Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Lembaga Keuangan Syariah sebagai bagian dari Sistem Ekonomi Syariah, dalam
menjalankan bisnis dan usahanya juga tidak terlepas dari saringan Syariah. Oleh karena itu,
Lembaga Keuangan Syariah tidak akan mungkin membiayai usaha-usaha yang di dalamnya
terkandung hal-hal yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi masyarakat
luas, berkaitan dengan perbuatan mesum/ asusila, perjudian, peredaran narkoba, senjata illegal,
serta proyek-proyek yang dapat merugikan syiar Islam. Untuk itu dalam struktur organisasi
Lembaga Keuangan Syariah harus terdapat Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi
produk dan operasional lembaga tersebut.

1. Dalam operasionalnya, berada dalam koridor-koridor prinsip-prinsip: Keadilan, yakni


berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai kontribusi dan resiko masing-masing
pihak;
2. Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan pengguna dana, serta
lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang saling bersinergi untuk
memperoleh keuntungan;
3. Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan laporan keuangan secara terbuka
dan berkesinambungan agar nasabah investor dapat mengetahui kondisi dananya;
4. Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan golongan dalam
masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Lembaga Keuangan Syariah, dalam setiap transaksi tidak mengenal bunga, baik dalam
menghimpun tabungan investasi masyarakat ataupun dalam pembiayaan bagi dunia usaha yang
membutuhkannya. Penghapusan bunga akan menghilangkan sumber ketidakadilan antara
penyedia dana dan pengusaha. Keuntungan total pada modal akan dibagi di antara kedua pihak
menurut keadilan. Pihak penyedia dana tidak akan dijamin dengan laju keuntungan di depan
meskipun bisnis itu ternyata tidak menguntungkan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Asuransi Syariah

1.1 Pengertian

Kata asuransi berasal dari bahasa inggris, “insurance”. Dalam bahasa arab istilah asuransi
biasa diungkapkan dengan kata at-tamin yang secara bahasa berarti tuma’ ninatun nafsi wa
zawalul khauf, tenangnya jiwa dan hilangnya rasa takut.
Asuransi menurut UU RI No.2 th. 1992 tentang usaha perasuransian, yang dimaksud
dengan asuransi yaitu perjanjian antara dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri dengan pihak tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tak pasti atau untuk memberikan
suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seeseorang yang
dipertanggungkan.
Sedangkan pengertian asuransi syariah menurut fatwa DSN-MUI adalah usaha saling
melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam
bentuk asset dan atau tabarru memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu
melalui akad yang sesuai dengan syariah.

1.2 Pendapat Ulama Tentang Asuransi

Pada ulasan asuransi, pada awalnya para ulama berbeda pendapat dalam menentukan
keabsahan praktek hukum asuransi, disanalah menjadi controversial, dan terhadap masalah ini
dapat dipilah menjadi dua kelompok, adanya ulama yang mengharamkan asuransi, dan ada juga
yang memperbolehkan asuransi.berikut alasan / argumentasinya :
Alasan ulama yang mengharamkan praktek asuransi, adalah :
 Asuransi mengandung unsur perjudian yang sangat dilarang di islam
 Asuransi mengandung unsur ketidakpastian
 Asuransi mengandung unsur riba yang dilarang dalam islam

2
 Asuransi termasuk jual-beli atau tukar-menukar mata uang tidak secara tunai
 Asuaransi obyek bisnisnya digantungkan pada hidup matinya seseorang, yang berarti
mendahului takdir Allah SWT
 Asuransi mengandung unsur eksploitasi yang bersifat menekan
Argumentasi ulama dalam memperbolehkan asuransi, adalah :
 Tidak terdapat nash Al-Qur’an atau Hadist yang melarang asuransi
 Dalam asuransi terdapat kesepakatan dan kerelaan antara kedua belah pihak
 Asuransi menguntungkan kedua belah pihak
 Asuransi mengandung unsur kepentingan umum, sebab premi-premi yang dapat
diinvestasikan dalam kegiatan pembangunan
 Asuransi termasuk akad mudharobah antara pemegang polis dengan perusahaan
asuransi
 Asuransi termasuk syirikah at-ta’awuniyah, usaha bersama yang didasarkan pada
prinsip tolong-menolong

1.3 Akad Pada Asuransi Syariah

Akad pada operasional asuransi syariah dapat didasarkan pada akad tabarru’, yaitu akad yang
didasarkan atas pemberian dan pertolongan dari satu pihak kepada pihak yang lain. Dengan akad
tabbaru’ berarti peserta asuransi telah melakukan persetujuan dan perjanjian dengan perusahaan
asuransi untuk menyerahkan pembayaran sejumlah dana (premi) ke perusahaan agar dikelolah
dan dimanfaatkan untuk membantu peserta lain yang kebetulan mengalami kerugian. Akad
tabarru’ ini mempunyai tujuan utama yaitu terwujudnya kondisi saling tolong-menolong antara
peserta asuransi untuk saling menanggung (tafakul) bersama
Akad lain yang dapat diterapkan dalam bisnis asuransi adalah akad mudharabah , yaitu satu
bentuk akad yang didasarkan pada prinsip profit dan loss sharing atas untung dan rugi, dimana
dana yang terkumpul dalam total rekening tabungan dapat di investasikan oleh perusahaan
asuransi yang risiko investasi ditanggung bersama antara perusahaan dan nasabah.

3
1.4 Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional

No. Materi Asuransi Syariah Asuransi Konvensional


Pembeda

1 Akad Tolong-menolong dan Jual-beli (tabaduli)


investasi

2 Kepemilikan Dana yang terkumpul dari Dana yang terkumpul dari


dana nasabah (premi) nasabah (premi) menjadi milik
merupakan milik peserta, perusahaan. Perusahaan bebas
perusahaan hanya sebagai untuk menentukan investasinya
pemegang amanah untuk
mengolahnya

3 Investasi dana Investasi dana berdasar Investasi dana berdasarkan


syariah dengan sistem bagi bunga (riba)
hasil (mudharabah)

4 Pembayaran Dari rekening tabarru’ Dari rekening dana perusahaan


klaim (dana sosial) seluruh
peserta

5 Keuntungan Dibagi antara perusahaan Seluruhnya menjadi milik


dengan peserta, sesuai perusahaan
prinsip bagi hasil

6 Dewan Ada dewan pengawas Tidak ada


pengawas syariah mengawasi
syariah manajemen, produk, dan
investasi

4
2. Baitul Maal Wattamwil (BMT)

2.1 Pengertian

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) atau Balai Usaha Mandiri Terpadu, adalah lembaga
keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan derajat
dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan
modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada system ekonomi
yang salaam.
Asas dan Prinsip Dasar

2.2 Prinsip Dasar BMT, Adalah:

1. Ahsan (mutu hasil terbaik), thayyiban (terindah), ahsanu ’amala(memuaskan semua pihak),
dan sesuai dengan nilai-nilai salaam: keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan.
2. Barokah, artinya berdaya guna, berhasil guna, adanya penguatan jaringan,
transparan(keterbukaan), dan bertangggung jawab sepenuhnya kepada masyarakat.
3. Spiritual communication (penguatan nilai ruhiyah)
4. Demokratis, partisipatif, dan inklusif.
5. Keadilan social dan kesetaraan jender, non-diskriminatif
6. Ramah lingkungan
7. Peka dan bijak terhadap pengetahuan dan budaya local, serta keanekaragaman budaya.
8. Keberlanjutan, memberdayakan masyarat dengan meningkatkan kemampuan diri dan
lembaga masyarakat lokal.

5
2.3 Sifat, Peran, dan Fungsi

BMT bersifat terbuka, independen, tidak partisan, berorientasi pada pengembangan tabungan
dan pembiayaan untuk mendukung bisnis ekonomi yang produktif bagi anggota dan
kesejahteraan social masyarakat sekitar, terutama usaha mikro dan fakir miskin.

Peran BMT di masyarakat sebagai berikut :

1. Motor penggerak ekonomi dan social masyarakat banyak


2. Ujung tombak pelaksanaan system ekonomi syariah
3. Penghubung antara kaum aghnia (kaya) dan kaum dhu’afa (miskin)
4. Sarana pendidikan informal untuk mewujudkan prinsip hidup yang barakah, ahsanu ‘amaia
dan salaam melalui spiritual communication dengan dzikir qalbiyah ilahiah.

Fungsi BMT di masayarakat

1. Meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus, dan pengelola menjadi lebih professional,
salaam, dan amanah sehingga semakin utuh dan tangguh dalam berjuang dan berusaha
menghadapi tantangan global.
2. Mengorganisir dan memobilisasi dana sehingga dana yang dimiliki oleh masyarakat dapat
termanfaatkan secara optimal di dalam dan luar organisasi untuk kepentingan rakyat banyak.
3. Mengembangkan kesempatan kerja.
4. Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar produk-produk anggota
5. Memperkuat dan meningkatkan kualitas lembaga-lembaga ekonomi dan sosial rakyat
banyak.

6
2.4 Pendirian BMT

BMT dapat didirikan oleh :

1. Sekurang-kurangnya 20 orang.
2. Satu pendiri dengan lainnya sebaiknya tidak memiliki hubungan keluarga vertical dan
horizontal satu kali.
3. Sekurang-kurangnya 70% anggota pendiri bertempat tinggal di sekitar daerah kerja BMT.
4. Pendiri dapat bertambah dalam tahun-tahun kemudian jika disepakati oleh rapat para pendiri.

2.5 Permodalan BMT

Modal BMT terdiri dari :

1. Simpanan pokok.
2. Simpanan Pokok Khusus.

2.6 Mekanisme kerja BMT

Cara kerja BMT adalah sebagai berikut :

1. Pendamping atau beberapa pemrakarsa yang mengetahui tentang BMT, menyampaikan dan
menjelaskan idea tau gagasan ini kepada rekan-rekannya sebagai upaya untuk menarik
beberapa orang sebagai pemrakarsa awal hingga mencapai lebih dari 20 orang.
2. Dua puluh orang atau lebih tersebut kemudian menyepakati pendirian BMT di desa,
kecamatan, pasar, atau masjid dan bersepakat mengumpulkan modal awal pendirian BMT.
3. Modal awal kemudian ditentukan sesuai dengan kesepakata bersama (tidak harus sama
jumlahnya antara pemrakarsa, hingga mencapai jumlah yang telah ditentukan untuk
pendirian sebuah BMT).
4. Pemrakarsa membuat rapat untuk memilih pengurus BMT.

7
5. Pengurus BMT kemudian merapatkan dan merekrut pengelola/ manajemen BMT dari
lingkungan tersebut yang memiliki sifat sidiq, amanah, fathanah dan benar-benar menguasai
visi, misi, tujuan dan usaha-usaha BMT, serta memiliki keinginan keras dan dengan sepenuh
hati untuk mengembangkan BMT.
6. Penggurus BMT menghubungi PINBUK setempat untuk memberikan pelatihan kepada
calon pengelola/manajemen BMT tersebut(umumnya 2 minggu pelatihan dan magang).
7. Pengelola yang telah diberi pelatihan kemudian membuka kantor dan menjalankan BMT,
dengan giat menggalakan simpanan masyarakat dan memberikan pembiayaan pada usaha
mikro dan kecil di sekitarnya.
8. Pembiayaan pada usaha mikro dilakukan dengan menerapkan system bagi hasil yang
disampaikan sesuai dengan akad yang telah disepakati.
9. Hasil dari bagi hasil ini kemudian digunakan oleh para pengelola untuk membayar honor
para pengelola dan membayar kegiatan operasional BMT.
10. Hasil dari bagi hasil juga digunakan untuk membayar bagi hasil kepada penyimpanan data,
diupayakan agar nilai bagi hasil yang diperoleh para penyimpan dana bias lebih besar dari
bunga bank konvensional.

3. Pasar Modal Syariah

3.1 Pengertian

Istilah sekuritas (securities) seringkali disebut juga dengan efek, yakni sebuah nama kolektif
untuk macam-macam surat berharga, misalnya saham, obilgasi, surat hipotik, dan jenis surat lain
yang membuktikan hak milik atas sesuatu barang. Dengan istilah yang hampir sama, sekuritas
juga dapat dipahami sebagai promissory notes/commercial bank notes yang menjadi bukti bahwa
satu pihak mempunyai tagihanpada pihak lain. Adapun,yang dimaksud dengan sekuritas syariah
atau efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di
bidang pasar modal yang akad, pengelolaan perusahaan, maupun cara penerbitannya memenuhi
prinsip-prinsip syariah.

8
Diantara bank-bank islam yang ada, terdapat dua pendapat yang berbeda dalam menyikapi
surat berharga. Pertama, mayoritas bank islam menolak perdagangan surat berharga. Kedua,
bank islam di Malaysia, dalam beberapa kondisi termasuk juga bank islam di Indonesia,
menerima transaksi surat berharga.
Alasan penyangkalan mereka yang enolak surat berharga adalah karena di dalamnya
terkandung bai ad-dyn (jual beli utang). Sementara itu islam secara tegas telah engharamkan jual
beli utang. Reaksi yang berbeda dikemukakan oleh pendapat kedua, yakni mereka yang
mengabsahkan transaksi surat berharga. Umumnya mereka menyandarkan pada prinsip bahwa
surat berharga tersebut haruslah di endors(dijamin) oleh pihak penerbit, kemudian surat berharga
tersebut haruslah timbul dari aktivatas yang tidak bertentangan dengan syariah. Jadi, selama
kedua hal ini tidak dilanggar, tarnsaksi surat berharga menjadi sah karenanya.
Terlepas bagaimanapun reaksi yang diungkapkan oleh umat. Yang pasti, islam sangat
menganjurkan umatnya untuk melakukan aktifitas ekonomi (mu’amalah) dengan cara yang benar
dan baik, serta melarang penimbunan barang, atau membiakan harta menjadi tidak produktif,
sehingga aktifitas ekonomi yang dilakukan depat meningkatkan ekonomi umat. Tujuan utamanya
adalah untuk memproleh keuntungan (falah), baik materi maupun non materi, dunia dan akhirat.
Sementara itu, segala bentuk aktivitas ekonomi yang dilakukan haruslah berdasarkan suka sama
suka, berkeadilan, dan tidak saling merugikan.
Karena itu sehubungan dengan pembahasan sekuritas syariah ini, ada tiga kategori sekuritas.
Pertama, segala jenis sekuritas yang menawarkan predetermined fixed income tidak
diperbolehkan dalam islam, karena termasuk kategori riba. Dengan demikian, interest bearing
security baik long term maupun short term. Akan masuk daftar instrument investasi yang tidak
sah. Saham preferen (preference stock), debenture, treasury securities and consul, dan
commercial papers masuk dalam kategori ini.
Kategori kedua, sekuritas- sekuritas yang berbeda dalam grey area (questionable) karena
dicurigai sarat dengan gharar, meliputi produk-produk derivates, seperti forward, future dan juga
options.
Kategori ketiga, yakni sekuritas yang diperbolehkan, baik secara penuh maupun dengan
catatan-catatan meliputi, saham, dan islmic bonds, profit loss sharing based, government
securities, penggunaan institusi pasar sekunder dan mekanismenya semisal margin trading.
Karena sering seklai catatan-catatannya begitu dominan.

9
4. Reksa Dana Syariah

4.1 Pengertian

reksa dana diartikan sebagai wadah yang dipergunkanan untuk menghimpun dana dari
masyarakat investor untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer
investasi. Reksa dana merupakan investasi campuran yang menggabungkan saham dan obligasi
dalam satu produk.
Sedangkan Reksa Dana Syariah merupakan sarana investasi campuran yang menggabungkan
saham dan obligasi syariah dalam satu produk yang dikelola oleh manajer investasi. Manajer
investasi menawarkan Reksa Dana Syariah kepada para investor yang berminat, sementara dana
yang diperoleh dari investor tersebut dikelola oleh manajer investasi untuk ditanamkan dalam
saham atau obligasi syariah yang dinilai menguntungkan.

4.2 Keuntungan Investasi Melalui Reksa Dana


1. Diversifikasi investasi
Diversifikasi yang terwujud dalam bentuk portofolio akan menurunkan tingkat resiko. Reksa
Dana melakukan diversifikasi dalam berbagai instrumen efek, sehingga dapat menyebarkan
resiko atau memperkecil resiko. Investor walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat
melakukan diversifikasi investasi dalam efek sehingga dapat memperkecil risiko. Hal ini berbeda
dengan pemodal individual yang misalnya hanya dapat membeli satu atau dua jenis efek saja.

2. Kemudahan Investasi
Reksa Dana mempermudah investor untuk melakukan investasi di pasar modal. Kemudahan
investasi tercermin dari kemudahan pelayanan administrasi dalam pembelian maupun penjualan
kembali unit penyertaan. Kemudahan juga diperoleh investor dalam melakukan reinvestasi
pendapatan yang diperolehnya sehingga unit penyertaannya dapat terus bertambah.

10
3. Efisiensi Biaya dan Waktu
Karena reksa dana merupakan kumpulan dana dari banyak investor, maka biaya investasinya
akan lebih murah bila dibandingkan jika investor melakukan transaksi secara individual di bursa.
Pengelolaan yang dilakukan oleh manajer investasi secara profesional, tidak perlu bagi bagi
investor untuk memantau sendiri kinerja investasinya tersebut.

4. Likuiditas
Pemodal dapat mencairkan kembali saham / unit penyertaan setiap saat sesuai ketetapan yang
dibuat masing-masing reksa dana, sehingga memudahkan investor untuk mengelola hasilnya.
Reksa dana wajib membeli kembali unit penyertaannya, sehingga sifatnya menjadi likuid.

5. Transparansi Informasi
Reksa dana diwajibkan memberikan informasi atas perkembangan portofolio dan biayanya,
secara berkala dan kontinyu, sehingga pemegang unit penyertaan dapat memantau keuntungan,
biaya dan resikonya.

4.3 Risiko Investasi dengan Reksa Dana


1. Risiko berkurangnya nilai unit penyertaan.
Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek (saham, obligasi, dan surat berharga
lainnya) yang masuk dalam portofolio reksa dana tersebut.

2. Risiko Likuiditas
Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi manajer investasi jika sebagian besar
pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas unit-unit yang dipegangnya.
Manajer investasi akan mengalami kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas redemption
tersebut.

3. Risiko Politik dan Ekonomi


Perubahan kebijakan ekonomi politik dapat mempengaruhi kinerja bursa dan perusahaan
sekaligus. Dengan demikian harga sekuritas akan terpengaruh yang kemudian mempengaruhi
portofolio yang dimiliki reksa dana.

11
4. Risiko Pasar
Hal ini terjadi karena sekuritas di pasar efek memang berfluktuasi sesuai dengan kondisi
ekonomi secara umum. Terjadinya fluktuasi di pasar efek akan berpengaruh langsung pada nilai
bersih portofolio, terutama jika terjadi koreksi atau pergerakan negatif.

5. Risiko Inflasi
Terjadinya inflasi akan menyebabkan menurunnya total real return investasi. Pendapatan
yang diterima dari investasi dalam reksa dana bisa jadi tidak dapat menutup kehilangan karena
menurunnya daya beli (loss of purchasing power).

6. Risiko Nilai Tukar


Risiko ini dapat terjadi jika terdapat sekuritas luar negeri dalam portofolio yang dimiliki.
Pergerakan nilai tukar akan mempengaruhi nilai sekuritas yang termasuk foreign invesment
setelah dilakukan konversi dalam mata uang domestik.

7. Risiko Spesifik
Risiko ini adalah risiko dari setiap sekuritas yang dimiliki. Disamping dipengaruhi pasar
secara keseluruhan, setiap sekuritas mempunyai risiko sendiri-sendiri. Setiap sekuritas dapat
menurun nilainya jika kinerja perusahaannya sedang tidak bagus, atau juga adanya kemungkinan
mengalami default, tidak dapat membayar kewajibannya.
Dilihat dari portofolio investasinya atau kemana kumpulan dana diinvestasikan, reksa dana dapat
dibedakan menjadi :

1. Reksa dana pasar Uang


Reksa dana jenis ini hanya melakukan investasi pada efek bersifat utang dengan jatuh tempo
kurang dari satu tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dan menjaga modal.

2. Reksa Dana Pendapatan Tetap

12
Reksa dana jenis ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam
bentuk efek bersifat utang. Reksa dana ini memiliki risiko yang relatif lebih besar dari pada
Reksa Dana Pasar Uang. Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang
stabil.

3. Reksa Dana Saham


Reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam
bentuk efek bersifat ekuitas. Karena investasinya dilakukan pada saham, maka risikonya lebih
tinggi dari dua jenis reksa dana sebelumnya namun menghasilkan tingkat pengembalian yang
tinggi.

4. Reksa Dana Campuran


Reksa dana jenis ini melakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas (contoh: saham) dan
efek bersifat utang (contoh : obligasi).

Reksa Dana Syariah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kelompok investor yang
menginginkan memperoleh pendapatan investasi dari sumber dan cara yang bersih dapat
dipertanggungjawabkan secara religius yang memang sejalan dengan prinsip syariah.
Reksa Dana Syariah dapat mengambil bentuk seperti reksa dana konvensional. Namun
memilki perbedaan dalam operasionalnya, dan yang paling tampak adalah proses screening
dalam mengontruksi portofolio. Filterisasi menurut prinsip syariah akan mengeluarkan saham
yang memiliki aktivitas haram seperti riba, gharar, minuman keras, judi, daging babi, rokok,
prostitusi, pornografi dan seterusnya. Reksa Dana Syariah di dalam investasinya tidak hanya
bertujuan untuk mendapatkan return yang tinggi. Tidak hanya melakukan maksimalisasi
kesejahteraan yang tinggi terhadap pemilik modal, tetapi memperhatikan pula bahwa portofolio
yang dimiliki tetap berada pada aspek investasi pada perusahaan yang memiliki produk halal dan
baik yang tidak melanggar aturan syariah.

4.4 Perbedaan Reksa dana Syariah dan Konvensional


Ada beberapa hal yang membedakan antara reksa dana konvensional dan reksa dana syariah.
Dan tentunya ada beberapa hal yang juga harus diperhatikan dalam investasi syariah ini.

13
1. Kelembagaan
Dalam syariah islam belum dikenal lembaga badan hukum seperti sekarang. Tapi lembaga
badan hukum ini sebenarnya mencerminkan kepemilkikan saham dari perusahaan yang secara
syariah diakui. Namun demikian, dalam hal reksa dana syariah, keputusan tertinggi dalam hal
keabsahan produk adalah Dewan Pengawas syariah yang beranggotakan beberapa alim ulama
dan ahli ekonomi syariah yang direkomendasikan oleh Dewan Pengawas Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia. Dengan begitu proses didalam akan terus diikuti perkembangannya
agar tidak keluar dari jalur syariah yang menjadi prinsip investasinya.

2.Hubungan Investor dan Perusahaan


Akad antara investor dengan lembaga hendaknya dilakukan dengan sistem mudharabah.
Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
Keuntungan secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat
kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian tersebut karena kecurangan atau kelalaian pengelola
maka pengelola harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut. Dalam hal ini transaksi jual beli,
saham-saham dalam reksa dana syariah dapat diperjual belikan. Saham-saham dalam reksa dana
syariah merupakan yang harta (mal) yang dibolehkan untuk diperjual belikan dalam syariah.
Tidak adanya unsur penipuan (gharar) dalam transaksi saham karena nilai saham jelas. Harga
saham terbentuk dengan adanya hukum supply and demand. Semua saham yang dikeluarkan
reksa dana tercatat dalam administrasi yang rapih dan penyebutan harga harus dilakukan dengan
jelas.

3. Kegiatan Investasi Reksa Dana


Dalam melakukan kegiatan investasi reksa dana syariah dapat melakukan apa saja sepanjang
tidak bertentangan dengan syariah, diantara investasi tidak halal yang tidak boleh dilakukan
adalah investasi dalam bidang perjudian, pelacuran, pornografi, makanan dan minuman yang
diharamkan, lembaga keuangan ribawi dan lain-lain yang ditentukan oleh Dewan Pengawas

14
Syariah. Dalam kaitannya dengan saham-saham yang diperjual belikan dibursa saham, BEJ
sudah mengeluarkan daftar perusahaan yang tercantum dalam bursa yang sesuai dengan syariah
Islam atau saham-saham yang tercatat di Jakarta Islamic Index (JII). Dimana saham-saham yang
tercantum didalam indeks ini sudah ditentukan oleh Dewan Syariah.
Dalam melakukan transaksi reksa dana syariah tidak diperbolehkan melakukan tindakan
spekulasi, yang didalamnya mengandung gharar seperti penawaran palsu dan tindakan spekulasi
lainnya.

5. Pegadaian Syariah

5.1 Pengertian Pegadaian Syariah


Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal  1150, gadai dalah suatu hak yang
diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut
diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau oleh orang
lain atas nama orang yang mempunyai utang.
Gadai dalam fiqh diebut Rahn, yang menurut bahasa adalah tetap, kekal, dan jaminan.
Menurut beberapa mazhab, Rahn berarti perjanjian penyerahan harta oleh pemiliknya dijadikan
sebagai pembayar hak piutang tersebut, baik seluruhnya maupun sebagian. Penyerahan jaminan
tersebut tidak haus bersifat actual (berwujud), namun yang terlebih penting penyerahan itu
bersifat legal misalnya berupa penyerahan sertifikat atau surat bukti kepemilikan yang sah suatu
harta jaminan. Menurut mahab Syafi’i dan Hambali, harta yang dijadikan jaminan tersebut tidak
termasuk manfaatnya.
Gadai syariah adalah produk jasa berupa pemberian  pinjaman menggunakan  sistem gadai
dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip syariat Islam, yaitu antara lain tidak menentukan tarif
jasa dari besarnya uang pinjaman.
Dalam hukum perdata, hak gadai hanya berlaku pada benda bergerak; sedangkan dalam
hukum Islam, rahn berlaku pada seluruh harta, baik harta yang bergerak maupun yang tidak
bergerak.
Perusahaan Umum Pegdaian dalah satu-satunya badan usaha di Indonesia yang secara resmi
mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam

15
bentuk penyaluran  dana ke masyarakat  atas dasar hukum gadai seperti dimaksud dalm Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1150 di atas. Tugas pokoknya adalah memberikan
pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai agar masyarakat tidak dirugikan oleh
kegiatan lembaga keuangan informal yang cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak
dari masyarakat.

5.2 Sejarah Pegadaian Syariah


Pemerintah baru mendirikan lembaga gadai pertama kali di Sukabumi Jawa Barat, dengan
nama Pegadaian. Pada tanggal 1 April 1901 dengan Wolf Von Westerode sebagai kepala
Pegadaian Negeri pertama, dengan misi membantu masyarakat dari jeratan para lintah darat
melalui pemberian uang pinjaman  dengan hukum gadai. Seiring dengan perkembangan zaman,
Pegdaian telah beberapa kali berubah status mulai sebagai  Perusahaan Jawatan (1901),
Perusahaan di bwah IBW (1928), Perusahaan Negara (1960), dan kembali ke Perjan di tahun
1969. Baru di tahun 1990 dengan lahirnya PP10/1990 tanggal 10 April 1990 sampai dengan
terbitnya  PP103 tahun  2000 Pegadaian berstatus sebagai Perum dan merupakan salah satu
BUMN dalam lingkungan Departemen Keuangan Republik Indonesia hingga sekarang.
Terbitnya PP/10 tanggal 1April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak awal kebangkitan
Pegadaian. Satu hal yang perlu dicermati bahwa PP10 menegaskan misi yang harus diemban
oleh Pegadaian untuk mencegah praktik riba. Misi ini tidak berubah hingga terbitnya
PP103/2000 yang dijadikan landasan kegiatan usaha Perum Pegadaian sampai sekarang.
Pada saat ini Pegadaian Syariah sudah berbentuk sebagai sebuah lembaga. Ide pembentukan
Pegadaian Syariah selain karena tuntutan idealisme juga dikarenakan keberhasilan
terlembaganya bank dan asuransi syariah. Setelah terbentuknya bank,  BMT, BPR,  dan  asuransi
syariah, maka Pegadaian syariah mendapat perhatian oleh beberapa praktisi dan akademisi untuk
dibentuk dibawah suatu lembaga sendiri. Keberadaan Pegadaian Syariah atau Rahn lebih dikenal
sebagai bagian produk yang ditawarkan oleh bank syariah, dimana bank menawarkan  kepada 
masyarakat bentuk penjaminan barang guna  mendapatkan pembiayaan.
Mengingat adanya peluang dalam mengimplementasikan Rahn/gadai syariah, maka Perum
Pegadaian bekerja sama  dengan Lembaga Keuangan  Syariah melaksanakan  Rahn yang bagi
Pegadaian dapat dipandang sebagai pengembangan produk, sedang bagi Lembaga Keuangan
Syariah dapat berfungsi sebagai kepanjangan tangan dalam pengelolaan produk Rahn. Untuk

16
mengelola kegiatan tersebut,  Pegadaian telah membentuk Divisi Usaha Syariah yang semula 
dibawah  binaan  Divisi Usaha Lain.
5.3 Landasan Hukum

A. AL-QUR’AN
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah : 283
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh orang
yang berpiutang.”
Dalam Q.S. An-Nisa : 29 Allah SWT berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah  adalah Maha Penyayang
kepadamu.”

B. HADITS
Dari Aisyah r.a., Nabi SAW bersabda :
“Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah membeli makanan seorang Yahudi dan Nabi
menggadaikan sebuah baju besi kepadanya.” (H.R. Bukhri dan Muslim)
Dari Abi  Hurairah  r.a., Nabi SAW bersabda :
“Tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari  pemilik yang  menggadaikannya. Ia memperoleh
manfaat dan menanggung  resikonya.” (H.R. As-Syafi’i,  Al-Daraquthni dan Ibnu Majah)

C. IJTIHAD ULAMA
Perjanjian gadai yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan Hadits itu dalam pengembangan
selanjutnya dilakukan oleh para fuqaha dengan jalan ijtihad, dengan kesepakatan para ulama
bahwa gadai diperbolehkan dan para ulama tidak pernah mempertentangkan kebolehannya.
Demikian juga dengan landasan hukumnya. Namun demikian, perlu dilakukan pengkajian ulang
yang lebih mendalam bagaimana seharusnya pegadaian menurut landasan hukumnya.
D. Fatwa dn no. 25/dsn-mui/iii/2002
E. Fatwa dsn no.  26/dsn-mui/iii/2002

17
5.4 Tujuan Berdirinya Pegadaian Syariah
Sesuai dengan PP 103 Tahun 2000 Pasal 8, Perum Pegadaian melakukan kegiatan usaha
utamanya dengan menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai serta menjalankan usaha
lain seperti penyaluran uang pinjaman berdasarkan layanan jasa titipan, sertifikasi logam mulia,
dan lainnya. Sejalan dengan kegiatannya, Pegadaian mengemban misi untuk :
a. Turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama golongan menengah ke bawah.
b. Menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktik riba, dan pinjaman tidak wajar lainnya.

5.5 Operasionalisasi Pegadaian Syariah


Dalam operasionalnya,  pengelolaan usaha gadai syariah ini diperlakukan sebagaimana
pengelolaan sebuah perusahaan dengan sistem manajemen modern yang dicerminkan dari
penggunaan azas rasionalitas, efisiensi, dan efektivitas. Ketiga azas ini harus diselaraskan dengan
nilai-nilai Islam, sehingga dapat berjalan seiring dan terintegrasi dengan manajemen perusahaan
secara keseluruhan.
Rahn dalam hukum Islam dilakukan secara sukarela atas dasar tolong menolong dan tidak
untuk semata-mata mencari keuntungan. Sedangkan gadai menurut hukum perdata, disamping
berprinsip tolong menolong juga menarik keuntungan melalui sistem bunga atau sewa modal
yang ditetapkan dimuka. Dalam hukum Islam tidak dikenal istilah “bunga uang”, dengan
demikian dalam transaksi Rahn (gadai syariah) pemberi gadai tidak dikenakan tambahan
pembayaran atas pinjaman yang diterimanya. Namun demikian masih dimungkinkan bagi
penerima gadai untuk memperoleh imbalan berupa sewa tempat penyimpanan marhun (barang
jaminan/agunan).

5.6 Teknik Transaksi


Pada dasarnya Pegadaian Syariah berjalan atas dua akad transaksi syariah, yaitu :
a. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam sebagai jaminan
atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil
kembali seluruh atau sebagian piutangnya.
b. Akad Ijarah. Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui pembayaran
upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri.

18
Rukun gadai tersebut antara lain :
 Ar-Rahin (yang menggadaikan)
 Al-Murtahin (yang menerima gadai)
 Al-Marhun (barang yang digadaikan)
 Al-Marhun bih (utang)
 Sighat, Ijab, dan Qabul.
Dari landasan syariah tersebut maka mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat
digambarkan sebagai berikut :  Melalui akad Rahn, nasabah menyerahkan barang bergerak dan
kemudian Pegadaian menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh
Pegadaian.  Akibat yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang
meliputi nilai investasi tempat penyimpanan, biaya perawatan, dan keseluruhan proses
kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa kepada nasabah
sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak.

5.7 Tarif Ijarah


 Tarif ijarah dihitung dari nilai taksiran barang jaminan/marhun.
 Jangka waktu pinjaman  ditetapkan 120 hari.
 Tarif jasa simpan dengan kelipatan 10 hari, satu hari dihitung 10 hari.

5.8 Aspek Pendanaan


Aspek syariah tidak hanya menyentuh bagian operasionalnya saja, pembiayaan kegiatan dan
pendanaan bagi nasabah, harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba.
Dalam hal ini, seluruh kegiatan Pegadaian Syariah termasuk dana yang kemudian disalurkan
kepada nasabah murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak ketiga dari sumber yang
dapat dipertanggungjawabkan . Pegadaian telah melakukan kerja sama dengan Bank Muamalat
sebagai fundernya, ke depan Pegadaian juga akan melakukan  kerja sama dengan Lembaga
Keuangan Syariah lin untuk memback up modal kerja.

19
6. Lembaga Amil Zakat (LAZ ) Dan Badan Amil Zakat (BAZ)

Lembaga yang secara formal diakui oleh Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 sebagai
lembaga yang berhak mengelola zakat adalah Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil
Zakat (LAZ). Oleh karena itu kedua lembaga ini memiliki peran dan fungsi yang strategis, baik
dilihat dari perspektif pemberdayaan sosial-ekonomi umat maupun dari hubungan zakat dengan
perpajakan.
Pembentukan BAZ merupakan hak otoritatif pemerintah atau didirikan oleh pemerintah,
sedangkan LAZ didirikan oleh masyarakat. sehingga hanya pemerintah yang berhak membentuk
BAZ, baik untuk tingkat nasional sampai tingkat kecamatan. Semua tingkatan tersebut memiliki
hubungan kerja yang bersifat koordinatif, konsultatif, dan informatif.
Badan Amil Zakat dibentuk sesuai dengan tingkatan wilayahnya masing-masing yaitu:
- Nasional dibentuk oleh Presiden atas usul Menteri,
-Daerah Propinsi dibentuk oleh gubernur atas usul kepala kantor wilayah departemen agama
propinsi,
-Daerah Kabupaten atau daerah kota dibentuk oleh Bupati atau Wali Kota atas usul kepala kantor
departemen agama kabupaten atau kota,
- Kecamatan dibentuk oleh camat atas usul kepala kantor urusan agama kecamatan.

Masa tugas kepengurusan badan amil zakat adalah selama 3 (tiga) tahun (pasal 13 Keputusan
Menteri Agama).
Zakat yang sudah dikumpulkan oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) atau Badan Amil Zakat
(BAZ) haruslah dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi kepentingan mustahiq, sebagaimana
digambarkan daam Al-quran surat At-taubah ayat 60, karena itu LAZ harus dikelola dengan
amanah dan jujur, transparan dan professional.
Harta yang terkumpul dari pengumpulan zakat disalurkan langsung untuk kepentingan mustahiq,
baik yan bersifat konsumtif maupun yang bersifat produktif. Dalam kaitan penyaluran zakat
secara produktif, maka LAZ dan BAZ yang amanah, terpercaya dan professional diperbolehkan
membangun perusahaan, pabrik dan lainnya dari uang zakat untuk kemudian kepemilikan dan

20
keuntungannya diberikan kepada para mustahiq dalam jumlah yang relatif besar, sehingga
terpenuhi kebutuhan mereka dengan lebih leluasa.
BAZ dan LAZ merupakan badan lembaga yang terpercaya, penyaluran zakat melalui amil
zakat adalah salah satu cara yang efisiensi dan efektifitas, karena baik LAZ maupun BAZ lebih
mengetahui dimana saja daerah-daerah kemiskinan yang lebih membutuhkan, siapa-siapa saja
yang harus diprioritaskan dalam memperoleh bantuan dana zakat, termasuk berapa besar bantuan
yang pantas mereka peroleh untuk mengurangi kesulitan dan penderitaan mereka.
Dengan sistem inilah, penyaluran dan pendistribusian zakat oleh amil zakat dapat lebih
merata Pada zaman Khulafaur Rasyidin, pelaksanaan zakat bukan sekedar amal karikatif
(kedermawanan) tetapi juga merupakan kewajiban yang bersifat otoritatif (ibari), karena zakat
tidaklah seperti puasa, shalat dan ibadah haji yang pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya
kepada individu masing-masing, tetapi juga disertai keterlibatan aktif pemerintah melalui para
petugasnya (amil zakat) yang amanah, jujur, terbuka dan profesional. Maka sebaliknya, jika
pelaksanaan zakat langsung diserahkan kepada setiap muzakki, maka nasib dan hak orang-orang
miskin terhadap orang-orang kaya tidak akan memperoleh jaminan yang pasti, baik jaminan
ekonomi maupun hukum.

21
BAB III
KESIMPULAN

Di dalam suatu Negara dibutuhkan suatu lembaga yang mengatur setiap kegiatan
perekonomian sehingga dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan ketetapan yang telah dibuat
dan diatur oleh pemerintah. Ada dua jenis lembaga keuangan yaitu lembaga keuangan Bank dan
nonBank.
Dengan menggunakan prinsip syariah dalam setiap kegiatan ekonomi maka insyaallah segala
kegiatannya akan berjalan dengan lancar karena diridoi oleh Allah guna mencapai falah
(kebahagiaan dunia akhirat) dan tidak akan ada kemudharatan.

22
DAFTAR PUSTAKA

 http://hendrakholid.net/blog/2009/04/19/lembaga-pengelola-zakat/
 http://image.pengantarekonomiis.multipy.multiplycontent.com
 http://hendrakholid.net/blog/2011/04/05/makalah-lembaga-keuangan-syariah-non-bank-
asuransi-syariah/
 Akuntansi perbankan syariah: teori dan praktik kontemporer

23

Anda mungkin juga menyukai