1
I. SISTEM OPERASIONAL ASURANSI
SYARIAH DAN REASURANSI SYARIAH
A. Pengertian Asuransi Syariah
1. PMK Nomor 18/PMK.010/2010
Usaha saling tolong menolong (ta’awun) dan melindungi
(takafuli) diantara para peserta melalui pembentukan
kumpulan dana (Dana Tabarru’ ) yang dikelola sesuai prinsip
Syariah untuk menghadapi risiko tertentu.
2. Fatwa Dewan Syariah Nasional No 21/ DSN-MUl/X/2001
Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah
usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara
sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset
dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang
sesuai dengan syariah.
B.Prinsip dasar asuransi syariah
Prinsip Dasar asuransi Syariah adalah mengajak
kepada setiap peserta untuk saling menjalin sesama
peserta terhadap sesuatu yang meringankan
terhadap bencana yang menimpa mereka (Sharing
of risk). Sebagaimana firman Allah SWT dalam
Surah Al-Maidah ayat 2 yang artinya:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam
mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
C. Perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional
(Fee: 35 % Premi)
Kumpulan Perusahaan AS
Dana Peserta
OBYEK
1. Kegiatan Administrasi
2. Pengelolaan Dana
3. Pembayaran Santunan/Klaim
4. Underwriting
5. Pemasaran, Dan
6. Pengelolaan Portofolio Risiko
3. Akad Dalam Menginvestasikan Dana Peserta
Hasil
Investasi
1. Surplus
a. seluruhnya ditambahkan kedalam Dana Tabarru’
b. sebagian ditambahkan kedalah Dana Tabarru' dan
sebagian dibagikan kepada Peserta
c. sebagian ditambahkan kedalam Dana Tabarru',
sebagian dibagikan kepada Peserta, dan sebagian
dibagikan kepada Perusahaan
2. Defisit
Perusahaan asuransi wajib menanggulangi defisit
dalam bentuk pinjaman Qardh
Surplus & Defisit Underwriting Dana Tabarru’
N 20 %
UJRAH Total Perusahaaan
P A Total Dana
Beban
Dana Asura
R S Tabarr
Tabarr nsi : 50 %
E A u’
u’ +
Reas, S/U
Hasil Cad Klaim
M B TABAR Nasab Klaim,
RU’ Invest
I A ah Pajak,
asi 30 %
H Nasabah
SISTEM
OPERASIONAL REASURANSI
SYARIAH
Metode Dasar Reasuransi Syariah
Treaty
Fakultatif
• Reasuransi secara
kumpulan
• Reasuransi secara (portofolio Basis)
individu / risiko per • Asuradur dan
risiko (Per Risk reasuradur
Basis) membuat dan
• Asuradur bebas terikat pada kontrak
menawarkan atau reasuransi otomatis
tidak menawarkan • Asuradur WAJIB
risiko mereasuransikan
• Reasuradur bebas setiap risiko yang
untuk menerima memenuhi
atau menolak ketentuan yang
penawaran telah disepakati dan
reasuradur WAJIB
menerima
KEBIJAKAN REASURANSI
KONVENSIONAL SYARIAH
Ujrah Reasuransi Syariah 15% IDR 390,000.00 Komisi Reasuransi 30% of IDR 650,000%
IDR 58,500 IDR 195,000
Tabarru Reasuransi Syariah 39% IDR 390,000.00 Premi Reasuransi 65% IDR 650,000
Ujrah Reasuransi Syariah 5.85% IDR 58,500 (+) Komisi Reasuransi 19.50% IDR 195,000 (-)
Dengan asumsi proposi Reasuransi sebesar 65%, Total sesi Reasuransi Syariah “relatif” lebih rendah daripada sesi Reasuransi Konvensional.
Hasil yang berbeda bisa terjadi dengan perubahan retensi asuransi da ujrah reasuransi.
II. Produk dan Jasa Asuransi Syariah
dan Reasuransi Syariah
DANA PENSIUN SYARIAH
39
1. Pengertian
Dana Pensiun adalah badan hukum yang
mengelola dan menjalankan program yang
menjanjikan manfaat pensiun sebagaimana
dimaksud dalam UndangUndang Nomor 11
Tahun 1992 tentang Dana Pensiun
Dana Pensiun Syariah adalah Dana Pensiun
yang seluruh kegiatannya diselenggarakan
berdasarkan Prinsip Syariah
40
2. Landasan hukum dana pensiun syariah
PPMP
Iuran hanya
dari
pemberi kerja
Dana pensiun
Dana pemberi
Pensiun kerja Iuran dari
Pemberi kerja
Dsn pekerja
PPIP
Iuran hanya
dari
pemberi kerja
4. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
Iuran Hanya
1 Dari
Peserta
Iuran dari
3 Pemberi kerja
Dan Peserta
43
5. Proses bisnis dana pensiun syariah
• Iuran Pemberi kerja
• Iuaran Peserta
(Biayaoperasional dana
pensiun (wakalah bil ujrah) Instrumen Investasi Syariah
Manfaat
6. Perbedaan dana pension Syariah vs konvensional
47
Landasan Hukum
UU No. 24 Tahun 2011
Pasal 14
“Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, wajib menjadi
Peserta Program Jaminan Sosial “
CAKUPAN
SEMESTA 2019
APBN APBD
JAMKESMAS PJKMU
(EXISTING) /JAMKESDA
PEGAWAI
PEMERINTAH
PEGAWAI
NON INDIVIDU PENERIMA VETERAN,
PK
1. INVESTOR
2. PEMBERI
PEMERINTAH PENSIUN KERJA
3. PENERIMA
PENSIUN
1.PNS PUSAT 1. PENGACARA 1.PP PNS 1.VET TUVET
1. PEG. BUMN 2. AKUNTAN
2.PNS DAERAH 2.PP TNI 2.VET NTUVET
3.PNS 2. PEG. BUMD 3. ARSITEK 3.PP POLRI 3.PERINTIS
DIPERBANTUKAN 3. PEG. SWASTA 4. DOKTER,
4.PP PEJABAT KEMERDEKA
4.TNI 5. KONSULTAN
5.POLRI 6. NOTARIS NEGARA AN
6.PJBT NEGARA 7. PENILAI,
7.PEGAWAI 8. AKTUARIS
PEMERINTAH NON 9. PEMAIN MUSIK, PEMBAWA
PNS
51
ACARA
IURAN
DIBAYAR OLEH PERSENTASE
PEMBERI KERJA & APBN/APBD
PEKERJA 3% Pemberi Kerja
Pekerja 2% Pekerja
Penerima Upah NON APBN/APBD/BU
(PPU) 4% Pemberi Kerja
0,5% Pekerja
NOMINAL
DIBAYAR OLEH
YANG Kelas 1 : 80.000
BERSANGKUTAN Kelas 2 : 51.000
Pekerja Bukan Kelas 3 : 25.500
Penerima Upah
(PBPU)
Bukan Pekerja (BP)
* Per 1 Juli 2015, iuran berubah menjadi 5%, dimana 4% ditanggung Pemberi Kerja 1% ditanggung
Pekerja
PENAHAPAN KEPESERTAAN
PASAL 6 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109
TAHUN 2013
PENAHAPAN KEPESERTAAN JAMINAN SOSIAL
• Jaminan Kecelakaan Kerja
• Jaminan Kematian
Usaha Besar • Jaminan Hari Tua
• Jaminan Pensiun
• Jaminan Kecelakaan Kerja
• Jaminan Kematian
Usaha Menengah • Jaminan Hari Tua
• Jaminan Pensiun
+
Beasiswa
JAMINAN JAMINAN
KEMATIAN
(JK)
BPJS-TK PENSIUN
(JP)
Perumahan
Rusunawa
Pemberi Kerja : 0,3% Pemberi Kerja : 2%
Tenaga Kerja : 1% Program Khusus
Jasa Konstruksi (JKK, JK)
JAMINAN TARIF NILAI PROYEK
KECELAKAAN
0.24% Rp - s.d. Rp 100 juta
KERJA
0.19% Rp 100 juta s.d. Rp 500 juta
(JKK) 0.15% Rp 500 juta s.d. Rp 1 milyar
0.12% Rp 1 milyar s.d. Rp 5 milyar
Pemberi Kerja: 0,24% 0,54% 0,89% 1,27 % 1,74% 0.10% > Rp 5 milyar
Pedoman Penyelenggaraan BPJS Syariah
menurut Fatwa DSN-MUI No. 98 tahun 2015
A. Ketentuan akad dan personalia hukum
B. Ketentuan dana jaminan sosial bernilai
negatif
C. Ketentuan terkait kesulitan likuiditas aset
dana jaminan sosial
D. Ketentuan terkait penempatan dan
pengembangan DJS
E. Ketentuan terkait Sanksi
55
A. Ketentuan akad dan personalia hukum
1. Akad antara peserta-individu dengan peserta-kolektif yang diwakili
oleh BPJS kesehatan adalah akad hibah dalam rangka saling
menolong sesama peserta
2. Akad antara pemerintah dengan peserta-individu sebagai
Penerima Bantuan Iuaran (PBI) adalah akad hibah, yang
diserahterimakan kepada BPJS keesehatan sebagai wakil dari
peserta-kolektif
3. Akad antara peserta-kolektif dengan BPJS Kesehatan adalah akad
wakalah atau akad wakalah bil ujrah
4. Akad atau wakalah bil ujrah sebagaimana dimaksud pada angka 3
dapat mencakup pemberian kuasa untuk: (a) kegiatan administrasi
(b) Pengelolaan portofolio risiko; (c) investasi/pengembangan DJS;
(d) pembayaran klaim (dari BPJS ke Faskes); (e) pemasaran
(promosi)/sosialisasi
5. Akad antara BPJS kesehatan dengan pihak lain dalam rangka
pengembangan DJS kesehatan adalah akad mu’awadhah, baik
dalam bentuk jual belia, ijarah, maupun akad yang berbasis bagi
hasil 56
1. Akad antara pemerintah dengan BPJS kesehatan sebagai
wakil peserta kolektif adalah akad hibah untuk
menanggulangi DJS kesehatan yang bernilai negatif
2. Akad antara BPJS Kesehatan dengan peserta-kolektif adalah
akad kafalah atau akad qardh untuk menanggulangi DJS
kesehatan yang bernilai negatif
3. Akad antara BPJS kesehatan dengan peserta-kolektif adalah
akad kafalah atau akad qardh untuk menanggulangi kesulitan
likuiditas asset DJS kesehatan
4. Akad antara pemerintah dengan BPJS kesehatan sebagai
wakil peserta kolektif adalah akad kafalah atau qardh dalam
hal BPJS kesehatan tidak dapat memberikan talangan, atau
dapat memberikan talangan namun tidak mencukupi untuk
menanggulangi kesulitan likuiditas aset DJS kesehatan
5. Akad antara BPJS Kesesehatan dengan Faskes adalah akad
Ijarah
57
B. Ketentuan dana jaminan sosial bernilai negatif
58
C. Ketentuan terkait kesulitan likuiditas aset
dana jaminan sosial
1. BPJS Kesehatan dapat memberika talangan
berdasarkan akad kafalah atau qardh kepada
aset DJS untuk menanggulangi kesulitan
likuiditas
2. Dalam hal BPJS kesehatan tidak dapat
memberikan talangan, atau dapat memberikan
talangan namun tidak mencukupi untuk
menanggulangi kesulitan likuiditas aset DJS
kesehatan, pemerintah dapat memberikan
talangan berdasarkan akad kafalah atau qardh
59
D. Ketentuan terkait penempatan dan
pengembangan DJS
1. BPJS kesehatan wajib memiliki rekening penampungan
DJS pada bank syariah
2. BPJS kesehatan sebagai wakil peserta-kolektif wajib
melakukan pengelolaan portofolio DJS sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah
3. BPJS kesehatan sebagai wakil peserta kolektif tidak
boleh mengembangkan DJS pada kegiatan usah
dan/atau transaksi keuangan yang bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah
4. BPJS kesehatan sebagai wakil peserta kolektif dalam
upaya mengembangkan DJS harus menggunakan
akad-akad yang sesuai prinsip-prinsip syariah
60
E. Ketentuan terkait Sanksi
1. BPJS kesehatan boleh mengenakan sanksi (ta’zir) kepada
pemberi kerja atau peserta individu dengan ketentuan: (a)
apabila pemberi kerka atau peserta-individu terlambat
membayar iuaran karena lalai, maka boleh dikenakan sanksi;
(b) apabila pemberi kerja atau peserta-individu terlambat
membayar iuaran karena sebab yang benar menurut syariah
dan hukum (misal karena kendala teknis operasional,
kesulitan keuangan yang sangat atau karena ketidaktahuan),
maka BPJS kesehatan tidak boleh mengenakan sanksi; (c)
tingkatan berat atau ringannya sanksi dapat diberlakukan
sepadan dengan jenis dan tingkatan pelanggarannya; (d)
dana sanksi wajib diakumulasikan ke dalam dana janiman
sosial
2. BPJS Kesehatan boleh dikenakan sanksi karena terlambat
dalam pembayaran imbalan kepada Faskes sesuai nilai
syariah serta peraturan perundang-undangan yang berlaku
3. Dana sanksi wajib dipergunakan untuk dana sosial
61
Problem Syariah di BPJS
1. Denda keterlambatan
Berdasarkan fatwa DSN-MUI No. 17 tahun 2000 bahwa denda keterlambatan
hanya dapat dipungut dari peserta yang mampu untuk membayar, tapi lalai
dalam melakukan pembayaran
2. Rekening Penampungan Iuran
3. Dana Kapitasi
a. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 6 Perpres 32 Tahun 2014, dana
kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka
kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa
memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang
diberikan.
b. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 21 tahun 2016 Dana
Kapitasi adalah besaran pembayaran perbulan yang dibayar dimuka
kepada FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) berdasarkan jumlah
peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah
pelayanan kesehatan yang diberikan.Hal ini mengandung unsur gharar
yang dilarang secara prinsip syariah
4. BPJS Hangus
karyawan perusahaan yang menjadi peserta BPJS yang terlambat membayar
iuran lebih dari tiga bulan akan diputus. Padahal, gaji karyawan sudah dipotong
62
perusahaan, hanya saja tidak dibayarkan, dan akhirnya hangus
KLAIM ASURANSI/REASURANSI
SYARIAH DAN POTENSI
SENGKETANYA
63
KEBIJAKAN KLAIM
KONVENSIONAL SYARIAH
4. Dalam hal keputusan ajudikasi BMAI tidak disepakati oleh peserta, namun peserta
tidak melakukan upaya penyelesaian melalui arbitrase atau pengadilan dalam
waktu 180 (seratus delapan puluh) hari kalender sejak tanggal dikeluarkannya
keputusan ajudikasi secara tertulis oleh BMAI tersebut, maka hak peserta atas ganti
rugi berdasarkan polis ini ini hilang dengan sendirinya.
Dan
70