Anda di halaman 1dari 25

Pengantar Fiqih

Muamalah

Kelas Asuransi Syariah – Aulia Rahma


ITERA
Tentang Fiqih Muamalah
Secara etimologi:

“Ilmu tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat


amaliyah yang digali dari dalil-dalil yang terperinci
(mendetail).” –Imam Syafii

Himpunan hukum syara’ tentang perbuatan manusia


(amaliyah) yang diambil dan digali dari dalil-dalil yang
terperinci.

Syariah yang dihasilkan oleh pemikiran manusia (ijtihad)


berdasarkan penalaran terhadap sumber utamanya Al-
Qur’an dan Sunnah
Syariah/Islam
Islam

Aqidah Amaliyah Akhlak

Mua’malah

Ibadah
Fiqih Ibadah
Mengkaji hukum yang
menyangkut hubungan manusia
dengan Allah

Fiqih Muamalah
Mengkaji hukum yang
menyangkut hubungan manusia
dengan sesama manusia
Fiqih Muamalah
Fiqih
Muamalah
Hukum Hukum Hukum Hukum Tata Hukum
Keluarga Ekonomi Pidana Negara Acara

a. Hukum Keluarga terdiri dari perkawinan (munakahat), waris (mawaris), hibah dan wasiat,
wakaf
b. Hukum Ekonomi terdiri dari jual beli (buyu’), perseroan (syirkah), Mudharabah, gadai
(alrahn) dll
c. Hukum Pidana (jinayah) terdiri dari hukum setimpal: pembunuhan, pelukaan (qishash),
perbuatan pidana yang hukumnya secara tegas dijelaskan Al-Qur’an (hudud) dll
d. Hukum Tata Negara (siyasah) terdiri dari hukum tata negara, hukum antar negara dll
e. Hukum Acara (murafa’at) seperti gugatan, tuntutan, saksi dll
Prinsip-Prinsip Dasar Fiqih Muamalah
1. Seluruh tindakan muamalah dilakukan atas dasar nilai-nilai ketuhanan
(Tauhid)
2. Muamalah harus didasarkan pada pertimbangan moral yang luhur
(akhlakul karimah)
3. Prinsip dasar dalam hukum muamalah adalah diperbolehkan kecuali ada
nash (ketentuan) Al-Qur’an dan Sunnah yang mengharamkannya.
4. Aturan hukum (fiqh) dalam bidang muamalah bertujuan untuk
mewujudkan kemaslahatan manusia
5. Objek muamalah harus halal (tidak dilarang oleh hukum Islam) dan
Thayyib (baik dan tidak membahayakan)
Objek Kajian Fiqih
Muamalah
01 Teori hak-kewajiban
(nadhariyat al-Haq)

02 Konsep harta (maal)

Konsep kepemilikan
03 (milk)

Teori akad dan


04 bentuk-bentuk akad
Transaksi yang dilarang dalam Muamalah:

1. Haram zatnya
Islam melarang beberapa obyek
muamalah untuk ditransaksikan karena
substansinya diharamkan oleh Allah SWT,
seperti minuman keras (khamr), daging
babi dll)

2. Haram selain zatnya


Beberapa transaksi dilarang disebabkan
oleh cara bertransaksinya yang tidak
sesuai dengan prinsip muamalah
Gharar Dzulm
Ketidakjelasan Kezaliman

Riba Risywah
Bunga Sogok/suap

Transaksi terlarang
Maysir Tathfif
dalam asuransi Perjudian Kecurangan

Maksiat Objek yang


Perbuatan yang dilarang
dilarang
Ihtikar
Monopoli
Riba
• Riba secara Bahasa berarti ziyadah (tambahan).

• Secara umum riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi


jual beli maupun pinjam meminjam secara bathil atau bertentangan
dengan prinsip muamalah dalam Islam.

• Menurut Muhammad Yusuf al Qaradhawi:


“Setiap pinjaman yang mensyaratkan didalamnya tambahan adalah riba”

Perintah meninggalkan Riba ada pada Surat Al-Baqarah 278-279


Pengertian dan Jenis Riba
Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan
Riba Qardh
terhadap yang berhutang.

Hutang yang dibayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam tidak


Riba Jahiliyah mampu membayar hutangnya pada waktu yang telah ditetapkan.

Pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran yang


Riba Fadhl berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam
jenis barang ribawi.

Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang


dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba Nasiah muncul
Riba Nasiah
karena adanya perbedaan, perubahan atau tambahan antara yang
diserahkan saat ini dengan kemudian.
Praktik Riba dalam Asuransi

• Pendapatan bunga dalam praktek investasi pada instrument investasi


konvensional seperti deposito dan obligasi
• Pendapatan bunga dari pinjaman polis dalam asuransi jiwa
Gharar
Gharar atau disebut juga taghrir adalah ketidakjelasan/ketidakpastian yang
terdapat dalam suatu transaksi. Dalam gharar, kedua belah pihak yang
bertransaksi sama-sama tidak memiliki kepastian mengenai sesuatu yang
ditransaksikan.

Gharar dapat terjadi karena ketidakjelasan atas hal:


• Kualitas
• Kuantitas
• Harga
• Waktu penyerahan
Gharar
• Pada asuransi konvensional konsep asuransi adalah jual beli (risk transfer)
dimana dimana nasabah membeli pertanggungan dengan pembayaran
premi.
• Praktek perjanjian jual beli inimengandung gharar karena dalam ketentuan
syariah setiap transaksi jual beli harus jelas kualitas, kuantitas, harga dan
waktu penyerahan dari barang yang diperjualbelikan.
• Dalam kontrak asuransi kedua belah pihak yaitu pemegang polis dan
Perusahaan asuransi sama-sama tidak tahu kapan uang pertanggungan
akan dibayarkan
Maysir (Judi)

• Dalam terminologi agama maisir adalah suatu transaksi yang dilakukan


oleh dua pihak untuk kepemilikan suatu benda atau jasa, yang
menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain dengan cara
mengaitkan transaksi tersebut dengan suatu tindakan atau kejadian
tertentu.

• Maisir juga berarti memperoleh keuntungan dengan sangat mudah tanpa


kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja
Praktik Maisir pada Asuransi

• Pemegang Polis membeli pertanggungan dengan membayar premi dan


apabila terjadi suatu musibah maka Perusahaan asuransi harus membayar
uang pertanggungan dan mengalami kerugian. Sebaliknya apabila objek
asuransi tidak mengalami musibah maka pemegang polis dan pihak
asuransi diuntungkan.
Risywah (Suap)

• Yang dimaksud dengan risywah adalah perbuatan memberi sesuatu


kepada pihak lain untuk mendapatkan sesuatu yang bukan haknya.

• Praktik suap menyuap menjadi hal yang biasa sehingga kadang tidak
terlalu jelas. Dalam perasuransian risywah biasanya terjadi saat
pemasaran produk asuransi kepada klien.
Apakah objek ini
dibolehkan dalam
Asuransi Syariah?
Daftar Objek yang Boleh/Tidak Boleh Diasuransikan
No Daftar Objek Asuransi Produk Boleh Tidak

1 Pabrik Minuman Beralkohol General Insurance (Kebakaran)

2 Peternakan Babi General Insurance (Kebakaran)

3 Karyawan Bank Ribawi Asuransi Jiwa

4 Pastur/Rohaniawan Asuransi Jiwa

5 Karyawan Perusahaan Zat yang tidak halal Asuransi Jiwa


Teori Akad dan
Bentuk Akad
Sebagai bagian dari Objek Fiqih
Muamalah
Akad
Kata Akad berasal dari bahasa Arab al-aqd
yang berarti perikatan, perjanjian dan
permufakatan.

Secara Fiqih akad didefinisikan dengan


pertalian ijab (pernyataan melakukan
perikatan) dan qabul (pernyataan
penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak
syariat yang berpengaruh pada obyek
perikatannya.

Akad adalah perjanjian tertulis yang memuat


kesepakatan tertentu, beserta hak dan
kewajiban para pihak sesuai prinsip syariah
(POJK/69/POJK.05/2016)
Rukun Akad
Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dalam
suatu akad.

Tiga rukun akad:


1. Pelaku, dua pihak yang berakad
2. Objek akad (al-ma’qud alaih)
3. Ijab dan Qabul (sighah)
Jenis Akad Berdasarkan Tujuannya
Akad

Akad Tabarru Akad Mua’wadat


Semua bentuk akad yang dilakukan Semua bentuk akad yang dilakukan
dalam bentuk hibah dengan tujuan untuk mencari keuntungan karena
kebajikan dan tolong menolong sifatnya komersil
antar Peserta

Akad Tijarah Akad Non Bisnis Non Bisnis Menjadi


(Bisnis) Bisnis
Akad yang Digunakan dalam Asuransi Syariah
Column1 Asuransi Konvensional Asuransi Syariah

Konsep Risk Transfer Risk Sharing


Sumber Hukum Hukum positif, pemikiran manusia Al-Qur'an, Hadits dan Ijma' Ulama
Maysir, Gharar, Riba Tidak ada larangan Dilarang
Akad Kontrak Jual Beli Tabarru' dan Tijarah
Hubungan Perusahaan &
Yang Diasuransikan Penanggung & Tertanggung Pengelola & Peserta

Dana Tabarru', Dana Perusahaan


Dana 100% Dana Perusahaan dan Dana Investasi Peserta
Investasi Konvensional & Syariah Syariah
Pembayaran Klaim Dana Perusahaan Dana Tabarru'
Bisa dibagi ke Peserta, Pengelola
Profit 100% milik Perusahaan dan Dana Tabarru'
Pengawas Tidak ada DPS Ada Dewan Pengawas Syariah

Anda mungkin juga menyukai