Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ashlih Al Tsabat

NIM : 20/461206/EK23162
Rangkuman Agama Islam Week 3

Kontrak dalam bahasa arab uqud yang merupakan jamak dari aqd. Kontrak secara bahasa dapat
diartikan sebagai mengikat, memegang, dan kontrak. Kontrak secara istilah adalah hubungan
dari penawaran atau ijab dan penerimaan atau qabul. Menurut Imam Hanafi pernyataan kontrak
adalah satu-satunya rukun kontrak, sedangkan menurut sebagian ulama ada 3 hal yang menjadi
rukun kontrak antara lain:
1. Pokok bahasan kontrak (mawdu’ al aqd)
Kesesuaian hukum dari materi;dianggap properti nilai;tidak dilarang oleh syariah.
Diketahui kedua belah pihak;melihat objek yang sama;diidentifikasi oleh deskripsi.
Kemampuan suatu materi untuk dipindahtangankan;dimiliki oleh salah satu
pihak;pengiriman hewan liar (sharid), hewan buruan tidak boleh dijual (farisa). Harus
ada dalam keberadaannya, menjual biji-bijian atau buah-buahan sebelum
penampilannya yang sempurna tidak diperbolehkan

2. Kedua pihak yang berkontrak (al-aqidan)


A. Pubetas
Kedua pihak yang berkontrak harus mencapai pubertas
B. Berakal (Akil)
Keduanya harus waras, jika keduanya atau salah satunya gila, tidak ada kontrak yang
dibuat
C. Dewasa (rushd)
Seseorang tidak diperbolehkan menangani kekayaannya secara mandiri tanpa mencapai
kedewasaan. Jika seseorang memiliki ketiga kualitas ini, dia dianggap sepenuhnya
mampu menegosiasikan dan menyelesaikan berbagai jenis kontrak secara mandiri. Jika
tidak, maka dia harus meminta izin walinya

3. Pernyataan kontrak (sighah)


A. Ijab dan Qabul menurut Imam Hanafi:
Penawaran (ijab) berarti apa yang diusulkan terlebih dahulu oleh salah satu dari dua
pihak yang menunjukkan niatnya untuk melakukan akad. Penerimaan (qabul) berarti
apa yang dinyatakan kedua oleh pihak lain setelah penawaran, menyatakan
persetujuannya terhadap penawaran tersebut. Penawaran adalah tindakan
utama/penerimaan sekunder.
B. Ijab dan Qabul menurut mayoritas ulama:
Penawaran (ijab) berarti apa yang diusulkan oleh orang yang mentransfer kepemilikan
(penjual). Akseptasi (qabul) berarti apa yang dinyatakan oleh orang yang kepadanya
barang itu akan dialihkan (pembeli). Penawaran berasal dari penjual, penerimaan
berasal dari pembeli.
C. Gunakan bentuk lampau, konfirmasi penawaran dan penerimaan, kejelasan
penawaran dan penerimaan, koneksi penerimaan dengan penawaran
Jenis Akad
1. Kontrak jaminan (uqud/ kontrak pendukung atawthiq'at atau al-aman) Jaminan kafalah
(garansi), transfer hutang/kewajiban hawalah, jaminan gadai rahn.
2. Kontrak pendukung unilateral kontrak hibah (uqud atabrru'at) Hibah hadiah, pinjaman
sederhana 'arah, pinjaman qardh, wakaf waqf, wasiyah, takaful.
3. Kontrak kemitraan (uqud al-ishtirak) Musharabah, mudarabah, muzara'ah (perjanjian
bagi hasil), musaqat (penyiraman).
4. Kontrak tukar menukar berdasarkan kontrak (uqud mu'awadat) Murabahah (penjualan
markup), istisna' (penjualan manufaktur), bai'mu'ajjal (penjualan berbeda), bai' asalam
(penjualan di muka), sarf (pertukaran), ijarah, komisi ju'alah.

Validitas vs Kehalalan
Validitas (sahih qadaan) didasarkan pada bentuk kontrak, sedangkan kehalalan (sahih
diyanatan) didasarkan pada substansi kontrak dan niat kontraktor. Kontrak keuangan harus
halal (diperbolehkan) dan sahih (valid).
Kepatuhan syariah memerlukan:
1. Kontrak keuangan harus sesuai dengan syariah baik dalam hal bentuk maupun
substansi.
2. Operasi harus sesuai dengan syariah.
3. Perbankan Islam harus lebih etis.
4. Bertanggung jawab secara sosial.

Konsep maqasid ash-shariah merupakan tujuan utama dari syariah Islam dan harus dijadikan
pedoman dalam setiap aktivitas ekonomi. Maqasid ash-shariah terdiri dari lima tujuan utama,
yaitu memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara keturunan, dan
memelihara harta. Konsep ini harus diaplikasikan dalam setiap aktivitas ekonomi, mulai dari
produksi hingga distribusi dan konsumsi. Selain itu, prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam
mencapai tujuan maqasid ash-shariah seperti adil, transparan, dan beretika harus dijadikan
pedoman dalam aktivitas ekonomi.
Berbagai konsep dalam ekonomi Islam, seperti riba, zakat, dan wakaf. Riba dilarang dalam
Islam karena bertentangan dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam yang adil dan transparan.
Sementara itu, zakat dan wakaf dianjurkan dalam Islam karena dapat membantu mencapai
tujuan maqasid ash-shariah. Penting memahami konsep maqasid ash-shariah dalam ekonomi
Islam. Konsep ini harus diaplikasikan dalam setiap aktivitas ekonomi, dan prinsip-prinsip
ekonomi Islam harus dijadikan pedoman dalam mencapai tujuan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai