FIQIH MUAMALAH
3.1. HARTA
3.3.1. PENGERTIAN HARTA
Secara etimologi harta dalam bahasa Arab yaitu المالyang asal katanya مال- ميال- بميلyang
berarti condong, cenderung, atau berpaling dari tengah keslah satu sisi.
Berdasarkan terminologi ialah:
انمال هو ما يميم انيه طبع اإلنسان إدخاره انى وقت انحاجت.
Harta adalah sesuatu yang digandrungi manusia dan dapat dihadirkan (dimanfaatkan)
pada saat diperlukan.
3.2. AKAD
3.2.1. PENGERTIAN AKAD
Akad adalah termasuk salah satu perbuatan hukum (tasharruf) dalam hukum Islam.
Dalam terminology fiqih akad diartikan sebagai pertalian antara ijab (pernyataan
melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak
syariat yang berpengaruh terhadap objek perikatan.
3.3. Milik
3.3.1. Pengertian Milik
Sedang dalam artian bahasa milik adalah Penguasaan terhadap sesuatu, yang
penguasaannya dapat melakukan sendiri tindakan-tindakan terhadap sesuatu yang
dikuasainya itu dan dapat menikmati manfaatnya apabila tidak ada halangan syara‟
3.5. Khiyar
3.5.1. Pengertian Khiyar
khiyar dalam jual beli menurut syara‟ ialah hak memilih bagi penjual atau pembeli
untuk meneruskan akad jual beli atau membatalkannya
3.5.2. Pembagian Khiyar
Khiyar majlis, yaitu hak memilih antara meneruskan dan membatalkan jual beli
selama penjual dan pembeli masih berada ditempat akad jual beli
Khiyar syarat ialah hak memilih antara meneruskan dan membatalkannya dengan
syarat tertentu, jika syarat itu terpenuhi, maka akad jual beli tidak jadi (batal).
Khiyar „aibi ialah hak memilih antara meneruskan dan membatalkan akad jual beli
yang disebabkan karena terdapat cacat pada barang yang dijual.
3.6. Syirkah
3.6.1. Pengertian Syirkah
Menurut istilah, pengertian syirkah adalah suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak
atau lebih yang telah bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh
keuntungan.
3.6.2. Bentuk Syirkah
Syirkah „inan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing- masing
memberi kontribusi kerja (amal) dan modal (mal). Syirkah dalam Islam hukumnya
boleh berdasarkan dalil sunah dan ijma‟ sahabat.
Syirkah „abdan (syirkah ‟Amal) adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang
masing-masing hanya memberikan kontribusi kerja (amal), tanpa memberikan
kontribusi modal (amal). Konstribusi kerja itu dapat berupa kerja pikiran (seperti
penulis naskah) maupun kerja fisik (seperti sesama tukang batu, sesama Tukang Gali
Kubur, sesama Tukang dodos sawit). Syirkah ini juga disebut syirkah „amal.
Syirkah wujuh merupakan kerja sama karena didasarkan pada kedudukan,
ketokohan, atau keahlian (wujuh) seseorang di tengah masyarakat. Syirkah wujuh
adalah syirkah antara dua pihak yang sama-sama memberikan kontribusi kerja
(amal) dengan adanya pihak ketiga yang memberikan konstribusi modal (mal).
Syirkah mufawadhah merupakan syirkah antara dua pihak atau lebih yang
menggabungkan semua jenis syirkah yang telah dijelaskan di atas. Syirkah
mufawadhah dalam pengertian ini boleh dipraktikkan. Sebab setiap jenis syirkah
yang sah berarti boleh digabungkan menjadi satu. Keuntungan yang diperoleh dibagi
sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan jenis
syirkahnya, yaitu ditanggung oleh para pemodal sesuai porsi modal jika berupa
syirkah „inan, atau ditanggung pemodal saja jika berupa mufawadhah, atau
ditanggung oleh mitra-mitra usaha berdasarkan persentase barang dagangan yang
dimiliki jika berupa syirkah wujuh.
3.7.Ijarah
3.7.1.Pengertian Ijarah
Ijarah berasal dari bahasa Arab yaiu Al Ajru yang berarti Al „Iwadhu atau imbalan atau
lebih dikenal dengan ganti atau upah. Dalam ekonomi syariah yang sudah dikenal Akad Al
Ijarah memiliki pengertian yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
(ownership/milkiyah) atas barang itu sendiri.
3.7.2.Rukun Ijarah
Seperti halnya akad ataupun perjanjian lainnya, ada beberapa rukun atau pondasi yang
harus dilengkapi. Adapun rukun akad ijarah antara lain:
Adanya „Aqid (orang yang akad). Orang yang akad terdiri dari Mu‟ajir
(pengupah/menyewakan) dan Musta‟jir (upaha/penyewa). Kedua pihak yang akan
melakukan akad harus memiliki syarat antara lain : Baligh, berakal, cakap dalam
mengendalikan harta, dan saling meridhoi.
Shigat Akad atau ijab Kabul. Dalam melakukan Ijab dan Qabul ini haruslah
menggunakan kalimat yang jelas dan terbuka sehingga dimengerti da dipahami oleh
pihak penyewa.
Ujrah (Upah). Besar upah yang dikeluarkan haruslah diketahui oleh kedua belah
pihak.Manfaat. Selalu perhatikan manfaat yang akan didapat ketika akan melakukan
akad Ijarah ataupun akad perjanjian lainnya.
3.8.Salam
3.8.1.Pengertian Salam
Pengertian dan Hukum Akad Salam, Kegiatan yang dilakukan perbankan syariah antara
lain adalah penghimpunan dana, penyaluran dana, membeli, menjual dan menjamin atas
risiko serta kegiatan-kegiatan lainnya. Pada perbankan syariah, prinsip jual beli dilakukan
melalui perpindahan kepemilikan barang (transfer of property). Tingkat keuntungan bank
ditentukan di depan dan menjadi salah satu bagian harga atas barang yang dijual.
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh
karena itu barang diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan tunai. Bank
bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip
jual beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan
barang harus ditentukan secara pasti.
Jual beli pesanan dalam fiqih islam disebut as-salam sedangkan bahasa penduduk hijaz,
sedangkan bahsa penduduk iraq as-salaf. Kedua kata ini mempunyai makna yang sama,
sebagaimana dua kata tersebut digunakan oleh Nabi, sebagaimana diriwayatkan bahwa
Rasulullah ketika membicarakan akad bay‟salam, beliau menggunakan kata as-salaf
disamping as-salam, sehingga dua kata tersebut merupakan kata yang sinonim.
3.8.2.Rukun Salam
Muslim (pembeli atau pemesan)
Muslam ilaih (penjual atau penerima pesanan)
Ra‟s al-mal (harga pesanan atau modal yang dibayarkan)
Muslam fih (barang yang dipesan)
Sighat Ijab Qabul (ucapan/akad serah terima)
3.8.3.Syarat salam
Secara umum persyaratan dalam akad salam tidak berbeda dengan akad jual beli pada
umumnya, yaitu:barang yang dipesan adalah milik penuh muslam ilaih, bukan barang najis
dan bisa diserahterimakan. Akan tetapi dalam akad salam, tidak ada persyaratkan bagi
muslim (pemesan) untuk melihat barang yang di pesan. Ia hanya disyaratkan untuk
menentukan sifat-sifat barang pesanan tersebut secara jelas.
1. Syarat Aqidain: Muslim (pembeli atau pemesan) dan syarat muslam ilaih (penjual atau
penerima pesanan)
a. Harus cakap hukum
b. Suka Rela, tidak dalam keadaan dipaksa atau terpaksa atau dibawah tekanan
3.9.Qardh
3.9.1.Pengertian Qardh
Adapun di dalam dunia Perbankan, akad qardh biasanya diterapkan sebagai berikut :
Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan
bonafiditasnya yang membutukkan dana talangan segera untuk masa yang relative
pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang
dipinjamnya itu.
Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat sedangkan ia tidak bisa
menarik dananya karena, misalnya, tersimpan dalam bentuk deposito.
Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil, atau membantu sector
social. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk khusus yaitu
qardhul hasan.
3.11 Murabahah
3.11.1. Pengertian Murabahah
adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan dengan jelas
barang yang diperjual belikan, termasuk harga pembelian barang kepada pembeli,
kemudian ia mensyaratkan atasnya laba atau keuntungan dalam jumlah tertentu.
3.12. Riba
3.12.1. Pengertian Riba
Riba menurut bahasa berarti ziyadah (tambahan) tau nama‟ (bekembang). Menurut
Yusuf al-Qardawi, setiap pinjaman yang mensyaratkan didalamnya tambahan adalah riba.
3.13. Mudharabah
3.13.1. Pengertian Mudharabah
Apa yang dimaksud dengan Mudharabah, yaitu akad kerja sama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (shabulmaal) menyediakan seluruh modal (100%), sedangkan pihak
lainnya adalah pengusaha atau pengelola usaha yang akan dilakukan.
3.14. Hiwalah
3.14.1 Jenis-Jenis Hiwalah
Ditinjau dari jenis akad, hiwalah dibagi menjadi dua jenis:
Al-hiwalah al-muqayyadah (pengalihan bersyarat), yaitu pengalihan sebagai ganti
dari pembayaran utang muhil (pihak pertama) kepada muhal (pihak kedua). Sebagai
contoh: A memberi piutang kepada B sebesar 5 juta, sedangkan B memberi piutang
kepada C sebesar 5 juta. Kemudian, B mengalihkan haknya untuk menuntut
piutangnya yang berada pada C kepada A, sebagai ganti pembayaran utang B kepada
A. Dengan demikian, al-hiwalah al-muqayyadah pada satu sisi merupakan hiwalah
al-haq karena mengalihkan hak menuntut piutangnya dari C ke A (pengalihan hak).
Pada sisi lain, al-hiwalah al-muqayyadah sekaligus merupakan hiwalah ad-dain
karena kewajiban B kepada A dialihkan menjadi kewajiban C kepada A (pengalihan
utang).
Al-hiwalah al-muthlaqah (pengalihan mutlak), yaitu pengalihan utang yang tidak
ditegaskan sebagai ganti rugi dari pembayaran utang muhil (pihak pertama) kepada
muhal(pihakkedua). Sebagai contoh: A berutang kepada B sebesar 5 juta. Kemudian,
A mengalihkan utangnya kepada C, sehingga C berkewajiban membayar utang A
kepada B, tanpa menyebutkan bahwa pemindahan utang tersebut sebagai ganti rugi
dari pembayaran utang C kepada A. Dengan demikian, al-hiwalah al-muthlaqah
hanya mengandung hiwalah ad-dain karena yang terjadi hanya: utang A kepada B
dipindahkan menjadi utang C kepada B.[5]
3.15. Ariyah
3.15.1. Pengertian ‟Ariyah
Madzhab Maliki (Al Malikiyah), ‟Ariyah didefinisikan lafazhnya berbentuk masdar dan
itu merupakan nama bagi sesuatu yang dipinjam.[3] Maksudnya adalah memberikan hak
memiliki manfaat yang sifatnya temporer (sementara waktu) dengan tanpa ongkos.
Contoh: meminjamkan/memberikan hak memiliki manfaatnya motor (suatu benda)
ditentukan waktunya dengan tanpa ongkos. Atau manfaat bajak untuk membajak tanah
pada masa yang ditentukan. Maka pemberian hak memiliki manfaat tersebut dinamakan
„Ariyah (meminjamkan).
3.16. WAKALAH
3.16.1.PENGERTIAN DAN HUKUM WAKALAH
Wakalah menurut bahasa berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian madat.
Wakalah menurut istilah para ulama berbeda-beda antara lain sebagai berikut.
Malikiyyah berpendapat bahwa wakalah adalah :
ٌص َاغ ْي َاره ِف َا ّ لَاوُ يَا َا َا َّرر ِي ِو ْ ُضيْم ) َا
ِ اَا ْ يَانِيْب( ي
Artinya:
Seseoarang menggantikan (menepati) tempat yang lain dalam hak (kewajiban), dia yang
mengelola pada posisi itu.
3.17.Wadi‟ah
3.17.1.Pengertian Wadi‟ah
Menurut bahasa wadiah artinya yaitu : meniggalkan atau meletakkan. Yaitu meletakan
sesuatu pada orang lain untuk dipelihara atau dijaga. Menurut istilah wadiah artinya yaitu
memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk menjaga hartanya atau barangnya dengan
secara terang-terangan atau dengan isyarat yang semakna dengan itu.
3.18. KAFALAH
Pertama:
آَوَت ُت ِم ِمر ِم َت َت ِم َو ِما لَّن ِما َو َت ِم ْيل َو لَّن ِم
َو ْي ُت َو َو ْي ْي ْي ًب َو ْي ُت َو ْي َو
Artinya : Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.(QS. Ar-Ruum : 39 )
Ayat ini turun di Mekkah dan menjadi tamhid (permulaan), atau awal mula dari
diharamkannya riba dan urgensi untuk menjauhi riba.
Kedua:
ِّه ْي َو ْي َوسبِم ِمل لَّن ِم َوكثِم ًبري ت ِمُتحلَّنت َوَل ِمص ِم ٍ حَّن لَو لَو ِمه طَوِّب َوبِمظُتلْي ٍ ِم َو َّن ِمذ َو َوه ُتد
ْي ُت ْي َو َو َو ْي َو ْي ْي َو
هَت ل َوكلِم ِمه َو َوا لَّن ِما ِم ْيب ِمط ِمل َو ْي َو ْي نَو ِملْي َوك ِم ِم ِم َوخ ِمذ ِمه ُت َِّو َوقَو ْي نَتُت ُته
َو ُت ْي ْي َو َو َو ْيل ُت َو ْي ْي ْي َو َو ْي
َو َوذ ًب َوِم ًبم
Artinya : Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka
(memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan
karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah. (QS. An-Nisa : 160-
61)
Ayat ini turun di Madinah dan menceritakan tentang perilaku Yahudi yang memakan riba dan
dihukum Allah. Ayat ini merupakan peringatan bagi pelaku riba.
Dibalik ayat ini ada sebuah cerita yang menjelaskan bahwa memang prkatek Riba itu ada dan
dilakukan oleh orang-orang Yahudi yang membangkang dari syariat Nabi-Nabi mereka. merka
melakukannya jauh seblum Islam datang.
Padahal semua agama Samawi mengharamkan riba karena tidak ada kemaslahatan sedikitpun
dalam kehidupan bermasyarakat.
Ketiga:
َو َو َت َوه َّن ِمذ َو َو لُت َو آَوْي ُتكلُت َِّو َو ْي َو ًب ُت َو َو َو ًب َو آَّنَت ُت لَّن َو َو َولَّن ُتك ْي آُتَت ْي لِم ُت َوو
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.(Ali Imran : 130)
Pada tahap ini Al-Quran mengharamkan jenis riba yang bersifat fahisy, yaitu riba jahiliyah
yang berlipat ganda.
Walaupun memang ada beberapa Ulama yang mengatakan bahwa kata "Adh'afan
Mudho'afah" (berlipat ganda) dalam ayat ini bukanlah sebagai syarat keharaman Riba itu.
Karena kalau itu sebagai syarat, maka riba menjadi haram hanya kalau banyak saja, kalau sedikit
tidak mengapa.
Tidak begitu! Ulama mengatakan bahwa "Adh'afan Mudho'afah" (berlipat ganda) itu bukan
syarat, akan tetapi menjadi "Hal" (keterangan), bahwa Riba itu mempunyai karakteristik yang
terus menerus melipat ganda sehingga menjadi sangat besar seiring berjalannya waktu.
Keempat:
ني َوِمإ ْيو َوَلْي آَوَت ْي َولُت ِم ِم ِم ِم ِم
َو َو َت َوه َّنذ َو َو لُت آَّنَت ُت لَّن َو َو ذَو ُتر َو َو َوي َو َِّو إِم ْيو ُتكْيلُت ْي ُت ْيؤ ل َو
ا َوْي َو ِم ُتك ْي آَوظْيلِم ُتم َوو َو آُتظْيلَو ُتم َوو ر ك
ُت ل
َو َت
َو ُت بَت
ُت آ و
ْي ِم
إ َو ْي َوذنُت ِم ٍ ِم لَّن ِم رس ِمِم
َوْي َو َو َو ُت َو ْي ْي ْي ُت ُت ُت
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-
Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka
bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.(Al-
Baqarah : 278-279)
Pada tahap ini Al-Quran telah mengharamkan seluruh jenis riba dan segala macamnya. Alif
lam pada kata ( )الرباmempunyai fungsi lil jins, maksudnya diharamkan semua jenis dan macam
riba dan bukan hanya pada riba jahiliyah saja atau riba Nasi'ah.
Hal yang sama pada alif lam pada kata ( )البيعyang berarti semua jenis jual-beli. Jadi segala
jenis riba itu haram hukumnya dan segala jenis jual-beli itu halal, akan tetapi jika ada hal-hal
yang membuat akad jual beli itu rusak atau terdapat didalamnya sesuatau yang haram, maka
menjadi haram pula-lah jual beli tersebut.