Anda di halaman 1dari 16

Kelompok 11

“TRANSAKSI BERBASIS
SYARIAH
DAN PELAPORAN KEUANGAN
SYARIAH”
Ikrimah
Siti Fatimah
Siti Munawarah
Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur 
aktivitas umat manusia
yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan i
nteraksi vertikal dengan
Tuhan maupun interaksi horisontal dengan sesama makhluk. Prinsip s
yariah yang berlakuumum dalam kegiatan muamalah (transaksi syari
ah) mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan stakeholder entita
s yang melakukan transaksi syariah. Transaksi syariah didasarkan pad
a paradigm dasar bahwa
 alam semesta diciptakan oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaanIl
ahi) dan sarana kebahagian hidup bagi seluruh umat 
manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan
spiritual.
A.Jenis-Jenis Akad
Akad dibagi menjadi beberapa jenis,yang setiap jenisnya sangat bergantung
pada sudut pandangnya.Jenis akad tersebut adalah:
1.Berdasarkan pemenuhuan syarat dan rukun,seperti sah atau tidak sahnya
suatu akad.
2.Berdasarkan apakah syara’telah memberi nama ataubelum,seperti contoh
akad yang telah dinama isyara’,sepertijual-beli,hibah,gadaidanlain-lain.
Sedangkan akad yang belum dinamaisyara’,tetapidisesuaikandengan
perkembanganjaman.
3.Berdasarkan barang diserahkan atau tidak,(dibaca:zatnya),baikberupa
benda yang berwujud(al-‘ain)maupun tidak berwujud(ghairal-‘ain).
Transaksi Lembaga Keuangan Syariah dibagi dalam beberapa bagian yaitu:
1. Tabungan/Penghimpun Dana (Funding)
a. Wadi’ah
Wadi’ah artinya titipan dalam terminologi, artinya menitipkan barang
kepada orang lain tanpa ada upah. Jika Bank meminta imbalan (ujrah) atau
mensyaratkan upah, maka akad berubah menjadi ijaroh. Pada Bank Syariah
seperti Giro berdasarkan Prinsip Wadi’ah.
b. Mudharobah
Mudharobah dalah kerja sama antara dua pihak di mana yang satu sebagai
penyandang dana (shohib al-maal) dan yang kedua sebagai pengusaha (mudhorib)
sementara keuntungan dibagi bersama sesuai nisbah yang disepakati dan kerugian
finansial ditanggung pihak penyandang dana. Dalam Bank Syariah seperti
Tabungan maupun Deposito berdasarkan Prinsip Mudharobah.
2. Berbasis Jual Beli (al- bay) seperti Murabahan, Salam dan Istishna’.
a. Murabahah
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati.
b. Salam
Salam adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari,
sementara pembayarannya dilakukan di muka.
c. Istishna’
Istishna’ adalah merupakan suatu jenis khusus dari bai’ as-salam yang
merupakan akad penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Dalam akad
ini pembuat barang menerima pesanan dari pembeli, pembuat barang lalu
berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut
spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir.
3. Berbasis Sewa Menyewa, seperti Ijarah dan Ijarah Muntahiiyah Bit-Tamlik
a. Ijarah
Ijarah adalah pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan
nasabah untuk memiliki suatu barang/jasa dengan kewajiban menyewa barang
tersebut sampai jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan akad atau
kata istilah lain akad untuk mendapatkan manfaat dengan pembayaran.
Aplikasinya dalam perbankan berupa leasing.
b. Ijarah Muntahiiyah Bit-Tamlik
Ijarah Muntahiiyah Bit-Tamlik adalah akad sewa menyewa barang
antara bank dengan penyewa yang diikuti janji bahwa pada saat ditentukan
kepemilikan barang sewaan akan berpindah kepada penyewa, ringkasnya
adalah Sewa yang berakhir dengan kepemilikan.
4. Berbasis Upah/Jasa Pelayanan, seperti Kafalah, Wakalah, Hiwalah, Rahn dan Jualan
B. Konsep Keuntungan Dalam Syariah

Keuntungan adalah salah satu unsur penting dalam


perdagangan, perdagangan
dilakukan untuk mencari keuntungan sebagai upaya
mencari nafkah memenuhi kebutuhan
hidup. Keuntungan adalah sinonim dengan perkataan
keuntungan, atau profit dalam bahasa
Inggris. Keuntungan dalam bahasa arab disebut dengan al-
ribh yang diartikan dengan
pertambahan atau pertumbuhan dalam perdagangan.
Menurut ajaran Ibnu Arabi, transaksi jual beli tanpa unsur 'Iwad sama dengan riba.
'Iwad dapat dipahami sebagai Equivalent Countervalue yang berupa risiko (Ghurmi), kerja
dan usaha (Kasb), dan tanggung jawab (Daman). Semua transaksi perniagaan untuk
mendapatkan keuntungan harus memenuhi kaidah – kaidah tersebut. Untuk mengetahui suatu
transaksi atau akad dalam mengambil keuntungan aMenurut ajaran Ibnu Arabi, transaksi jual beli tanpa unsur
'Iwad sama dengan riba.
'Iwad dapat dipahami sebagai Equivalent Countervalue yang berupa risiko (Ghurmi), kerja
dan usaha (Kasb), dan tanggung jawab (Daman). Semua transaksi perniagaan untuk
mendapatkan keuntungan harus memenuhi kaidah – kaidah tersebut. Untuk mengetahui suatu
transaksi atau akad dalam mengambil keuntungan apakah sesuai dengan ketentuan syariah
atau tidak, apakah mengandung unsur riba atau tidak, dapat digunakan kaidah sebagai
berikut. Pertama, letakkan akad yang akan dievaluasi. Kedua, evaluasi akad tersebut terhadap
tiga unsur yaitu risiko, kerja dan usaha, dan tanggung jawab.pakah sesuai dengan ketentuan syariah
atau tidak, apakah mengandung unsur riba atau tidak, dapat digunakan kaidah sebagai
berikut. Pertama, letakkan akad yang akan dievaluasi. Kedua, evaluasi akad tersebut terhadap
tiga unsur yaitu risiko, kerja dan usaha, dan tanggung jawab.
C. Transaksi Yang Dilarang
Transaksi-transaksi yang dilarang dalam Islam adalah transaksi yang disebabkan oleh
faktor:
1. Haram Zat-nya
Di dalam Fiqh Mu’amalah, terdapat aturan yang jelas dan tegas mengenai
obyek transaksi yang diharamkan, seperti minuman keras, daging babi, dan
sebagainya. Oleh karena itu melakukan transaksi yang berhubungan dengan obyek
yang diharamkan tersebut juga diharamkan. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqh “(setiap
apa yang diharamkan atas obyeknya, maka diharamkan pula atas usaha dalam
mendapatkannya)”
2. Haram selain Zat-nya
Beberapa transaksi yang dilarang dalam Islam yang disebabkan oleh cara
bertransaksinya yang tidak sesuai dengan Prinsip-prinsip Muamalah, yaitu: Tadlis
(penipuan), Ikhtikar (rekayasa pasar dalam supply), Bai’ najasy (rekayasa pasar dalam
demand), Taghrir (ketidakpastian), dan Riba (tambahan).
3. Tidak Sah
Segala macam transaksi yang tidak sah/lengkap akadnya, maka transaksi itu
dilarang dalam Islam. Ketidaksahan/kelengkapan suatu transaksi bisa disebabkan oleh
rukun (terdiri dari pelaku, objek, dan ijab kabul) dan syaratnya tidak terpenuhi, terjadi
ta’alluq (dua akad yang saling berkaitan), atau terjadi Two In One (dua akad
sekaligus). Ta’alluq terjadi bila kita dihadapkan pada dua akad yang saling dikaitkan,
di mana berlakunya akad pertama tergantung pada akad kedua.
D. Instrumen Keuangan Syariah
Bentuk Lembaga Keuangan Syariah sebagaimana yang ada pada Lembaga Keuangan
Konvensional dapat dibedakan menjadi dua yaitu Lembaga Keuangan Syariah Bank (Bank
syariah) dan Lembaga Keuangan Syariah Non-Bank.
1.Bank Syariah
Prinsip-prinsip Pembiayaan di Lembaga Keuangan Syariah:
a. Tidak ada transaksi keuangan berbasis bunga (riba).
b. Pengenalan pajak religius atau pemberian sedekah, zakat.
c. Pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan hukum Islam
(haram).
d. Penghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan maysir (judi) gharar
(transaksi yang tidak jelas).
e. Penyediaan takaful (asuransi Islam).
Prinsip-prinsip Dasar Perbankan Syariah:
a. Titipan atau Simpanan (Al-Wadi’ah)
Prinsip-prinsip Dasar Perbankan Syariah:
a. Titipan atau Simpanan (Al-Wadi’ah)
3) Muzara’ah
Muzara’ah adalah kerjasama antara 2 pihak dalam pengelolaan
tanah antara pemilik lahan dan penggarap, dimana benih berasal dari
pemilik lahan. Muzara’ah dalam pelaksanaannya seperti mudharabah
hanya saja muzara’ah dalam bidang pertanian.
4) Mukhabarah
Mukhabarah adalah akad kerjasama antara 2 pihak dalam
pengelolaan tanah antara pemilik lahan dan penggarap, perbedaannya
dengan muzara’ah adalah benih dalam mukhabarah dari pengelola.
Prinsip-prinsip Dasar Perbankan Syariah:
a. Titipan atau Simpanan (Al-Wadi’ah)
b. Bagi Hasil
Dalam prinsip bagi hasil dibagi menjadi beberapa prinsip, yaitu:
1) Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama antara 2 pihak, dimana
modal berasal dari salah satu pihak (shahibul maal) dan pengelolaan
oleh pihak lainnya (mudharib). Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan,
adapun kerugian ditanggung oleh shahibul maal. Jenis-jenis
mudharabah:
a) Mudharabah Muthlaqah
b) Mudharabah Muqayyadah
2) Musyarakah
Musyarakah adalah perjanjian kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu, dan masing-masing
memberikan kontribusi modal. Keuntungan dan kerugian akan
ditanggung bersama sesuai dengan proporsi yang telah disepakati di
awal. Jenis-jenis musyarakah:
a) Musyarakah pemilikan
3) Muzara’ah
Muzara’ah adalah kerjasama antara 2 pihak dalam pengelolaan
tanah antara pemilik lahan dan penggarap, dimana benih berasal
dari
pemilik lahan. Muzara’ah dalam pelaksanaannya seperti
mudharabah
hanya saja muzara’ah dalam bidang pertanian.
4) Mukhabarah
Mukhabarah adalah akad kerjasama antara 2 pihak dalam
pengelolaan tanah antara pemilik lahan dan penggarap,
perbedaannya
dengan muzara’ah adalah benih dalam mukhabarah dari
pengelola.
c.Jual beli
-Murabahah
-Salam
-Istishna
d. Sewa (Ijarah)
e. Jasa
1) Wakalah
Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang pada
orang lain dalam hal-hal yang diperbolehkan dan diketahui oleh dua
belah pihak.
2) Kafalah
Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung
kepada pihak ketiga atas pemenuhan kewajiban atau tanggung jawab
pihak kedua (yang ditanggung).
3) Hawalah
Hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang
kepada yang menganggung hutangnya.
4) Rahn
Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya atau dapat disebut
sebagai pegadaian.Harta yang ditahan boleh seharga atau lebih sedikit
atau lebih banyak dari jumlah pinjaman.
5) Qardh
Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat
ditagih dan diminta kembali ,dengan
2. Lembaga Keuangan Syariah Non-Bank
Lembaga Keuangan Syariah Non-Bank jenis-jenisnya tidak jauh berbeda

dengan lembaga-lembaga keuangan konvensional. Hanya ada 1 lembaga


yang
dimiliki bank syariah namun tidak dimiliki bank konvensional, lembaga
tersebut
adalah BMT atau Baitul Maal wat Tamwil.
BMT terdiri dari dua istilah yaitu Baitul Maal dan Baitul Tamwil. Baitul
Maallebih mengarah pada usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang
non-profit
seperti zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan Baitul Tamwil lebih pada
pengumpulan
dan penyaluran dana komersial
THANK YOU

Sekian presentasi dari kami, mohon maaf jika ada


kekurangan karna kesempurnaan itu saat aku dan kamu
disatukan :-D

Anda mungkin juga menyukai