Anda di halaman 1dari 23

KELOMPOK 4

1. Syahrani (1701035152)
2. Fairuz dhian thifalia. (1701035007)
3. Nur Thariqoh Saputri (1701035068)

MACAM-MACAM TRANSAKSI DALAM


EKONOMI ISLAM
JUAL BELI
Jual beli dalam bahasa arab
menggunakan kata al-bay yang
berarti menjual, mengganti, atau
menukar (sesuatu dengan sesuatu
yang lain).  Dalam fikih muamalah
jual beli diartikan kegiatan tukar-
menukar harta dengan harta yang
lain dalam bentuk pindah milik dan
kepemilikan melalui cara tertentu
yang bermanfaat.
SYARAT JUAL BELI DALAM ISLAM
Terkait dengan aqidain (2 orang yang
berakad) maka yang perlu
diperhatikan diantaranya berakal dan
dua orang yang berbeda. Jual beli
yang dilakukan oleh orang yang tidak
waras maka jual beli itu tidak sah.
Untuk objek jual beli terdapat 4 hal
yang perlu diperhatikan diantaranya,
1. Keberadaan barang tersebut harus
tampak,
2. Dapat dimanfaatkan dan
bermanfaat,
3. Dimiliki sendiri oleh penjual, tidak
diperkenankan menjual barang yang
bukan dimiliki oleh penjual.
4. Diserahkan langsung ketika akad.
JUAL BELI YANG TERLARANG
Jual beli yang terlarang umumnya
disebabkan oleh dua faktor yaitu
karena tidak memenuhi rukun dan
syarat jual beli dan karena ada
faktor lain yang merugikan.
MUSYARAKAH
Menurut Afzalur Rahman, secara bahasa al-
syirkah berarti al-ikhtilath (percampuran) atau
persekutuan dua orang atau lebih, sehingga
antara masing-masing sulit dibedakan atau tidak
dapat dipisahkan. Istilah lain dari musyarakah
adalah sharikah atau syirkah atau kemitraan.

Apabila usaha tersebut mendapat untung maka


keuntungan akan dibagikan kepada mitra sesuai
dengan nisbah yang telah disepakati sedangkan
bila rugi akan didistribusikan kepada mitra sesuai
kontribusi dengan porsi modal dari setiap mitra.

Dalam musyarakah, dapat ditemukan aplikasi


ajaran Islam tentang ta’awun (gotong-royong),
ukhuwah (persaudaraan) dan keadilan.
JENIS-JENIS AKAD MUSYARAKAH

1. Musyarakah Pemilikan
Keadaan ini berlaku jika ada dua pihak atau lebih
berbagi warisan yang sama, wasiat, atau yang
lainnya, yang menyebabkan terjadinya kepemilikan
bersama sebuah aset oleh pihak-pihak tersebut.
Dalam hal ini, keuntungan dibagi berdasarkan yang
dihasilkan oleh aset tersebut.
2. Musyarakah Akad
Musyarakah akad terjadi berdasarkan
kesepakatan yang dibuat oleh pihak-pihak pemilik
terkait dalam suatu usaha. Adapun akad ini terbagi
dalam beberapa jenis:
- Al-In’an
- Mufawadah
- A’mal/Abdan
- Wujuh
SUMBER HUKUM AKAD MUSYARAKAH
1. Al-Qur’an
- “maka mereka berserikat pada sepertiga.” (Qs. 4:12)
- “dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang
yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim
kepada sebagian yang lain kecuali orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh” (Qs. 38:24)

2. As-sunah
- Hadits Qudsi “Aku (Allah) adalah pihak ketiga dari
dua orang yang berserikat, sepanjang salah seorang
dari keduanya tidak berkhianat terhadap lainnya.
Apabila seseorang berkhianat terhadap lainnya maka
Aku keluar dari keduanya.” (HR Abu Dawud dan Al-
Hakim dari Abu Hurairah)
- “pertolongan Allah tercurah atas dua pihak yang
berserikat, sepanjang keduanya tidak saling
berkhianat.” (HR Muslim)
Rukun Musyarakah
• Pelaku akad yakni para mitra usaha
• Objek akad, yakni modal atau mal, kerja atau
dharabah dan keuntungan atau ribh
• ijab dan qabul atau disebut Shighah

Syarat-syarat Musyarakah
Untuk melakukan akad musyarakah, selain harus dipenuhi hukumnya.
Syarat atas akad tersebut juga harus dipenuhi. Secara umum syarat
untuk melakukan akad musyarakah adalah sebagai berikut:
a)Perserikatan merupakan transaksi yang bisa diwakilkan, menurut Iman
Hanafi, semua jenis syirkah mengandung arti perwakilan. Berarti salah
satu pihak diperbolehkan untuk menerima atau mengirimkan wakilnya
untuk bertindak hukum terhadap objek perserikatan sesuai dengan izin
pihak – pihak lainnya.
b)Presentase pembagian keuntungan untuk masing-masing pihak yang
berserikat hendaknya diketahui ketika berlangsungnya akad.
c)Keuntungan untuk masing – masing pihak ditentukan secara global
berdasarkan presentase tertentu sesuai kesepakatan, tidak boleh
ditentukan dalam jumlah tertentu/pasti
SKEMA MUSYARAKAH
MUDHARABAH
Mudharabah adalah akad kerjasama bisnis anatara 2
pihak, yaitu pihak yang mengelola usaha/pemilik
bisnis yang disebut
sebagai mudharib dan pihak yang memiliki modal ya
ng disebut sebagai shahibul maal. Dalam akad
tersebut poin pentingnya adalah terletak di awal
yaitu kesepakatan atas nisbah bagi hasil.
Landasan Al-Qur’an dan Hadist
Firman Allah Ta’ala,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka diantara kamu.” (Qs. an-
Nisa’: 29).

Di antara hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


yang dapat menjadi dasar akad mudharabah ialah
hadits Abdullah bin Umar berikut,
“Bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyerahkan kepada bangsa Yahudi Khaibar kebun
kurma dan ladang daerah Khaibar, agar mereka yang
menggarapnya dengan biaya dari mereka sendiri,
dengan perjanjian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam mendapatkan separuh dari hasil panennya.”
(HR. Muttafaqun ‘alaih).
Rukun Mudharabah dan Syarat
Mudharabah
• Pemilik modal maupun pelaksana usaha
• Modal dan Kerja
• Ijab Kabul
• Nisbah Keuntungan
Jenis-Jenis Akad Mudharabah
Akad Mudharabah memiliki karakteristik yang berbeda
tergantung dari jenisnya. umumnya terdapat dua jenis
akad mudharabah diantaranya:
• Mudharabah Mutlaqah
Akad Mudharabah ini memiliki karakteristik yaitu pemilik
dana/modal (shahibul maal) memiliki kewenangan untuk
melakukan apa saja atau mengintervensi bisnis yang
berjalan agar berhasil dan sesuai dengan tujuan bisnis
yang telah disepakati antar kedua belah pihak.
• Mudharabah Muqayyadah
Pada mudharabah jenis ini, pemilik modal membatasi
pengelola dana perihal lokasi, cara, dan atau jenis usaha
yang akan dibuat oleh pengelola dana. Bisa juga disebut
investasi terikat.
• Mudharabah Musytarakah
Pengelola dana juga turut menyumbangkan modalnya
sehingga dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.
SKEMA MUDHARABAH
AKAD MURABAHAH
YAITU KEGIATAN JUALBELI BARANG
PADA HARGA ASAL DENGAN
TAMBAHAN KEUNTUNGAN YANG
TELAH DISEPAKATI DISERTAI
KETENTUAN BAHWA PENJUAL HARUS
MEMBERI TAHU HARGA PRODUK
YANG IA BELI DAN MENENTUKAN
SUATU TINGKATAN KEUNTUNGAN
SEBAGAI TAMBAHAN.
Syarat dan Rukun Terjadinya Akad
Murabahah
• Adanya pembeli dan penjual yang telah
balig dan berakal sehat.
• Keinginan bertransaksi dilakukan dengan
kemauan sendiri tanpa adanya paksaan.
• Adanya objek akad.
• Adanya barang atau objek yang akan dijual.
• Kejelasan harga dan kondisi barang,
dengan harga yang disepakati bersama.
Penjual juga harus memberitahukan harga
pokok beserta besaran keuntungan yang
diinginkan kepada pembeli
• Ijab dan kabul.
Jenis-jenis akad murabahah
1. Murabahah tanpa pesanan murabahah tanpa
pesanan maksudnya, ada yang pesan atau tidak,
ada yang membeli atau tidak, bank syraiah
menyediakan barang dagangannya. Penyediaan
barang-barang pada murabahah ini tidak
berpengaruh atau terkait langsung dengan ada
tidaknya pesanan atau pembeli

2.`murabahah dengan pesanan pengertian


murabahah berdasarkan pesanan adalah suatu
penjualan dimana dua pihak atau lebih bernegosiasi
dan berjanji satu sama lain untuk melaksanakan
suatu kesepakatan bersama, dimana pemesan
(nasabah) meminta bank untuk membeli aset yang
kemudian dimiliki secara sah oleh pihak kedua.
SKEMA AKAD MURABAHAH
AKAD IJARAH

YAITU PEMINDAHAN HAK GUNA SUATU


BARANG DENGAN PEMBAYARAN BIAYA SEWA
TANPA DIIKUTI PEMINDAHAN KEPEMILIKAN
ATAS BARANG TERSEBUT. SINGKAT KATA
IJARAH BERARTI MENYEWA SUATU TANPA
MAKSUD MEMILIKINYA.
Rukun Ijarah
• Ada orang yang menyewakan suatu barang (Mu’ajjir dan
Musta’jir)
• Ada akad antara  penyewa dan yang menyewakan
• Ada ijab qabul (shigat)
• Ada upah (ujrah)
• Ada manfaat baik antara pihak yang menyewakan dan
pihak penyewa.

Syarat Ijarah
• Kedua pihak yang melakukan transaksi Ijarah sudah
dewasa (baligh) dan berakal (tidak mabuk).
• Kedua pihak yang melakukan transaksi memiliki kerelaan
dan tidak didasarkan suatu paksaan dari pihak mana pun.
• Barang yang menjadi objek transaksi harus jelas adanya.
• Barang yang menjadi objek transaksi harus halal sesuai
syariat Islam.
• Barang yang menjadi objek transaksi menjadi hak Mu’jar
atas seizin pemiliknya.
• Manfaat yang didapatkan harus diinformasikan secara
terang dan jelas.
Jenis Ijarah Menurut Objeknya

Berdasarkan obyeknya, Ijarah terdiri dari:


1. Ijarah dimana obyeknya manfaat dari barang, seperti
sewa mobil, sewa rumah, dsb.
2. Ijarah dimana obyeknya adalah manfaat dari tenaga
seorang seperti jasa konsultan, pengacara, buruh, kru,
jasa guru/dosen,dll.
Pendapatan yang diterima dari transaksi Ijarah disebut
ujrah. Al-Ujrah ialah imbalan yang diperjanjikan dan
dibayar oleh pengguna manfaat sebagai imbalan atas
manfaat yang diterimanya.

contoh transaksi Ijarah bisa dilihat dalam pinjaman


multiguna. Contohnya, seseorang menjaminkan sepeda
motornya ke bank untuk mendapatkan pinjaman. Hak
guna sepeda motor tersebut berpindah ke bank, namun
tidak atas kepemilikannya. Setelah nasabah melunaskan
pinjamannya, maka hak guna sepeda motor tersebut
kembali ke nasabah.
ADA
PERTANYAAN?
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai