Anda di halaman 1dari 16

METODE PENELITIAN KUANTITATIF

THEORITICAL FRAMEWORK AND HYPOTHESIS DEVELOPMENT

KELOMPOK 3
1. CITRA MENTARI (A1C020047)
2. D.ERTIN EZA PRATIWI (A1C020048)
3. DESI INTAN BERLIANAWATI (A1C020054)
4. FATMAYANTI (A1C020074)
5. GEMA SRI BASYIR (A1C020080)

KELAS : B
PRODI : S1 AKUNTANSI
UNIVERSITAS MATARAM
2022/2023
Abstrak
Kerangka konseptual adalah kaitan atau hubungan antara konsep satu dengan konsep yang
lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep didapatkan dari konsep ilmu/teori
yang dipakai sebagai landasan penelitian. Sedangkan Hipotesis adalah jawaban sementara dari
suatu permasalahan yang hendak diteliti. Suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk
pernyataan yang menghubungan antara dua variabel atau lebih. Sebelum melakukan penelitian,
seorang peneliti menyusun kerangka konseptual terlebih dahulu. Kemudian, menyusun
hipotesis yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan.
Kata kunci : kerangka konseptual, hipotesis, variabel
BAB 1
PENDAHULUAN
Kerangka konseptual adalah keterkaitan antara teori–teori atau konsep yang mendukung
dalam penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam menyusun sistematis penelitian. Kerangka
konseptual menjadi pedoman peneliti untuk menjelaskan secara sistematis teori yang digunakan
dalam penelitian.

Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu/teori yang dipakai sebagai landasan
penelitian yang didapatkan dibab tinjauan pustaka. Kerangka konseptual diharapkan akan
memberikan gambaran dan mengarahkan asumsi mengenai variabel-variabel yang akan diteliti.
Kerangka konseptual memberikan petunjuk kepada peneliti di dalam merumuskan masalah
penelitian.
Pengertian tentang hipotesis adalah sangat perlu dipahami oleh setiap peneliti atau
calon peneliti. Dalam proses penelitiannya, para peneliti harus sampai pada taraf menentukan
apakah menggunakan atau tidak menggunakan hipotesis. Seringkali hipotesis diartikan sebagai
jawaban sementara terhadap masalah. Arikunto (2002) menuliskan bahwa hipotesis dapat
diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,
sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Sementara Nazir (2003) menuliskan, hipotesis
tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji
secara empiris. Arti dari hipotesis seperti itu mungkin tidak salah, akan tetapi seringkali
menimbulkan kekurangjelasan apabila arti tersebut dikaitkan dengan suatu keadaan. Suatu
misal, masalah penelitian yang dirumuskan adalah: mengapa remaja sekarang banyak
menyukai hal-hal yang lebih bersifat instan? Untuk itu, kemungkinan ada berbagai macam
jawaban. Jawaban yang benar tentu saja dapat diperoleh setelah melakukan penelitian. Apa
jawaban yang dikemukakan sebelum dilakukan penelitian tersebut dapat dikatakan sebagai
sebuah hipotesis?. Oleh karena itu, perlu dilengkapi dengan beberapa definisi atau arti dari
hipotesis menurut para ahli penelitian.
Hipotesis merupakan pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu
kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta
panduan dalam verifikasi. Hipotesis amat berguna bagi penelitian. Tanpa hipotesis tidak akan
ada perkembangan wawasan atau pengertian ilmiah dalam mengumpulkan fakta empiris.
Tanpa ide yang membimbing, maka sulit dicari fakta-fakta yang ingin dikumpulkan dan sukar
menemukan mana yang relevan dan mana yang tidak relevan (Cohan, 1956). Hipotesis yang
telah dirumuskan kemudian diuji. Cara pengujian hipotesis bergantung dari metode penelitian
serta rancangan penelitian itu sendiri. Dalam hal ini yang penting adalah bahwa hipotesis
tersebut harus diuji, hipotesis tersebut harus dicari kecocokannya dengan fakta atau dengan
logika. Setelah membaca bab ini, diharapkan sekurang-kurangnya:
1. mengetahui dan memahami arti hipotesis, proses dan penyusunan hipotesis, dan
kedudukan hipotesis dalam suatu penelitian.
2. mengetahui jenis-jenis hipotesis menurut lingkup penelitiannya dan,
3. mampu penyusun hipotesis sesuai dengan lingkup penelitiannya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. THEORITICAL FRAMEWORK


Kerangka kerja teoritis mewakili kepercayaan dan bagaimana kepastian suatu fenomena
(atau variabel atau konsep) yang berhubungan satu sama lain (model) dan sebuah penjelasan
mengapa percaya bahwa variabel-variabel tersebut terasosiasi satu sama lain (teori). Proses
dalam membangun kerangka kerja teoritis termasuk:
1. Memperkenalkan definisi-definisi dari konsep atau variabel dalam model.
2. Mengembangkan sebuah model konseptual yang menyediakan penggambaran
deskriptif dari teori.
3. Hadir dengan teori yang menyediakan penjelasan hubungan antara variabel-variabel
dalam model.
Landasan Teori
Landasan teori adalah sebuah konsep dengan pernyataan yang tertata rapi dan sistematis
memiliki variabel dalam penelitian karena landasan teori menjadi landasan yang kuat dalam
penelitian yang akan dilakukan. Pengertian lain dari landasan teori adalah seperangkat definisi,
konsep, proposisi yang telah disusun rapi, dan sistematis tentang variabel-variabel dalam
sebuah penelitian. Landasan teori ini akan menjadi dasar yang kuat dalam penelitian yang akan
dilakukan.
Oleh karena itu dengan menciptakan landasan teori yang baik dalam penelitian akan
menjadi salah satu hal terpenting, karena landasan teori menjadi sebuah landasan dalam
penelitian itu sendiri. Landasan teori merupakan bagian dari penelitian yang memuat teori-teori
dan hasil-hasil penelitian yang berasal dari studi kepustakaan yang memiliki fungsi sebagai
kerangka teori untuk menyelesaikan pekerjaan penelitian. Landasan teori juga sering disebut
kerangka teori.
Secara umum, kerangka landasan teori terdiri dari beberapa konsep beserta dengan
definisi dan juga referensi yang akan digunakan untuk literatur ilmiah yang sangat relevan,
teori yang digunakan untuk studi atau penelitian. Kerangka landasan teori terdiri dari konsep
serta definisi dan referensi untuk literatur ilmiah yang relevan, teori yang digunakan untuk studi
atau penelitian. Kerangka teoritis harus menunjukkan pemahaman tentang teori dan konsep
yang relevan dengan topik penelitian dan berhubungan dengan bidang pengetahuan yang lebih
luas yang sedang dipertimbangkan. Kerangka landasan teori memperkuat penelitian dengan
cara sebagai berikut:
1. Pernyataan eksplisit asumsi teoritis memungkinkan pembaca untuk mengevaluasi
penelitian secara kritis.
2. Kerangka teoritis menghubungkan peneliti dengan pengetahuan yang ada. Dipandu
oleh teori yang relevan, peneliti memiliki dasar untuk menyusun hipotesis dan memilih
metode penelitian.
3. Mengartikulasikan asumsi teoritis dari studi penelitian yang memaksa peneliti untuk
menjawab pertanyaan tentang mengapa dan bagaimana. Ini memungkinkan peneliti
untuk bertransisi secara intelektual dari hanya menggambarkan suatu fenomena yang
telah diamati untuk menggeneralisasi tentang berbagai aspek dari fenomena itu.
4. Memiliki teori membantu peneliti mengidentifikasi batasan generalisasi tersebut.
Kerangka kerja teoritis menetapkan variabel kunci mana yang memengaruhi fenomena
yang diteliti dan menyoroti kebutuhan untuk memeriksa bagaimana variabel kunci itu
mungkin berbeda dan dalam kondisi apa.

Variabel
Sebuah variabel adalah sesuatu yang dapat membedakan nilai. Nilai dapat berbeda pada
waktu yang bervariasi untuk sebuah objek atau orang, atau pada waktu yang sama untuk objek
yang berbeda atau orang.
1. Variabel Dependen
Variabel dependen (yang bergantung) adalah variabel dari kertertarikan (kepentingan)
utama peneliti. Tujuan peneliti adalah untuk memahami dan mendeskripsikan variabel
dependen, atau untuk menjelaskan keragamannya, atau untuk memprediksikan.
2. Variabel Independen
Secara umum diduga bahwa variabel independen adalah salah satu yang mempengaruhi
variabel dependen dalam hal yang positif atau negatif. Umumnya menduga bahwa
variabel independen adalah salah satuyang mempengaruhi variabel dependen baik
secara positif ataunegatif. untuk menetapkan bahwa perubahan
dalam variabelindependen menyebabkan perubahan dalam variabel
dependen&keempat kondisi berikut harus dipenuhi:
- variabel independen dan dependen harus covary: dengan kata lain&perubahan
dalam variabel dependen harus dikaitkan denganperubahan dalam variabel
independen.
- variabel independen (faktor penyebab diduga) harus mendahuluivariabel
dependen.
- ada faktor lain harus menjadi penyebab dari perubahan variabeldependen.
karenanya& peneliti harus mengontrol efek dari variabellain
- penjelasan yang logis (teori) yang dibutuhkan dan harusmenjelaskan mengapa
variabel independen mempengaruhivariabel dependenkebingungan mungkin
timbul kapan variabel harus diperlakukansebagai variabel independen dan
ketika itu menjadi variabel moderasi.misalnya& mungkin ada dua situasi
sebagai berikut:sebuah studi penelitian menunjukkan bahwa semakin
baik kualitas dariprogram pelatihan dalam sebuah organisasi dan
semakin besarkebutuhan pertumbuhan karyawanpenelitian lain menunjukkan
bahwa kesediaan karyawan untukmempelajari cara$cara baru dalam melakukan
sesuatu tidakdipengaruhi oleh kualitas program pelatihan yang ditawarkan
olehorganisasi untuk semua orang tanpa distiction apapun

3. Variabel Moderat
Variabel moderat adalah variabel yang memiliki efek kontingen (tidak pasti) pada
hubungan variabel independen – variabel dependen.
4. Variabel Mediasi
Variabel mediasi (atau variabel intervensi) adalah variabel yang muncul antara waktu
variabel independen mulai beroperasi untuk mempengaruhi variabel dependen dan
waktu akibatnya mulai dirasakan.
Kerangka Kerja Teoritis
Kerangka kerja teoritis merupakan fondasi di mana seluruh proyek penelitian deduktif
didasarkan.
1. Komponen Kerangka Kerja Teoritis
Ada tiga fitur dasar yang harus tergabung dalam setiap kerangka kerja teoritis:
a. Variabel-variabel yang relevan terhadap studi harus diartikan dengan jelas.
b. Model konseptual yang mendeskripsikan hubungan antara variabel-variabel
dalam sebuah model harus ditentukan.
c. Harus ada penjelasan yang jelas mengenai mengapa diperkirakan hubungan
tersebut ada.
2. Theoretical Framework for The Example of Air Safety Violations
Varians dalam variabel dependen ini dengan keempat variabel independen:
a. Komunikasi di antara anggota kru
b. Komunikasi antara kontrol tanah dan kru kokpit
c. Pelatihan yang diterima oleh kru kokpit
d. Desentralisasi.
Bagaimana fitur dasar dari kerangka teoritis telah dimasukkan dalam contoh.
Identifikasi dan pelabelan variabel dependen dan independen telahdilakukan dalam
rangka theretical.

Hubungan antara variabel-variabel ini telah digambarkan secara skematis


hubungan antara variabel dibahas menetapkan bahwa keempat variabel independen
terkait dengan variabel dependen, dan variabel independen, desentralisasi, terkait dua variabel
independen lain yaitu komunikasi antara anggota kokpit dan antara kontrol tanah dan kru
kokpit .

2.2 Hipotesis
1. Pengertian Hipotesis
(Ghozali Imam, 2016)Seperti ditulis dalam pendahuluan, bahwa beberapa orang
menuliskan arti hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian.
Beberapa tulisan berikut merupakan berbagai pengertian dari hipotesis. Arikunta
(2002) setelah menuliskan arti hipotesis seperti pada pendahuluan di atas yaitu bahwa
hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap masalah selanjutnya dijelaskan
bahwa, pada umumnya hipotesis dirumuskan untuk menggambarkan hubungan antara
dua variabel, yaitu variabel penyebab dan variabel akibat, dan ada yang
menggambarkan perbandingan satu variabel dari dua sampel. Nazir (2003)
mendefinisikan bahwa hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, yang kebenarannya. harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan
hubungan apa yang kita cari atau yang ingin kita pelajari. Hipotesis adalah pernyataan
yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat
fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi Hipotesis
adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks
Berikut ini adalah beberapa definisi dan pengertian tentang hipotess dari
beberapa penulis buku metodologi penelitian. Good dan Sates (1954) menyatakan
bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima
untuk sementara yang dapat menerangkan fakta atau kondisi yang diamati, dan
digunakan sebagai petunjuk untuk langkah langkah penelitian selanjutnya. Trealease
(1960) memberikan definisi hipotesis sebagai suatu keterangan sementara dari suatu
fakta yang dapat diamati Kerlinger (1973) menyatakan bahwa, hipotesis adalah
pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel.
Babbie (1986) menuliskan Hypotheses are specified expectations about
empirical reality, derived from proposition. Propositions are conclusions drawn about
the relationships among concepts, based on the logical interrelationships among the
axioms. Axioms are fundamental assertions-taken to be true- upon which the theory is
grounded.
Malhotra (1986) juga menuliskan tentang hipotesis, yaitu A hypothesis is an
unproven statement or proposition about a factor or phenomenon that is interest to the
researcher. A hypothesis is a tentative statement about relationships.
between two or more variables as stipulated by the theoretical framework or the
analytical model. Hypotheses are declarative and can be tested empirically. A
hypothesis is a possible answer to the research question. Sekaran (2003),
mendefinisikan A hypothesis can be defined as a logically conjectured between two or
more variables expressed in the form of testable statement. Relationships are
conjectured on the basis of network of associations established in the theoretical
framework formulated for the research study.
Cooper dan Emory (1995) menyatakan bahwa proposisi yang dirumuskan
dengan maksud untuk diuji secara empiris disebut dengan hipotesis. Proposisi dalam
hal ini adalah, suatu pernyataan mengenai konsep konsep yang dapat dinilai benar atau
salah jika merujuk kepada fenomena yang dapat diamati. Sebagai suatu pernyataan,
hipotesis bersifat sementara atau dugaan. Indriantoro dan Supomo (1999), hipotesis
menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam
rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris.
Dari berbagai definisi dan pengertian tentang hipotesis tersebut dapat
disimpulkan secara sederhana bahwa hipotesis adalah pernyataan hubungan antara
variabel dengan variabel, yang bersifat sementara atau bersifat dugaan, atau yang masih
lemah. Hipotesis dapat juga dinyatakan dalam kalimat lain, yaitu pernyataan hubungan
antara dua variabel atau lebih, yang bersifat sementara, atau bersifat dugaan, atau yang
bersifat masih lemah. Lemah dalam hal ini berkaitan dengan benar tidaknya pernyataan
yang dibuat dalam hipotesis, bukan hubungan antar variabelnya yang lemah.
Beberapa contoh tentang hipotesis yang mengandung hubungan atau pengaruh
antara variabel, seperti peneliti ingin menguji untuk mengetahui atau memperoleh fakta
empiris tentang pengaruh kemampuan produksi dan kemampuan pemasaran terhadap
kinerja bisnis (suatu unit bisnis) pada kelompok perusahaan manufaktur. Dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
a. "Kemampuan produksi memengaruhi kinerja bisnis".
b. "Kemampuan pemasaran memengaruhi kinerja bisnis"
c. "Secara bersama kemampuan produksi dan kemampuan pemasaran
memengaruhi kinerja bisnis"
Contoh berikut adalah peneliti ingin menguji untuk mengetahui pengaruh
beberapa faktor (variabel) baik secara sendiri maupun bersama terhadap perubahan
penerimaan pajak:
a. Pengeluaran pemerintah dalam periode t memengaruhi perubah penerimaan
pajak dalam periode t.
b. "Jumlah penduduk periode t memengaruhi perubahan penerimaan p dalam
periode t
c. "Nilai impor dan ekspor periode t memengaruhi perubahan penerimise pajak
dalam periode 1.
d. "Secara bersama-sama variabel-variabel tersebut memengar perubahan
penerimaan pajak dalam periode !"
Benar tidaknya pernyataan tersebut perlu diuji secara empiris, dengan
mengumpulkan data yang terkait dengan variabel-variabel tersebut Hipotesis
merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukan dalam penelitian. Oleh karena
itu, peneliti dituntut kemampuannya uma dapat merumuskan hipotesis dengan jelas.
Hipotesis tidak dapat munc secara tiba-tiba begitu saja. Hipotesis dikembangkan dari
teori yang mendukungnya, hasil-hasil penelitian sebelumnya, atau penjelasan secan
logis. Hipotesis yang telah dirumuskan kemudian diuji. Hipotesis tersebu diup dan
dievaluasi serta dicari kecocokannya dengan fakta maupun logika Untuk menguji
hipotesis diperlukan data atau fakta-fakta yang terkait denga variabel. Kerangka
pengujian harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum peneliti mengumpulkan data
Pengujian hipotesis memerlukan pengetahu yang luas mengenai teori, kerangka teori,
penguasaan penggunaan lee secara logis, statistik, dan teknik-teknik pengujian. Cara
menguji hipotess bergantung dari metode penelitian serta rancangan penelitian itu
sendin
Bagi seorang peneliti, hipotesis bukanlah sesuatu yang harus diterim
kebenarannya. Jika hipotesis ditolak karena tidak sesuai dengan data ata fakta yang ada,
maka keadaan ini tidak berarti peneliti akan kehilang muka Bahkan memungkinkan
harga diri peneliti akan naik, apabila penel mampu menjelaskan mengapa hipotesisnya
ditolak. Hal yang penting adalah bahwa proses pengumpulan data dan pengujiannya
dilakukan sesuai denga tata cara dan prosedur yang benar. Penolakan hipotesis dapat
merupaka penemuan yang positif, karena telah memecahkan ketidaktahuan univers dan
memberi jalan kepada hipotesis yang lebih baik, karena ada kemungkinan terjadi
perubahan dalam fenomena yang ada.
Menurut Kinney, Ir dalam Jogiyanto (2004) hipotesis adalah prediks tentang
sedangkan proposisi adalah pernyataan tentang konse yang dapat dinilai benar atau
salah jika dihubungkan dengan fenomena yang diobservasi Proposisi tidak diuji
kebenarannya. Jika proposisi dimaksudkan untuk diúp dan dihubungkan dengan
pengujian empiris, maka disebu hipotesis Dengan demikian, hipotesis berbeda dengan
proposisi, walaupu ada kaitan antara kedus istilah tersebut, yaitu hipotesis dan proposisi

Teori
Dalam uraian tentang hipotesis di atas, ada yang menyatakan bahwa hipotesis harus
didukung oleh kerangka teori. Oleh karena itu, perlu memahami tentang pengertian teori yang
dimaksud. Istilah teori sering digunakan oleh awam untuk menyatakan sesuatu yang
berlawanan dengan fakta, dalam arti bahwa yang dinyatakan tersebut tidak terjadi dalam
faktanya. Sering mendengar pernyataan-pernyataan bahwa Profesor Anu terlalu teoritis karena
yang dibicarakan tidak seperti fakta yang ada, suatu pemikiran tidak dapat dilaksanakan karena
terlalu teoritis atau tidak sesuai dengan fakta atau kenyataan yang ada, di sekolah diajari teori
melulu, dan lain sebagainya. Sebenarnya fakta dan teori adalah saling memerlukan agar
berguna. Kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan yang rasional, atau
mengembangkan pengetahuan ilmiah diukur oleh tingkat dan kemampuan untuk
mengombinasikan fakta dan teori. Kita semua beroperasi atas dasar teori yang kita anut. Teori
juga merupakan generalisasi yang dibuat mengenai variabel-variabel dan hubungan-hubungan
di antaranya Generalisasi ini dibuat untuk membuat keputusan-keputusan dan memprediksi
hasil-hasilnya. Adanya hubungan-hubungan tersebut diketahui dari hasil penelitian dan
pengamatan, setelah melakukan uji hipotesis.
Suatu teori merupakan himpunan konsep, definisi, dan proposisi yang berkaitan satu
sama lain secara sistematis yang dikemukakan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena
(fakta-fakta). Dalam pengertian ini, kita mempunyai banyak teori dan selalu menggunakan
untuk menjelaskan. atau memprediksi hal-hal yang terjadi di sekitar kita. Selama teori-teori
yang digunakan adalah baik dan sesuai dengan keadaan, maka akan berhasil dengan baik dalam
menjelaskan dan memprediksi. Dengan demikian, bila suatu teori dan fakta mungkin tidak
sesuai, hal tersebut bukan berarti keduanya saling berlawanan, akan tetapi hal tersebut
merupakan suatu tantangan untuk membangun teori yang lebih baik dan untuk lebih terampil
dalam mengaitkan teori dan fakta, Cooper & Emory (1995). Dalam pengertian yang kurang
lebih sama, Kerlinger (1973) menyatakan bahwa: Teori adalah serangkaian asumsi, konsep,
konstrak, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena secara sistematis dengan
cara merumuskan hubungan antar konsep
Teori adalah alur logika atau penalaran yang merupakan sejumlah konsep, definisi, dan
proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum teori mempunyai tiga fungsi, yaitu:
untuk menjelaskan, memprediksi, dan mengendalikan suatu gejala. Dalam kaitannya dengan
kegiatan penelitian, fungsi teori menjelaskan, digunakan untuk memperjelas dan mempertajam
ruang lingkup variabel yang akan diteliti. Fungsi teori memprediksi, adalah untuk merumuskan
hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya hipotesis merupakan
pernyataan yang bersifat prediktif. Fungsi teori mengendalikan, digunakan untuk membahas
hasil penelitian, dan selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan
masalah (Sugiyono, (2000). Untuk menguasai teori maupun generalisasi generalisasi dari hasil
penelitian, maka peneliti harus rajin membaca, Orang harus membaca dan menelaah yang
dibaca itu setuntas mungkin agar menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah-langkah
berikutnya. Membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan dan dipupuk
(Suryabrata, 1996).
Kinney, Jr. (1986) dalam Jogiyanto (2004) menyebutkan bahwa penelitian empiris
melibatkan teori, hipotesis dan fakta. Teori dan hipotesis merupakan dua hal yang berbeda,
tetapi berhubungan. Untuk penelitian yang bersifat konfirmasi teori, teori digunakan untuk
membangun hipotesis. Hipotesis dibangun berdasarkan teori, hasil-hasil penelitian
sebelumnya, dan penjelasan logis, yang akan diuji dengan fakta yang ada. Sedangkan untuk
penelitian yang akan membangun teori, hipotesis yang sudah teruji dan terbukti, serta konsisten
dari waktu ke waktu, maupun dari pengujian ke pengujian, maka hipotesis dapat menjadi teori
yang baru. Teori baru ini akan tetap bertahan sampai ada teori lain yang menggesernya. Dalam
fenomena sosial, perubahan atau pergeseran teori dapat sering terjadi. Beberapa hal berikut
menjelaskan bahwa:
1. Teori, hasil-hasil penelitian sebelumnya, dan penjelasan logis yang menjelaskan dan
memprediksi fenomena.
2. Teori, hasil-hasil penelitian sebelumnya, dan penjelasan logis yang digunakan untuk
membangun hipotesis.
3. Hipotesis diuji dengan fakta empiris.
4. Hasil pengujian hipotesis mengonfirmasi teori atau menemukan teori baru.
Pengembangan Hipotesis
Hipotesis perlu dilakukan pengembangan. Hipotesis dikembangkan dengan
menggunakan teori yang relevan, hasil penelitian sebelumnya, atau dengan logika. Hipotesis
dikembangkan dengan menggunakan teori, karena akan memverifikasi teori tersebut dengan
fenomena empiris yang ada. Apabila tidak ada teori yang dapat digunakan, maka hipotesis
dikembangkan dengan penjelasan logis. Demikian juga, apabila penelitian ditujukan untuk
menemukan teori baru, maka hipotesis juga dikembangkan dengan penjelasan logis. Hipotesis
dapat juga dikembangkan dari hasil-hasil penelitian terdahulu.
Sumber-sumber hipotesis dapat diperoleh dari telaah teoritis atau berdasarkan literatur.
Sumber literatur dapat berasal dari literatur yang dipublikasikan seperti: buku teks, jurnal
ilmiah, majalah ilmiah, atau literatur yang tidak dipublikasikan seperti: skripsi, tesis, disertasi,
paper, makalah seminar, dan lain sebagainya. Cresswell dalam Indriantoro dan Supomo (1999)
mengusulkan model sebagai parameter dalam menelaah literatur, yang terdiri atas lima
komponen, yaitu:
1. Bagian pendahuluan telaah literatur berisi pengenalan mengenai pokok bahasan dalam
telaah literatur dan sistematika pembahasannya.
2. Telaah literatur mengenai variabel-variabel independen. Jika lebih dari satu macam
variabel independen, perlu dipertimbangkan untuk menitikberatkan telaah pada satu
variabel yang paling penting.
3. Telaah literatur yang berkaitan dengan variabel-variabel dependen. Jika ada lebih dari
satu macam variabel dependen, perlu dipertimbangkan telaah pada satu variabel
dependen yang paling penting.
4. Telaah literatur yang berkaitan dengan hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen. Bagian ini merupakan inti dari proses telaah literatur untuk
mengembangkan hipotesis berdasarkan penalaran deduktif dari teori-teori yang
dihasilkan oleh penelitian penelitian sebelumnya.
5. Bagian akhir dari telaah literatur berupa rangkuman yang memberikan penjelasan
mengenai pokok bahasan yang penting dalam telaah literatur

Jenis-jenis Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian selalu berkaitan dengan fenomena yang akan diteliti
Mengingat bahwa banyak macam fenomena yang terjadi, maka ada beberapa jenis hipotesis
yang sering digunakan dalam penelitian.
1. Hipotesis Deskriptif Proposisi yang menyatakan keberadaan, besar, bentuk, atau
distribusi suatu variabel tunggal. Beberapa contoh hipotesis deskriptif adalah Tingkat
pengangguran di kota A sekarang adalah lebih dari enam persen dari angkatan kerja."
Tinggi badan rata-rata mahasiswa Perguruan Tinggi X adalah 165 cm." "Delapan puluh
persen pemegang saham Perusahaan Q menyetujui kenaikan pembayaran dividen
perusahaan.". Dari masing-masing contoh tersebut terlihat bahwa masing-masing
hanya mempunyai satu variabel. Contoh atas, variabelnya "tingkat pengangguran",
contoh tengah, variabelnya "tinggi badan rata-rata", dan contoh bawah, variabelnya
"kenaikan pembayaran dividen perusahaan". Dalam penelitian kuantitatif, hipotesis
deskriptif biasanya tidak dinyatakan secara eksplisit.
2. Hipotesis Hubungan Pernyataan yang menggambarkan suatu hubungan antara dua
variabel atau lebih, berkaitan dengan suatu kasus tertentu. Cooper dan Emory (1995).
Ada beberapa jenis hipotesis hubungan, antara lain adalah :
a. Hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik Hubungan ini dapat
dijelaskan melalui contoh berikut, yaitu: hubungan antara kemampuan
matematika dengan kemampuan IPA siswa SMU. Jika nilai Matematika siswa
tinggi, maka biasanya nilai IPA juga tinggi dan sebaliknya, jika nilai
Matematika siswa rendah, maka biasanya nilai IPA juga rendah. Nilai
Matematika mempunyai hubungan sejajar dengan nilai IPA, tetapi tidak
merupakan hubungan sebab akibat. Nilai Matematika yang tinggi tidak
menyebabkan nilai IPA tinggi, dan sebaliknya nilai IPA yang tinggi juga tidak
menyebabkan nilai Matematika tinggi. Keduanya memiliki hubungan yang
mungkin disebabkan oleh faktor lain, yaitu kebiasaan mereka untuk berpikir
logis, sehingga mengakibatkan hubungan antar keduanya.
b. Hubungan yang sifatnya sejajar dan timbal balik
Contoh dari hubungan ini adalah, hubungan antara pengeluaran iklan dengan
jumlah penjualan. Perusahaan yang mengeluarkan biaya iklan dalam jumlah
yang cukup besar, maka produknya akan lebih dikenal oleh pembeli, sehingga
dapat meningkatkan penjualan. Karena penjualannya meningkat, maka
perusahaan mampu untuk mengeluarkan biaya iklan lebih tinggi, guna
memperluas cakupan atau yang dijangkau oleh iklan. Contoh lain adalah
hubungan antara jumlah modal usaha dan kelancaran berusaha. Seorang yang
mempunyai cukup modal usahanya tidak mengalami kesulitan usaha, dan
banyak jenis usaha yang dapat dilakukannya, sehingga usahanya berjalan
dengan lancar. Dengan kelancaran dan berhasilnya usaha tersebut, maka modal
akan cepat bertambah. Semakin besar modalnya maka usahanya akan semakin
berkembang juga. Dalam contoh tersebut menggambarkan bahwa iklan
memengaruhi penjualan, dan penjualan juga memengaruhi iklan. Jumlah atau
besaran modal memengaruhi kelancaran berusaha, dan kelancaran berusaha
akan memperoleh keuntungan yang dapat meningkatkan jumlah modal.
c. Hubungan yang merupakan sebab akibat Contoh sederhana adalah hubungan
antara jumlah makanan dan kekenyangan, Secara wajar, bahwa makan adalah
penyebab timbulnya rasa kenyang. Jika seseorang hanya makan dalam jumlah
sedikit, maka tingkat kekenyangannya juga rendah. Jika ia makan dalam jumlah
yang banyak, maka tingkat kekenyangannya juga semakin tinggi.
d. Hipotesis Perbedaan
Hipotesis yang menjelaskan perbedaan atau menyatakan adanya ketidaksamaan
antar variabel tertentu disebabkan oleh adanya pengaruh variabel yang berbeda-
beda. Hipotesis ini mendasari teknik penelitian komparatit. Hipotesis perbedaan
tersebut secara analisis menyatakan perbedaan satu sifat dengan sifat yang
lainnya. Contoh: Ada perbedaan nilai rata-rata bagi mahasiswa dan mahasiswi
dalam program studi Ilmu Ekonomi di Fakultas Ekonomi perguruan tinggi di
Surabaya.
e. Hipotesis Kerja dan Hipotesis Nul hipotesis yang mula-mula diperkenalkan
oleh Fisher. Hipotesis nul diformulasikan untuk ditolak sesudah pengujian.
Dalam hipotesis nul ini selalu ada implikasi "tidak ada beda", "tidak ada
hubungan", "tidak ada pengaruh. Misalnya, "tidak ada perbedaan tinggi badan
rata-rata antara kelompok X dengan kelompok Y". Tidak ada hubungan antara
iklan dengan penjualan. Tidak ada pengaruh banyaknya makanan terhadap
tingkat kekenyangan. Hipotesis kerja atau hipotesis alternatif diformulasikan
untuk diterima sesudah pengujian. Hipotesis kerja menyatakan "ada
perbedaan", "ada hubungan", "ada pengaruh". Hipotesis nul biasanya diuji
dengan menggunakan statistik. Apabila hipotesis nul ini ditolak, maka kita
menerima hipotesis pasangannya, yang disebut hipotesis alternatif (merupakan
hipotesis kerja).

Sumber Hipotesis
Menggali dan merumuskan hipotesis mempunyai seni tersendiri. Peneliti harus sanggup
memfokuskan permasalahan, sehingga hubungan-hubungan yang terjadi dapat diterka (Nazir,
2003). Karena hipotesis dapat berasal dari teori, hasil-hasil penelitian sebelumnya, dan
penjelasan logika, maka dalam menggali hipotesis, peneliti perlu:
1. Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan jalan
banyak membaca literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang
dilakukan
2. Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat tempat serta hal-
hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki.
3. Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan
lainnya yang sesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.
Goode dan Hatt (1952) memberikan sumber-sumber untuk menggali hipotesis, yaitu
1. Kebudayaan di mana ilmu tersebut dibentuk.
2. Ilmu itu sendiri yang menghasilkan teori, dan teori memberikan arah kepada penelitian.
3. Analogi.
4. Reaksi individu dan pengalaman
Hal ini perlu dipahami, bahwa hipotesis tidak harus berasal dari teori, akan tetapi dapat
dari hasil-hasil penelitian sebelumnya, bahkan dapat saja dengan penjelasan logika.

Merumuskan Hipotesis
Merumuskan suatu hipotesis memerlukan kemampuan peneliti dalam mengaitkan
masalah-masalah dengan variabel-variabel yang dapat diukur dengan menggunakan suatu
kerangka analisis yang dibentuknya. Peneliti harus sanggup memfokuskan permasalahan,
sehingga hubungan-hubungan yang terjadi dapat diterka. Dalam menggali hipotesis, peneliti
harus
1. Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan. dengan cara
banyak membaca literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang
dilaksanakan.
2. Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan-keterangan tentang tempat-
tempat, objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena
yang sedang diselidiki.
3. Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan
lainnya yang sesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.
Dalam penelitian ilmu-ilmu sosial yang telah cukup berkembang seperti ilmu ekonomi,
perumusan hipotesis dimulai dengan pembentukan kerangka analisis. Kerangka analisis ini
biasanya dinyatakan dalam model konseptual dan atau model matematis. Model konseptual
juga dapat diistilahkan dengan kerangka konseptual. Hipotesis tersebut selanjutnya diuji
dengan menggunakan data empiris. Berbagai macam cara merumuskan hipotesis banyak
dikemukakan dalam berbagai buku metode penelitian, namun pada umumnya hipotesis dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. dalam bentuk pernyataan,
2. secara jelas dan padat serta spesifik,
3. harus dapat diuji secara empiris (didukung adanya data).
4. menyatakan hubungan dua variabel atau lebih, dan
5. mempunyai suatu kerangka teori tertentu.
Bila dikaitkan dengan rumusan masalah penelitian, maka perbedaan rumusan masalah
penelitian dan hipotesis penelitian hanya terletak pada kata "pertanyaan" untuk rumusan
masalah, dan kata "pernyataan" untuk rumusan hipotesis
BAB III
KESIMPULAN
Dari berbagai definisi dan pengertian tentang hipotesis tersebut dapat disimpulkan
secara sederhana bahwa hipotesis adalah pernyataan hubungan antara variabel dengan variabel,
yang bersifat sementara atau bersifat dugaan atau yang masih lemah. Dapat juga dinyatakan
dalam kalimat lain, yaitu pernyataan hubungan antara dua variabel atau lebih, yang bersifat
sementara, atau bersifat dugaan, atau yang bersifat masih lemah.
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam penelitian.
Oleh karena itu, peneliti dituntut kemampuannya untuk dapat merumuskan hipotesis dengan
jelas. Hipotesis yang telah dirumuskan kemudian diuji. Hipotesis tersebut diuji dan dievaluasi
serta dicari kecocokannya dengan fakta maupun logika,
Hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis atau berdasarkan literatur. Sumber literatur
dapat berasal dari literatur yang dipublikasikan seperti: buku teks, jurnal ilmiah, majalah
ilmiah, atau literatur yang tidak dipublikasikan seperti: skripsi, tesis, disertasi, paper, makalah
seminar, dan lain sebagainya. Hipotesis tidak harus berasal dari teori, akan tetapi dapat dari
hasil-hasil penelitian sebelumnya babkan saja dengan penjelasan logika.
Perumusan hipotesis harus dilakukan secara hati-hati, setelah peneliti memperoleh
bahan yang lengkap berdasarkan landasan teori yang kuat. Namun demikian, perumusan
hipotesis tidak selalu benar. Benar dan tidaknya hipotesis tidak ada hubungannya dengan
terbukti atau tidaknya hipotesis tersebut. Kemungkinan seorang peneliti merumuskan hipotesis
yang isinya benar, tetapi setelah data terkumpul dan dianalisis, ternyata hipotesis tersebut
ditolak, atau tidak terbukti. Sebaliknya, mungkin peneliti merumuskan hipotesis yang salah,
tetapi setelah dicocokkan dengan datanya. hipotesis tersebut diterima atau terbukti.
Dalam penelitian kuantitatif, biasanya rumusan hipotesis terkait dengan rumusan
masalah penelitiannya. Secara teknis perbedaan rumusan masalah penelitian dan hipotesis
terletak pada "pertanyaan" dan "pernyataan". Dengan demikian, secara sederhana untuk
menyusun hipotesis, dapat menggunakan kalimat dalam rumusan masalah penelitian (yang
memang betul-betul masalah penelitian), kemudian diubah dari kalimat pertanyaan menjadi
kalimat pernyataan, dengan cara menghilangkan kata tanya ("apakah") dan tanda tanya (?) yang
ada dalam kalimat rumusan masalah penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali Imam. (2016). DESAIN PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF.

Anda mungkin juga menyukai