Al-quran
َ ِفَِإن َكانُ َو ْا َأ ْكثَ َر ِمن َذل
ِ ُك فَهُ ْم ُش َر َكاء فِي الثُّل
ث
﴿١٢﴾ “Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu.” (QS. An-Nisa’:
12)
أنا ثالث: ان هللا عزوجل يقول:قال. م.عن أبى هريرة رفعه الى النبي ص
الشريكين مالم يخن أحدهما صاحبه فإذا خانه خرجت من بينهما
4. Adapun syarat yang bertalian dengan syirkah ‘inan sama dengan syarat
syirkah mufâwadhah.
Menurut Malikiyah, syarat-syarat yang bertalian dengan orang yang
melakukan akad ialah merdeka, baligh, dan pintar (rusyd). Imam Syafi’i
berpendapat bahwa syirkah yang sah hukumnya hanyalah syirkah ‘inan,
sedangkan syirkah yang lainnya batal. Akad syirkah ada kalanya hukumnya
shahih ataupun fasid. Syirkah fasid adalah akad syirkah di mana salah satu
syarat yang telah disebutkan tidak dipenuhi, jika semau syarat sudah
terpenuhi maka syirkah dinyatakan shahih.
Macam-macam syirkah
Yaitu akad kerja sama antara dua orang yang bersekutu dalam
modal dan keuntungan, artinya kerjasama ini didahului oleh
transaksi dalam penanaman modal dan kesepakatan pembagian
keuntungan. Misalnya, dalam transaksi jual beli atau lainnya.
Bentuk syirkah seperti inilah yang hendak kami bahas dalam
tulisan kali ini. Dalam syirkah seperti ini, pihak-pihak yang
berkongsi berhak menggunakan barang syirkah dengan kuasa
masing-masing. Dalam hal ini, seseorang bertindak sebagai
pemilik barang, jika yang digunakan adalah miliknya. Dan
sebagai wakil, jika barang yang dipergunakan adalah milik
rekannya.
Hal-hal yang membatalkan syirkah
Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh
yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan
Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa
hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( Al-Baqarah 283).
Syaikh Muhammad Ali as-sayis berpendapat,
bahwa ayat Al-Qur’an tersebut adalah
petunjuk untuk menerapkan prinsip kehati-
hatian bila seseorang hendak melakukan
transaksi utang-piutang yang memakai jangka
waktu dengan orang lain, dengan cara
menjaminkan sebuah barang kepada orang
yang berpiutang rahn ()ا~~لرهن.
RUKUN DAN SYARAT GADAI
Gadai atau pinjaman dengan jaminan suatu benda memiliki beberapa
rukun, antara lain yaitu:
1. Akad dan ijab Kabul
2. Aqid, yaitu orang yang menggadaikan (rahin) dan yang menerima gadai
(murtahin). Adapun syarat yang berakad adalah ahli tasyarruf, yaitu
mampu membelanjakan harta dan dalam hal ini memahami persoalan-
persoalan yang berkaitan dengan gadai. Menurut ulama Syafi’iyah
ahliyah adalah orang yang telah sah untuk jual beli, yakni berakal dam
mumyyis, tetapi tidak disyaratkan harus baligh.
3. Barang yang dijadikan jaminan (borg), syarat pada benda uyang
dijadikan jaminan ialah keadaan barang itu tiddak rusak sebelum janji
utang harus dibayar. Rosul bersabda: “Setiap barang yang boleh
diperjual belikan boleh dijadikan barang gadai”
4. Ada hutang, disyaratkan keadaan hutang telah tetap.
Menurut ulama Hanafiyah mensyaratkan marhun, antara lain: