Anda di halaman 1dari 6

NAMA : GEMA SRI BASYIR

NIM : I2F32310006
PRODI : S2 AKUNTANSI
MATA KULIAH : AKUNTANSI SYARIAH

RMK 9
AKUNTANSI ASURANSI SYARIAH

1. Pengertian akuntansi syariah


Syariah secara luas berarti seluruh ajaran Islam berupa norma-norma ilahiyah, baik yang
mengatur tentang tingkah laku batin maupun tingkah laku konkrit yang individual dan kolektif.
Secara sempit, syariah berarti norma-norma yang mengatur sistem tingkah laku individual
maupun tingkah laku kolektif. Asuransi syariah disebut juga dengan asuransi ta’awun yang
artinya tolong menolong atau saling membantu, atas dasar prinsip syariat yang saling toleran
terhadap sesame manusia untuk menjalin kebersamaan dalam meringankan bencana yang
dialami peserta. Kata asuransi berasal dari bahasa inggris “insurance”.
Sejarah asuransi syariah dimulai sejak 1979 ketika sebuah perusahaan asuransi jiwa di Sudan,
yaitu Sudanese Islamic Insurance pertama kali memperkenalkan asuransi syariah. Kemudian
pada tahun yang sarna sebuah perusahaan asuransi jiwa di Uni Emirat Arab juga
memperkenalkan asuransi syariah di wilayah Arab. Kemudian berkembang asuransi syariah
lainnya di wilayah eropa tahun 1983. Sementara sejarah asuransi syariah diAsia pertama kali
diperkenalkan di Malaysia pada tahun 1985 melalui sebuah perusahaanasuransi jiwa bernama
Takaful Malaysia. Hingga saat ini asuransi syariah semakin dikenalluas dan diminati oleh
masyarakat dan negara-negara baik muslim maupun non-muslim. Hukum asuransi syariah
dinyatakan halal oleh MUI selama masih berpedoman padasyariat Islam yang mengedepankan
tolong-menolong dan melindungi. Bukan kepentingan bisnis yang menguntungkan salah satu
pihak saja.
2. perbedaan akuntansi syariah dan akuntansi konvensional dalam berbaggai aspek
ASPEK SYARIAH KONVENSIONAL
Landasan segala kegiatan ekonomi bergantung pada logika
harus merujuk pada kaidah manusia yang dapat berubah
dan syariah Islam yang menyesuaikan kultur dan
terikat pada kehidupan budaya masyarakat.
masyarakat secara umum.
Nilai yang dianut berkaitan dengan prinsip 3 prinsip tadi tetap berlaku
pertanggungjawaban, tetapi bergantung pada nilai
keadilan dan kebenaran yang dianut pada kelompok
yang berlandaskan syariah. suatu organisasi.
Hal yang dilarang berdasarkan kaidah Islam, tidak ada peraturan
maka transaksi yang semacam ini atau bebas
mengandung unsur riba, tergantung peraturan yang
judi, penipuan, barang tidak dimiliki oleh kelompok
halal dan lainnya akan ikut tertentu.
dilarang atau haram di
dalam pencatatan akuntansi.
Konsep penilaian nilai tukar yang berlaku dalam akuntansi
menjadi konsep penilaian konvensional masih terdapat
yang sah untuk melindungi berbagai pandangan berbeda
modal pokok dari segi dan malah belum ditentukan
kemampuan produksi di
masa mendatang.
Konsep modal konsep modal dibagi dalam modal dibagi dalam dua
dua hal yaitu uang atau cash bagian, yaitu modal tetap
dan harta barang atau stock. (aktiva tetap) dan modal
Apabila memakai barang beredar (aktiva lancar).
sendiri untuk modal, maka
perlu dibagi menjadi dua,
yaitu barang milik dan
barang dagang.
prinsip dan cakupan laba laba dihitung bila adanya laba akan muncul bila terjadi
perkembangan dan kegiatan jual beli. Selain itu
pertambahan nilai barang cakupan laba nya mencakup
tanpa melihat barang laba dagang, modal pokok,
tersebut telah terjual atau transaksi dan sumber lain.
belum. Namun tetap laba
baru bisa dicantumkan bila
sudah melalui proses jual
beli.

Perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional


PERBEDAAN SYARIAH KONVENSIONAL
Prinsip 1. Prinsip tabarru berarti setiap 1. Prinsip indemnity berarti
peserta memberikan perusahaan asuransi akan
sumbangan untuk membantu membayar sejumlah uang
peserta lain dalam setara dengan kerugian yang
kelompoknya yang mengalami diderita oleh peserta.
kerugian. Prinsip subrogation mengacu
2.Prinsip mudharabah mengacu pada hak perusahaan
pada kesepakatan antara asuransi untuk mengambil
perusahaan asuransi syariah alih hak-hak peserta dalam
dan peserta untuk berbagi hasil proses klaim.
investasi yang dilakukan oleh 3. Prinsip utmost good
perusahaan. faith merujuk pada
3. Prinsip wakalah merujuk kepercayaan paling tinggi
pada peran perusahaan asuransi antara perusahaan asuransi
syariah sebagai perwakilan dan peserta dalam
peserta untuk mengelola dana memberikan informasi yang
yang telah dikumpulkan. benar dan lengkap.
PERBEDAAN SYARIAH KONVENSIONAL
Pengawasan dana Pengawasan dana asuransi pengawasan dilakukan oleh
syariah dilakukan oleh Dewan Otoritas Jasa Keuangan
Pengawas Syariah (DPS). (OJK) dan dikelola oleh
Dewan ini bertanggung jawab perusahaan asuransi
pada Majelis Ulama Indonesia konvensional masing-
(MUI) untuk memastikan masing.
transaksi sesuai prinsip
syariah.
Akad perjanjian Asuransi syariah menggunakan asuransi konvensional
akad tabarru yang bertujuan berbasis pada sistem jual-
untuk saling menolong beli.
Bagi hasil Keuntungan dari pengelolaan keuntungan pada asuransi
dana asuransi syariah akan konvensional akan diberikan
dibagi secara merata kepada sepenuhnya kepada
semua peserta dan perusahaan. perusahaan.
Zakat asuransi syariah mewajibkan peserta tidak wajib
peserta untuk membayar zakat membayar zakat pada
dari keuntungan perusahaan.
Sistem kepemilikan dana premi atau kontribusi dana premi menjadi milik
dana dimiliki oleh seluruh peserta perusahaan dan bebas
asuransi. Perusahaan hanya digunakan sesuai perjanjian
bertindak sebagai pengelola awal.
dana asuransi yang disimpan.
Dana hangus Asuransi syariah tidak dana akan hangus jika polis
memberlakukan dana hangus berakhir atau nasabah tidak
sehingga nasabah dapat membayar premi.
mengambil kembali dana yang
sudah dibayarkan.
Klaim Pembayaran klaim asuransi dana bisa langsung dicairkan
syariah dilakukan melalui dari rekening perusahaan
pencairan dana tabungan asuransi.
bersama. Metode ini tidak
lepas dari prinsip dasar
asuransi syariah yaitu saling
tolong-menolong antar
nasabah.
Surplus underwriting Surplus underwriting asuransi Prinsip ini tidak ada pada
syariah akan dibagi secara asuransi konvensional
prorata kepada para sehingga jenis asuransi ini
nasabahnya. tidak memberlakukan
pengembalian dana
keuntungan.
PERBEDAAN SYARIAH KONVENSIONAL
Pengelolaan risiko Risiko pada asuransi syariah risiko ditransfer kepada
dibebankan pada perusahaan perusahaan asuransi sebagai
dan peserta secara bersama- penanggung dalam
sama karena berbasis prinsip perjanjian polis.
tolong-menolong.
Pemegang polis Asuransi syariah didaftarkan pada asuransi konvensional
untuk satu keluarga agar dapat hanya ditujukan kepada
memiliki manfaat bersama pemegang polis.

3. Akuntansi Asuransi Syariah


Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 108: Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah (PSAK
108) pertama kali dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAK IAI) pada 28 April 2009. PSAK 108 mengatur mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi asuransi syariah.
Akad asuransi syariah jangka pendek adalah akad asuransi syariah yang memberi proteksi
untuk periode sampai dengan dua belas bulan, atau memberi proteksi untuk periode lebih dari
dua belas bulan dan memungkinkan penyesuaian persyaratan akad pada ulang tahun polis.
Akad asuransi syariah jangka panjang adalah akad asuransi syariah selain akad asuransi syariah
jangka pendek.
Dalam hal pengakuan awal, kontribusi peserta diakui sebagai pendapatan dari dana tabarru’
dengan ketentuan sebagai berikut:
a) untuk akad asuransi syariah jangka pendek, kontribusi peserta diakui sebagai pendapatan
dari dana tabarru’ sesuai periode akad asuransi;
b) untuk akad asuransi syariah jangka panjang, kontribusi peserta diakui sebagai pendapatan
dari dana tabarru’ pada saat jatuh tempo pembayaran dari peserta.
Penyisihan Teknis
Penyisihan teknis diukur sebagai berikut:
a) Kontribusi yang belum menjadi hak dihitung secara individual dari setiap pertanggungan
dan besarnya penyisihan ditetapkan secara proporsional dengan jumlah proteksi yang
diberikan.
b) Manfaat polis masa depan dihitung dengan mencerminkan estimasi pembayaran seluruh
manfaat yang diperjanjikan dan penerimaan kontribusi peserta di masa mendatang, dengan
mempertimbangkan estimasi tingkat imbal hasil investasi dana tabbaru’.
c) Klaim yang masih dalam proses diukur sebesar estimasi jumlah klaim yang masih dalam
proses oleh entitas pengelola. Jumlah perkiraan tersebut harus mencukupi untuk mampu
memenuhi klaim yang terjadi dan dilaporkan sampai dengan akhir periode pelaporan.
d) Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan diukur sebesar estimasi jumlah klaim yang
akan dibayarkan pada tanggal pelaporan berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang terkait
dengan klaim paling kini yang dilaporkan.
e) Perhitungan penyisihan teknis tersebut memasukan bagian reasuransi atas klaim.
Dari sisi pengungkapan, revisi PSAK 108 menambah persyaratan pengungkapan yang
mengacu ke PSAK 36.
Dalam asuransi jiwa syariah, perusahaan menjamin bahwa dana dari nasabah tidak akan
digunakan untuk membiayai atau berinvestasi di bidang yang bertentangan dengan syariat,
seperti produk tembakau untuk rokok dan minuman keras.

4. dasar hukum asuransi syariah

Pada dasarnya, asuransi syariah justru hadir sebagai solusi dari anggapan bahwa esensi
asuransi bertentangan dengan syariat agama dan prinsip-prinsip di dalam agama itu sendiri.
Itu sebabnya mulai 2001, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa yang
menyatakan bahwa asuransi syariah secara sah diperbolehkan dalam ajaran Islam.

Beberapa fatwa MUI yang mempertegas kehalalan asuransi syariah adalah:

• Fatwa No 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.

Fatwa No 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah Musytarakah pada


Asuransi Syariah

• Fatwa No 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil Ujrah pada Asuransi


Syariah dan Reasuransi Syariah
• Fatwa No 53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Tabarru pada Asuransi Syariah.

3. Dasar Hukum dari Peraturan Menteri Keuangan

Asuransi syariah juga sudah diatur operasional dan keberadaannya melalui Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 tentang Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha
Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.

Adapun beberapa ketegasan dasar hukum dari Pemerintah ini bisa dilihat di BAB I, Pasal I
nomor 1 hingga 3, yaitu:

1. Pasal 1 Nomor 1

Asuransi berdasarkan prinsip Syariah adalah usaha saling tolong-menolong


(ta’awuni) dan melindungi (takafuli) di antara para nasabah melalui pembentukan
kumpulan dana (tabbaru’) yang dikelola dengan prinsip syariah untuk menghadapi
risiko tertentu.

1. Pasal 1 Nomor 2

Perusahaan adalah perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi yang


menyelenggarakan seluruh atau sebagian usahanya berdasarkan prinsip syariah.

2. Pasal 1 Nomor 3

Nasabah adalah orang atau badan yang menjadi nasabah program asuransi dengan
prinsip Syariah, atau perusahaan asuransi yang menjadi nasabah reasuransi dengan
prinsip syariah.

Anda mungkin juga menyukai