Anda di halaman 1dari 70

Produk dan Jasa

Asuransi dan Reasuransi Syariah

Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si


Dosen Keuangan dan Perbankan Syariah Politeknik Negeri Jakarta

1
I. SISTEM OPERASIONAL ASURANSI
SYARIAH DAN REASURANSI SYARIAH
A. Pengertian Asuransi Syariah
1. PMK Nomor 18/PMK.010/2010
Usaha saling tolong menolong (ta’awun) dan melindungi
(takafuli) diantara para peserta melalui pembentukan
kumpulan dana (Dana Tabarru’ ) yang dikelola sesuai prinsip
Syariah untuk menghadapi risiko tertentu.
2. Fatwa Dewan Syariah Nasional No 21/ DSN-MUl/X/2001
Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah
usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara
sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset
dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang
sesuai dengan syariah.
B.Prinsip dasar asuransi syariah
Prinsip Dasar asuransi Syariah adalah mengajak
kepada setiap peserta untuk saling menjalin sesama
peserta terhadap sesuatu yang meringankan
terhadap bencana yang menimpa mereka (Sharing
of risk). Sebagaimana firman Allah SWT dalam
Surah Al-Maidah ayat 2 yang artinya:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam
mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
C. Perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional

N PRINSIP ASURANSI SYARIAH ASURANSI


o KONVENSIONAL
1 KONSEP Risk Sharing Risk Transfer
sekumpulan Orang yang Perjanjian dua pihak
saling membantu, saling atau lebih, dimana
menjamin dan bekerjasama pihak penanggung
dengan cara masing- masing mengikatkan diri
mengeluarkan dana tabarru’ kepada tertanggung.
untuk asuransi kerugian, dengan menerima
sedangkan untuk asuransi kontribusi asuransi
jiwa syariah dana tabarru dan untuk memberikan
dana tabungan penggantian kepada
tertanggung
Perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional

N PRINSI ASURANSI SYARIAH ASURANSI


o P KONVENSIONAL
2 AKAD Akad Tabarru (Hibah) dan Akad Akad jual beli (Akad
Akad Tijarah (Mudharabah, Mu’awadhah)
Wakalah bil mu'awadhah) ujroh,
Mudharabah- Musytarakah
Perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional

N Prinsip ASURANSI SYARIAH ASURANSI KONVENSIONAL


o
3 Sumber Bersumber dari Firman Bersumber dari pikiran
Allah, Al- Hadist dan ljma manusia dan
Ulamá kebudayaan. Berdasarkan
hukum positif, hukum
alami dan berbagai
contoh sebelumnya
4 Kepemi Dana dari peserta sebagian Dana premi seluruhnya
likan akan menjadi milik peserta, menjadi milik
Dana sebagian lagi untuk perusahaan sehingga
perusahaan sebagai perusahaan bebas
pemegang amanah menggunakan dan
mengelola dana tersebut. menginvestasikannya.
Perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional
N Prinsip ASURANSI SYARIAH ASURANSI
o KONVENSIONAL

5 Sumber Dari rekening tabarru' yang Dari rekening perusahaan


Pembaya merupakan dana milik peserta sebagai konsekuensi
ran penanggung terhadap
Klaim tertanggung
6 Investasi Dapat melakukan investasi Bebas melakukan investasi
sesuai ketentuan perundang- dalam batas-batas ketentuan
undangan dengan prinsip- sepanjang tidak
prinsip syariah Islam. Bebas bertentangan perundang-
dari riba dan berbagai tempat undangan dan tidak terbatas
investasi yang terlarang pada halal dan haramnya
investasi yang dugunakan
Perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional

N Prinsip ASURANSI SYARIAH ASURANSI


o KONVENSIONAL

7 Keuntu Dapat dibagi antara Menjadi milik


ngan/ perusahaan dengan peserta sepenuhnya.
Profit dalam bentuk hadiah (waad
to allocate surplus)
8 Dewan Adanya Dewan Pengawas Tidak ada Dewan
Pengaw Syariah untuk menjamin Pengawas Syariah
as jalannya bisnis sesuai
Syariah dengan syariah Islam
D. Pengertian reasuransi syariah
Berdasarkan UU No. 40 tahun 2014 pasal 1 ayat
10 Reasuransi syariah adalah usaha pengelolaan
risiko berdasarkan prinsip syariah atas risiko
yang dihadapi oleh perusahaan asuransi
syariah, perusahaan penjaminan syariah atau
perusahaan reasuransi syariah lainnya
E. Sistem operasional asuransi jiwa
syariah
Pengertian Asuransi Jiwa Syariah
Asuransi jiwa syariah adalah program yang
diselenggarakan berdasarkan persaudaraan,
solidaritas dan tolong menolong antar
peserta yang saling mengikatkan diri
dengan membayar kontribusi kepada
kumpulan dana peserta, yang menjanjikan
santunan atau bantuan kepada peserta atau
pihak lain yang berhak dalam hal peserta
meninggal dunia, musibah karena
kecelakaan atau karena sakit
Macam-macam asuransi jiwa syariah
a. Berdasarkan manfaatnya
b. Berdasarkan keterkaitan dengan investasi
a. berdasarkan Manfaat Asuransi

1. Term insurance : produk asuransi jiwa syariah yang


memberikan manfaat kematian berupa santunan asuransi
jika peserta meninggal dalam suatu jangka waktu tertentu.
Yang menerima manfaat adalah ahli waris peserta
tersebut.
2. Whole Life : Produk yang memberikan manfaat asuransi
jiwa seumur hidup dan memiliki unsur tabungan
3. Endowment : produk ini memberikan manfaat asuransi
berupa santunan asuransi yang dibayar saat peserta
meninggal atau pada tanggal yang ditentukan jika
peserta masih hidup pada tanggal tersebut serta meiliki
unsur tabungan.
lanjutan
Manfaat Asuransi Dasar
1. Asuransi Kesehatan : produk asuransi kesehatan
syariah yang memberikan manfaat penggantian biaya
rumah sakit naik rawat inap maupun rawat jalan,
berbagai jenis operasi beserta manfaat tambahan
lainnya seperti gigi, melahirkan dan kacamata.
2. Asuransi Kecelakaan Diri : produk asuransi
kecelakaan syariah yang memberikan manfaat
asuransi berupa santunan kematian dan atau catat
total/sebagian dan atau biaya penggantian rumah
sakit karena kecelakaan.
lanjutan
Manfaat Asuransi Tambahan
1. Asuransi kecelakaan diri: manfaat asuransi tambahan bila
peserta mengalami kecelakaan baik itu mengakibatkan
kematian atau kehilangan anggota tubuh
2. Asuransi Tambahan Cacat: memberikan manfaat tambahan
jika peserta mengalami cacat tetap
3. Asuransi Tambahan Penyakit kritis : memberikan manfaat
tambahan jika peserta menderita penyakit kritis yang jenisnya
telah ditentukan di dalam polis.
4. Asuransi Tambahan pembebasan pembayaran kontribusi:
memberikan manfaat tambahan jika peserta mengalami
penyakit kritis maka tidak perlu lagi membayar kontribusi,
pembayaran akan dilakukan dari Dana Tabarru'. Dan lain-lain.
Setiap Asuransi tambahan ada iuran tabarru’ yang besarnya
berbeda-beda Peserta yang mengambil asuransi tambahan akan
membayar iuran tabarru' untuk asuransi dasar dan iuran tabarru'
untuk asuransi tambahan .
b. Berdasarkan Keterkaitan dengan
Investasi
1. Asuransi tradisional: adalah jenis asuransi yang tidak
memiliki nilai tunai atau asuransi murni. Pembayaran
kontribusi yang dilakukan oleh peserta terdiri dari komponen
iuran tabarru' yang merupakan hibah untuk pembayaran
manfaat asuransi dan ujrah bagi pengelola.
2. Unit link: adalah perlindungan asuransi syariah melalui usaha
saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah
orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset. Unit
link yang merupakan gabungan asuransi sekaligus investasi
ini memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko
tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
AKAD DALAM PRODUK ASURANSI
SYARIAH
Akad Tabarru’ (hibah), antara peserta dengan
peserta lainnya
• Akad Tabarru’

Akad Tijarah, yang mengandung unsur komersil


antara perusahaan dengan peserta
• Wakalah bil Ujrah
• Mudharabah
• Mudharabah Musytarakah
1. Akad Antara Sesama Peserta
Saling
menghibahkan Risk-Sharing Based
(Ta’awuni)
Dimana antara sesama
peserta bertabarru’
(hibah) untuk saling
memikul resiko bila salah
satu atau lebih tertimpa
musibah.
Catatan : Bahwa peserta
bertabarru’ kepada
sesama peserta, dan
bukan bertabarru’
kepada perusahaan
asuransi syariah.
2. Akad Antara Peserta Dengan Perusahaan Asuransi Syariah
Dalam Pengelolaan Resiko

Akad Tijari : Wakalah


bil ujrah

Akad antara (kumpulan) peserta dengan Takaful untuk mengelola kumpulan


dana tabarru' tersebut adalah dengan akad tijari. Dan oleh karenanya Takaful
diperkenankan mengambil ujrah atas pengelolaan tersebut.
Dalam hubungan seperti ini akad yang digunakan adalah : wakalah bil ujrah.
Dalam akad ini Takaful bertindak hanya sebagai operator/ wakil untuk
mengelola resiko nasabah. Dan oleh karenanya Takaful tidak berhak
sedikitpun mengambil dana tabarru' tersebut, selain ujrah yang disepakati
bersama antara nasabah dengan Takaful
Wakalah bil Ujrah

(Fee: 35 % Premi)
Kumpulan Perusahaan AS
Dana Peserta
OBYEK

1. Kegiatan Administrasi
2. Pengelolaan Dana
3. Pembayaran Santunan/Klaim
4. Underwriting
5. Pemasaran, Dan
6. Pengelolaan Portofolio Risiko
3. Akad Dalam Menginvestasikan Dana Peserta

Investasi dengan skim


: Mudharabah/Wakalah
bil ujrah/mudharabah
musytarakah dsb

Hasil
Investasi

Dana peserta diinvestasikan oleh Takaful


dalam investasi yang sesuai dengan
syariah dengan skim mudharabah/
mudharabah musytarakah/ Wakalah bil
Ujrah.
Hasil dari investasi tersebut dibagi
berdasarkan akad yang digunakan
STRUKTUR KONTRIBUSI
Produk Tanpa Unsur Tabungan:
• Ujrah
• Tabarru’

Produk dengan Unsur Tabungan


• Ujrah
• Tabarru’
• Investasi
PENGELOLAAN KONTRIBUSI
• Dana Tabarru'/Dana Peserta
• Dana Perusahaan
• Dana Investasi Peserta
Penggunaan Dana Tabarru'
Perusahaan wajib menggunakan Dana Tabarru'
hanya untuk :
• Pembayaran santunan kepada Peserta yang
mengalami musibah atau pihak lain yang
berhak
• Pembayaran reasuransi
• Pembayaran kembali Qardh ke Perusahaan
dan/atau
• Pengembalian Dana Tabarru'
Pengembalian Dana Tabarru'
Pengembalian Dana Tabarru' dapat dilakukan
sebagai berikut akibat dari :
• Pembatalan Polis dalam tenggang yang
diperkenankan
• Penghentian Polis oleh Peserta sebelum masa
asuransi berakhir
• Penghentian Polis oleh Perusahaan sebelum
masa asuransi berakhir, dan atau
• Pembayaran Kontribusi Dana Tabarru' yang lebih
besar dari seharusnya.
Surplus & Defisit Underwriting Dana Tabarru'

Setiap akhir periode Dana Tabarru akan dihitung


untuk mengetahui apakah terdapat surplus,
impas atau defisit.
Surplus & Defisit Underwriting Dana Tabarru’

1. Surplus
a. seluruhnya ditambahkan kedalam Dana Tabarru’
b. sebagian ditambahkan kedalah Dana Tabarru' dan
sebagian dibagikan kepada Peserta
c. sebagian ditambahkan kedalam Dana Tabarru',
sebagian dibagikan kepada Peserta, dan sebagian
dibagikan kepada Perusahaan
2. Defisit
Perusahaan asuransi wajib menanggulangi defisit
dalam bentuk pinjaman Qardh
Surplus & Defisit Underwriting Dana Tabarru’

Peserta yang menerima Surplus Underwriting


harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Telah membayar Kontribusi
2. Tidak sedang dalam proses penyelesaian
klaim
3. Tidak pernah menerima pembayaran klaim
yang melebihi jumlah Kontitusi yang
dialokasikan ke Dana Tabarru', dan
4. Tidak menghentikan polis
Surplus & Defisit Underwriting Dana Tabarru'

Dalam hal Pembagian Surplus Underwriting kepada


Peserta secara ekonomis membutuhkan biaya yang
lebih besar dari pada bagian yang akan dibagikan,
Perusahaan wajib membagikan Surplus
Underwriting dengan pilihan sebagai berikut:
1. Menambahkannya kedalam Dana Tabarru’
2. Memperhitungkannya untuk mengurangi
kontribusi Peserta periode berikutnya atau
3. Memanfaatkannya untuk dana sosial
Ketentuan Qardh
1. Dalam hal dana Tabarru’ tidak cukup untuk
membayar santunan/klaim kepada Peserta
maka Perusahaan wajb menyetorkan Qardh
ke dalam Dana Tabarru’ secara tunai.
2. Pengembalian Qardh kepada Perusahaan
dilakukan dari Surplus Underwriting dan/atau
dari Dana Tabarru.
AKAD JAYA PROTEKSI TAKAFUL
Pendapatan Perusahaan
ASURANSI SYARIAH (Dana Pemegang Saham)
Beban Operasional
Ujrah + Bagi Hasil + S/U Profit
Mudharabah
(PS: 35 % : 65 %)
Wakalah bil Ujrah INVEST HSL Hibah dari Nasabah
(Fee: 35 % Premi) ASI INVS

N 20 %
UJRAH Total Perusahaaan
P A Total Dana
Beban
Dana Asura
R S Tabarr
Tabarr nsi : 50 %
E A u’
u’ +
Reas, S/U
Hasil Cad Klaim
M B TABAR Nasab Klaim,
RU’ Invest
I A ah Pajak,
asi 30 %
H Nasabah
SISTEM
OPERASIONAL REASURANSI
SYARIAH
Metode Dasar Reasuransi Syariah
Treaty
Fakultatif
• Reasuransi secara
kumpulan
• Reasuransi secara (portofolio Basis)
individu / risiko per • Asuradur dan
risiko (Per Risk reasuradur
Basis) membuat dan
• Asuradur bebas terikat pada kontrak
menawarkan atau reasuransi otomatis
tidak menawarkan • Asuradur WAJIB
risiko mereasuransikan
• Reasuradur bebas setiap risiko yang
untuk menerima memenuhi
atau menolak ketentuan yang
penawaran telah disepakati dan
reasuradur WAJIB
menerima
KEBIJAKAN REASURANSI
KONVENSIONAL SYARIAH

Konsep Transfer kewenangan Dana


Penyebaran Risiko
Tabarru’

Tarif Premi Reas Tidak ada Premi R/A, yang ada


X% dari premi bruto Tabarru’ yang disesikan ke R/A

Jenis Reas Treaty Treaty


Facultatif Facultatif

Tidak ada komisi R/A, Namun


Komisi Reas Dari Premi Reas Ujrah Reasuransi diberikan
kepada R/A
Reasuransi Syariah vs Konvensional
REASURANSI PROPORSIONAL SYARIAH REASURANSI PROPORSIONAL KONVENSIONAL

KONTRIBUSI 100% IDR 1,000,000 PREMI 100% IDR 1,000,000

UJRAH 40.00% IDR 4,00,000.00

IURAN TABARRU 60.00% IDR 6,00,000.00

DANA TABARRU 100.00% 6,00,000.00 PREMI REASURANSI 65% IDR 650,000

Tabarru Retensi 35% IDR 210,000.00

Tabarru Reasuransi Syariah 65% IDR 390,000.00

Ujrah Reasuransi Syariah 15% IDR 390,000.00 Komisi Reasuransi 30% of IDR 650,000%
IDR 58,500 IDR 195,000

Sesi Reasuransi Syariah Sesi Reasuransi Konvensional

Tabarru Reasuransi Syariah 39% IDR 390,000.00 Premi Reasuransi 65% IDR 650,000

Ujrah Reasuransi Syariah 5.85% IDR 58,500 (+) Komisi Reasuransi 19.50% IDR 195,000 (-)

Total 44.85% IDR 448,500.00 Total 45.50% IDR 455,000

Dengan asumsi proposi Reasuransi sebesar 65%, Total sesi Reasuransi Syariah “relatif” lebih rendah daripada sesi Reasuransi Konvensional.
Hasil yang berbeda bisa terjadi dengan perubahan retensi asuransi da ujrah reasuransi.
II. Produk dan Jasa Asuransi Syariah
dan Reasuransi Syariah
DANA PENSIUN SYARIAH

39
1. Pengertian
Dana Pensiun adalah badan hukum yang
mengelola dan menjalankan program yang
menjanjikan manfaat pensiun sebagaimana
dimaksud dalam UndangUndang Nomor 11
Tahun 1992 tentang Dana Pensiun
Dana Pensiun Syariah adalah Dana Pensiun
yang seluruh kegiatannya diselenggarakan
berdasarkan Prinsip Syariah

40
2. Landasan hukum dana pensiun syariah

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor


33/POJK.05/2016 Tentang Penyelenggaraan
Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah
dan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor
88/Dsn-Mui/Xi/2013 Tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan
Prinsip Syariah
3. Dana Pensiun Pemberi Kerja

Jenis Dana Program Sumbar Iuran


Pensiun Pensiun Pensiun
Iuran dari
Pemberi kerja
Dan peserta

PPMP
Iuran hanya
dari
pemberi kerja
Dana pensiun
Dana pemberi
Pensiun kerja Iuran dari
Pemberi kerja
Dsn pekerja
PPIP
Iuran hanya
dari
pemberi kerja
4. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)

Jenis Dana Program Sumbar Iuran


Pensiun Pensiun Pensiun

Iuran Hanya
1 Dari
Peserta

Dana Dana Pensiun Program Iuran Hanya


Dari pemberi
Lembaga Pensiun iuran 2
Pensiun Keuangan Pasti (PPIP)
Kerja An.Peserta

Iuran dari
3 Pemberi kerja
Dan Peserta
43
5. Proses bisnis dana pensiun syariah
• Iuran Pemberi kerja
• Iuaran Peserta

(Akad Hibah bi Syarth dan Hibah Muqayyadah)

(Biayaoperasional dana
pensiun (wakalah bil ujrah) Instrumen Investasi Syariah

Hasil Investasi/Bagi Hasil

Manfaat
6. Perbedaan dana pension Syariah vs konvensional

NO KEGIATAN KONVENSIOAL SYARIAH

1 PENERIMAAN IURAN Iuran sebagai kewajiban/ DIBERLAKUKAN SEBAGAI


komitmen pemberi kerja HIBAH, Akad Hibah bi
kepada pekerja melalui Syarth dan Akad Hibah
pendanaan dana pensiun Muqayyadah, digunakan
dan tidak dapat di tarik antara pemberi kerja dan
kembali iurannnya. peserta dalam hal
pembayaran iuran.

2 INVESTASI Instrumen investasi Instrumen investasi


bebas/ tidak di bedakan syariah saja dan di pasar
syariah atau tidak baik uang dan pasar modal
pasar uang dan pasar syariah
modal
Perbedaan dana pension Syariah vs konvensional

NO KEGIATAN KONVENSIOAL SYARIAH

3 HASIL INVESTASI/ PENGEMBANGAN Dengan mengunakan Bagi hasil/ profit


DANA imbal hasil berupa syaring/ mudharabah
bunga/ hasil
pengembangan

4 MANFAAT PENSIUN Tergantung hasil Manfaat pensiun


investasi/ nom syariah, sesuai hasil investasi
besar manfaat sesuai syariah
hasil investasi non
stariah
BPJS SYARIAH

47
Landasan Hukum
UU No. 24 Tahun 2011
Pasal 14
“Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, wajib menjadi
Peserta Program Jaminan Sosial “

2013 2014 - 2019

CAKUPAN
SEMESTA 2019

Badan Hukum PRIVATE


Badan Hukum PUBLIK
Di bawah Menteri BUMN
Langsung Bertanggung Jawab Kepada PRESIDEN
Semula Hanya Untuk
Untuk Mengelola Jaminan Kesehatan
Jaminan Kesehatan PNS
SELURUH RAKYAT INDONESIA
dan Pensiunan TNI/POLRI
+ Prts Kem + Vet
Pentahapan Kepesertaan
Jaminan Kesehatan
PerPres RI Nomor : 111 Tahun
2013 pasal 6 :
Kepesertaan Jaminan Kesehatan
bersifat WAJIB dan mencakup
SELURUH penduduk Indonesia
2019 1 Januari 2019
2016 Universal Coverage

Paling lambat 1 Januari 2016


Usaha mikro
2015 Paling lambat 1 Januari 2015
1. BUMN
2. Usaha besar
3. Usaha menengah
2014 4. Usaha kecil
Mulai 1 Januari 2014
1. PBI
2. TNI/POLRI
3. Eks Askes
4. Eks Jamsostek
5. Lain-lain
50
PESERTA BPJS
KESEHATAN

PBI NON PBI

APBN APBD

JAMKESMAS PJKMU
(EXISTING) /JAMKESDA

PEKERJA PENERIMA UPAH PEKERJA BUKAN BUKAN PEKERJA


PENERIMA UPAH

PEGAWAI
PEMERINTAH
PEGAWAI
NON INDIVIDU PENERIMA VETERAN,
PK
1. INVESTOR
2. PEMBERI
PEMERINTAH PENSIUN KERJA
3. PENERIMA
PENSIUN
1.PNS PUSAT 1. PENGACARA 1.PP PNS 1.VET TUVET
1. PEG. BUMN 2. AKUNTAN
2.PNS DAERAH 2.PP TNI 2.VET NTUVET
3.PNS 2. PEG. BUMD 3. ARSITEK 3.PP POLRI 3.PERINTIS
DIPERBANTUKAN 3. PEG. SWASTA 4. DOKTER,
4.PP PEJABAT KEMERDEKA
4.TNI 5. KONSULTAN
5.POLRI 6. NOTARIS NEGARA AN
6.PJBT NEGARA 7. PENILAI,
7.PEGAWAI 8. AKTUARIS
PEMERINTAH NON 9. PEMAIN MUSIK, PEMBAWA
PNS
51
ACARA
IURAN
DIBAYAR OLEH PERSENTASE
PEMBERI KERJA & APBN/APBD
PEKERJA 3% Pemberi Kerja
Pekerja 2% Pekerja
Penerima Upah NON APBN/APBD/BU
(PPU) 4% Pemberi Kerja
0,5% Pekerja

NOMINAL
DIBAYAR OLEH
YANG Kelas 1 : 80.000
BERSANGKUTAN Kelas 2 : 51.000
Pekerja Bukan Kelas 3 : 25.500
Penerima Upah
(PBPU)
Bukan Pekerja (BP)

* Per 1 Juli 2015, iuran berubah menjadi 5%, dimana 4% ditanggung Pemberi Kerja 1% ditanggung
Pekerja
PENAHAPAN KEPESERTAAN
PASAL 6 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109
TAHUN 2013
PENAHAPAN KEPESERTAAN JAMINAN SOSIAL
• Jaminan Kecelakaan Kerja
• Jaminan Kematian
Usaha Besar • Jaminan Hari Tua
• Jaminan Pensiun
• Jaminan Kecelakaan Kerja
• Jaminan Kematian
Usaha Menengah • Jaminan Hari Tua
• Jaminan Pensiun

• Jaminan Kecelakaan Kerja


Usaha Kecil • Jaminan Kematian
• Jaminan Hari Tua

• Jaminan Kecelakaan Kerja


Usaha Mikro • Jaminan Kematian
Iuran Program BPJS Ketenagakerjaan

Pemberi Kerja: 3,7%


Tenaga Kerja : 2%
JAMINAN
HARI TUA
(JHT)

+
Beasiswa
JAMINAN JAMINAN
KEMATIAN
(JK)
BPJS-TK PENSIUN
(JP)
Perumahan

Rusunawa
Pemberi Kerja : 0,3% Pemberi Kerja : 2%
Tenaga Kerja : 1% Program Khusus
Jasa Konstruksi (JKK, JK)
JAMINAN TARIF NILAI PROYEK
KECELAKAAN
0.24% Rp - s.d. Rp 100 juta
KERJA
0.19% Rp 100 juta s.d. Rp 500 juta
(JKK) 0.15% Rp 500 juta s.d. Rp 1 milyar
0.12% Rp 1 milyar s.d. Rp 5 milyar

Pemberi Kerja: 0,24% 0,54% 0,89% 1,27 % 1,74% 0.10% > Rp 5 milyar
Pedoman Penyelenggaraan BPJS Syariah
menurut Fatwa DSN-MUI No. 98 tahun 2015
A. Ketentuan akad dan personalia hukum
B. Ketentuan dana jaminan sosial bernilai
negatif
C. Ketentuan terkait kesulitan likuiditas aset
dana jaminan sosial
D. Ketentuan terkait penempatan dan
pengembangan DJS
E. Ketentuan terkait Sanksi
55
A. Ketentuan akad dan personalia hukum
1. Akad antara peserta-individu dengan peserta-kolektif yang diwakili
oleh BPJS kesehatan adalah akad hibah dalam rangka saling
menolong sesama peserta
2. Akad antara pemerintah dengan peserta-individu sebagai
Penerima Bantuan Iuaran (PBI) adalah akad hibah, yang
diserahterimakan kepada BPJS keesehatan sebagai wakil dari
peserta-kolektif
3. Akad antara peserta-kolektif dengan BPJS Kesehatan adalah akad
wakalah atau akad wakalah bil ujrah
4. Akad atau wakalah bil ujrah sebagaimana dimaksud pada angka 3
dapat mencakup pemberian kuasa untuk: (a) kegiatan administrasi
(b) Pengelolaan portofolio risiko; (c) investasi/pengembangan DJS;
(d) pembayaran klaim (dari BPJS ke Faskes); (e) pemasaran
(promosi)/sosialisasi
5. Akad antara BPJS kesehatan dengan pihak lain dalam rangka
pengembangan DJS kesehatan adalah akad mu’awadhah, baik
dalam bentuk jual belia, ijarah, maupun akad yang berbasis bagi
hasil 56
1. Akad antara pemerintah dengan BPJS kesehatan sebagai
wakil peserta kolektif adalah akad hibah untuk
menanggulangi DJS kesehatan yang bernilai negatif
2. Akad antara BPJS Kesehatan dengan peserta-kolektif adalah
akad kafalah atau akad qardh untuk menanggulangi DJS
kesehatan yang bernilai negatif
3. Akad antara BPJS kesehatan dengan peserta-kolektif adalah
akad kafalah atau akad qardh untuk menanggulangi kesulitan
likuiditas asset DJS kesehatan
4. Akad antara pemerintah dengan BPJS kesehatan sebagai
wakil peserta kolektif adalah akad kafalah atau qardh dalam
hal BPJS kesehatan tidak dapat memberikan talangan, atau
dapat memberikan talangan namun tidak mencukupi untuk
menanggulangi kesulitan likuiditas aset DJS kesehatan
5. Akad antara BPJS Kesesehatan dengan Faskes adalah akad
Ijarah
57
B. Ketentuan dana jaminan sosial bernilai negatif

1. Pemerintah wajib menghibahkan dana untuk


menutupi negatif DJS
2. Dalam hal pemerintah belum memiliki alokasi
anggaran untuk menanggulangi DJS bernilai
negatif, pemerintah dapat menalanginya dengan
akad qardh
3. Dalam pemerintah belum menghibahkan dana
untuk mencukupi DJS yang bernilai negatif, maka
BPJS Kesehatan wajib memberikan dana talangan
kepad DJS dengan menggunakan akad qardh
atau kafalah

58
C. Ketentuan terkait kesulitan likuiditas aset
dana jaminan sosial
1. BPJS Kesehatan dapat memberika talangan
berdasarkan akad kafalah atau qardh kepada
aset DJS untuk menanggulangi kesulitan
likuiditas
2. Dalam hal BPJS kesehatan tidak dapat
memberikan talangan, atau dapat memberikan
talangan namun tidak mencukupi untuk
menanggulangi kesulitan likuiditas aset DJS
kesehatan, pemerintah dapat memberikan
talangan berdasarkan akad kafalah atau qardh

59
D. Ketentuan terkait penempatan dan
pengembangan DJS
1. BPJS kesehatan wajib memiliki rekening penampungan
DJS pada bank syariah
2. BPJS kesehatan sebagai wakil peserta-kolektif wajib
melakukan pengelolaan portofolio DJS sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah
3. BPJS kesehatan sebagai wakil peserta kolektif tidak
boleh mengembangkan DJS pada kegiatan usah
dan/atau transaksi keuangan yang bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah
4. BPJS kesehatan sebagai wakil peserta kolektif dalam
upaya mengembangkan DJS harus menggunakan
akad-akad yang sesuai prinsip-prinsip syariah

60
E. Ketentuan terkait Sanksi
1. BPJS kesehatan boleh mengenakan sanksi (ta’zir) kepada
pemberi kerja atau peserta individu dengan ketentuan: (a)
apabila pemberi kerka atau peserta-individu terlambat
membayar iuaran karena lalai, maka boleh dikenakan sanksi;
(b) apabila pemberi kerja atau peserta-individu terlambat
membayar iuaran karena sebab yang benar menurut syariah
dan hukum (misal karena kendala teknis operasional,
kesulitan keuangan yang sangat atau karena ketidaktahuan),
maka BPJS kesehatan tidak boleh mengenakan sanksi; (c)
tingkatan berat atau ringannya sanksi dapat diberlakukan
sepadan dengan jenis dan tingkatan pelanggarannya; (d)
dana sanksi wajib diakumulasikan ke dalam dana janiman
sosial
2. BPJS Kesehatan boleh dikenakan sanksi karena terlambat
dalam pembayaran imbalan kepada Faskes sesuai nilai
syariah serta peraturan perundang-undangan yang berlaku
3. Dana sanksi wajib dipergunakan untuk dana sosial
61
Problem Syariah di BPJS
1. Denda keterlambatan
Berdasarkan fatwa DSN-MUI No. 17 tahun 2000 bahwa denda keterlambatan
hanya dapat dipungut dari peserta yang mampu untuk membayar, tapi lalai
dalam melakukan pembayaran
2. Rekening Penampungan Iuran
3. Dana Kapitasi
a. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 6 Perpres 32 Tahun 2014, dana
kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka
kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa
memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang
diberikan.
b. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 21 tahun 2016 Dana
Kapitasi adalah besaran pembayaran perbulan yang dibayar dimuka
kepada FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) berdasarkan jumlah
peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah
pelayanan kesehatan yang diberikan.Hal ini mengandung unsur gharar
yang dilarang secara prinsip syariah
4. BPJS Hangus
karyawan perusahaan yang menjadi peserta BPJS yang terlambat membayar
iuran lebih dari tiga bulan akan diputus. Padahal, gaji karyawan sudah dipotong
62
perusahaan, hanya saja tidak dibayarkan, dan akhirnya hangus
KLAIM ASURANSI/REASURANSI
SYARIAH DAN POTENSI
SENGKETANYA

63
KEBIJAKAN KLAIM
KONVENSIONAL SYARIAH

Penelitian Pendahuluan Penelitian


Penelitian dan analisa
Pendahuluan
Penelitian Validitas Klaim Penelitian Validitas Polis

Penelitian Validitas Polis Penelitian Validitas Klaim

Validitas Klaim sesuai


Penyelesaian Klaim Klaim diselesaikan Klaim diselesaikan
Klaim ditolak Klaim ditolak

Laporan Klaim Laporan Klaim


Laporan Klaim Sementara Sementara
Laporan Klami Pasti Laporan Klami Pasti
PENANGANAN KLAIM
• Penanganan yang efisien dan perlakuan yang fair akan
menjaga espektasi peserta dan mereka akan
merekomendasikan pengelola kepada orang lain, serta
menghindari reputasi buruk bagi pengelola dan juga asuransi
syariah secara umum.
• Ketika klaim terjadi, peserta memberitahu Pengelola,
melengkapi formulir klaim, memberikan bukti kerugian dan
menerima pembayaran.
• Pada beberapa klaim yang tidak sederhana, perlu keterlibatan
para ahli, penilai kerugian dan /atau penliai prosedur khusus
melalui investigasi.
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Apabila timbul perselisihan antara pengelola dan peserta sebagai


akibat dari penafsiran atas tanggung jawab dan/atau besarnya ganti
rugi dari polis, maka perselisihan tersebut akan diselesaikan melalui
perdamaian atau musyawarah dalam waktu paling lama 60 (enam
puluh) hari kalender sejak timbulnya perselisihan yang dihitung
sejak peserta menyatakan secara tertulis ketidaksepakatan atas hal
yang diperselisihkan.
2. Apabila penyelesaian perselisihan melalui perdamaian atau
musyawarah sebagaimana diatur pada butir 1 diatas tidak dapat
dicapai, peserta dapat meminta Badan Mediasi Asuransi Indonesia
(BMAI) untuk bertindak sebagai mediator dalam upaya mencapai
penyelesaian perselisihan tersebut sesuai dengan syarat dan
ketentuan yang berlaku di BMAI.
PENYELESAIAN PERSELISIHAN (Cont’d)

1. Apabila penyelesaian perselisihan melalui perdamaian atau musyawarah


sebagaimana diatur pada butir 1 diatas tidak dapat dicapai, dan peserta
menempuh mediasi melalui BMAI tetapi keputusan ajudikasi BMAI tidak dapat
diterima oleh peserta, maka pengelola memberikan kebebasan kepada peserta
untuk memilih salah satu pilihan penyelesaian sengketa sebagaimana diatur di
bawah ini:
3.1 Arbitrase
Dengan ini dinyatakan dan disepakati bahwa peserta dan pengelola akan melakukan
penyelesaian sengketa melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS)
sebagai berikut :
3.1.1 Badan arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) terdiri dari 3 orang Arbiter.
Peserta dan pengelola masing-masing menunjuk seorang arbiter dalam
waktu 30 (tiga puluh hari) hari kalender setelah diterimanya
pemberitahuan, yang kemudian kedua arbiter tersebut memilih dan
menunjuk arbiter ketiga dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender
setelah arbiter yang kedua ditunjuk. Arbiter ketiga menjadi ketua Badan
Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS).
PENYELESAIAN PERSELISIHAN (Cont’d)
3.1.2 Dalam hal terjadi ketidaksepakatan dalam penunjukkan arbiter ketiga, peserta
dan/atau pengelola dapat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan
Agama yang daerah hukum termohon bertempat tinggal untuk menunjukkan
ketua arbiter.
3.1.3 Pemeriksaan atas sengketa harus diselesaikan dalam waktu paling lama 180
(seratus delapan puluh) hari kalender sejak dan Badan Arbitrase Nasional
(BASYARNAS) terbentuk. Dengan persetujuan para pihak dan apabila dianggap
perlu oleh Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS), jangka waktu
pemeriksaan sengketa dapat diperpanjang.
3.1.4 Putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan
mengikat peserta dan pengelola. Dalam hal peserta dan/atau pengelola tidak
melaksanakan putusan arbitrase secara sukarela, putusan dilaksanakan
berdasarkan perintah ketua Pengadilan Negeri yang berwenang atas
permohonan salah satu pihak yang bersengketa.
3.1.5 Untuk hal-hal yang belum diatur dalam pasal ini berlaku ketentuan yang diatur
dalam Undang-undang tentang arbitrase, yang untuk saat ini adalah Undang-
undang Republik Indonesia nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase Dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa.
PENYELESAIAN PERSELISIHAN (Cont’d)
3.2 Pengadilan
Dengan ini dinyatakan dan disepakati bahwa peserta dan pengelola akan melakukan
penyelesaian sengketa melalui:
3.2.1 Pengadilan Agama di wilayah Republik Indonesia; atau
3.2.2 Pengadilan Negeri yang memiliki yurisdiksi atas domisili pemegang polis
(peserta) di wilayah Republik Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan
nilai-nilai dan kaidah syariah.

4. Dalam hal keputusan ajudikasi BMAI tidak disepakati oleh peserta, namun peserta
tidak melakukan upaya penyelesaian melalui arbitrase atau pengadilan dalam
waktu 180 (seratus delapan puluh) hari kalender sejak tanggal dikeluarkannya
keputusan ajudikasi secara tertulis oleh BMAI tersebut, maka hak peserta atas ganti
rugi berdasarkan polis ini ini hilang dengan sendirinya.
Dan

70

Anda mungkin juga menyukai