong pendidikan karakter bangsa dengan mengintegrasikan materi pendidikan pendidikan
Islam yang ideal
6. Mengawal isi media massa dengan monitor dan bimbingan agar semakin berkualitas dalam
mencerahkan dan mencerdaskan, sehingga umat dan bangsa terhindar dari berita fitnah, adu-
domba (namimah), hoaks, dll.
7. Turut serta menanggulangi permasalahan bangsa termasuk pemulihan ekonomi nasional paska
pandemi.
8. Melakukan dialog kebangsaan dalam rangka menjaga kerukunan umat beragama
FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI Sumber: Hasil Munas MUI
LANGKAH TEKNIS OPERASIONAL USTADZ MUI

1 2
Memiliki akun media Memfollow/ mengikuti
sosial yang dikelola dan menyebarkan
dengan baik untuk content akun resmi
media dakwah lembaga atau pengurus
(FB, IG, TW) atau ambassador MUI

3 4
Menjadikan medsos
Aktif di Medsos dan
sebagai media belajar
mengikuti fatwa MUI
dan meneruskan
muamalah di media
kebaikan secara
sosial
bertanggung jawab

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


AKUN MEDSOS AMBASSADOR MUI

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


SKEMA STANDARD KOMUNIKASI USTADZ

Panduan

TIM Interaksi Interaksi


KOORDINASI CHANNEL UMAT
WEB MUI
TV USTADZ MUI
MEDSOS
KOMISI
BADAN
LEMBAGA Sosialisasi Sosialisasi Sosialisasi
& Dakwah

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


CASE STUDY: CRYPTO CURRENCY

Panduan

TIM UMAT
KOORDINASI Interaksi CHANNEL Interaksi
HALAL
WEB MUI atau
MEDSOS HARAM? USTADZ MUI
https://mui.or.id/berit
KOMISI FATWA a/32209/keputusan-
mengeluarkan fatwa-hukum-uang-
fatwa “Hukum kripto-atau-
Sosialisasi cryptocurrency/ Sosialisasi
Mata Uang Sosialisasi
Kripto” & Dakwah

FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI


Terima Kasih
Semoga bermanfaat.
PEDOMAN STANDARD USTADZ MUI
1. MUI terus berupaya meneguhkan jati dirinya sebagai “organisasi ulama waratsatul anbiya” yang memiliki tanggung jawab moral untuk
mengawal perjalanan umat Islam dan bangsa Indonesia ke depan menuju Negara yang aman, damai, dan penuh dengan lindungan dan
ampunan Allah (baldatun thayyibatun warabbun ghafur).
2. Para ulama dan khususnya pengurus MUI terus berkomitmen berbenah diri agar memiliki ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang
keagamaan dan bidang lainnya secara mendalam, sehingga dengan kapasitas keilmuan sesuai keahliannya dapat memberikan solusi
terhadap kemiskinan baik kemiskinan iman maupun kemiskinan ilmu pengetahuan yang berimplikasi kepada kemiskinan struktural dan
kultural.
3. Dengan ilmu pengetahuannya yang mendalam disertai dengan watak kearifan, ketakwaannya, para ulama, zuama’ dan cendikiawan yang
bergabung di MUI menjadi tempat bertanya dan tumpuan harapan umat dan bangsa dalam berbagai bidang kehidupan.
4. MUI terus berikhtiar memberikan kontribusi dalam meningkatkan peranannya guna menyelesaikan persoalan-persoalan dunia
internasional, khususnya yang menimpa umat Islam di berbagai belahan dunia.
5. Mendorong pendidikan karakter bangsa dengan mengintegrasikan materi pendidikan pendidikan Islam yang ideal dari tingkat dasar
sampai perguruan tinggi untuk menentukan konsep pembentukan insan-insan yang memiliki integritas, kapasitas serta akseptabilitas dalam
rangka membangun umat dan bangsa yang bermartabat.
6. Mengawal isi media massa dengan melakukan monitor dan bimbingan terhadap media online Islam sehingga semakin berkualitas isinya
yang mencerahkan dan mencerdaskan, sehingga umat dan bangsa terhindar dari berita fitnah, adu-domba (namimah), hoaks, dan lain-
lain.
7. Bersama dengan pemerintah bersama lembaga-lembaga sosial keagamaan lainnya dalam menanggulangi permasalahan bangsa (contoh
Covid 19) dan pemulihan ekonomi nasional untuk kepentingan umat dan bangsa.
8. Melakukan dialog kebangsaan dalam rangka menjaga kerukunan umat beragama, karena MUI menyadari bahwa Indonesia berada pada
posisi dan berbagai latar belakang penganut agama, etnis, suku dari Sabang sampai Marauke. Untuk itu kebhinekaan merupakan perekat
bangsa yang harus disosialisasikan kepada semua elemen bangsa, sehingga bangsa ini tetap utuh.

Sumber: Hasil Munas MUI


FB: muipusat || IG: @muipusat || Twitter: @muipusat || Youtube: OFFICIALTVMUI
Oleh:
HM. Cholil Nafis, Lc. Ph D
Ketua Majelis Ulama Indonesia Pusat
Dosen FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1
Dosen Pascasarjana Universitas Indonesia
PENDIDIKA ISLAM WASATHI

Umat Islam di Indonesia berfaham


ahlussunnah wal-jama’ah yang berciri
moderat (tawassuth), toleran
(tasamuh), berpegang pada
metodologi pengambilan hukum
(manhajiy), dinamis (tathawwuriy),
dan mengedepankan wajah Islam
yang welas asih (rahmah lil-alamin).

Ahlussunnah wal-jama’ah bukan saja


menjadi panduan dalam berfikir
(manhaj al-fikr) tapi juga merupakan
panduan berperilaku (manhaj al-‘amal)
umat Islam Indonesia, dalam
kehidupan keagamaan, kehidupan
kemasyarakatan, dan kehidupan
berbangsa dan bernegara.
TIGA PARADIGMA HUB AGAMA DG NEGARA
AGAMA DAN PANCASILA
• Agama mestinya sebagai sumber untuk
peningkatan peradaban, bukan sebagai identitas
kelompok sosial, sehingga kehadiran agama yang
ber-beda2, tidak dimaknai sebagai ancaman antar
kelompok keagamaan itu sendiri.
• Kehadiran agama2 yg ber-beda2 itu mestinya
mengintegrasikan, bukan malah dijadikan arena
pengukuhan segregasi sosial dan kekerasan.
• Agama bisa meneguhkan nilai-nilai pancasila
ketika agama dimaknai oleh pemeluknya sebagai
sumber peradaban dalam masyarakat plural
seperti Indonesia.
ISLAM WASATHI
‫علَ ْي ُك ْم‬
َ ‫سو ُل‬ ِ َّ‫علَى الن‬
َّ َ‫اس َو َي ُكون‬
ُ ‫الر‬ َ ‫ش َه َدا َء‬ َ ‫• ( َو َك َذ ِل َك َج َع ْلنَا ُك ْم أ ُ َّمةً َو‬
ُ ‫سطا ً ِلت َ ُكونُوا‬
143/‫ش ِهيدا ً ) البقرة‬ َ
• “Dan yang demikian itu Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) sebagai
umat pertengahan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan
agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas perbuatan kalian” (QS Al
Baqarah: 143).
• wasath berarti adil, pilihan, yang paling baik, orang-orang yang
dalam beragama berada di tengah-tengah antara ifrâth
(berlebih-lebihan hingga mengada-adakan yang baru dalam
agama) dan tafrîth (mengurang-ngurangi ajaran agama).
• Al-Sa’di menyimpulkan bahwa ummat wasath adalah umat
yang adil dan terpilih. Allah menjadikan umat ini pertengahan
(wasath) dalam segala urusan agama (dibanding dengan
agama-agama lain) seperti dalam hal kenabian, syari’at, dan
5
lainnya.
CIRI-CIRI ISLAM WASATHI
• Jalan tengah antara berlebih-lebihan dalam
beragama (ifroth) dan mengurangi ajaran
agama (tafrith).
• Keseimbangan dan tegas sehingga dapat
dibedakan antara penyimpangan (inhiraf) dan
perbedaan (ikhtilaf).
• Mengutamakan keadilan, dan bertindak
secara proporsional.
• Mengedepankan prinsip musyawarah (syura),
dengan prinsip menempatkan kemaslahatan
umum di atas segalanya. 6
• Mengutamakan prinsip reformatif
(ishlahi) dengan berpijak pada kerangka
nilai dan mengakomodasi kemajuan
zaman.
• Mengutamakan sikap tasamuh
• Bersikap egaliter (musawah) dalam
mu'amalah dan hukum
• Memegang prinsip aulawiyyah
• Memperhatikan perkembangan zaman
(tathowwuriyah)
7
‫وسطية اإلسالم‬
‫تحضرية‬
JIHAD MEMBELA NEGARA

• Jihad diwujudkan dalam


menjaga prinsip-prinsip atau
nilai- nilai : ittihad
(persatuan), al-syura
(musyawarah), al- ‘adalah
(keadilan), al-hurriyyah ma‘a
mas’uliyyah (kebebasan
disertai tanggung jawab),
kepastian hukum, dan
jaminan haq al-`ibad (HAM).
Sekian.
Terima kasih.

14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
PERBEDAAN KAIDAH BERDASARKAN JENIS HARAM
.
Kaidah Pangan Kaidah Ekonomi
(Fatwa Halal MUI (DSN – MUI)

Dalam hal penetapan kehalalan Untuk ekonomi syariah kaidah yang


produk pangan, kaidah yang dipakai adalah “al-Akhdzu bil-ashlah”
digunakan adalah “al-Akhdu bi
al-Ahwath” Artinya :
Mengambil pendapat yang lebih
Artinya : maslahat, dan kaidah “mura’atu al-
Mengambil pendapat yang telah khilaf”, artinya menjaga pendapat
hati-hati, dan kaidah “al-Khuruj walaupun lemah. Hal itu dilakukan
min al-Khilaf” artinya keluar dari karena hukum asal dari muamalat adalah
perbedaan penapat mengambil boleh, sesuai kaidah “al-ashlu fi al-
pendapat yang lebih kuat muamalat al-ibadah illa ma dalla ad-dalil
dalilnya. ala hurmatihi”
Al-Taysir al Manhaji
Metode dan Prinsip Dasar
Cont…
Contoh Pengadopsian Pandangan
Akad dan Muwa’adah
Tafriq alHalal ‘An al-Haram
.

Tim DSN-MUI --------------------------------------------------------------------------------------------------------------- DSN-MUI INSTITUT


.

Tim DSN-MUI --------------------------------------------------------------------------------------------------------------- DSN-MUI INSTITUT


1. Harus jelas 1. Lisan
Maksudnya
Ijab & Qabul 2. Tulisan
2. Harus Selaras
3. Isyarat
3. Harus Menyambung
4. Perbuatan?
(satu majlis akad)
(Mu’athah)
1. Berakal dan Dewasa
UNSUR-UNSUR
(Aqil-Baligh)/ahliyah
KONTRAK
Pelaku Kontrak
(RUKUN & 2. Memilki Kewenangan
SYARAT AKAD (A’qidain)
Terhadap Obyek
Kontrak

1. Ada Ketika Kontrak Dikecualikan:


berlangsung salam
2. Sah Menurut Hukum Istisna
Obyek Akad Islam
(mahal al-aqd) masaqah
3. Dapat Diserahkan
Ketika Akad Jual Beli
Akibat Hk
Piutang
Kontrak 4. Tertentu dan dikenal
(Maudhu’ Aqd) para pihak
RUANG LINGKUP FIQH MUAMALAT MALIYAH

OBYEK
FIQH MUAMALAT

HARTA TEORI AKAD KONSEP HAK/


KEPEMILIKAN

BENTUK AKAD

TABARRU’ MU’AWADHAH/
(Not For Profit Transactioin) (For Profit Transaction)
AKAD MU’AWADHAH/
(Tukar Menukar)

Natural Certainty Natural Uncertainty


Contracts Contracts

Jual Beli Kerjasama Dlm Kerjasama Atas


Perdagangan Lahan Pertanian
Ijarah/Jualah
Jual beli Biasa 1. Musyarakah Muzara’ah
Murabahah 2. Mudharabah Mukhabarah
Salam IMBT Musaqat
Istisna’ Sale And Lease 3. Mudharabah
Sharf Back Musytarakah
4. Musyarakah
Mutanaqisah
AKAD TABARRU’
(Not For Profit Transactioin)

Pelayanan Jasa Peminjaman Memberikan Harta


Wakalah Uang
Wadi’ah Hibah
Qardh
Ariyah Wakaf
Rahn
Hiwalah Wasiat
Kafalah Sedekah/Hadi’ah
22
23
PEDOMAN DAKWAH
ISLAM WASATHIYAH
OLEH
KH. AHMAD ZUBAIDI, MA
KETUA KOMISI DAKWAH MUI PUSAT
TAUJIHAT ISLAM WASATHIYAH

 Sebagai solusi jalan tengah merebaknya dua


pemikiran yang berbanding 180 derajat, yaitu
pemikiran yang cenderung kanan dengan ciri tekstualis
dan tidak ada kompromi, dan pemikiran yang
cenderung kiri, dengan ciri lepas dari teks dan
cenderung permisif
 Dikeluarkan pada Musyawarah Nasional (Munas)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) ke-IX yang
diselenggarakan pada 08-11 Dzul Qa’dah 1436 H/ 24-
27 Agustus 2015.
Karakteristik Islam wasathiyah

 Tawassuth (mengambil jalan tengah),


 Tawazun (berkeseimbangan),
 I’tidal (lurus dan tegas),
 Tasamuh (toleransi),
 Musawah (egaliter non diskriminatif),
 Syura (Musawarah),
 Islah (reformasi),
 Awlawiyah (mendahulukan yang prioritas),
 Tathawwur wa Ibtikar (dinamis, kreatif dan inovatif), dan
 Tahaddhur (berkeadaban).
Pedoman Dakwah Islam Wasathiyah

 Dirumuskan dalam Multaqa al-Duat


Nasional di Hotel Santika TMII Jakarta
Timur Tahun 2016
 Disahkan oleh Dewan Pimpinan Harian
MUI pada bulan September 2017
Visi dan Misi Dawkah

 Visi dakwah adalah terwujudnya dakwah


Islam yang mencerminkan nilai-nilai Islam
wasathiyah.
 Misi
dakwah adalah mewujudkan
masyarakat Islam yang memahami dan
mengamalkan nilai-nilai Islam wasathiyah.
TUJUAN DAKWAH

 Terbentuknya umat Islam yang berkomitmen kepada akidah,


syariat, dan akhlak Islam dalam koridor manhaj Ahlussunnah wal
Jamaah serta mempunyai ketangguhan dalam menghadapi
rongrongan aqidah, faham, dan pemikiran yang keliru, termasuk
upaya pemurtadan.
 Terbentuknya umat Islam yang menjadi pelopor, pemakmur,
penebar kedamaian dan rahmat bagi semesta alam.
 Terbentuknya umat Islam yang berkomitmen kepada Pancasila dan
Bhineka Tunggal Ika, dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
KODE ETIK DAKWAH

 DAI HARUS MENGEDEPAKAN


 mengedepankan karakter lemah lembut (ً‫)ق ْوال ً لَ ِّينا‬ َ dan
Perkataan yang baik (ً‫م ْع ُروفا‬ َ
َّ ً ‫)ق ْوال‬, perkataan yang benar
(ً‫ديدا‬ َ , perkataan yang mulia ( ً‫ك ِّريما‬
َ ً ‫)ق ْوال‬
ِّ ‫س‬ َ
َ ً ‫)ق ْوال‬,
perkataan yang pantas ( ً‫سورا‬ ُ ‫م ْي‬ َ
َّ ً ‫)ق ْوال‬, perkataan yang
berbekas pada jiwa(ً‫)ق ْوال ً بَلِّيغا‬َ
 sukarela tanpa paksaan (Tathawwu’iyyan),
 toleran terhadap perbedaan (Tasamuhiyyan),
 dan menyayangi objek dan sesama pelaku dakwah
(Tawaddudiyan wa Tarahumiyan).
‫‪AYAT-AYAT DAKWAH SANTUN‬‬

‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ ْ َ َ ه ْ َ َ ُ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ ًّ َ َ ْ ْ َ‬
‫يظ ال َقل ِب َل ْن َف ُّضوا ِم ْن َح ْو ِل َك َف ْاع ُف َع ْن ُه ْم َو ْاس َت ْغ ِف ْر ل ُه ْم َو َش ِاو ْر ُه ْم ِفي َاَل ْم ِر َف ِا َذا َع َز ْم َت‬ ‫اَّلل ِلنت لهم ولو كنت فظا غ ِل‬ ‫ف ِبما رحم ٍة ِمن ِ‬ ‫‪‬‬
‫ْ‬ ‫اَّلل ا هن ه َ‬
‫اَّلل ُي ِح ُّب ال ُم َت َو ِك ِل َ‬ ‫َََ ه ْ ََ ه‬
‫ين (‪159‬ال عمران)‬ ‫فتوكل على ِ ِ‬
‫َّ َّ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ‬
‫اذ َه َبا ِإلى ِف ْر َع ْو َن ِإ َّن ُه َط َغى (‪َ )43‬ف ُقوال ل ُه َق ْوال ل ِي ًنا ل َع َّل ُه َي َت َذ َّك ُر َا ْو َي ْخ َشى (‪ (44‬طه‬ ‫‪‬‬
‫اما َو ْارُزُق ُوه ْم ف َيها َو ْاك ُس ُوه ْم َو ُق ُول ْوا َل ُه ْم َق ْو ًال َّم ْع ُر ً‬ ‫اَّلل َل ُك ْم ق َي ً‬ ‫َ َّ‬ ‫َ َ ُ ْ ُ ْ ُّ َ َ َ ُ َّ‬
‫وفا } [النساء‪]5:‬‬ ‫ِ‬ ‫السف َها َء ا ْم َوالك ُم ال ِتي َج َعل ُ ِ‬ ‫{وال تؤتوا‬ ‫‪‬‬

‫يِا } [النساء‪]9:‬‬ ‫اَّلل َو ْل َي ُق ُول ْوا َق ْو ًال ََِ ً‬


‫افا َخ ُاف ْوا َع َل ْيه ْم َف ْل َي َّت ُقوا َّ َ‬‫{ َ ْ َ ْ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ ْ م ْن َخ ْلفه ْم ُذر َّي ًة ض َع ً‬ ‫‪‬‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫وليخش ال ِذين لو تركوا ِ ِ ِ ِ ِ‬
‫َ‬
‫وها َف ُقل ل ُه ْم َق ْو ًال َم ْي ُسو ًرا}‪ ,‬االية‪ 28[ :‬اإلَراء(‬ ‫{وإما ُت ْعر َض َّن َع ْن ُه ُم ْاب ِت َغ َاء َر ْح َم ٍة ِم ْن َرب َك َت ْر ُج َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪‬‬
‫ً‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُا َول ِئ َك َّال ِذ َين َي ْع َل ُم َّ ُ‬
‫ض َع ْن ُه ْم َو ِعظ ُه ْم َو ُق ْل ل ُه ْم ِفي َا ْن ُف ِس ِه ْم َق ْوال َب ِل ًيغا (‪[ )63‬النساء‬ ‫اَّلل َما ِفي ُق ُلوبه ْم َف َا ْعر ْ‬
‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫‪‬‬
LANJUTAN…KODE ETIK DAKWAH

1. Menyatukan antara ucapan dan perbuatan.


2. Tidak melakukan pencampuradukan akidah dan ibadah agama-agama.
3. Tidak menghina sesembahan non muslim.
4. Bersikap adil dan tidak mendiskriminasi sasaran dakwah.
5. Tidak meminta dan menetapkan nilai imbalan.
6. Menghindari pergaulan yang mengundang syubhat dari masyarakat.
7. Tidak menyampaikan hal-hal yang tidak diketahui dan tidak dikuasainya.
8. Menganggap sesama pelaku dakwah sebagai mitra yang saling menguatkan, bukan
pesaing yang saling menjatuhkan.
9. Menyelenggarakan kegiatan dakwah dengan sumber pendanaan yang halal dan tidak
mengikat.
10. Merujuk kepada putusan lembaga keagamaan yang mu’tabarah (ijma’ al-majami’)
terutama fatwa-fatwa MUI dalam isu-isu dakwah dan keummatan.
KODE ETIK DAKWAH TERHADAP SESAMA
MUSLIM

 Setiap muslim memandang sesama muslim sebagai saudara seiman. Karenanya sebagai
muslim harus memperlakukan saudara seimannya denga penuh kasih sayang, dilandasi
kejujuran, memiliki rasa empati dan solidaritas yang tinggi. Bukan dengan rasa benci,
antipasti dan cenderung melukainya.
 Setiap muslim merasa wajib mengembangkan persaudaraan keimanan, ke arah sikap
dan budaya saling membantu dan melindungi.
 Setiap muslim mengutamakan kehidupan berjamaah dan dapat mendayagunakan
organisasi sebagai alat dakwah dan perjuangan. Dalam hal ini, organisasi hanyalah alat,
bukan tujuan.
 Setiap organisasi atau lembaga Islam memandang organisasi/lembaga Islam sebagai mitra
perjuangan. Karena itu harus dikembangkan budaya kerjasama dalam rangka fastabiqul
khairat. Bukan budaya pertentangan, permusuhan dan persaingan tidak sehat.
 Dalam kehidupan politik, seperti pada pemilihan untuk jabatan politis, setiap muslim dan
organisasi/lembaga Islam mengedepankan kebersamaan dan kepentingan bersama umat
Islam dan meletakkannya di atas kepentingan kelompok/organisasi.
LANJUTAN…

 Sesama pemimpin muslim dan tokoh Islam wajib menghidupkan silaturahim tanpa
memandang perbedaan suku, etnik, organisasi, kelompok atau aliran politik.
 Setiap pemimpin dan tokoh umat Islam perlu menahan diri untuk tidak mempertajam
dan mempertentangkan masalah-masalah khilafiyah, keragaman ijtihad dan perbedaan
madzhab di dalam forum khutbah, pengajian dan sebagainya, apalagi dengan mengklaim
pendapat atau kelompok tertentu yang paling benar dan menyalahkan pendapat atau
kelompok lain.
 Hubungan antara sesama organisasi Islam haruslah dilandasi pandangan positif (husnudzon)
dan selalu mengedepankan sikap saling menghargai peran dan kontribusi masing-masing
dalam pembangunan umat.
 Setiap amal dan prestasi suatu organisasi Islam haruslah dipandang sebagai bagian dari karya
dan prestasi umat Islam secara keseluruhan, dalam arti organisasi Islam yang lain wajib
menghormati, menjaga serta melindunginya.
 Setiap kaum muslimin harus memandang sesama muslim di berbagai negara dan belahan
dunia, sebagai bagian dari dirinya dan berkewajiban untuk membangun solidaritas dan
tolong menolong dalam berbagai bidang kehidupan.
SEKIAN,
TERIMA KASIH ATAS PERHATIAN
ANDA
Ketentuan
Hukum
Positif
terkait
Dakwah
Rofiqul Umam Ahmad
Wasekjen Dewan Pimpinan MUI

PAGE 1
Kasus Basuki Tjahaja Purnama
(Ahok)

Kasus Abraham Ben Moses

Contoh Kasus Kasus Meiliana (Tanjung Balai,


Sumut)

Kasus Muhammad Kece

Kasus Yahya Waloni


PAGE 2
Ketentuan Hukum Positif Da’i/da’iyah hendaknya
memahami ketentuan
UUD NRI Tahun 1945
hukum
UU Pencegahan Penyalahgunaan
dan/atau Penodaan Agama mengenai berbicara di
UU KUHP depan umum (publik)
UU Informasi dan Transaksi dan memasang
Elektronik
UU Penghapusan Diskriminasi
pernyataan (posting) di
Ras dan Etnis media sosial.

PAGE 3
UUD NRI Tahun 1945
 Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undang-undang.

 Pasal 28E
Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih
pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di
wilayah negara danmeninggalkannya, serta berhak kembali.

PAGE 4
UUD NRI Tahun 1945
 Pasal 29

(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.


(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya itu.

PAGE 5
UU No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan
dan/atau Penodaan Agama

Pasal 1

Setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum menceritakan,


menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum untuk melakukan
penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di Indonesia atau
melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-
kegiatan agama itu, penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari
pokok-pokok ajaran dari agama itu.

PAGE 6
Pasal 4
Pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana
diadakan pasal baru yang berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 156a
Dipidana dengan pidana penjara selama-
lamanya lima tahun barangsiapa dengan
sengaja di muka umum mengeluarkan
perasaan atau melakukan perbuatan:
a. yang pada pokoknya bersifat
permusuhan, penyalah-gunaan atau
penodaan terhadap suatu agama yang
dianut di Indonesia;
b. dengan maksud agar supaya orang tidak
menganut agama apapun juga, yang
bersendikan ke-Tuhanan Yang Maha Esa.

PAGE 7
Pasal 156 KUHP
Barang siapa di muka umum menyatakan
perasaan permusuhan, kebencian atau
penghinaan terhadap suatu atau beberapa
golongan rakyat Indonesia, diancam
dengan pidana penjara paling lama empat
tahun atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah. Perkataan
golongan dalam pasal ini dan pasal
berikutnya berarti tiap-tiap bagian dari
rakyat Indonesia yang berbeda dengan
suatu atau beberapa bagian lainnya karena
ras, negeri asal, agama, tempat asal,
keturunan, kebangsaan atau kedudukan
menurut hukum tata negara.

PAGE 8
Pasal 156a KUHP (berasal dari
UU No. 1/PNPS/1965)

Dipidana dengan pidana penjara selama-


lamanya lima tahun barang siapa dengan
sengaja di muka umum mengeluarkan
perasaan atau melakukan perbuatan:
a. yang pada pokoknya bersifat
permusuhan, penyalahgunaan atau
penodaan terhadap suatu agama yang
dianut di Indonesia;
b. dengan maksud agar supaya orang
tidak menganut agama apa pun juga,
yang bersendikan Ketuhanan Yang
Maha Esa.

PAGE 9
Pasal 157 KUHP
1) Barang siapa menyiarkan,
mempertunjukkan atau menempelkan
tulisan atau lukisan di muka umum, yang
isinya mengandung pernyataan perasaan
permusuhan, kebencian atau penghinaan
di antara atau terhadap golongan-
golongan rakyat Indonesia, dengan
maksud supaya isinya diketahui atau lebih
diketahui oleh umum, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua tahun
enam bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah.
2) Jika yang bersalah melakukan kejahatan
tersebut pada waktu menjalankan
pencariannya dan pada saat itu belum
lewat lima tahun sejak pemidanaannya
menjadi tetap karena kejahatan semacam
itu juga, yang bersangkutan dapat dilarang
menjalankan pencarian tersebut.
PAGE 10
Pasal 28
UU ITE
 (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
Bab VII mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi
Elektronik.
Perbuatan
yang Dilarang  (2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan informasi yang ditujukan untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu
dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas
suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

PAGE 11
TERIMA KASIH
Islam dan Kebangsaan:
Mengukuhkan Indonesia Darul Mitsaq

Oleh: Arif Fahrudin (Wasekjend MUI)


Disampaikan Dalam Standarisasi Dai MUI Angkatan ke-5, 25 Oktober 2021
Bentuk-Bentuk Pemerintahan Islam

Mamlakah

Shulthanah

Pemerintahan
Islam

Jumhuriyah Imarah

Khilafah
Relasi Islam dan Kebangsaan
Pertama, Segregatif-separatif

Islam dan komitmen kebangsaan Kedua, mutualistik.

diposisikan secara diametral sebagai Antara Islam dan kebangsaan dalam konteks
dua kutub yang berbeda domain. Islam NKRI berdasarkan Pancasila tidak bersifat atas-
adalah akidah, sementara kebangsaan bawah, tidak segregatif, melainkan sejiwa,
senafas, saling membutuhkan, dan beriringan
berada di luar urusan akidah. Komitmen
baik sebagai pondasi maupun cara menuju
kebangsaan tidak memiliki landasan
tujuan cita-cita nasional bangsa Indonesia yang
baik sakral ataupun profan. Bahkan, sesuai dengan ajaran Al-Qur’an berupa
kebangsaan juga diposisikan sebagai baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Islam
tidak mungkin bisa diaktualisasikan tanpa
bentuk bid’ah (human create)
komitmen kebangsaan, demikian pula
kebangsaan akan absurd jika tidak ada peran
dan partisipasi nilai-nilai Islam di dalamnya.
Problem Maker: The Invisible Hands
Pertama, ekstremisme beragama. Ekstremisme beragama menodai
Munculnya pemikiran dan perilaku ruh beragama yang hanif, moderat,
Kedua, radikalisme sekuler yang
beragama yang gemar toleran. Sementara radikalisme sekuler
mudah menuduh bahwa umat
mengkapling surga di atas stempel beragama adalah pelaku anti adalah pemberontakan terhadap prinsip
khilafah, menggunakan teknik kebhinnekaan. Umat beragama negara religius yang menjunjung tinggi
hoaks atas nama agama, mudah dituduh sebagai gerakan anti nilai-nilai gotong-royong, kolektivitas,
menghalalkan darah dan nyawa Pancasila, pro makar, dan melawan permusyawaratan, dan dialogis.
pemimpin negara. Kelompok Polarisasi keduanya nyata-nyata telah
kelompok lain yang tidak sepaham
radikal-sekuler ini selain bercirikan memberi kesempatan kepada kelompok
dengannya, serta gemar the invisible hand, propagandis
otoriter dan hegemonik, berupaya
menyalahkan dan mengafirkan
mendelegitimasi peran agama,
pengadudomba anak-anak bangsa
aliran lainnya sebagai telah keluar religius dan nasionalis yang sejatinya
tetapi juga berupaya mengaburkan
sama-sama memiliki komitmen untuk
dari tuntunan Qur’an dan Sunnah. tradisi luhur dan lanskap tata
saling menghormati, mau bekerjasama
kawasan warisan nenek moyang
membangun negeri tercinta, dan
Nusantara. berkomitmen terhadap keutuhan NKRI
dan tegaknya Pancasila dan UUD 1945.
Dua Isu Besar

Disinkronisasi Ekstremisme
Ketidakadilan
Kebangsaan Terorisme

Terorisme Ekonomi Terorisme Agama


‫‪Al-Imam Al-Ghazali‬‬

‫الدين والملك توءمان فالدين اصل والسلطان حارسه‬


‫فما ال اصل له فمهدوم وما ال حارس له فضائع‬
‫‪Al-Mawardi‬‬

‫نصب االمامة موضوعة لخالفة النبوة‬


‫في حراسة الدين وسياسة الدنيا‬
Teologi Janji

Janji harus ditepati. Orang yang berjanji akan


dimintai pertanggung jawabannya. Fakhruddin al-
Razi berpendapat bahwa kata wa awfu bil ‘ahd
mencakup berbagai macam akad/perjanjian, seperti
perjanjian jual beli, kerjasama, sumpah, nazar, nikah,
ُ َ‫س ُن َحتَّى َي ْبلُ َغ أ‬
ُ‫شدَّه‬ َ ‫َوالَ تَ ْق َربُواْ َما َل ْال َي ِت ِيم ِإالَّ ِبالَّ ِتي ِه‬
َ ‫ي أَ ْح‬
sampai perjanjian damai. ‫َوأ َ ْوفُواْ ِب ْال َع ْه ِد ِإ َّن ْال َع ْهدَ َكانَ َم ْسؤُوالا‬
Dengan demikian ketika negara ini telah “Dan janganlah kamu mendekati harta
bersepakat untuk menjadikan Pancasila sebagai anak yatim, kecuali dengan cara yang
dasar negara, maka semua warga negara wajib lebih baik (bermanfa'at) sampai ia dewasa
menjaga dasar negara tersebut. (Mafatih al-Ghaib, dan penuhilah janji; sesungguhnya janji
juz 20, Beirut: Dar Ihya’ al-Turats, 1420 H, hal. 337) itu pasti diminta pertanggungan
jawabnya.” (QS. Al-Isra: 34)
Tafsir Hadis Cinta Tanah Air
‫ان الذي فرض عليك القران لرادك الى معاد‬ َ‫ و َكان‬،‫طن منَ اإليمان‬ َ ‫الو‬َ ‫َارة إلَى أن ُحب‬ َ ‫وفي تَفسير اآلية إش‬
، َ‫طن‬َ ‫الو‬َ َ‫طن‬ َ ‫ اَ ْل َو‬:‫ َيقُو ُل َكثيرا‬- ‫ صلى للا عليه وسلم‬- ‫سو ُل للا‬ ُ ‫َر‬
(QS. Al-Qashash:85) َ‫ع َم ُر رضى للا عنه لَ ْوال‬ ُ ‫ قَا َل‬....... ُ‫سؤْ لَه‬
ُ ‫فَ َحققَ للاُ سبحانه‬
.‫ان‬ُ ‫ت البُ ْل َد‬ْ ‫عم َر‬ ُ ‫طان‬ َ ‫ب بَلَ ُد السوء فَب ُحب األ َ ْو‬
َ ‫طن لَخ َُر‬
َ ‫الو‬
َ ‫ُحب‬
“Di dalam tafsirnya terdapat suatu petunjuk atau
Negara Kesatuan Republik Indonesia telah menjadikan
isyarat bahwa “cinta tanah air sebagian dari iman”.
Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah
kesepakatan dalam kehidupan berbangsa dan
Rasulullah SAW (dalam perjalanan hijrahnya menuju
bernegara.
Madinah) banyak sekali menyebut kata; “tanah air,
tanah air”, kemudian Allah SWT mewujudkan
Posisi fundamental Pancasila sebagai sebuah perjanjian permohonannya (dengan kembali ke Makkah)…..
bernegara dan berbangsa bagi seluruh rakyat Indonesia Sahabat Umar RA berkata; “Jika bukan karena cinta
tentu menjadi kewajiban muslim untuk berpegang tanah air, niscaya akan rusak negeri yang jelek
teguh terhadapnya. Memegang teguh terhadap
(gersang), maka sebab cinta tanah air lah,
perjanjian atau komitmen dengan jelas diperintahkan
dibangunlah negeri-negeri”. (Ismail Haqqi al-Hanafi,
Al-Qur’an,
Ruhul Bayan, Beirut, Dar Al-Fikr, Juz 6, hal. 441-442)
Relasi Ulama & Umara
Ayat-ayat Cinta Tanah Air
‫اج َع ْل َهـ َذا ْال َبلَ َد‬
ْ ‫َوإ ْذ قَا َل إب َْراهي ُم َرب‬ Nabi Ibrahim mendoakan tanah airnya agar menjadi

ْ َ ‫اجنُبْني َوبَني أَن ن ْعبُ َد األ‬


tempat yang aman dan sekaligus mendokan para
‫ام‬
َ َ‫صن‬ ْ ‫آمنا َو‬
penduduk dan keluarganya Sayyid Qutub menjelaskan,
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata:
Inilah contoh yang Allah tunjukkan kepada kita tentang
sikap kita terhadap sesama muslim, keluarga,
"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini
penduduk bangsa dan negara ataupun tempat di mana
(Mekah), negeri yang aman, dan
kita tinggal. Ayat ini menunjukkan perhatian kepada
jauhkanlah aku beserta anak cucuku
bangsa dan negara khususnya dimana kita tinggal.
daripada menyembah berhala-berhala.” Sayyid Qutub Ibrahim Husain asy-Syaribi, Fi Zhilalil Qur’an, juz 4
(QS. Ibrahim [14]: 35) (Kairo: Dar al-Syuruq, 1412 H), h. 1887.
Ayat-ayat....
‫اس ِإنَّا َخلَقنَاكُم ِمن ذَك ٍَر َوأُنث َى‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
Syekh Wahbah az-Zuhaili, ayat ini menjelaskan
‫ارفُوا ِإ َّن‬
َ َ‫شعُوبا ً َوقَبَائِ َل ِلتَع‬
ُ ‫َو َجعَلنَاكُم‬ tentang persamaan kedudukan antara manusia,
‫ع ِليم َخ ِبير‬ َ َّ ‫َّللا أَتقَا ُكم ِإ َّن‬
َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫أَك َر َمكُم ِعن َد‬ yakni semuanya mempunyai nasab dan asal yang
sama (Nabi Adam). Menurutnya ayat ini
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu
menunjukkan tidak adanya tempat untuk saling
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
membanggakan diri sendiri ataupun menghina
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. orang lain. Karena sesungguhnya yang dikehendaki
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara Allah adalah saling mengenal. Dengan demikian,
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa ayat ini merupakan dasar penting dalam
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
membangun persatuan dan kesatuan negara NKRI
lagi Maha Mengenal.”
ini. Nasionalisme berbasis keragaman bangsa
(nation state). Wahbah al-Zuhaili, al-Tafsir al-Munir, juz 26
(Damaskus: Dar al-Fikir, 1418 H), hal. 259.
‫علَ ْي ُك ْم َح َرام إلَى أ َ ْن ت َ ْلقَ ْوا َرب ُك ْم‬
َ ‫ إن د َما َء ُك ْم َوأ َ ْم َـوالَ ُك ْم‬،‫اس‬ ُ ‫أَي َهاالـن‬
.‫ش ْهر ُك ْم هذَا‬َ ‫ َو َكـ ُح ْر َمة‬،‫َك ُح ْر َمة َي ْوم ُك ْم هذَا‬
َ ‫ست َْلقَ ْونَ َرب ُك ْم فَ َي ْسـأ َ لُ ُك ْم‬
. ُ‫ع ْن أ َ ْع َمال ُك ْم َوقَ ْد َبل ْْت‬ َ ‫َوإن ُك ْم‬
Rasulullah Saw bersabda,
َ ُ‫ت ع ْن َدهُ أ َ َمانَة فَ ْلـيُ َؤدهَا إلَى َمن ائْـت َ َمنَه‬
.‫علَ ْي َها‬ ْ َ ‫فَ َم ْن َكانـ‬
‫َم ْن قَت َ َل قَتيال م ْن أ َ ْهل الذمة لَ ْم َيج ْد ري َح ْال َجنة َوإن‬
Wahai manusia... Bahwasanya darah kamu dan
‫يرة أَ ْربَعينَ َعاما‬ َ ‫ري َح َها لَيُو َج ُد م ْن َمس‬
harta-benda kalian adalah suci buat kalian, seperti
hari ini dan bulan ini yang suci sampai datang
“Barangsiapa membunuh seorang
masanya kalian sekalian menghadap Tuhan. Dan
kafir dzimmi, maka dia tidak akan
pasti akan menghadap Tuhan; pada waktu itu mencium bau surga. Padahal
kalian dimintai pertanggung jawaban atas segala sesungguhnya bau surga itu tercium
perbuatan kalian. dari perjalanan empat puluh tahun.”
Ya, aku sudah menyampaikan ini! Barang siapa (HR. An Nasa’i)
telah diserahi amanat, tunaikanlah amanat itu
kepada yang berhak menerimanya... (Haji Wada’
Islam memandang, seluruh manusia memiliki hak
tahun 10 H)
yang sama untuk terhindar dari tersakiti tanpa
memandang kualifikasi agama, suku, dan ras.
Hadis Cinta Tanah Air

َ ‫َان ِإذَا قَ ِد َم ِمن‬


‫س َف ٍر‬ َ ‫سلَّ َم ك‬
َ ‫علَي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ َّ ‫عَن أَنَ ٍس أ َ َّن النَّ ِب‬
‫علَى دَابَّ ٍة َح َّر َك َها‬ َ ‫ض َع نَاقَت َهُ َو ِإن ك‬
َ ‫َان‬ َ ‫ت ال َمدِينَ ِة أَو‬ ِ ‫فَنَ َظ َر ِإلَى ُجد َُرا‬
َ ‫علَى فَض ِل ال َمدِينَ ِة َو‬
‫علَى‬ َ ‫ث د َََللَة‬
ِ ‫ َوفِي ال َحدِي‬....... ‫ِمن ُح ِب َها‬
ِ ِ‫الو َط ِن وال َحن‬
‫ين ِإلَي ِه‬ َ ‫ب‬ ِ ‫َمش ُرو ِعيَّة ُح‬
Artinya: “Diriwayatkan dari sahabat Anas; bahwa Nabi SAW ketika
kembali dari bepergian, dan melihat dinding-dinding madinah beliau
mempercepat laju untanya. Apabila beliau menunggangi unta maka
beliau menggerakkanya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau
pada Madinah. (HR. Bukhari, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi).
Terima Kasih

Indonesia Darul ‘Ahdi wasy Syahadah

Indonesia Darus Sulhi was Salam

Indonesia Darul Mitsaq

Indonesia Darul ‘Amal


Syukran Katsiran
H.Risman Muchtar.Msi

“Terciptanya kondisi kehidupan
kemasyarakatan, kebangsaan,
kenegaraan yang baik,
memperoleh ridha dan ampunan
Allah SWT (baldatun thayyibun wa
rabbun ghafur) menuju
masyarakat berkualitas ( khaira Baldatun
ummah), demi terwujudnya thayyibatun wa
kejayaan islam dan kaum rabbun ghafur,
muslimin (izzul islam wal khaira ummah,
muslimin) dalam wadah Negara izzul islam wal
Kesatuan Republik Indonesia muslimin,
sebagai manifestasi dari rahmat rahmatan lil
‘alamin.
bagi seluruh alam (rahmatan lil
‘alamin)
 Menggerakkan kepemimpinan dan
kelembagaan umat secara efektif
dengan menjadikan ulama sebagai
panutan (qudwah hasanah), sehingga
mampu mengarahkan dan membina
umat Islam dalam menanamkan dan
Membina ummat, memupuk aqidah Islamiyah, serta
aqidah dan menjalankan syariah Islamiyah
syariah  Melaksanakan dakwah Islam, amar
Islamiyah. ma’ruf nahi mungkar dalam
Melaksanakan mengembangkan akhlak karimah
dakwah islam agar terwujud masyarakat
khaira ummah, berkualitas (khaira ummah) dalam
ukhuwah berbagai aspek kehidupan;
Islamiyah.  Mengembangkan ukhuwah Islamiyah
dan kebersamaan dalam
mewujudkan persatuan dan
kesatuan umat Islam dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
VISI dan MISI DAKWAH
Visi dakwah adalah terwujudnya dakwah islam
yang mencerminkan nilai-nilai islam
wasathiyah

Misi dakwah adalah mewujudkan masyarakat


islam yang memahami dan mengamalkan
nilai-nilai islam wasathiyah.
1. Terbentuknya umat yang berkomitmen kepada
akidah, syariat dan akhlak islam dalam koridor
manhaj Ahlussunnah wal Jamaah serta
mempunyai ketangguhan dalam menghadapi
rongrongan akidah, faham, dan pemikiran yang
keliru, termasuk upaya pemurtadan.
2. Terbentuknya ummat yang menjadi pelopor,
pemakmur, penebar kedamaian dan rahmat bagi
semesta alam.
3. Terbentuknya ummat islam yang berkomitmen
kepada Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika,
dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Layyinan Tathawwu’iyyan

Tawaddudiyan
Tasamuhiyyan wa tarahumiyan
 Menyatukan antara ucapan dan perbuatan
 Tidak mencampuradukan akidah dan ibadah
agama-agama.
 Tidak menghina sesembahan non muslim.
 Bersikap adil dan tidak mendiskriminasi
sasaran dakwah.
 Tidak meminta dan menetapkan imbalan.
 Menghindari pergaulan yang mengundang
syubhat dari masyarakat.
 Tidak menyampaikan hal-hal yang tidak
diketahui dan tidak dikuasainya.
 Menganggap sesama pelaku dakwah
sebagai mitra yang saling menguatkan,
bukan pesaing yang saling menjatuhkan.
 Menyelenggarakan kegiatan dakwah
dengan sumber pendanaan yang halal dan
tidak mengikat.
 Merujuk kepada putusan lembaga
keagamaan yang mu’tabarah ( ijma’ al-
majami’) terutama fatwa-fatwa MUI dalam
isu-isu dakwah dan keummatan.
 Setiap muslim memandang sesama
muslim sebagai saudara seiman.
Karenanya sebagai muslim harus
memperlakukan saudara
seimannya dengan penuh kasih
sayang, dilandasi kejujuran,
memiliki rasa empati dan
solidaritas yang tinggi. Bukan
dengan rasa benci, antipati dan
cenderung melukainya.
 Setiapmuslim merasa
wajib mengembangkan
persaudaraan
keimanan, ke arah
sikap dan budaya
saling membantu dan
melindungi
 Setiapmuslim
mengutamakan
kehidupan berjamaah dan
dapat mendayagunakan
organisasi sebagai alat
dakwah dan perjuangan.
Dalam hal ini organisasi
hanyalah alat bukan
tujuan
 Setiap organisasi atau
lembaga Islam memandang
organisasi/lembaga Islam
sebagai mitra perjuangan .
Karena itu harus
dikembangkan budaya
kerjasama dalam rangka
fastabiqul khairat. Bukan
budaya pertentangan,
permusuhan dan
persaingan tidak sehat.
 Dalam kehidupan politik,
seperti pada pemilihan
untuk jabatan politis,
setiap muslim dan
organisasi/lembaga Islam
mengedepankan
kebersamaan dan
kepentingan bersama
umat islam dan
meletakkannya di atas
kepentingan kelompok/
organisasi.
 Sesama pemimpin
muslim dan tokoh
Islam wajib
menghidupkan
silaturahim tanpa
memandang
perbedaan suku, etnik,
organisasi, kelompok
atau aliran politik.
 Setiap pemimpin dan tokoh
umat Islam perlu menahan
diri untuk tidak mempertajam
dan mempertentangkan
masalah-masalah khilafiyah,
keragaman ijtihad dan
perbedaan mazhab di dalam
forum khutbah, pengajian dan
sebagainya, apalagi dengan
mengklaim pendapat atau
kelompok tertentu yang
paling benar dan
menyalahkan pendapat atau
kelompok lain.
 Hubungan antara sesama
organisasi Islam haruslah
dilandasi pandangan
positif (husnudzon) dan
selalu mengedepankan
sikap saling menghargai
peran dan kontribusi
masing-masing dalam
pembangunan umat.
 Setiapamal dan prestasi
suatu organisasi Islam
haruslah dipandang
sebagai bagian dari karya
dan prestasi umat Islam
secara keseluruhan,
dalam arti organisasi
Islam yang lain wajib
menghormati, menjaga
serta melindunginya.
 Setiap kaum muslimin harus
memandang sesama muslim
di berbagai negara dan
belahan dunia, sebagai
bagian dari dirinya dan
berkewajiban untuk
membangun solidaritas dan
tolong menolong dalam
berbagai bidang kehidupan.
1. Bersatu dalam aqidah
2. Berjamaah dalam ibadah
3. Tasamuh dalam khilafiyah
4. Ihsan dalam bermujadalah
5. Fathanah dalam bersiyasah
6. Santun dalam bermu’amalah
7. Istiqamah dalam berdakwah

Anda mungkin juga menyukai