Anda di halaman 1dari 8

Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah

Dari segi pengelolaan dana, asuransi terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu :


1. Asuransi Konvensional, dan
2. Asuransi Syariah.
Menurut Dewan Syariah Nasional MUI, asuransi syariah (ta'min, takaful atau
tadhamun) adalah upaya saling melindungi dan tolong-menolong antara sejumlah
orang/pihak melalui dana investasi berupa aset atau tabarru' yang memberikan pola imbal
hasil untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perjanjian) syariah. Akad yang sesuai
syariah adalah akad yang tidak mengandung gharar (ketidakjelasan), maysir (perjudian), riba
(bunga), zhulum (penganiayaan), risywah (suap), barang haram, serta perbuatan maksiat.

M. Sholahuddin berpendapat bahwa terdapat beberapa perbedaan yang sangat mendasar


antara asuransi syariah dan asuransi konvensional. Dalam asuransi konvensional,
menggunakan dasar ikatan pertukaran, yang merupakan pertukaran pembayaran premi
asuransi dengan uang pertanggungjawaban. Menurut syariat Islam, pertukaran ini harus jelas
berapa yang harus dibayar dan berapa yang harus diterima agar unsur ini mengandung
kepastian akad. Masalah lain adalah jika berhenti di tengah jalan, tidak tahu berapa banyak
hak yang bisa didapat, dan ada kemungkinan akan disita (hangus), sehingga ada unsur zalim.
Lembaga asuransi memiliki komponen bunga, karena dana yang dihimpun oleh perusahaan
asuransi diinvestasikan untuk usaha sehingga mengandung unsur riba. (Mahmuda, 2019)

Dalam kaitan ini, tampak ada tiga keberatan terhadap praktik asuransi konvensional,
antara lain :
1) Unsur Gharar atau Ketidakpastian
Mengenai unsur gharar (ketidakpastian) yang tercermin dalam bentuk akad dan
sumber akad. Dalam asuransi konvensional, akad yang digunakan adalah akad tabaduli,
yaitu akad jual beli. Adapun jual beli menurut hukum Islam harus jelas siapa
pembelinya, siapa penjualnya, barang yang diperdagangkan, harga dan ijab kabulnya.
Dalam asuransi konvensional semuanya sudah jelas, kecuali harga (premi) yang harus
dibayar tidak jelas karena berkaitan dengan kematian. Sedangkan asuransi syariah
menggunakan akad tolong-menolong (akad takaful), yaitu akad tolong-menolong antar
peserta.
2) Unsur Maysir atau Untung-Untungan
Unsur maysir (perjudian) atau untung-untungan dalam konsep asuransi
konvensional dapat terjadi karena dua sebab, yakni :
a) Pertama, jika seseorang memasuki satu premi, ada kemungkinan ia akan berhenti
karena sebab-sebab tertentu. Jika dia berhenti sebelum mencapai periode
penyegaran (refreshing period), dia dapat menerima uangnya Kembali sekitar
20% dan sisanya hangus.
b) Kedua, jika hitungan kematian tepat dan menentukan jumlah polis yang benar,
maka perusahaan akan mendapat keuntungan. Tetapi, jika perhitungannya salah
maka perusahaan akan mengalami kerugian. Dalam asuransi syariah, meskipun
penerima polis mencapai masa penyegaran (refreshing period), jika ia ingin
mengambil dananya maka diperbolehkan. Karena perusahaan asuransi dalam hal
ini merupakan pemegang saham.

3) Unsur Riba
Akad dalam asuransi konvensional mengandung unsur riba karena keuntungan
yang dijanjikan telah ditentukan sejak awal oleh perusahaan asuransi. Selain itu, uang
premi yang diterima dari peserta diinvestasikan pada usaha yang menggunakan sistem
bunga (riba). Sedangkan asuransi syariah menggunakan sistem bagi hasil, keuntungan
yang akan diperoleh peserta bergantung pada keuntungan yang diperoleh perusahaan
dari investasi kerja nyata pada usaha-usaha yang dibenarkan oleh syariat Islam.
Asuransi konvensional mengenal istilah uang hangus atau premi kerugian (loss
premium), yaitu peserta yang tidak dapat melanjutkan akad dan juga tidak dapat
memperoleh kembali dananya. Sedangkan asuransi syariah tidak mengenal istilah loss
premium. Jika peserta menarik diri sebelum perjanjian berakhir, peserta masih dapat
mengambil kembali dananya. Karena perusahaan hanya sebagai pemegang amanah
untuk mengelola dana.

Berkaitan dengan hal tersebut, terlihat adanya perbedaan mendasar antara asuransi
konvensional dan asuransi syariah. Lebih detail, Muhammad Syakir Sula membuat
perbandingan sebagai berikut :
No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah
1 Konsep Perjanjian antara dua pihak Sekumpulan orang yang saling
atau lebih, dengan mana pihak membantu, saling menjamin,
penanggung mengikatkan diri dan bekerja sama, dengan cara
kepada tertanggung, dengan masing-masing mengeluarkan
menerima premi asuransi, dana tabarru’.
untuk memberikan pergantian
kepada tertanggung.
2 Asal-Usul Dari masyarakat Babilonia Dari al-Aqidah, kebiasaan
4000-3000 SM yang dikenal suku Arab jauh sebelum Islam
dengan perjanjian Hummurabi. datang,.Kemudian disahkan
Pada 1668 M di Coffee House oleh Rasulullah menjadi
London berdirilah Lioyd of hukum Islam, bahkan telah
London sebagai cikal bakal tertuang dalam konstitusi
asuransi konvensional. pertama di dunia (Konstitusi
Madina) yang dibuat langsung
Rasulullah.
3 Sumber Hukum Bersumber dari pikiran Bersumber dari wahyu Ilahi.
manusia dan kebudayaan. Sumber hukum dalam syariah
Berdasarkan hukum positif, Islam adalah al-Quran, sunnah
hukum alami, dan contoh Atau kebiasaan Rasul, Ijma’,
sebelumnya. Fatwa Sahabat, Qiyas.
Istihsan, ‘Urf ‘tradisi’, dan
Mashalih Mursalah.
4 “Maghrib” Tidak selaras dengan Syariah Bersih dari adanya praktik
(Maysir, Gharar, Islam karena adanya maysir, gharar, maysir, dan riba.
dan Riba) gharar, dan riba, hal yang
diharamkan dalam muamalah.
5 DPS Tidak ada, sehingga dalam Ada, yang berfungsi untuk
(Dewan Pengawas banyak praktiknya mengawasi pelaksanaan
Syariah) bertentangan dengan kaidah- operasional perusahaan agar
kaidah syara’. terbebas dari praktik-praktik
muamalah yang bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah.
6 Akad (Perjanjian) Akad jual beli (akad Akad tabarru’ dan tijarah
mu’awadhah, idz’aan, gharar, (mudharabah, wakalah,
dan mulzim). wadiah, syirkah, dan
sebagainya)
7 Jaminan/Risiko Transfer of Risk, di mana Sharing of Risk, di mana
(Risk) terjadi terjadi proses saling
transfer risiko dari tertanggung menanggung antara satu
kepada penanggung. peserta dengan peserta lainnya
(ta’awun).
8 Pengelolaan Dana Tidak ada pemisahan dana, Pada produk-produk saving
yang berakibat pada terjadinya (life) terjadi pemisahan dana,
dana hangus (untuk produk yaitu dana tabarru’ ‘derma’
saving life). dan dana peserta, sehingga
tidak mengenal istilah dana
hangus. Adapun untuk term
insurance (life) dan
general insurance semuanya
bersifat tabarru’.
9 Investasi Bebas melakukan investasi Dapat melakukan investasi
dalam batas-batas ketentuan sesuai ketentuan perundang-
perundang-undangan, dan tidak undangan, sepanjang tidak
terbatasi pada halal dan bertentangan dengan prinsip-
haramnya objek atau system prinsip syariah Islam. Bebas
investasi yang digunakan. dari riba dan tempat-tempat
investasi yang terlarang.
10 Kepemilikan Dana Dana yang terkumpul dari Dana yang terkumpul dari
premi peserta seluruhnya peserta dalam bentuk iuran
menjadi milik perusahaan. atau kontribusi, merupakan
Perusahaan bebas milik peserta (shahibul maal),
menggunakan dan asuransi syariah hanya sebagai
menginvestasikan ke mana pemegang amanah (mudharib)
saja. dalam mengelola dana
tersebut.
11 Unsur Premi Unsur premi terdiri dari tabel Iuran atau kontribusi terdiri
mortalita (mortality tables), dari tabarru’ dan tabungan
bunga (interest), biaya-biaya (yang tidak mengandung unsur
asuransi (cost of insurance). riba), tabarru’ juga dihitung
dari tabel mortalita, tetapi
tanpa perhitungan bunga
teknik.
12 Loading Loading pada asuransi Pada Sebagian asuransi
konvensional cukup besar syariah, loading (komisi agen)
terutama diperuntukkan untuk tidak dibebankan pada peserta
komisi agen, bisa menyerap tetapi dari dana pemegang
premi tahun pertama dan saham. Namun sebagian yang
kedua. Arena itu, nilai tunai lainnya mengambilkan dari
pada tahun sekitar 20-30% saja dari premi
pertama dan kedua biasanya tahun pertama. Dengan
belum ada (masih hangus). demikian, nilai tunai tahun
pertama sudah terbentuk.
13 Sumber Sumber biaya klaim adalah Sumber pembayaran klaim
Pembayaran dari rekening perusahaan, diperoleh dari rekening
Klaim sebagai konsekuensi tabarru’, yaitu peserta saling
penanggung terhadap menanggung. Jika salah satu
tertanggung. Murni bisnis dan peserta mendapat musibah,
tidak ada nuansa spiritual. maka peserta lainnya ikut
menanggung bersama risiko.
14 Sistem Akuntansi Menurut konsep akuntansi Berpegang pada konsep
akrual, yaitu proses akuntansi akuntansi basis kas mengakui
yang mengakui terjadinya apa yang sebenarnya ada,
peristiwa atau keadaan non sedangkan akuntansi akrual
tunai dan mengakui jumlah dianggap bertentangan dengan
pendapatan tertentu, Syariah karena mengakui
peningkatan aset, beban, dan pendapatan, aset, biaya atau
kewajiban yang akan diterima kewajiban yang akan terjadi di
hanya di masa depan. masa depan. Hanya Allah yang
tahu apakah itu akan benar-
benar terjadi.

15 Keuntungan Keuntungan underwriting, Keuntungan surplus


(Profit) komisi reasuransi dan underwriting, komisi
pendapatan investasi semuanya reasuransi dan hasil investasi
adalah keuntungan perusahaan. tidak sepenuhnya dimiliki oleh
perusahaan, tetapi ada bagi
hasil (mudharabah) dengan
peserta.
16 Misi dan Visi Secara keseluruhan, tugas Misi bagi asuransi syariah
utama asuransi konvensional adalah misi iman dan ibadah
adalah misi ekonomi dan (ta`awun), misi ekonomi
sosialnya. (Iqtishodl), dan misi
pemberdayaan masyarakat
(sosial).

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara asuransi syariah dan
asuransi konvensional adalah sebagai berikut :
1. Keberadaan Dewan Pengawas Syariah (DPS) di perusahaan asuransi syariah menjadi
sebuah keharusan. Badan ini bertugas mengawasi manajemen, produk, dan kebijakan
investasi supaya selaras dengan hukum Islam.
2. Prinsip asuransi syariah adalah takafulli (tolong-menolong dan saling membantu),
sedangkan prinsip asuransi konvensional (tadabuli) adalah jual beli antara nasabah
dengan perusahaan.
3. Dana (premi) yang terkumpul dari nasabah asuransi syariah diinvestasikan sesuai
syariah dengan prinsip bagi hasil (Mudharabah). Dalam asuransi konvensional, dana
investasi diperdagangkan di sembarang sektor dengan sistem suku bunga.
4. Premi yang terkumpul diperlakukan sebagai dana nasabah. Perusahaan hanya
pemegang amanah terkait pengelolaan dana. Sebaliknya, dalam asuransi konvensional,
premi menjadi milik perusahaan dan perusahaanlah yang memiliki kewenangan penuh
atas kebijakan yang mengatur dana tersebut.
5. Untuk kepentingan pembayaran klaim nasabah dana diambil dari rekening tabarru’
seluruh peserta yang sudah diikhlaskan untuk keperluan tolongmenolong bila ada
peserta yang terkena musibah. Sedangkan dalam asuransi konvensional, ada
pembayaran klaim yang diambil dari rekening perusahaan.
6. Keuntungan investasi dibagi rata antara nasabah sebagai pemilik modal/dana dan
perusahaan sebagai pengelola atas dasar bagi hasil. Dalam asuransi konvensional,
keuntungan sepenuhnya menjadi milik perusahaan. Jika tidak ada klaim, pelanggan
tidak akan menerima apa-apa.

DAFTAR PUSTAKA
Mahmuda, I. dan U. K. azizah. (2019). Studi Komparasi Asuransi Syariah Dengan Asuransi
Konvensional. Jurnal Al-Yasini, 04(01), 56–69.

Anda mungkin juga menyukai