Anda di halaman 1dari 8

NAMA :IVONI CORNELIA BELE

NIM : 1902040024

PRODI/SMESTER : AKUNTANSI 1 / 3

UAS : AKUNTANSI SYARIAH

1. yang dimaksud dengan akad murabahah adalah:

akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang
kepada pembeli kemudian menjual kepada pihak pembeli dengan mensyaratkan
keuntungan yang diharapkan sesuai jumlah tertentu. Dalam akad murabahah, penjual
menjual barang-barang dengan meminta kelebihan atas harga beli dengan harga jual.
Perbedaan antara harga beli dan harga jual barang disebut dengan margin keuntungan

Murabahah, dalam konotasi Islam pada dasarnya berarti penjualan. Satu hal yang
membedakannya dengan cara penjualan yang lain adalah bahwa penjual dalam
murabahah secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa nilai pokok barang tersebut
dan berapa besar keuntungan yang dibebankannya pada nilai tersebut. Keuntungan
tersebut bisa berupa lump sum atau berdasarkan persentase.

2. dasar hukum akad murabahah adalah:

 Al-Qur’an:
(Q.S.al-Baqarah(2):275)
Artinya:“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkanriba.”
(Q.S.an-Nisa’(4):29)“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu ;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayangkepadamu”.
 Hadits:
“Dari Shaleh bin suhaib r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal yang
didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah),
dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.
(H.R Ibnu Majah)”.

 Ijma’:
Umat Islam telah berkonsensus tentang keabsahan jual beli, karena manusia sebagai
anggota masyarakat selalu membutuhkan apa yang dihasilkan dan dimiliki oleh orang
lain. Oleh karena itu jual beli adalah salah satu jalan untuk mendapatkannya secara sah.
Dengan demikian mudahlah bagi setiap individu utnuk memenuhi kebutuhannya.

3.Syarat dan rukun Murabahah

 RukunMurabahah
 Ba’iu(penjual)
 Musytari(pembeli)
 Mabi’ (barang yang diperjualbelikan)
 Tsaman (harga barang)
 Ijab qabul (pernyataan serah terima)
 barang atau objek pembelian jelas untuk diperjualbelikan.
 Syarat Murabahah adalah sebagai berikut:
 Penjual memberitahukan biaya modal kepada pembeli
 Kontrak pertama dalam murabahah harus sah sesuai dengan rukun yang telah
ditetapkan
 Kontrak tersebut merupakan kontrak yang bebas dari riba
 Penjual harus menjelaskan kepada pembeli jika terjadi catat atas barang sesudah
pembelian
 Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, termasuk
didalamnya jika pembelian barang yang diinginkan dilakukan dengan cara utang.

4. sistem ijon dilarang oleh syariah karena:

o jual beli sistem ijon adalah jual beli hasil tanaman yang belum saatnya di panen.
mengapa dilarang yaitu karena tidak terpenuhi syarat atau rukun jual belinya dan
mengandung unsur ketidakpastian. mungkin saja tanamannya rusak sebelum tua.

5. manfaat akad salam bagi penjual dan pembeli adalah:

 Manfaat transaksi salam bagi pembeli adalah: adanya jaminan memperoleh barang
dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia membutuhkan dengan harga yang
disepakatinya diawal.
 manfaat bagi penjual adalah :diperolehnya dana untuk melakukan aktivitas produksi
dan memenuhi sebagian kebutuhan hidupnya.

6. perlakuan akuntansi untuk pembeli dalam akad salam adalah:

 Pengakuan piutang salam,piutang salam diakui pada saat modal usaha salam
dibayarkan atau dialihkan kepada penjual.Modal usaha salam disajikan sebagai piutang
salam.
 Pengukuran modal usaha salam
 Penerimaan barang pesanan
 Denda yang diterima dan diberlakukan oleh pembeli diakui sebagai bagian dana
kebajikan.Jurnal :
 Penyajian
 Pengungkapan
7. perbedaan akad salam dan akad istishna’ adalah:

 Akad Salam yaitu: akad pembiayan suatu barang dengan pemesanan dan harga yang
sudah disepakati.
 Akad Istishna yaitu: akad pembiayaan suatu barang dengan syarat dan kesepakatan
tertentu.

perbedaannya ialah dari

 segi barangdalam akad salam, barang tidak mesti harus dibuat atau mengalami proses
terlebih dahulu sementara pada akad istishna’, barang mesti dibuat terlebih dahulu.
 segi status akad akad salam bersifat lazim atau mengikat. Artinya tidak bisa serta merta
dibatalkan oleh salah satu pihak. Sementara akad istishna’, menurut Syekh Abu Yusuf,
salah satu penguikut Madzhab Hanafi, akadnya tidak mengikat, kecuali jika barang
sudah dibuat, maka boleh ada pilihan untuk membatalkan akad.
 segi pembayaran akad salam mensyaratkan adanya ra’sul mal dalam majlis akad,
berbeda dengan akad istishna. Dalam akad istishna’, pembayaran boleh diserahkan
secara tunai semuanya di awal, dicicil, dihutang, atau dilunasi di akhir akad.

8. jenis-jenis akad ijarah

 Berdasarkan Objek yang Disewakan, ijarah ini bisa dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
sebagai berikut:
 Manfaat terhadap asset yang tidak bergerak. Misalnya seperti rumah, mobil dan motor.
 Manfaat terhadap asset jasa. Misalnya seperti yang berasal dari hasil karya atau dari
pekerjaan seseorang.
 Berdasarkan PSAK Nomor 107, ijarah dibagi menjadi 4 jenis yaitu sebagai berikut:
 IjarahAdalah kegiatan sewa menyewa objek ijarah tanpa adanya perpindahan dari hak
kepemilikan barang atau asset.
 Ijarah Muntahiya Bit TamlikAdalah ijarah dengan janji atau wa’ad perpindahan
kepemilikan barang yang diijarahkan pada saat tertentu.Perpindahan kepemilikan bisa
dilaksanakan apabila semua pembayaran sewa terhadap objek ijarah yang dialihkan sudah
diselesaikan dan objek ijarah sudah diserahkan kembali kepada pemberi
sewa.Perpindahan kepemilikan ini bisa dilakukan dengan melalui penjualan, hibah, atau
penjualan secara bertahap (angsuran) setiap penyewa melakukan pembayaran dari harga
total sampai dengan dia mempunyai asset atau barang tersebut secara penuh di akhir
akad.
 Jual-dan-IjarahAdalah transaksi untuk menjual objek ijarah kepada pihak lain, dan
selanjutnya disewa kembali objek yang sudah dijual tersebut.
 Ijarah-lanjutAdalah menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain terhadap asset atau
barang yang sebelumnya disewa dari pemilik.

9. perbedaan dan persamaan antara zakat dan pajak

 Persamaan Zakat dan Pajak


Zakat dan pajak memiliki persamaan karena perintah mengeluarkan sebagian harta
ini dijalankan menurut aturan tertentu yang menaungi sebuah kelompok masyarakat.
Zakat dibayar berdasarkan syariat Islam, sedangkan pajak dibayarkan menurut undang-
undang perpajakan yang berlaku dalam sebuah negara.
Persamaan pajak dan zakat berikutnya adalah besarnya pembayaran ditentukan menurut
prosentase tertentu dan berlaku untuk orang-orang yang memenuhi syarat. Keduanya juga
berperan dalam membangun kesejahteraan kelompok masyarakat tertentu.
 Perbedaan Pajak dan Zakat
Perbedaan zakat dan pajak adalah dalam hal penerimanya. Zakat dibayarkan melalui
amil zakat (lembaga penyalur dan pengelola zakat) maupun dibayarkan langsung kepada
8 golongan orang yang berhak menerima zakat. Manfaat zakat dapat dirasakan langsung
maupun tidak langsung oleh masyarakat.
Sedangkan pajak negara merupakan kewajiban yang dibayarkan kepada kantor pelayanan
pajak dan lembaga-lembaga lain yang ditunjuk oleh Pemerintah sebagai tempat
pembayaran pajak. Manfaat pajak negara tidak bisa dirasakan langsung oleh masyarakat
suatu negara.
10.perbedaan antara wakaf dan shadaqah/hibah

a) WAKAF

 Menyerahkan kepemilikan suatu barang kepada orang lain

 Hak milik atas barang dikembalikan kepada Allah

 Obyek wakaf tidak boleh diberikan atau dijual kepada pihak lain

 Manfaat barang biasanya dinikmati untuk kepentingan sosial

 Obyek wakaf biasanya kekal zatnya

 Pengelolaan obyek wakaf diserahkan kepada administratur yang disebut


nadzir/mutawalli

b) SHADAQAH/HIBAH

 Menyerahkan kepemilikan suatu barang kepada pihak lain

 Hak milik atas barang diberikan kepada penerima shadaqah/hibah

 Obyek shadaqah/hibah boleh diberikan atau dijual kepada pihak lain

 Manfaat barang dinikmati oleh penerima shadaqah/hibahObyek shadaqah/hibah tidak


harus kekal zatnya

 Pengelolaan obyek shadaqah/hibah diserahkan kepada sipenerima


11. kriteria untuk suatu efek dianggap memenuhi ketentuan syariah adalah:

 Produk, jenis bisnis, jasa, dan akad beserta pengelolaannya tidak bertentangan dengan
prinsip syariah
 kegiatan bisnis perusahaan tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah seperti
riba, judi, dll.
 Perusahaan Publik atau Emiten wajib menandatangani dan menjalankan ketentuan
akad sesuai demgan prinsip syariah atas setiap saham yang diterbitkan
 Perusahaan Publik atau Eiten yang mengeluarkan saham syariah harus menjamin
bahwa aktivitas usahanya mematuhi prinsip-prinsip syariah dan memiliki Syariah 
Complience Officer (Dewan Ppengawas Syariah)
 Apabila suatu saat perusahaan tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut, maka
saham yang diterbitkan akan diklasifikasikan sebagai bukan efek syariah.
 Saat perusahaan menerbitkan saham syariah, maka wajib memenuhi kriteria sebagai
berikut: Produk, jenis bisnis, jasa, dan akad beserta pengelolaannya tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Jenis kegiatan bisnis perusahaan tidak boleh bertentangan
dengan prinsip syariah seperti riba, judi, dll.

12. jenis-jenis efek syariah adalah:

 Saham Syariah. Adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi
kriteria berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)-MUI, dan tidak termasuk
saham yang memiliki hak-hak istimewa.
 Obligasi Syariah. Adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah
yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten
untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bahi
hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
 Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif (KIK) Reksadana Syariah. Adalah suatu
ukuran yang menunjukkan bagian kepentingan setiap pihak dalam portofolio investasi
suatu KIK Reksadana Syariah.
 Efek Beragun Aset (KIK EBA) Syariah. Adalah efek yang diterbitkan oleh kontrak
investasi kolektif EBA Syariah yang portofolionya terdiri atas asset keuangan berupa
tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan yang timbul di kemudian
hari, jual beli pemilikan asset fisik oleh lembaga keuangan, efek bersifat investasi
yang dijamin oleh pemerintah, darana peningkatan investasi/arus kas serta asset
keuangan setara, yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
 Surat Berharga Komersial Syariah. Adalah surat pengakuan atas suatu pembiayaan
dalam jangka waktu tertentu yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

Anda mungkin juga menyukai