Anda di halaman 1dari 3

UU TENTANG PERPAJAKAN

1. UU KUP
KUP adalah singkatan dari ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Sebagai hukum
pajak formal Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(KUP) mengatur mengenai prosedur (tata cara) pemenuhan hak dan kewajiban
perpajakan serta sanksi-sanksi bagi yang melanggar kewajiban perpajakan.UU PPN
dan PPnBM
2. UU PPH
PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh dalam satu tahun pajak. Maka dari itu pajak penghasilan melekat pada
subjeknya dan dikenal dengan istilah pajak subjektif.
3. UU PPN dan PPnBM
PPN adalah pajak yang dikenakan dalam setiap proses produksi maupun distribusi/pungutan
terhadap konsumsi Barang Kena Pajak/Jasa Kena pajak di dalam daerah Daerah Pabean.
PPnBM (Pajak Penjualan Barang Mewah) Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)
merupakan Pajak yang dikenakan selain Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk
penjualan barang-barang yang tergolong sebagai barang mewah
4. UU PPS
PPS adalah program pengungkapan sukarela Wajib Pajak atas aset-aset yang tidak
atau belum dilaporkan dalam SPT Tahunan
5. BEA MATERAI
Bea Meterai adalah pajak atas dokumen yang terutang sejak saat dokumen tersebut
ditanda tangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan, atau dokumen tersebut
selesai dibuat atau diserahkan kepada pihak lain bila dokumen tersebut hanya dibuat
oleh satu pihak.
6. Pajak Daerah
Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
7. Pajak Bumi dan Bangunan
 Pajak Bumi dan Bangunan yang dimaksud adalah pajak yang dikenakan atas
kepemilikan, pemanfaatan dan atau penguasaan atas tanah dan atau bangunan.
Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah bumi dan atau bangunan, di mana
pengertian bumi dan atau bangunan dijelaskan sebagai berikut.
8. UUD 1945
9. UU
10. PERATURAN MENTERI KEUANGAN
11. KETETAPAN MENTERI KEUANGAN
12. PERATURAN PEMERINTAH
13. Peraturan djp
14. Se djpS

Sasaran Tarif Pajak UMKM 0,5% 


Pada awalnya, tarif pajak UMKM berada di angka 1%. Namun sesuai PP
Nomor 23 Tahun 2018, pajak UMKM diturunkan menjadi 0,5%. Tarif pajak
UMKM sebesar 0,5% hanya berlaku untuk beberapa pihak, yaitu:
 

1. UMKM yang memiliki omzet tidak melebihi Rp4,8 miliar di dalam


satu tahun pajak. UMKM yang dimaksud antara lain usaha dagang,
industri jasa seperti kios, toko, los kelontong, bengkel, pakaian,
elektronik, penjahit, warung makan, salon, dan usaha lainnya.
2. Berlaku untuk UMKM konvensional berbentuk offline dan juga yang
berjualan di toko online seperti di marketplace atau media sosial.

 
Selain itu, tarif ini juga ada batas waktunya: 
 

1. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi selama 7 tahun


2. Wajib Pajak Badan berbentuk Koperasi Persekutuan Komanditer atau
Firma selama 4 tahun
3. Wajib Pajak Badan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) selama 3 tahun

Cara Menghitung Pajak UMKM 2021


Sekarang waktunya untuk menghitung pajak UMKM. Perhitungan pajak
UMKM sangat mudah. Anda hanya perlu menjumlahkan omzet di dalam
sebulan, lalu dikalikan tarif 0,5% saja. Berikut contohnya.
 
Anda memiliki usaha kecil dengan omzet sebulan sebesar Rp15.000.000.
Tentu saja omzet sebulan ini sudah memenuhi syarat menggunakan PP 23
Tahun 2018. Jadi perhitungan pajaknya adalah:

 Omzet bulanan sebesar Rp15.000.000

 Tarif pajak 0,5%

Jadi Rp15.000.000 x 0,5% = Rp75.000


 
Dengan hasil perhitungan di atas, maka pajak UMKM yang harus dibayarkan
oleh Anda pada bulan tersebut adalah Rp75.000.

Tuan Ahmad, pengusaha UMKM dagang baju menghasilkan omzet Rp 1,2 miliar per
tahun atau Rp 100 juta per bulan. Perhitungannya omzet per bulan dikalikan
0,5%.
PPh Final UMKM per bulan = Rp 100.000.000 x 0,5% = Rp 500.000
PPh Final UMKM setahun = 500.000 x 12 (bulan) = Rp 6.000.000

umkm tahun 2022


Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU
HPP) adalah peraturan pajak UMKM terbaru. Batas PTKP UMKM tersebut tertuang di beleid
aturan tersebut.

Pasal 7 Ayat (2a) UU HPP menyebutkan, wajib pajak orang pribadi yang memiliki
peredaran bruto sampai dengan Rp 500 juta setahun tidak dikenakan Pajak
Penghasilan (PPh).

Dengan kata lain, kalau omzet usaha kurang dari Rp 500 juta per tahun, maka
bebas pajak dalam hal ini Pajak Penghasilan atau PPh Final. Tetapi, bila
omzetnya Rp 500 juta ke atas, wajib membayar pajak untuk UMKM dengan tarif
0,5%.
Kebijakan tersebut mulai berlaku pada tahun pajak 2022. Ditujukan bagi pelaku
usaha ultra mikro, mikro, dan usaha kecil.
Mengacu pada aturan pajak UMKM sebelumnya, yakni Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 23 Tahun 2018, disebutkan UMKM dengan omzet tidak lebih dari Rp 4,8
miliar setahun, dipungut pajak final UMKM sebesar 0,5%. Sehingga semua UMKM
dipukul rata. Omzet Rp 10 juta per tahun dengan yang Rp 1 miliar per tahun sama-sama
kena PPh Final 0,5%.

Tuan Ahmad, pengusaha UMKM dagang baju menghasilkan omzet Rp 1,2 miliar per
tahun atau Rp 100 juta per bulan. Perhitungannya omzet setahun dikurangi
PTKP. Hasilnya adalah Penghasilan Kena Pajak (PKP) dikalikan tarif 0,5%.
PKP = Rp 1.200.000.000 – Rp 500.000.000 = Rp 700.000.000
PPh Final = Rp 700.000.000 x 0,5% = Rp 3.500.000.

Anda mungkin juga menyukai