Anda di halaman 1dari 6

Tijarah 

adalah akad perdagangan yaitu mempertukarkan harta dengan harta


menurut cara yang telah ditentukan dan bermanfaat serta dibolehkan oleh
syariah. Semua bentuk akad yang ditujukan untuk tujuan komersial, yaitu akad
yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan.

Dasar Hukum Jual Beli

             Terdapat beberapa ayat al-Qur’an dan sunah Rasulullah yang


membicarakan jual beli, antara lain:[4]

1) surat al-Baqarah ayat 275:

“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”

2) surat al-Baqarahayat 198:

“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia(rezeki hasil perniagaan) dari
Tuhanmu.”

3) Surat an-Nisa ayat 29:

“… kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di
antara kamu…”

Dasar hukum jual beli berdasarkan sunah Rasulullah,antara lain:

1) Hadis yang diriwayatkan oleh Rifa’ah ibn Rafi’:

“Rasulullah saw.ditanya salah seorang sahabat mengenai pekerjaan (profesi) apa


yang paling baik. Rasulullah saw.menjawab : usaha tangan manusia dan setiap
jual beli yang diberkati” (HR.Al-Bazzar dan Al-Hakim)

Artinya jual beli yang jujur, tanpa diiringi kecurangan-kecurangan, mendapat


berkat dari Allah.

2)Hadis dari al- Baihaqi, Ibn Majah dan Ibn Hibban, Rasullullah menyatakan:

“jual beli itu didasarkan atas suka sama suka”

C. Rukun dan Syarat Jual Beli

Rukun jual beli menurut ulama Hanafiah hanya satu,yaitu ijab (ungkapan
membeli dari pembeli) dan qabul (ungkapan menjual dari penjual). Menurut
mereka rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan kedua belah pihak untuk
melakukan transaksi jual beli.

Akan tetapi rukun jual beli menurut jumhur ulama menyatakan ada
empat[5] yaitu:

1. Ada orang yang berakad (penjual dan pembeli)

2. Ada shighat (lafal ijab dan qabul)

3. Ada barang yang dibeli

4. Ada nilai tukar pengganti barang


1.      Natural Certainty Contracts (NCC)

Dalam NCC, kedua belah pihak saling mempertukarkan aset

yang dimilikinya, karena itu objek pertukarannya (baik barang maupun jasa)
harus ditetapkan di awal akad dengan pasti, baik jumlahnya (quantity), mutunya
(quality), harganya (price) dan waktu penyerahannya (time of delivery). Jadi,
kontrak-kontrak ini secara sunnatullah (by their nature) menawarkan return
yang tetap dan pasti. Yang termasuk kedalam kategori ini adalah kontrak-
kontrak yang berbasis jual beli, upah-mengupah, dan sewa-menyewa, yaitu :

a.       Akad jual beli (al-Ba’i, Salam, dan istishna’)

b.      Akad sewa-menyewa (ijarah dan IMBT)

Dalam akad-akad diatas, pihak-pihak yang bertransaksi saling mempertukarkan


asetnya (baik real assets maupun financial assets). Jadi masing-masing pihak
tetap berdiri sendiri (tidak saling bercampur membentuk usaha baru), sehingga
tidak ada pertanggungan risiko bersama. Juga tidak ada percampuran aset si A
dan dengan aset si B. Yang ada misalnya adalah si A memberikan barang ke B,
kemudian sebagai gantinya B menyerahkan uang kepada A. Di sini barang
ditukarkan dengan uang, sehingga terjadilah kontrak jual beli (al-ba’i)

2.      Natural Uncertainty Contract (NUC)

Dalam NUC, pihak-pihak yang bertransaksi saling mencampurkan asetnya (baik


real assets maupun financial assets) menjadi satu kesatuan, dan kemudian
menanggung risiko bersama-sama untuk mendapatkan
keuntungan. Percampuran yang dimaksud dalam teori ini adalah
mencampurkan atau menggabungkan aset menjadi satu kesatuan, selanjutnya
kedua belah pihak terkait akan menanggung resiko dari kegiatan usaha yang
dilakukan bersama tersebut dan membagi keuntungan atau laba sesuai
kesepakatan bersama. Berdasarkan teori percampuran ini, akad atau perjanjian
yang biasa digunakan bertujuan untuk investasi sehingga dalam hal ini tidak
memberikan kepastian imbalan (return) di awal. Konsep dalam berinvestasi
yaitu bahwa tingkat return yang diperoleh dapat bersifat positif (untung),
negatif (rugi), atau nol (balik modal).[7]

 Di sini, keutungan dan kerugian ditanggung bersama. Karena itu, kontrak ini
tidak memberikan kepastian pendapatan (return), baik dari segi jumlah
(amount), maupun waktu (timing)-nya. Yang termasuk dalam kontrak ini adalah
kontrak-kontrak investasi. Kontrak investasi ini secara sunnatullah (by their
nature) tidak menawarkan return yang tetap dan pasti. Jadi sifatnya tidak fixed
and predetermined.

Contoh-contoh NUC adalah sebagai-berikut :

a.       Musyarakah ( wujuh, ‘inan, abdan, muwafadhah, mudharabah).


b.      Muzara’ah

c.       Musaqah

d.      Mukhabarah

. Prinsip jual beli dalam akad tijarah adalah

1) Cara pengambilan keuntungan ada  empat yaitu: musawwamah dimana


penjual tidak memberitahukan harga pokok dan keuntungan yang
didapatkannya, murabahah yang merupakan kebalikan
dari musawwamah, muwadhaah yaitu dengan prinsip diskon

2) Jenis barang pengganti yaitu:muqayyadah yaitu kewenangan terbatas atas


pembeli untuk menentukan jenis barang pengganti, mutlaqah yaitu kewenangan
penuh atas pembeli untuk menentukan jenis barang pengganti.

3) Cara pembayaran/waktu penyerahan yaitu naqdan dan ghoiru


naqdan.Untuk ghairu naqdan ada tiga yaitu muajjal dimana barang diserahkan
secara bertahap, salam dimana uang dibayarkan lebih dahulu baru kemudian
barang diserahkan, istishna dimana uang dibayar lebih dahulu secara bertahap
baru kemudian barang diserahkan.3

Akad tijarah yang berlandaskan fee based (berdasarkan biaya) adalah seperti


pada fee based income dalam dunia perbankan. Salah satu sumber pendapatan
semacam ini dalam dunia perbankan adalah cash management. Cash
management dapat diartikan sebagai mengelola orang dan dana nasabah dengan
seefisien dan seefektif mungkin. Cash management pada hakikatnya merupakan
diferensiasi produk yang bertujuan untuk mengurang waktu penyerahan atau
waktu kerja yang diperlukan.

  surat al-Baqarah ayat 275 yang berbunyi:

‫َوَأ َح َّل هَّللا ُ ْال َبي َْع َو َحرَّ َم الرِّ َبا‬

Artinya: Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.7

(QS. Al-Baqarah: 275)

2.      Juga terdapat dalam surat an-Nisa>’ ayat 29 yang artinya

Artinya: Orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu

dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan
suka sama suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (An-Nisa>’: 29)

3.      Dasar hukum jual beli dalam sunnah Rasulullah SAW diantaranya adalah
hadis dari Rifa’ah yang berbunyi:

َ ‫هللا َرس ُْو َل َأنَّ َراف ٍِع ن ِِر َف‬


: ْ‫اع َةب َعن‬ ِ ْ‫َقا َل َأ ْط َيبُ ؟ اَى ُّْال َكس‬
ِ ‫ ص‬. ‫م‬.‫سُِئ َل َو َسلَّ َم َعلَ ْي ِه‬:‫ب‬

(‫َم ْبر ُْو ٌر َبي ٍْع ُّلﻛ َو ِب َي ِد ِه الرَّ ج ُِل َع َم ُل)الحاآم صححه بزارﻟرواه‬

Artinya: Dari Rifa’ah bin Nafi’, bahwa Rasulullah saw pernah ditanya


orang,“apakah usaha yang paling baik?” Ras}ulullah menjawab, “usaha
seseorang dengan tangannya sendiri dan tiap-tiap jual beli yang mabrur. (HR.
Bazzar dan Hakim).

AKAD TIJARAH

            Akad Tijarah adalah akad yang berorientasi pada keuntungan komersial
( for propfit oriented). Dalam akad ini masing-masing pihak yang melakukan
akad berhak untuk mencari keuntungan. Contoh akad tijarah adalah akad-akad
investasi, jual-beli, sewa-menyewa dan lain – lain. Pembagian akad tijarah dapat
dilihat dalam skema akad dibawah ini.

            Pembagian berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperoleh akad
tijarah dibagi menjadi dua yaitu Natural Uncertainty Contract (NUC) dan Natural
Certainty Contrats (NCC).

A.    Natural Certainty Contracts

            Natural Certainty Contracts adalah kontrak/akad dalam bisnis yang


memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah maupun waktunya.
Cash flow-nya bisa diprediksi dengan relatif pasti, karena sudah disepakati oleh
kedua belah pihak yangbertransaksi di awal akad. Kontrak-kontrak ini secara
menawarkan return yang tetap dan pasti. Objek pertukarannya (baik barang
maupun jasa) pun harus ditetapkan di awal akad dengan pasti, baik jumlahnya
(quantity), mutunya (quality), harganya (price), dan waktu penyerahannya
(time of delivery). Yang termasuk dalam kategori ini adalah kontrak-kontrak
jual-beli, upah-mengupah, sewa-menyewa.

Macam – Macam Natural Certainty Contracts (NCC) sebagai berikut :

1.   Akad Jual Beli

a.    Bai’ naqdan adalah  jual beli biasa yang dilakukan secara tunai. Dalam jual
beli ini bahwa baik uang maupun barang diserahkan di muka pada saat yang
bersamaan, yakni di awal transaksi (tunai).

b.    Bai’  muajjal adalah jual beli dengan cara cicilan. Pada jenis ini barang
diserahkan di awal periode, sedangkan uang dapat diserahkan pada periode
selanjutnya. Pembayaran ini dapat dilakukan secara cicilan selama periode
hutang, atau dapat juga dilakukan secara sekaligus di akhir periode.

c.    Murabahah adalah jual beli dimana besarnya keuntungan secara terbuka
dapat diketahui oleh penjual dan pembeli.
d.    Salam adalah akad jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran
harga lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu.

e.    Istisna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan (Pembeli, Mustashni’) dan penjual (Pembuat, shani’).

2.    Akad Sewa-Menyewa

a.    Ijarah adalah akad pemindahan hak guna  atas suatu barang atau jasa dalam
waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

b.    Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT) adalah Ijarah yang membuka


kemungkinan perpindahan kepemilikan atas objek ijarahnya pada akhir periode.
c.    Ju’alah adalah akad ijarah yang pembayarannya didasarkan kepada kinerja
objek yang disewa /diupah.

B.    Natural Uncertainty Contracts (NUC)

            Natural Uncertainty Contracts adalah kontrak/akad dalam bisnis yang


tidak memberikan kepastian pendapatan, baik dari segi jumlah maupun
waktunya. Dalam NUC, pihak-pihak yang bertransaksi saling mencampurkan
asetnya (baik real assets maupun financial assets) menjadi satu kesatuan, dan
kemudian menanggung resiko bersama-sama untuk mendapatkan keuntungan.
Di sini, keuntungan dan kerugian ditanggung bersama. Yang termasuk dalam
kontrak ini adalah kontrak-kontrak investasi. Kontrak investasi ini tidak
menawarkan keuntungan yang tetap dan pasti.

Macam – Macam Natural Uncertainty Contracts (NUC) adalah sebagai berikut:


1.  Musyarakah
            Menurut Syafi’i Antonio Akad Musyarakah adalah akad kerjasama antara
dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.

Macam–macam musyarakah :

a.  Mufawadhah
            Akad kerjasama dimana masing-masing pihak memberikan porsi dana
yang sama. Keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan dan kerugian
ditanggung bersama.

b.   Inan
            Akad kerjasama dimana pihak yang bekerjasama memberikan porsi dana
yang tidak sama jumlahnya. Keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan dan
kerugian ditanggung sebesar porsi modal.

c.   Wujuh
            Akad kerjasama dimana satu pihak memberikan porsi dana dan pihak
lainnya memberikan porsi berupa reputasi. Keuntungan dibagi sesuai dengan
kesepakatan dan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi modal, pihak yang
memberikan dana akan mengalami kerugian kehilangan dana dan pihak yang
memberikan reputasi akan mengalami kerugian secara reputasi.
d.   Abdan
            Akad kerjasama dimana pihak-pihak yang bekerjama bersama-sama
menggabungkan keahlian yang dimilikinya. Keuntungan dibagi berdasarkan
kesepakatan dan kerugian ditanggung bersama. dengan akad ini maka pihak
yang bekerjasama akan mengalami kerugian waktu jika mengalami kerugian.

e.  Mudharabah
            Mudharabah merupakan akad kerjasama dimana satu pihak
menginvestasikan dana sebesar 100 persen dan pihak lainnya memberikan
porsi keahlian. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan dan kerugian sesuai
dengan porsi investasi.

Macam–Macam Mudharabah :

a)   Mudharabah Mutlaqah

Mudharabah Mutlaqah merupakan akan mudharabah dimana dana yang


diinvestasikan bebas

untuk digunakan dalam usaha oleh pihak lainnya.

b)   Mudharabah Muqayadah

Berbeda dengan Mudharabah Muqayadah, dana yang diinvestasikan digunakan


dalam usaha yang sudah ditentukan oleh pemberi dana.

2.  Muzara’ah
Akad Syirkah dibidang pertanian yang digunakan untuk pertanian tanaman
setahun
3.  Musaqah
Akad Syirkah di bidang pertanian dimana digunakan untuk pertanian tanaman
tahunan.
4.  Mukharabah
Akad Muzara’ah dimana bibitnya berasal dari pemilik tanah

Surat an-Nisa>’ ayat 29 yang artinya

Artinya: Orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu

dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan
suka sama suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (

An-Nisa>’: 29)

Surat al-Baqarahayat 198:

“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia(rezeki hasil perniagaan) dari
Tuhanmu.”

Anda mungkin juga menyukai