Anda di halaman 1dari 4

1.) Perbedaan Asuransi Konvensional mirip jual beli resiko.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan jual beli


risiko dalam asuransi konvensional!
Dimana nasabah harus membayarkan biaya premi dalam jumlah tertentu untuk sebagai pengganti risiko. Ketika nantinya
dimasa depan nasabah mengalami risiko kerugian secara finansial yang ditanggung dalam polis, maka bisa mengajukan
klaim.
2.) Jelaskan contoh penerapan karakteristik syariat islam dalam asuransi Syariah!
Taawun adalah saling tolong menolong dalam hal kebaikan.
3.) Asuransi syariah termasuk hukum syariah yang bersifat fleksibel. jelaskan bagaimana cara menerapkan
prinsip kehati-hatian dalam asuransi Syariah!
4.) Di asuransi konvensional ada unsur taghrir dan riba. Jelaskan unsur taghrir dan riba dalam asuransi
konvensional!
Di dalam transaksi Asuransi Konvensional terdapat Taghrir/Gharar (ketidakpastian dalam transaksi), di mana tidak diketahui
siapa yang akan mendapatkan keuntungan atau kerugian pada saat berakhirnya periode asuransi. Terdapat Riba atau Syubhat
Riba. Dalam beberapa produk riba terlihat jelas saat seseorang yang membeli polis asuransi membayar sejumlah dana atau
premi dengan harapan mendapatkan uang yang lebih banyak di masa depan, namun bisa saja dia tidak mendapatkannya.
Karena hakekat transaksi tukar menukar uang dengan tambahan dari uang yang dibayarkan, merupakan transaksi yang
mengandung unsur riba. Dalam asuransi konvensional, salah satu pihak membayar sedikit harta untuk mendapatkan harta
yang lebih banyak dengan cara untung-untungan atau tanpa pekerjaan. Jika terjadi kecelakaan ia berhak mendapatkan semua
harta yang dijanjikan, tetapi jika tidak maka ia tidak akan mendapatkan apapun.
1.) Jelaskan apa yang dimaksud dengan al-Aqila?
Al-Aqilah adalah saling memikul atau bertanggung jawab untuk keluarganya. Jika salah satu anggota suku terbunuh oleh
anggota suku yang lain, maka ahli waris.
Jika salah satu anggota suku terbunuh oleh anggota suku lain, perwaris korban akan dibayar dengan uang darah (diyat)
sebagai kompensasi saudara terrdekat dari pembunuh. Saudara terdekat dari pembunuh disebut aqilah. Lalu, mereka
mengumpulkan dana (al-kanzu) yang mana dana tersebut untuk membantu keluarga yang terlibat dalam pembunuhan tidak
sengaja.
2.) Jelaskan apa yang dimaksud dengan gharar secara etimologi dan terminologi! Lengkapi penjelasan Anda
dengan contoh gharar di asuransi konvensional!
Gharar secara bahasa berarti pertaruhan (Al-Mukhtharah) dan ketidakjelasan (Al-Jahalah). Gharar yaitu ketidakpastian
dalam transaksi yang diakibatkan dari tidak terpenuhinya ketentuan syariah dalam transaksi tersebut.
Bentuk akad syariah yang melandasi penutupan polis. Secara konvensional, kontrak atau perjanjian dalam asuransi jiwa
dapat dikategorikan sebagai akad tabaduli atau akad pertukaran yaitu pertukaran pembayaran premi dengan uang
pertanggungan. Secara harfiah dalam akad pertukaran harus jelas berapa yang dibayarkan dan berapa yang diterima.
Keadaan ini menjadi rancu (gharar) karena kita tahu berapa yang akan diterima (sejumlah uang pertanggungan), tetapi tidak
tahu berapa yang akan dibayarkan (sejumlah seluruh premi) karena hanya Allah yang tahu kapan seseorang akan meninggal.
3.) Jelaskan apa yang dimaksud dengan riba secara etimologi dan terminologi! Lengkapi penjelasan Anda
dengan contoh riba di asuransi konvensional!
Riba merupakan kata serapan dari bahasa Arab yang secara etimologi bermakna tambah (ziyadah) dan tumbuh (numuw).
Sedangkan secara terminologi, riba merupakan segala macam tambahan dalam pertukaran sesama emas & perak (uang), dan
seluruh bahan makanan pokok tanpa adanya kompensasi/pengganti/padanan riil ('iwadh).
Riba pada asuransi konvensional dikarenakan dana tidak dikelola secara syariah dan diinvestasikan pada instrumen investasi
bebas yang tidak terbebas dari riba, ada faktor judi dan ketidakpastian dana. Riba dalam asuransi konvensional terdapat
dalam sistemnya mulai dari investasi dana nasabah, hingga pembagian premi kepada nasabah. Asuransi konvensional
melakukan investasi dimana saja meskipun itu perusahaan judi, yang penting mendapatkan keuntungan. Selain itu, ketika
pemberian premi terdapat ketidakpastian, terkadang premi yang diberikan banyak, kadang sedikit, atau kadang sama.
4.) Jelaskan apa yang dimaksud dengan maysir secara etimologi dan terminologi! Lengkapi penjelasan Anda
dengan contoh Maysir di asuransi konvensional!
Maysir adalah jenis transaksi permainan yang di dalamnya terdapat persyaratan berupa pengambilan sejumlah materi dari
pihak yang kalah oleh pemenangnya.
Artinya ada salah satu pihak yang untung namun di lain pihak justru mengalami kerugian. Unsur ini dalam asuransi
konvensional terlihat apabila selama masa perjanjian peserta tidak mengalami musibah atau kecelakaan, maka peserta tidak
berhak mendapatkan apa-apa termasuk premi yang disetornya. Adapun keuntungan diperoleh ketika peserta yang belum
lama menjadi anggota (jumlah premi yang disetor sedikit) menerima dana pembayaran klaim yang jauh lebih besar.
Ketika seseorang pemegang polis mendadak terkena musibah sehingga memperoleh hasil klaim, padahal baru sebentar
menjadi klien asuransi dan baru sedikit membayar premi. Jika ini terjadi, nasabah diuntungkan. Sebaliknya, jika hingga akhir
masa perjanjian tidak terjadi sesuatu, sementara ia sudah membayar premi secara penuh/lunas, maka perusahaan yang
diuntungkan. Apabila pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu membatalkan kontrak sebelum masa reserving perios,
maka yang bersangkutan tidak akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan (cash value) kecuali sebagian kecil saja.
Bahkan uangnya dianggap hangus
1.) Jelaskan apakah dalam asuransi konvensional ada unsur gharar!
Ada. ketika pemberian premi terdapat ketidakpastian, terkadang premi yang diberikan banyak, kadang sedikit, atau kadang
sama.
2.) Jelaskan apakah dalam asuransi konvensional ada unsur riba! jika ada termasuk jenis riba apa?
Letak riba pada asuransi dengan akad seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ada pada dana klaim yang diterima. Bila
jumlahnya lebih besar dari premi yang sudah dibayar, menjadi riba nasiah dan riba fadl. Sedangkan bila jumlahnya sama
dengan premi yang dibayar, maka menjadi riba nasiah.
3.) Jelaskan akad apa yang muncul ketika terjadi surplus underwriting dan deficit underwriting!
4.) Jelaskan konsep dasar asuransi syariah!
Konsep dasar asuransi syariah seperti yang dijelaskan sebelumnya adalah prinsip ta'awun (saling menolong). Asuransi
syariah adalah sebuah usaha untuk saling melindungi dan saling tolong menolong di antara para pemegang polis (peserta),
yang dilakukan melalui pengumpulan dan pengelolaan dana tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi
risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan prinsip syariah.

Konsep dasar asuransi :

Asuransi Syariah dibangun atas dasar saling bertanggung jawab

Asuransi Syariah dibangun atas dasar saling bekerja sama

Asuransi Syariah dibangunatas dasar saling melindungi

Asuransi Syariah dibangun dasar saling menyelamatkan

Asuransi Syariah dibangun atas dasar profesionalitas

5.) Jelaskan sistem bagi hasil dan berbagi risiko dalam asuransi syariah!

6.) Jelaskan terjadinya praktik asuransi Syariah!


1. Jelaskan pandangan ulama Internasional dan ulama Indonesia tentang hukum asuransi konvensional dan asuransi
syariah!
2. Jelaskan apakah BPJS sudah sesuai dengan prinsip Syariah! Jika sudah apa alasannya, jika belum apa
argumentasinya? Apakah sudah ada fatwa yang mengaturnya?
3. Jelaskan Pedoman Umum Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah berdasarkan Fatwa
Dewan Syari'ah Nasional NOMOR: 88/DSN-MUIIXIl2013!
4. Dalam pelaksanaannya, asuransi syariah masih terdapat gharar kecil. Apakah dalam pelaksanaannya asuransi
syariah bisa menghilangkan gharar tersebut hingga tidak ada gharar sama sekali dalam asuransi syariah tersebut ,
bila iya bagaimana caranya?
5. Jelaskan fatwa-fatwa DSN-MUI yang terkait dengan asuransi syariah!
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional NO: 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syari’ah Fatwa Dewan
Syari'ah Nasional NO: 39/DSN-MUI/X/2002 tentang Asuransi Haji
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional NO: 50/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah Musytarakah Fatwa Dewan Syari'ah
Nasional NO: 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah Musytarakah Pada Asuransi Syariah
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional NO: 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi Syari’ah Dan
Reasuransi Syari’ah
1.) Jelaskan apakah dalam asuransi konvensional dan asuransi syariah terdapat pengembalian dana dari
premi yang peserta bayarkan! Jika tidak ada kenapa? Jika ada jelaskan mekanisme pengembaliannya?
Dalam asuransi konvensional tidak ada pengembalian premi, Ketika pesserta asuransi membayar premi kepada perusahaan
asuransi iuran tersebut akan menjadi milik perusahaan. Ketika peserta mengalami kerugian maka pihak asuransi akan
menanggung kerugian tersebut dan jika tidak terjadi kerugian pada peserta maka peserta tidak mendapatkan apa apa.
Sedangkan pada asuransi syari’ah terdapat pengembalian dana tabarru kepada peserta asuransi secara individu karena
berhenti sebelum masa perjanjian berakhir. Namun, peserta asuransi syariah secara individu tidak boleh meminta kembali
dana Tabarru’ yang sudah dibayarkan kepada perusahaan asuransi sebagai wakil dari peserta asuransi secara kolektif.
2.) Jelaskan bagaimana alokasi keuntungan investasi yang bersumber dari dana tabarru pada asuransi
syariah dan dari premi yang peserta bayarkan pada asuransi konvensional?
3.) Jelaskan konsekwensi bagi peserta yang telat membayar kewajibannya (premi) baik pada asuransi
konvensional maupun pada asuransi syariah!
- Status kepesertaan ditangguhkan sementara
- Denda
- Status kepesertaan diblokir
4.) Jelaskan apakah dalam asuransi konvensional terdapat produk yang menyerupai takaful! Jika ada apakah hal
tersebut diperbolehkan?
1. Jelaskan landasan hukum positif mengenai reasuransi konvensional dan reasuransi syariah!
2. Jika terjadi surplus underwriting perusahaan asuransi syariah dapat membaginya kepada tiga pos, yaitu
dikembalikan kepada peserta dengan persyaratan tertentu, dikembalikan ke kumpulan dana tabarru’, dan
dihibahkan kepada perusahaan asuransi syariah sebagai pengelola. Jelaskan landasan hukum syariah (Fatwa DSN-
MUI) dan hukum positif (undang-undang, POJK dll) mengenai hal tersebut!
3. Jelaskan apakah ada fatwa DSN-MUI yang berkaitan dengan asuransi yang belum dikodifikasi atau belum
diakomodir oleh hukum positif!
1) Jelaskan proses pengaplikasian akad mudharabah musytarakah dalam asuransi syariah!
Akad Mudharabah musytarakah ini merupakan perpaduan antara akad mudharabah dan musyrakah., dimana pengelola
(mudharib) menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi. Akad Mudharabah musytarakah ini merupakan
perpaduan antara akad mudharabah dan musyrakah., dimana pengelola (mudharib) menyertakan modal atau dananya dalam
kerjasama investasi. (mudharib) dan pemberi dana (musytarik) bersama-sama dengan peserta. Dana perusahaan dan dana
peserta ini akan diinvestasikan secara bersama-sama dalam portofolio dan hasil investasi ini akan dibagi antara perusahaan
dengan peserta melalui salah satu alternative cara pembagian
2) Jelaskan apakah perusahaan asuransi syariah dapat mengambil keuntungan atas investasi dana tabarru peserta
asuransi?
Mekanisme pengelolaan dana pada asuransi syariah sangat berbeda dengan asuransi konvensional. Pada asuransi syariah ,
untuk produk – produk yang mengandung saving ‘tabungan’, dana yang dibayarkan peserta langsung dibagi dalam dua
rekening, yaitu rekening peserta dan rekening tabarru’. Kemudian total dana diinvestasikan, dan hasil investasi dibagi secara
proporsional antara peserta dengan perusahaan ( pengelola ) berdasarkan skim bagi hasil yang telah ditetapkan sebelumnya.
Keuntungan perusahaan diperoleh dari pembagian keuntungan dana peserta yang dikembangkan dengan prinsip mudharabah
(bagi hasil). Para peserta takaful berkedudukan sebagai pemilik modal (shahibul maal) dan perusahaan asuransi berfungsi
sebagai pemegang amanah (mudharib).
3) Agar tidak menjadi dana menganggur, dana tabarru dapat dikelola/diinvestasikan ke bisnis, asalkan selalu
tersedia saat dibutuhkan, dengan sifat dana yang harus tersedia saat dibutuhkan kemana biasanya dana tabarru
diinvestasikan? Dan berapa persen dana tabarru yang boleh diinvestasikan? Apakah ada peraturan yang mengatur
tentang hal ini, atau sesuai kebijakan perusahaan?
Dana tabarru di investasikan kepada instrument investasi yang pengelolaannya juga sesuai dengan syariat islam atau
dikatakan bebas dari riba, gharar dan maysir. Investasi dalam bentuk deposito berjangka dan sertifikat deposito pada bank,
tidak melebihi 20% dari jumlah investasi. Investasi dalam bentuk saham yang emitennya adalah badan hukum Indonesia,
untuk setiap emiten masing – masing tidak melebihi 20% dari jumlah investasi. Investasi dalam bentuk unit penyertaan
reksadana, untuk setiap penerbit tidak melebihi 20% dari jumlah investasi. Investasi dalam bentuk penyertaan langsung,
seluruhnya tidak melebihi 10% dari jumlah investasi.
4) Apabila terjadi kerugian saat perusahaan asuransi syariah menginvestasikan dana pesertanya menggunakan akad
mudharabah, apakah perusahaan asuransi syariah menanggung kerugian tersebut 100%? Bagaimana jika
menggunakan akad mudharabah musytarakah?
Apabila kerugian tersebut disebabkan akibat kelalaian pengelola maka pengelola dana peserta yang di investasikan akan di
tanggung oleh pengelola, sebaliknya apabila bukan karena pengelola maka kerugian dari investasi akan ditanggung oleh
pemilik modal (perusahaan asuransi).
1.) Jelaskan mengapa BPJS masih menggunakan system konvensional!
2.) Jelaskan apa yang dapat dilakukan perusahaan asuransi Syariah ketika terjadi surplus dan deficit underwriting?
Jika terdapat surplus underwriting atas dana Tabarru’, maka boleh dilakukan beberapa alternatif sebagai berikut:
a. Diperlakukan seluruhnya sebagai dana cadangan dalam akun Tabarru’.
b. Disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dibagikan sebagain lainnya kepada para peserta yang memenuhi syarat
aktuaria/manajemen risiko.
c. Disimpan sebagaian sebagai dana cadangan dan dapat dibagikan sebagian lainnya kepada perusahaan asuransi dan para
peserta sepanjang disepakati oleh para peserta.
Asuransi Syariah, jika terjadi surplus underwriting, sebagian atau seluruh surplus tersebut harus dicadangkan sebagai dana
tabarru’ abadi. Dengan demikian, apabila jumlah klaim yang terjadi lebih kecil dari total dana tabarru’, semakin lama
akumulasi dana tabarru’ tersebut semakin membesar.
Jika terjadi defisit underwriting atas dana Tabarru’ (defisit Tabarru’), maka perusahaan asuransi wajib menanggulangi
kekurangan tersebut dalam bentuk Qardh (pinjaman).
Akumulasi pundi dana tabarru’ yang sangat besar tersebut dapat digunakan sebagai penambah manfaat atas peserta yang
mengalami musibah atau dapat digunakan sebagai subsidi atas kontribusi tabarru’ yang seharusnya dibayarkan oleh peserta.
Pengelolaan dana dalam asuransi syariah, dibedakan untuk produk yang dengan unsur tabungan dan produk yang tanpa
unsur tabungan (hanya tabarru’). Dalam pengelolaan dana produk yang berunsur tabungan, setiap premi (kontribusi) yang
dibayarkan oleh nasabah akan dipisahkan dalam tiga rekening, yaitu rekening tabungan, rekening tabarru’ dan rekening ujrah
perusahaan. Sedangkan dalam produk yang tanpa unsur tabungan, kontribusi yang dibayarkan nasabah dipisahkan dalam dua
rekening yaitu rekening tabarru’ dan rekening ujrah. Ketika nasabah membayar kontribusi, nasabah harus mengetahui berapa
masingmasing besaran ujrah, tabarru’ dan atau tabungan
4.) Jelaskan akad apa saja yang dapat digunakan dalam asuransi Syariah?
- Akad Tijarah (mudharabah) segala macam perjanjian yang bertujuan untuk mencari keuntungan atau semua bentuk akad
yang dilakukan untuk tujuan komersial.2Ada beberapa akad tijarah yang digunakan dalam praktik asuransi syariah
yaitu :Akad Mudharabah,Akad Wakalah, Akad Wadi’ah, Akad Musyarakahdan Akad Mudharabah Mustarakah. Akad-akad
ini dalam praktiknya diimplementasikan dalam beberapa perusahaan asuransi syariah di Indonesia. Dalam akad tijarah
(Mudarabah), perusahaan bertindak sebagai mudarib (pengelola) dan peserta bertindak sebagai shahibul maal (pemegang
polis).3 Usaha kerja sama yang dilakukan antara dua pihak atau lebih dengan modal usaha dari salah satu pihak (tanpa ikut
serta dalam bisnis) dan keahlian usaha dari pihak lain (tanpa ikut dalam penyertaan modal). Jadi peserta menyertakan 100%
modalnya kepada perusahaan asuransi syariah untuk dikelola dan hasil usahanya dibagi berdasarkan kesepakatan diawal
perjanjian yang dituangkan dalam polis syariah.
- Akad Tabbaru (hibah) digunakan dalam hubungan anatara sesama pemegang polis di mana peserta memberikan hibah yang
digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah, oleh karenanya, antar pemegang polis saling menanggung
setiap resiko yang ada, pada saat membayar dan menerima bantuan untuk membagi risiko yang ada, bukan bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan.

Anda mungkin juga menyukai