Anda di halaman 1dari 15

KONSEP AKAD DAN JUAL BELI

Wilda Risydiyani
Sekolah Tinggi Agama Islam Syubbanul Wathon
wildarisdiyani@gmail.com

Ngianatus Sa’adah
Sekolah Tinggi Agama Islam Syubbanul Wathon’
ngiana07@gmail.com

Abstrak: Keberadaan manusia di bumi merupakan suatu kontrak


(akad) kehidupan, sehingga manusia diberi hak mengelola seluruh
ciptaan Tuhan untuk kemaslahatan manusia dan kemanusiaan.
Untuk merealisasikan hukum akad, para pihak memikul beberapa
kewajiban yang sekaligus merupakan hak pihak lain. Misalnya,
dalam akad jual beli, penjual berkewajiban menyerahkan barang
yang merupakan hak pembeli dan pembeli berkewajiban
menyerahkan harga yang merupakan hak penjual. Tujuan dari
penulisan ini adalah untuk mengetahui konsep akad jual beli dalam
syariah Islam dalam kategori kontemporer dan online. Akad adalah
maksud bersama yang dituju dan yang hendak diwujudkan oleh
para pihak melalui perbuatan akad. Pelaksanaan akad dalam
transaksi perdagangan diharuskan adanya kerelaan kedua belah
pihak. Dasar hukum jual beli adalah Al-Qur’an dan hadits,
sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 275. Dalam
jual beli online, baik penjual dan pembeli harus memberikan
informasi dan kualifikasi barang dengan benar sesuai fakta yang ada.
Prinsip kejujuran juga harus dipegang oleh kedua belah pihak, agar
transaksi ini bisa dikatakansah menurut syariat. Dalam akad jual beli
kontenporer maupun akad jual beli online, Islam memiliki beberapa
kriteria dan syarat yang sesuai dengan hukum syariah, yang
tentunya penting diperhatikan melihat mayoritas penduduk
Indonesia yang beragama Islam. Metode penelitian yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif dengan studi Pustaka.
Kata Kunci: Konsep, Akad, Jual Beli, Kontemporer, Online

1
Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk sosial, yakni tidak hidup sendiri dan
selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan
sehari – hari, termasuk dalam hal jual beli , baik dalam urusan diri sendiri
maupun untuk kemaslahatan umum. Namun seringkali terjadi dalam
melakukan jual beli, sering terjadi kecurangan yang dapat merugikan
masyarakat.
Untuk melakukan jual beli, pasti melaksanakan suatu transaksi. Si
penjual menjual barangnya, dan si pembeli membeli barangnya si penjual
dengan transaksi/menukarkan barang tersebut dengan transaksi yang
telah keduanya sepakati (Azani, Basri, and Nasution 2021).
Sebagai makhluk, keberadaan manusia di bumi merupakan suatu
kontrak (akad) kehidupan, sehingga manusia diberi hak mengelola
seluruh potensi ciptaan Tuhan untuk kemaslahatan manusia dan
kemanusiaan. Penghambaan adalah adalah akad (kontrak) tentang
mekanisme hubungan vertikal manusia dengan Tuhan di samping
hubungan horizontal dengan sesama ciptaan Tuhan. Sedangkan
kekhalifahan adalah akad (kontrak) tentang pendelegasian kewenangan
Tuhan kepada manusia untuk bertindak atas nama pemegang otoritas
pemeliharaan dan pemanfataan seluruh ciptaan Tuhan dalam kerangka
pengabdian kepada Tuhan pula (Leu 2018)
Berbisnis merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan dalam
ajaran Islam. Bahkan, Rasulullah sendiri telah menyatakan bahwa 9 dari
10 pintu rezeki adalah melalui pintu berdagang. Artinya, melalui jalan
perdagangan inilah, pintu-pintu rezeki akan dapat dibuka. Jual beli
merupakan sesuatu yang diperbolehkan, dengan catatan selama
dilakukan dengan benar sesuai dengan tuntunan ajaran Islam(Safira and
Fatriansyah 2019).

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif
dengan studi Pustaka. Kajian kepustakaan dilakukan dengan
mengumpulkan data-data yang memiliki relevasi dengan masalah yang
dibahas, baik yang bersumber dari buku maupun sumber tertulis lainnya,

2
seperti jurnal-jurnal ilmiah, laporan penelitian dan sejenisnya (Afifudin
dan Beni Ahmad Saeb dalam Saeful and Sulastri 2021).
Hasil dan Pembahasan
1. Konsep Akad
Akad berasal dari bahasa arab ‫ ﺪﻘﻋ‬yang secara bahasa memiliki
beberapa arti diantaranya yaitu ikatan, pertalian, mengumpulkan,
menguatkan, perjanjian, jaminan. (Al-'Imroni, 2006 dalam Sholihah
and Suhendar 2019). Makna akad secara khusus menurut hanabilah,
syafiiyah dan hanafiyah yaitu tekad kedua belah pihak yang berakad
atau bersumpah untuk melakukan sesuatu yang diawali dengan
adanya ijab kabul (Sholihah and Suhendar 2019 dalam Jar Allah, 1438).
Pengertian Akad menurut kompilasi hukum ekonomi syariah
adalah suatu kesepakatan dalam suatu perjanjian yang dilakukan oleh
dua pihak atau lebih untuk melakukan dan atau tidak melakukan
perbuatan hukum tertentu (Perundang- Undangan, 2010) Di Indonesia,
akad dikenal dengan istilah kontrak (Sholihah and Suhendar 2019).
Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami adanya keterkaitan
atau hubungan hukum. Pertama, akad merupakan pertemuan atau
keterkaitan ijab dan kabul yang mendorong munculnya akibat hukum.
Karena ijab merupakan penawaran yang diajukan oleh satu pihak,
sedangkan kabul adalah jawaban persetujuan yang diberikan mitra
akad sebagai tanggapan terhadap penawaran pihak yang pertama.
Akad tidak terjadi apabila pernyataan kehendak masing-masing pihak
tidak terkait satu sama lain. Sebab akad menghendaki keterkaitan
kehendak kedua belah pihak yang tercermin dalam ijab dan kabul.
Kedua, akad merupakan tindakan hukum dua pihak, karena di
dalam akad pertemuan ijab yang merepresentasikan kehendak dari
satu pihak sedangkan kabul yang menyatakan kehendak pihak lain.
Tindakan hukum satu pihak seperti janji memberi hadiah, wasiat,
wakaf atau pelepasan tidak termasuk akad, karena tindakan-tindakan
itu bukan merupakan tindakan dua pihak, sehingga tidak
membutuhkan kabul. Sebagian besar ulama fiqaha memang
memisahkan secara tegas kehendak sepihak dari akad, tetapi sebagian
yang lainnya menjadikan akad mencakup kehendak sepihak. Bahkan
ketika membahas berbagai ragam akad khusus, para fuqaha tidak

3
membedakan antara akad dan kehendak sepihak sehingga membahas
pelepasan hak, wasiat dan wakaf bersama-sama dengan pembahasan
jual-beli, sewa menyewa, termasuk diskusi tentang hibah sebagai
transaksi yang harus membutuhkan ijab dan kabul atau ijab saja.
Ketiga, tujuan akad adalah untuk melahirkan suatu akibat
hukum. Jelasnya, tujuan akad adalah maksud bersama yang dituju dan
yang hendak diwujudkan oleh para pihak melalui perbuatan akad.
Akibat hukum akad dalam hukum Islam disebut “hukum akad.”
Tercapainya akad tercermin pada terciptanya akibat hukum. Misalnya,
maksud para pihak dalam akad jual beli adalah untuk melakukan
pemindahan atas suatu benda dari penjual kepada pembeli dengan
imbalan yang diberikan oleh pembeli. Terjadinya pemindahan milik
tersebut merupakan akibat hukum akad jual beli (Leu 2018)
Dalam pelaksanaan akad, dunia bisnis memiliki peran penting
hal ini dikarenakan adanya kegiatan jual beli kedepannya akan
bergantung seberapa baik akad yang dibuat untuk mengatur hak dan
kewajiban kedua belah pihak yang melaksanakan akad.
Pelaksanaan akad dalam transaksi perdagangan diharuskan
adanya kerelaan kedua belah pihak, atau yang diistilahkan
“antarâdhin minkum”. Walaupun kerelaan tersebut merupakan
sesuatu yang tersembunyi di lubuk hati, tetapi indikator dan tanda-
tandanya dapat terlihat. Ijâb dan qabûl dalam adat kebiasaan di
masyarakat sebagai serah terima merupakan bentuk-bentuk yang
digunakan hukum untuk menunjukkan kerelaan. Akad atau kontrak
berkaitan dengan barang/harta benda (mâl), hak pemanfaatan harta
benda, dan transfer kepemilikan atas barang/hak atas pemanfaatan
harta benda dari para pihak (Azani et al. 2021)
Dalam rangka merealisasikan hukum akad, para pihak memikul
beberapa kewajiban yang sekaligus merupakan hak pihak lain.
Misalnya, dalam akad jual beli, penjual berkewajiban menyerahkan
barang yang merupakan hak pembeli dan pembeli berkewajiban
menyerahkan harga yang merupakan hak penjual. Hak dan kewajiban
ini disebut hak-hak akad. Sedangkan akibat hukum akad dibedakan
atas dua macam, yakni;

4
a. Hukum pokok akad adalah akibat hukum yang ditentukan oleh
syara, seperti dalam jual beli berupa pemindahan milik atas suatu
barang dari penjual kepada pembeli dengan suatu imbalan dari
pembeli
b. Hukum akad tambahan adalah akibat hukum yang ditentukan oleh
para pihak sendiri, misalnya penyerahan barang di rumah pembeli
atau penjual pengantar ke tempat pembeli dan sebagainya (Leu
2018).
2. Jual Beli
Secara terminologi terdapat beberapa definisi jual beli yang
dikemukakan para ulama‟ fiqh sekalipun substansi yang bertujuan
masing- masing artian sama. Menurut Sayyid sabiq, jual beli adalah
pertukaran harta dengan harta atas dasar saling merelakan atau
memindahkan milik dengna ganti yang didapat dibenarkan(Azani et
al. 2021). Perdagangan atau jual beli secara bahasa berarti al-mujadalah
(saling menukar) (Safira and Fatriansyah 2019).
Menurut Hanafiyah yang yang dikutip oleh Wahbahal-Zuhaily,
jual beli adalah saling tukar harta dengan harta melalui cara tertentu
atau tukar-menukar sesuatu yang diinginkan dengan yang sepadan
melalui cara tertentu yang bermanfaat(Azani et al. 2021).
Menurut Ibnu Qudamah (salah seorang ulama Malikiyah) yang
dikutip oleh Wahbahal-Zuhaily, jual beli adalah saling menukar harta
dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan(Azani
et al. 2021).
Sedangkan menurut ulama Hanafiyah pengertian jual beli (al-
bai‟) adalah tukar- menukar harta benda atau sesuatu yang diinginkan
dengan sesuatu yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat.
Adapula menurut ulama‟ Malikiyah, Syafi‟iyah, dan Hanabilah,
bahwa jual beli (al-bai‟) adalah tukar-menukar harta dengan harta
pula dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan(Azani et al.
2021).
Berdasarkan pada Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah bab IV
Pasal 57 bahwa pihak-pihak yang terkait pelaksanaan perjanjian jual
beli terdiri dari penjual, pembeli dan pihak lain yang yang terlibat
dalam perjanjian jual beli tersebut.

5
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa inti
dari pengertian jual beli adalah suatu perjanjian tukar-menukar benda
atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela antara kedua belah
pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya
sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang dibenarkan syara’ dan
disepakati(Azani et al. 2021).
Dasar hukum jual beli adalah al-Qur’an dan al-hadits,
sebagaimana disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 275. Berdasarkan
ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa Allah telah
menghalalkan jual beli kepada hamba-hamban-Nya dengan baik dan
melarang praktek jual beli yang mengandung riba (Shobirin 2016)
Selain al-qur’an dan al-hadits, ulama telah sepakat bahwa jual
beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu
mencukupi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain, namun
demikian bntuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu
harus diganti dengan barang yang lainnya yang sesuai (Syafei, 2006
dalam Mahfudhoh and Santoso 2020).
Agar suatu jual beli yang dilakukan oleh pihak penjual dan
pembeli sah, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut;
1. Penjual dan Pembeli (ba’i dan musytari). Adapun syarat yang
harus dipenuhi oleh orang yang mengadakan akad antara lain :
(Suhrawardi, hlm. 130-131 dalam Hamdani 2019).
a. Berakal. Yang dimaksud dengan berakal adalah dapat
membedakan atau memilih mana yang terbaik bagi dirinya.
Apabila salah satu pihak tidak berakal maka jual beli yang
diadakan tidak sah.
b. Kehendak sendiri. Bahwa dalam melakukan perbuatan jual beli
salah satu pihak tidak melakukan paksaan atau memaksa atas
pihak lain sehingga pihak lain tersebut melakukan perbuatan
jual beli bukan disebabkan kemauan sendiri tapi ada unsur
paksaan.
c. Keduanya tidak mubazir. Maksudnya, pihak yang mengikatkan
diri dalam perjanjian jual beli bukanlah manusia yang boros
(mubazir). Sebab orang yang boros di dalam hukum
dikategorikan sebagai orang yang tidak cakap bertindak,

6
maksudnya dia tidak dapat melakukan sendiri sesuatu
perbuatan hukum walaupun kepentingan hukum itu
menyangkut kepentingannya sendiri.
d. Baligh, jamak dari bulugh yang berarti orang yang telah dewasa
baligh atau dewasa dalam hukum Islam adalah apabila telah
berumur 15 tahun yang bisa membedakan, memilih, dan
mengerti dengan jual beli. Dengan standar dewasa ini
diharapkan mereka dapat mengetahui apa yang harus
diperbuat, apa yang dikerjakan, serta baik buruknya dapat
diketahui oleh mereka.
2. Harga dan Barang (ma’qud ‘alaih). Ma’qud alaih merupakan obyek
jual beli, yang menjadi rukun jual beli supaya kedua belah pihak
mengetahui wujud barangnya, sifat, serta harganya, karena
sesungguhnya Rasulullah melarang jual beli dengan penipuan
(Hamdani 2019).
Kalifikasi jual beli yang diperbolehkan dalam Islam dapat
ditinjau dari beberapa segi, yakni jual beli yang sah menurut hukum
dan batal menurut hukum, dari segi obyek jual beli dan segi pelaku
jual beli (Parmujianto 2019). Ditinjau dari segi benda yang dapat
dijadikan objek jual beli dibagi menjadi tiga yakni (Susanti 2020);
a. Jual beli benda yang kelihatan
Transaksi ini dilakukan pada waktu melakukan akad jual beli oleh
kedua belah pihak dilakukan secara langsung. Dengan kata lain
benda itu nyata adanya
b. Jual beli benda yang disebutkan sifatnya dalam janji
Jual beli ini masuk dalam kategori jual beli salam (pesanan),
Penjual menyediakan barang sesuai dengan permintaan dari
pembeli, namun kualitas dan kuantitas harus sama dengan apa
yang dinyatkan oleh keduanya
c. Jual beli benda yang tidak ada Jual
Jual beli ini masuk dalam kategori penjualan barang gharar,
dimana
barangnya tidak nyata dan belum sampai ketangan penjualnya.
Jelas bahwa jual beli system ini dilarang karena mengandung unsur
tidak nyata. Alasannya adalah barang tersebut diindikasi dari

7
barang curian atau barang tidak halal, terlebih dengan kualitas dan
kuantitas yang tidak sesuai dengan keadaan barang yang
sebenarnya. Untuk itu dalam hal ini, penjual dituntut untuk
memperjual belikan jenis barang yang sudah diketahui oleh penjual
itu sendiri, agar nantinya ketika barang itu dibeli oleh pihak lain
informasi tentang barang dengan kenyataannya sama persis.
3. Kontemporer
Dalam bahasa Arab, kalimat “kontemporer” merupakan
terjemahan dari kalimat al-mu’ashirah. Secara bahasa kata “ al-
mu’ashira” terambil dari kata al-ashr, yang dalam Bahasa Arab
memiliki 3 makna, yaitu;
a. Masa atau periode (age)
b. Perahan (kata ashr dalam bahasa Arab bisa bermakna memerah)
c. Tempat mengungsi (Al-Musyaiqih 2017)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kontemporer
berarti pada waktu yang sama, semasa, sewaktu, dan pada masa kini.
4. Jual beli Kontemporer
Jual beli merupakan perbuatan hukum yang mempunyai
konsekuensi terjadinya peralihan hak atas sesuatu barang dari pihak
penjual kepada pihak pembeli. Oleh karena itu, dalam perbuatan
tersebut harus ada; (al Jaziri, 1974, hlm.318 dalam Hamdani 2019)
1. Akid ba’i (penjual) dan musytari (pembeli)
2. Harga dan barang (ma’qud alaih)
3. Sighat (ijab-qabul).
Menurut Imam Syafi’i, syarat-syarat barang yang syah
diperjualbelikan, dapat disimpulkan tentang syarat-syarat yang boleh
dan sah diperjualbelikan, sedangkan syarat jual beli ditinjau dari mabi’
(barangnya) yaitu objek jual beli terdiri dari mabi’ dan tsaman.
a. Suci, bersih barangnya, barang najis tidak sah untuk
diperjualbelikan dan tidak boleh dijadikan uang sebagai alat tukar,
seperti kulit bangkai yang belum disamak. (Bakry, 1994, hlm. 59
dalam Hamdani 2019)Tidak sah juga jual beli barang bernajis, tapi
sah dihibahkan. (Asqolani, hlm. 291 dalam Hamdani 2019)

8
b. Barangnya bermanfaat, dilarang menjual sesuatu yang tidak ada
manfaatnya. Mengambil tukarnya terlarang juga karena masuk
dalam arti menyia-nyiakan harta yang terlarang dalam kitab suci
c. Barangnya dapat diserahterimakan. Keadaan barang itu dapat
diserahterimakan dan tidak sah jual beli yang barangnya tidak
dapat diserahterimakan kepada yang membeli seperti ikan dalam
laut. Barang rampasan yang masih ditangguhkan, sebab semua itu
mengandung tipu daya
d. Barangnya ada dalam kekuasaan (milik). Bahwa orang yang
melakukan perjanjian jual beli atas sesuatu barang adalah pemilik
sah barang tersebut dan telah dapat izin dari pemilik sah barang
tersebut, jual beli barang yang dilakukan oleh orang yang bukan
pemilik sah barang tersebut, jual beli barang yang dilakukan oleh
orang yang bukan pemilik atau yang berhak berdasarkan kuasa
pemilik. Dipandang sebagai perjanjian jual beli yang batal
(Suhrawardi, hlm. 134 dalam Hamdani 2019).
e. Barangnya jelas zatnya, ukurannya, dan sifatnya. (dapat diketahui).
Barangnya dapat diketahui oleh penjual dan pembeli dengan
terang dan jelas tentang banyaknya takarannya, beratnya dan
ukurannya. Sehingga tidak akan terjadi pertentangan diantara
keduanya
Sighat akad, yaitu ijab qabul atau serah terima antara penjual
dan pembeli. Ulama fiqh sepakat bahwa urusan utama dalam jual beli
adalah kerelaan dua belah pihak. Kerelaan dapat dilihat dari akad
yang berlangsung. Apabila ijab qabul telah diucapkan dalam akad jual
beli, maka kepemilikan barang dan uang akan berpindah tangan.
Ulama fiqh telah menyebutkan bahwa syarat-syarat ijab qabul adalah;
a. Penjual dan pembeli (ba’i dan musytari) sudah mukallaf (aqil
baligh).Tidak dapat mengikat jual belinya anak kecil yang sudah
tamyiz, biarpun shalih kecuali apabila dia sebagai wakil dari orang
yang sudah mukallaf maka jual belinya dapat mengikat
b. Qabul sesuai dengan ijab, dalam arti seorang pembeli menerima
segala apa yang diterapkan oleh penjual dalam ijabnya. Contohnya:
“Saya jual sepeda ini dengan harga sepuluh ribu”, lalu pembeli
menjawab, “Saya beli dengan harga sepuluh ribu”

9
c. Ijab dan qabul dalam satu majelis, maksudnya bahwa pihak yang
melakukan akad jual beli hadir dan membicarakan masalah yang
sama. Apabila penjual mengucapkan ijab, lalu pembeli beranjak
sebelum mengucapkan qabul atau pembeli mengadakan aktifitas
lain yang tidak ada kaitannya dengan akad kemudian sesudah itu
mengucapkan qabul, menurut kesepakatan ulama fiqh, jual beli itu
tidak sah meskipun mereka berpendirian bahwa ijab tidak mesti
dijawab langsung dengan qabul (Hasan, hlm. 120 dalam Hamdani
2019).

5. Jual Beli Online


Pada zaman sekarang pintu perdagangan yang digunakan
sudah banyak berbasis teknologi. Teknologi yang canggih
memungkinkan dua belah pihak untuk menembus batas jarak, ruang
dan waktu. Terobosan ini membuat kita dapat melakukan bisnis
melalui dunia maya menggunakan internet (Safira and Fatriansyah
2019).
Jual beli online adalah suatu kegiatan dimana penjual dan
pembelinya tidak harus bertemu untuk melakukan negosiasi dan
transaksi secara langsung. Kemudian yang digunakan oleh penjual
dan pembeli untuk berkomunikasi secara online seperti melalui
chatdalam handphone, komputer, telepon, sms dan sebagainya. Dalam

10
transaksi jual beli online, penjual dan pembeli membutuhkan pihak
ketiga untuk melakukan penyerahan barang yang dilakukan oleh
pedagang dan penyerahan uang yang dilakukan oleh pembeli (Safira
and Fatriansyah 2019).
Akad dalam jual beli online secara bahasa transaksi (akad)
digunakan sebagai arti, yang hanya keseluruhan kembali pada bentuk
ikatan atau hubungan terhadap dua hal yaitu as-Salam atau disebut
juga as-Salaf merupakan istilah dalam bahasa Arab yang mengandung
makna “penyerahan”. Arti dari salaf secara umum sesuatu yang
didahulukan. Dalam konteks ini, jual beli salam/salaf dimana
harga/uangnya didahulukan, sedangkan barangnya diserahkan
kemudian dapat dinyatakan pula pembiayaan dimana pembeli
diharuskan untuk membayar sejumlah uang tertentu untuk
pengiriman barang. Atau dalam kata lain pembayaran dalam transaksi
salam dilakukan dimuka. Menurut Mardani (2013,113) dikatakan
salam karena ia menyerahkan uangnya terlebih dahulu sebelum
menerima barang dagangannya. Seperti dalam firman Allah QS. Al-
Baqarah:282 “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
“bermuamalah tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah
secara tertulis”. Menurut kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES),
salamadalah jasa pembiayaan yang berkaitan jual beli dengan
pembiayaannya dilakukan bersamaan bersamaan pemesanan barang.
Transaksi salam merupakan salah satu bentuk yang telah terjadi dalam
transaksi online (Safira and Fatriansyah 2019)
Sebagaimana jual beli, dalam akad salam harus terpenuhi rukun
dan syaratnya. Hal terpenting dalam salam adalah bahwa pembayaran
atas harga harus dilakukan pada saat akad dibuat. Menurut Gemala
(2005,114) syarat salam ada beberapa hal yaitu; Uangnya dibayar
ditempat akad, berarti pembayaran dilakukan terlebih dahulu,
Barangnya menjadi utang bagi si penjual, Barangnya dapat dibelikan
sesuai waktu yang dijanjikan, berarti pada waktu yang dijanjikan
barang itu harus sudah ada, oleh sebab itu, men-salam buah-
buahannya yang waktunya ditentukan bukan pada musimnya tidak
sah, Barang tersebut hendaklah jelas ukurannya, takarannya, ataupun
bilangannya, menurut kebiasaan cara menjual barang semacam itu,

11
diketahui dan disebabkan sifat-sifat dan macam barangnya dengan
jelas, agar tak ada keraguan yang akan mengakibatkan perselisihan
antara kedua belah pihak, disebutkan tempat menerimanya (Safira and
Fatriansyah 2019).
Terkait dengan maraknya jual beli online, menurut teori jenis
jual beli ini termasuk pada jual beli dengan konsep salam (pesanan)
(Aisyah, 2019 dalam Susanti 2020). Terdapat beberapa batasan dalam
akad salam dalam mengatur transaksi ini, diantaranya adalah(Susanti
2020);
a. Kualitas dan kuantitas barang sudah jelas
b. Spesifikasi barang yang dipesan diketahui dengan sempurna oleh
pembeli
c. Waktu, barang dan tempat penyerahan dinyatakan dengan jelas
oleh kedua belah pihak
d. Pembayaran barang disepakati oleh keduanya, misalnya melalui
sistem COD (cash On Delivery), atau melalui transfer
e. Terdapat kemaslahatan bagi kedua belah pihak
f. Asas Amanah
g. Asas keadilan
h. Asas janji mengikat
Menurut maxmanroe.com dalam jual beli online ada 3 jenis
transaksi yang umum dilakukan di Indonesia yaitu;
a. Transaksi pertama yaitu antar Bank merupakan jenis transaksi
yang paling umum dan populer digunakan oleh para penjual
Online. Selain cukup simpel, jenis transaksi ini juga memudahkan
proses konfirmasi karena dana bisa dengan cepat dicek oleh
penerima dana/penjual(Safira and Fatriansyah 2019)
b. Cash On Delivery pada sistem COD sebenarnya masih menganut
cara lama yaitu dengan bertemu antara penjual dan pembeli.
Biasanya sistem transaksi ini dilakukan dalam jual beli antar orang
keorang dan pada umumnya COD digunakan untuk barang second
karena pembeli harus memeriksa dengan baik keadaan barang
tersebut(Safira and Fatriansyah 2019)
c. Rekening Bersama yaitu dengan menggunakan rekening bersama
atau yang disebut escrow. Cara pembayaran ini sedikit berbeda

12
dengan proses melalui transfer bank, karena menggunakan pihak
ketiga sebagai yang dipercaya menerima uang tersebut (Safira and
Fatriansyah 2019)
Menurut Burhanuddin (2009, 215-217) dalam mekanisme jual
beli online dapat melalui beberapa tahapan yaitu;
a. Information sharing, merupakan proses paling awal dalam
transaksi. Pada tahap ini, calon pembeli biasanya melakukan
browsing di internet untuk mendapatkan informasi tentang produk
tertentu dapat diperoleh langsung baik melalui website pedagang
atau perusahaan yang memproduksi barang tersebut. Terkait
informasi, ada dua hal utama yang bisa dilakukan users didunia
maya (Safira and Fatriansyah 2019)
b. Online orders, merupakan tahap pemesanan dari calon pembeli
yang tertarik dengan produk (barang atau jasa) yang ditawarkan.
Karena itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, perusahaan perlu
memiliki pusat data (corporate database) yang menyediakan
informasi yang memadai baik terkait dengan berbagai produk yang
ditawarkan, maupun tata cara pembeliannya (Safira and
Fatriansyah 2019)
Jual beli merupakan salah satu perbuatan muamalah maka
hukumnya boleh sepanjang tidak ada dalil yang mengharamkannya.
Kemudian jual beli online juga termasuk dalam kegiatan jual beli,
sehingga selama tidak ada dalil yang mengharamkannya maka
hukumnya boleh (Safira and Fatriansyah 2019).
Pengertian dari jual beli menurut sumber hukum Islam sebagai
berikut (Safira and Fatriansyah 2019);
a. Al- Qur’an Firman Allah SWT dalam Q.S al-Baqarah ayat 275
b. Hadits
c. Pandangan Ulama
Menurut pendapat Ahmad Zahro: Jual beli lewat online (internet)
itu
diperbolehkan,dan sah, kecuali jika secara kasuistis terjadi
penyimpangan, manipulasi, penipuan, dan sejenisnya, maka secara
kasuistis pula hukumnya diterapkan, yaitu haram.

13
Kesimpulan
Berdasarkan Al-Baqarah ayat 275 diambil pemahaman bahwa
Allah telah menghalalkan jual beli kepada hamba-hamban-Nya dengan
baik dan melarang praktek jual beli yang mengandung riba. Selain Al-
Qur’an dan al-hadits, ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan
dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi
kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain, namun demikian
bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu harus
diganti dengan barang lainnya yang sesuai. Dengan kata lain bend aitu
nyata adannya.
Baik jual beli kontemporer, jual beli secara lansung, mapun jual beli
online, memiliki berbagai syarat dan ketentuan yang sesuai dengan
syariat Islam dan tentunya harus diperhatikan oleh penjual maupun
pembeli sebelum melakukan transaksi akad jual beli.

14
DAFTAR PUSTAKA

Al-Musyaiqih, Khalid. 2017. Halal Haram Muamalah Masa Kini. Inas Media.
Azani, Muhammad, Hasan Basri, and Dewi Nurjannah Nasution. 2021.
“Pelaksanaan Transaksi Akad Jual Beli Dalam Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah (Khes) Kecamatan Tampan Pekanbaru.” Jurnal
Gagasan Hukum 3(01):1–14. doi: 10.31849/jgh.v3i01.7499.
Hamdani, Lukman. 2019. “Kontrak Jual Beli Di Era Kontemporer.” Jurnal
Ekonomi Syariah, Akuntansi Dan Perbankan (JESKaPe) 3(2):99–123.
Leu, Urbanus Uma. 2018. “Akad Dalam Transaksi Ekonomi Syariah.” 48–
66.
Mahfudhoh, Zuhrotul, and Lukman Santoso. 2020. “Analisis Hukum
Ekonomi Syariah Terhadap Jual Beli Melalui Media Online Di
Kalangan Mahasiswa.” SERAMBI: Jurnal Ekonomi Manajemen Dan
Bisnis Islam 2(1):29–40.
Parmujianto. 2019. “Analisis Fikih Muamalah Kontemporer Terhadap Jual
Beli Online Dengan Sistem Transaksi Dropship (Kajian Hukum
Islam).” Jurnal Pendidikan, Sosial Dan Keagamaan 16(1):83–103.
Saeful, Achmad, and Sulastri. 2021. “Riba Dan Bunga Bank Dalam
Perspektif Islam.” Madani Syari’ah 4(1):40–53.
Safira, Desy, and Alif Ilham Akbar Fatriansyah. 2019. “Etika Bisnis Jual
Beli Online Dalam Perspektif Islam.” Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
3(1):53–68.
Shobirin. 2016. “Jual Beli Dalam Pandangan Islam.” BISNIS : Jurnal Bisnis
Dan Manajemen Islam 3(2):239.
Sholihah, Nurlailiyah Aidatus, and Fikry Ramadhan Suhendar. 2019.
“Konsep Akad Dalam Lingkup Ekonomi Syariah.” 2(12):89.
Susanti, Deery Anzar. 2020. “Jual Beli Online Menurut Hukum Islam.”
1(2):180–89.

15

Anda mungkin juga menyukai