Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGUJIAN HIPOTESIS

Disusun Oleh :

1. Dendra Purawinata (2010631070014)


2. Dian Nurhasanah (2010631070015)
3. Dicky Azhar Fauzi (2010631070146)
4. Gustiana Pramudia Wardani (2010631070079)

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG


Kata Pengantar

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4

C. Tujuan.............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................5

A. Landasan Teori...............................................................................................................5

B. Kerangka Berpikir...........................................................................................................8

C. Pengujian Hipotesis........................................................................................................11

BAB III PENUTUPAN.......................................................................................................15

Kesimpulan..........................................................................................................................15

Daftar Pustaka......................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian
(kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi
hasilpenelitian yang dapat dijadikan sehingga landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian
(Sumadi Suryabrata, 1990 ). Landasan teori perlu ditegakan agar penelitian mempunyai
dasarkuat, dan bukan sekedar aktivitas coba-coba ( trial and error ). Adanya landasan teori
merupakan ciri bahwa penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.dalam sebuah
penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori ( bukan sekedar pendapat pakar dan penulis
buku ), dan hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Luas masalah dan jumlah
variabel menentukan banyaknya teori yang akan digunakan dalam penelitian. Jika pada
penelitian terdapat tiga variabel bebas dan satu variabel terikat, maka kelompok teori yang harus
dideskripsikan ada empat kelompok yang masing-massing mendeskripsikan setiap
variabel.Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel
yang akan diteliti. Jadi, secara teoritis, peneliti perlu menjalaskan hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Jika pada penelitian terdapat variabel moderator dan intervening,
maka harus dijelaskan juga mengapa variabel tersebut ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan
antar variabel tersebut dijelaskan pada paradigma penelitian.

Oleh karena itu, setiap penyusunan paradigma penelitian harus berdasarkan pada
kerangkaberpikir. Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian,
setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir ( metode penelitian
kuantitatif ). Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis
(penelitian dengan metode kualitatif, karena dia akan menghasilkan hipotesis ), juga penelitian
yang bersifat eksploratif, dan sering juga dalam penelitian deskriptif tidak perlumerumuskan
hipotesis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Landasan Teori ?
2. Apa itu Kerangka Berpikir ?
3. Bagaimana Pengujian Hipotesis ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui mengenai Landasan Teori
2. Untuk Mengetahui mengenai Kerangka Berpikir
3. Untuk Mengetahui mengenai bagaimana cara Pengujian Hipotesis
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

Landasan teori adalah seperangkat definisi, konsep, dan proposisi yang telah disusun rapi dan
sistematis tentang variabel-variabel dalam sebuah penelitian sehingga landasan teori akan
menjadi dasar yang kuat dalam sebuah penelitian yang akan dilakukan.

Adapun definisi landasan teori menurut para ahli, antara lain;

Sugiyono (2012), Landasan teori adalah dasar riset yang perlu ditegakkan agar penelitian
memiliki dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error).

Macam Landasan Teori yang digunakan dalam penelitian. Yaitu;

 Teori dalam Penelitian Kuantitatif

Sebelum membahas teori kuantitatif, peneliti perlu memahami variabel-variabel dan jenis-
jenisnya yang akan digunakan dalam membangun teori. Variabel penelitian merujuk pada
karakteristik atau atribut seoarng individu atau suatu organisasi yang dapat diukur atau
diobservasi.

Jenis-jenis variabel yang biasanya digunakan dalam penelitian antara lain sebagai berikut;

1) Variabel bebas atau independen


2) Variabel terikat atau dependen
3) Variabel intervening atau mediating
4) Variabel moderating
5) Variabel control
6) Variabel counfounding atau spurious.

Teori dalam penelitian kuantitatif (theory in quantitative research) merupakan seperangkat


gagasan konstrak (atau variabel) yang saling berhubungan, yang berasosiasi dengan proposisi
atau hipotesis yang memerinci hubungan antarvariabel (biasanya dalam konteks magnitude atau
direction). Suatu teori dalam penelitian bisa saja berfungsi sebagai argumentasi, pembahasan,
atau alasan. Teori biasanya membantu menjelaskan (atau memprediksi) fenoena yang muncul di
dunia.

Lebovitz dan Hagedorn (1971) dalam Creswell (2016) menambahkan definsi teori dengan
gagasan tentang theoretical rationale, yang dimaknai sebagai “usaha mengetahui bagaimana dan
menagapa variabel-variabel dan pernyataan-pernyataan relasional saling berhubungan satu sama
lain”. Dalam proposal penelitian kuantitatif, peneliti dapat menegaskan teorinya dalam berbagai
bentuk:
1) Peneliti menegaskan teori dalam bentuk pernyataan hipotesis-hipotesisi yang saling
berhubungan. Misalnya semakion tinggi pangkat seseorang, semakin kuat sentralitasnya.
2) Peneliti menyatakan teroi dalm bentuk pernyataan “jika-maka” yang menunjukkan
mengapa seseorang harus berharap variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat.
3) Peneliti menyajikan teori dalam bentuk visual. Bentuk visual ini penting untuk
menerjemahkan variabel-variabel ke dalam gambar visual.

 Teori dalam Penelitian Kualitatif

Para peneliti kualitatif menggunakan teori dalam penelitian untuk tujuan-tujuan yang berbeda:

1) Dalam penelitian kualitatif, teori seringkali digunakan sebagai penjelasan atas perilaku
dan sikap tertentu. Teori ini bisa jadi sempurna dengan adanya variabel, konstrak, dan
hipotesis penelitian.
2) Para peneliti kualitatif seringkali menggunakan perspektif teoritis sebagai panduan umum
untuk meneliti gender, kelas, dan ras (atau masalah lain mengenai kelompok marginal).
3) Dalam penelitian kualitatif, teori serinkali digunakan sebagai poin akhir penelitian.
Dengan menjadikan teori sebagi poin kahir penelitian, berarti peneliti menerapkan proses
penelitiannya secara induktif yang berlangsung dari data, lalu ke tema-tema umum,
kemudian menuju teori atau model tertentu.
4) Beberpa penelitian kualitatif tidak menggunakan teori yang terlalu eksplisit. Kasus ini
bisa saja terjadi disebabkan 2 hal:1) Karena tidak ada satu pun penelitian kualitatif yang
dilakukan dengan observasi yang “benar-benar umum”. Karena struktur konseptual
sebelumnya yang disusun dari teori dan metode tertentu telah memberikan starting point
bagi keseluruhan observasi (Schwandt, 1993 dalm Creswell, 2016).

 Teori dalam Penelitian Metode Campuran

Teori dalam penelitian metode campuran dapat diterapkan secara deduktif, seperti dengan
pengujian atau verifikasi teori kuantitatif atau secara induktif, seperti dengan pemunculan teori
atau pola kuantitatif. Selain itu, ada beberapa cara unik yang memasukkan sebuah teori ke dalam
penelitian metode campuran dimana peneliti mengumpulkan, menganalisis, dan menggabungkan
data kuantitatif dan kualitatif menggunakan rancangan metode campuran yang berbeda.

Kerangka kerja ini menggunakan 2 bentuk, yang keduanya muncul dalam literatur metode
campuran selama lebih dari 5 sampai dengan 10 tahun belakangan ini.

1) Menggunakan kerangka kerja ilmu sosial

Teori ilmu sosial dapat menjadi kerangka kerja yang menyeluruh untuk penelitian metode
campuran. Teori ilmu pengetahuan sosial dapat diambil dari beragam teori yang dijumpai dalm
ilmu sosial seperti kepemimpinan, ekonomi, ilmu politik, pemasaran, perubahan perilaku, adopsi
atau difusi teori-teori ilmu sosial apapun.
2) Menggunakan kerangka kerja transformatif

Penggunaan dan akseptabilitas teori-teori transformatif dalam penelitian metode campuran


semakin banyak berkembang dalam dekade terakhir ini.

Dorongan ini berasal dari karya Mertens (2003, 2009) dalam Creswell (2016), yang tidak hanya
menyampaikan tujaun utama teori ini tapi juga bagiaman tujuan ini digunakan menjadi proses
penelitian umum dan metode campuran.

Tujuan Penulisan Landasan Teori

1) Pernyataan eksplisit asumsi teoritis memungkinkan pembaca untuk mengevaluasi


penelitian secara kritis.
2) Kerangka teoritis menghubungkan peneliti dengan pengetahuan yang ada. Dipandu oleh
teori yang relevan, peneliti memiliki dasar untuk menyusun hipotesis dan memilih
metode penelitian.
3) Mengartikulasikan asumsi teoritis dari studi penelitian yang memaksa peneliti untuk
menjawab pertanyaan tentang mengapa dan bagaimana. Ini memungkinkan peneliti untuk
bertransisi secara intelektual dari hanya menggambarkan suatu fenomena yang telah
diamati untuk menggeneralisasi tentang berbagai aspek dari fenomena itu.
4) Memiliki teori membantu peneliti mengidentifikasi batasan generalisasi tersebut.
Kerangka kerja teoritis menetapkan variabel kunci mana yang memengaruhi fenomena
yang diteliti dan menyoroti kebutuhan untuk memeriksa bagaimana variabel kunci itu
mungkin berbeda dan dalam kondisi apa.
5) Berdasarkan sifat aplikatifnya, teori yang baik dalam ilmu-ilmu sosial bernilai karena
justru memenuhi satu tujuan utama: untuk menjelaskan makna, sifat, dan tantangan yang
terkait dengan suatu fenomena, sering dialami tetapi tidak dijelaskan di dunia tempat kita
hidup, sehingga kita dapat menggunakan pengetahuan dan pemahaman itu untuk
bertindak dengan cara yang lebih terinformasi dan efektif.

Cara Menuliskan Landasan Teori

Dalam penulisan landasan teori terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu;

1) Nama pencetus teori


2) Tahun dan tempat pertama kali
3) Uraian ilmiah teori
4) Relevansi teori tersebut dengan upaya peneliti untuk mencapai tujuan atau target
penelitian
Selain itu, dalam menyusun landasan teori ada beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan oleh
seorang peneliti, diantaranya yaitu:

1) Dalam menyusun landasan teori sebaiknya menggunakan acuan yang berkaitan dengan
permasalahan yang sedang diteliti dan acuan-acuan yang berisikan hasil penelitian
sebelumnya (bisa disajikan pada Bab II atau dibuatkan sub bab sendiri).
2) Cara penulisan dari subbab-subbab yang lain harus tetap memiliki hubungan yang jelas
serta memperhatikan aturan pada penulisan pustaka.
3) Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, studi pustaka perlu memenuhi prinsip
kemutakhiran dan keterkaitan dengan masalah penelitian.
4) Apabila menggunakan literatur dengan beberapa edisi, maka yang digunakan adalah buku
yang edisi terbaru, sedangkan apabila referensi sudah tidak diterbitkan lagi, maka
referensi yang digunakan adalah yang terbitan terakhir. Untuk yang menggunakan jurnal
internasional maupun jurnal nasional sebagai referensi, pembatasan tahun penerbitan
tidak berlaku.
5) Semakin banyaknya sumber bacaan membuat kualitas penelitian semakin baik, terlebih
sumber bacaan yang terdiri atas teks book atau sumber lainnya misal dari jurnal, koran,
artikel dari majalah, internet dan yang lainnya.
6) Podoman kerangka teori tersebut berlaku untuk jenis penelitian apapun.
7) Teori bukanlah sebuah pendapat pribadi (kecuali pendapat itu telah tertulis dalam buku).
8) Untuk penelitian korelasional, pada bagian akhir kerangka teori disajikan model teori,
model konsep (jika diperlukan) dan model hipotesis pada subbab tersendiri, sedangkan
untuk penelitian studi kasus cukup dengan menyusun model teori dan juga memberikan
keterangan.

B. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah suatu dasar pemikiran yang mencakup penggabungan antara teori,
fakta, observasi, serta kajian pustaka, yang nantinya dijadikan landasan dalam melakukan
menulis karya tulis ilmiah. Karena menjadi dasar, kerangka berpikir ini dibuat ketika akan
memaparkan konsep-konsep dari penelitian.

Kerangka berpikir juga bisa dibilang sebagai visualisasi dalam bentuk bagan yang saling
terhubung. Dengan bagan itu dapat dikatakan bahwa kerangka berpikir adalah suatu alur logika
yang berjalan di dalam suatu penelitian. Namun, kerangka berpikir ilmiah juga bisa dibuat dalam
bentuk poin-poin yang sesuai dengan variabel. Adapun variabel terbagi menjadi dua yaitu
variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independent). Jadi secara umum contoh kerangka
berpikir adalah alur dari suatu permasalahan yang ingin dipaparkan di dalam karya tulis ilmiah.
Mulai dari awal hingga akhir.
Pengertian Kerangka Berpikir Menurut Para Ahli

 Sugiyono mengatakan bahwa kerangka berpikir adalah suatu model konseptual yang
digunakan sebagai landasan teori yang terkait dengan faktor-faktor dalam penelitian.
Menurutnya, suatu penelitian membutuhkan kerangka berpikir agar bisa menjelaskan
secara teoritis, dan dapat menjelaskan alasan adanya hubungan antara variabel.
 Menurut Sapto Haryoko, kerangka berpikir adalah suatu penelitian yang menggunakan
dua variabel atau lebih dalam prakteknya. Sehingga kerangka berpikir itu berisi mengenai
variabel-variabel yang akan dibahas di dalam penelitian. Variabel iu lantas dijelaskan di
dalam tulisan.
 Menurut Polancik, kerangka pemikiran adalah suatu diagram yang dijadikan sebagai
gambaran alur logika dari tema yang akan ditulis dalam penelitian. Dari diagram itu akan
terlihat hubungan-hubungan dari variabel. Kerangka berpikir menurut Polancik dituliskan
berdasarkan rumusan masalah pada penelitian atau pertanyaan pada penelitian.
Pertanyaan-pertanyaan itu yang nantinya dijadikan penghubung antar konsep.
 Suriasoemantri mengatakan bahwa kerangka berpikir adalah penjelasan untuk
memaparkan menyusun semua gejala yang ada di dalam suatu penelitian untuk
diselesaikan sesuai kriteria yang telah dibuat.

Cara Membuat Kerangka Berpikir

Ada beberapa tahapan yang bisa digunakan sebagai acuan untuk merumuskan kerangka berpikir.
tahapan itu antara lain

1) Mengidentifikasi Variabel Penelitian

Tahap pertama dalam pembuatan kerangka berpikir penelitian adalah mencari variabel dari
penelitian. Variabel sendiri merupakan suatu pengelompokan terhadap dua atau lebih atribut di
dalam penelitian. Atribut dalam konteks ini maksudnya seperti usia objek penelitian, wilayah,
tingkat pendidikan, dan lain sebagainya.

Bagi para mahasiswa yang baru pertama kali menyusun penelitian, maka variabel bisa dilihat
dari judul, sebab judul akan selalu memuat variabel penelitian.

2) Mencari Hubungan Antar Variabel

Setelah variabel diketahui, tahap selanjutnya adalh mencari tahu hubungan antar variabel di
dalam penelitian. Seperti yang telah dijelaskan bahwa setiap penelitian akan selalu memuat
minimal dua variabel yang saling berkaitan.

Variabel itu harus saling berhubungan agar bisa mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan.
Hubungan antar variabel dapat ditentukan sesuai dengan hubungan langsung yang ada di
lapangan.
3) Mencari Literatur

Setelah variabel diidentifikasi dan saling berkaitan, selanjutnya adalah mencari literatur dan
referensi yang terbukti hasilnya relevan agar topik yang akan diangkat semakin kuat.

Literatur atau referensi yang diambil bisa dalam berbagai macam bentuk seperti buku, jurnal
ilmiah, hasil wawancara, laporan pemerintah, sampai hasil wawancara.

Dari situ literatur dibaca dan dipahami apakah sudah sesuai dengan konsep dari penelitian yang
akan dilakukan.

4) Membahas Teori

Setelah literatur ditemukan dan dinilai sesuai dengan penelitian, selanjutnya adalah membuat
argumen yang bersifat teoritis. Maksudnya adalah memaparkan pendapatnya yang logis dan kuat
sesuai dengan data-data literatur yang telah dibaca sebelumnya.

Seperti diketahui, suatu penelitian harus menggunakan teori untuk dapat menguatkan topik dari
penelitian. Selain itu, teori juga digunakan supaya pendapat dari penulis bisa kuat dan tidak
terkesan asal bicara. Sebab salah satu ciri khas dari penelitian adalah bisa
dipertanggungjawabkan dan tidak asal-asalan. Dengan ada landasan teori yang kuat, maka
penelitian pun juga akan semakin meyakinkan.

5) Membuat Kesimpulan

Setelah semua topik dan variabel dibahas dengan menggunakan literatur yang telah dipilih,
selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan terkait dengan topik yang akan dibahas.
Kesimpulan itu menjelaskan bahwa topik memiliki landasan yang kuat untuk dibahas lebih
lanjut. Kesimpulan sebisa mungkin ditulis dengan singkat, padat, dan menjelaskan. Usahakan
untuk hindari penjelasan yang berputar-putar atau bertele-tele.

6) Membuat Gambaran Kerangka Berpikir

Setelah semuanya sudah tersusun sesuai dengan tujuan penelitian selanjutnya adalah
menggambarkan kerangka berpikir sesuai dengan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya.
Umumnya, kerangka berpikir berupa diagram atau bagan.

Dari visualisasi mengalir tersebut dapat dilihat bahwa setiap variabel memiliki hubungan yang
saling terkait dan memaparkan teori yang menguatkan topik yang dipilih.
Macam-macam Kerangka Berpikir

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah jenis kerangka berpikir yang digunakan untuk menguraikan teori yang
digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan peristiwa yang ada di dalam penelitian.

2. Kerangka Operasional

Kerangka operasional adalah kerangka berpikir yang digunakan untuk menjelaskan variabel yang
dipilih sesuai dengan topik penelitian. Kerangka jenis ini digunakan untuk memaparkan
hubungan antar variabel.

3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah jenis kerangka yang menjelaskan alur pemikiran terkait satu konsep
dengan konsep lainnya untuk memberikan gambaran asumsi terkait dengan variabel yang diteliti.
Kerangka konseptual cocok digunakan untuk asumsi teoritis.

Manfaat Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir memiliki manfaat di dalam sebuah penelitian. Di antaranya adalah:

 Membantu peneliti untuk menguji rumusan masalah dalam penelitian sehingga lebih
mudah untuk diambil kesimpulannya.
 Menghubungkan setiap bagian pada penelitian.
 Membuat penelitian konteksnya menjadi lebih luas lagi cakupannya.
 Membantu peneliti untuk menemukan konsep yang digunakan untuk menguraikan
masalah penelitian di lapangan.
 Memberikan batasan terhadap penelitian.
 Memberikan gambaran kepada pembaca terkait metode-metode yang digunakan.
 Mempermudah pemeriksaan karya ilmiah. Karena gambaran dari penelitian sudah
dipaparkan di bagian ini.

C. Pengujian Hipotesis

Pengertian Hipotesis

Secara etimologis, hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu : hypo dan thesis. Hypo
berarti kurang dan thesis adalah teori atau pendapat. Jadi, Hipotesis adalah pernyataan atau
dugaan yang bersifat sementara atas suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah
sehingga harus diuji secara empiris. Dalam sebuah penelitian, hipotesis merupakan pedoman
atau petunjuk (guide) karena data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan
variabel-variabel yang dinyatakan dalam hipotesis tersebut. Dengan hipotesis, penelitian menjadi
jelas arah pengujian data, dengan kata lain hipotesis membimbing peneliti dalam melaksanakan
penelitian di lapangan baik sebagai objek pengujian maupun dalam pengumpulan data.

Dalam mendesain dan mengkonstruksikan hipotesis, peneliti membutuhkan sumber-


sumber inspirasi yang dapat membantu dan memberi warna hipotesis yang dibangunnya. Dalam
penelitian kuantitatif, sumber-sumber hipotesis yang digunakan adalah teori-teori yang
digunakan dalam penelitian, teori tersebut diperoleh dari studi kepustakaan. Selain teori-teori
sebagai sumber inspirasi hipotesis, peneliti juga dapat menggunakan pengalaman-pengalaman
empiris yang dibangun berdasarkan pengamatan-pengamatan yang sistematis melalui penelitian
eksploratif atau bahan-bahan eksploratif yang dibuat oleh orang lain sebagai sumber lain
hipotesis penelitian.

Ciri-Ciri Hipotesis yang Baik

Suatu hipotesis dianggap baik apabila memenuhi beberapa kriteria atau syarat seperti berikut :

a. Hipotesis harus menyatakan hubungan, artinya bahwa hipotesis merupakan pernyataan


atau dugaan tentang hubungan antarvariabel. Hipotesis mengandung dua atau lebih
variabel yang dapat diukur ataupun secara potensial dapat diukur.
b. Hipotesis dinyatakan dalam bentuk kalimat atau statement yaitu, pernyataan tentang sifat
atau keadaan hubungan dua variabel atau lebih yang akan diteliti.
c. Acuan empiris yang ditentukan secara tegas, artinya hipotesis tidak dapat melepaskan diri
dari jangkauan konsep yang telah didefenisikan . Oleh karena itu, dalam perumusan
hipotesis peneliti harus dapat menegaskan makna dari kumpulan gejala empiris yang
bersangkutan dengan pemantulan kembali makna teori-teori yang dipergunakan dalam
konsep penelitian.
d. Hipotesis harus sesuai dengan ilmu, tumbuh dengan ilmu pengetahuan, ini berarti bahwa
hipotesis harus ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan dan berada dalam bidang
penelitian yang sedang dilakukan.
e. Hipotesis harus dapat diuji, artinya hipotesis harus dapat dibuktikan baik secara nalar
kekuatan dapat memberi alasan ataupun dengan menggunakan alat-alat uji statistik.
f. Hipotesis harus sederhana dan tidak menggunakan bahasa yang ambigu, artinya harus
dinyatakan dalam bentuk spesifik atau khas untuk menghindari terjadinya
kesalahpahaman pengertian.
g. Hipotesis harus dapat menerangkan fakta, artinya hipotesis harus dinyatakan dalam
bentuk yang menerangkan hubungan fakta-fakta yang ada dan dapat diukur dengan
teknik pengujian yang dapat dikuasai.
Jenis-jenis Hipotesis

Dalam peneitian kuantitatif dan dalam ilmu statistik, ada berbagai jenis hipotesis sesuai dengan
kriteria-kriteria yang menyertainya. Namun dalam hal ini hanya dibahas jenis hipotesis yang
paling sering digunakan dalam penelitian kuantitatif.

Berdasarkan atas uji statistiknya, hipotesis dibedakan menjadi tiga, masing-masing akan
dijelaskan sebagai berikut :

Hipotesis Nol (H0). Hipotesis ini sering juga disebut dengan hipotesis statistik. Hipotesis ini
memiliki bentuk dasar atau memiliki statement yang menyatakan “tidak ada hubungan antara
variabel X dan Y” yang akan diteiti, atau “variabel independen (X) tidak mempengaruhi variabel
dependen (Y). Hipotesis nol dibuat dengan kemungkinan besar untuk ditolak, ini berarti apabila
terbukti bahwa hipotesis nol tidak benar dalam arti hiotesis itu ditolak, maka disimpulkan bahwa
ada hubungan antara variabel X dan variabel Y.

Hipotesis Alternatif (Ha). Hipotesis ini menyatakan “ada hubungan antara variabel X dan Y”
atau “variabel independent (X) mempengaruhi variabel dependent (Y). Hipotesis ini disiapkan
untuk suatu kecenderungan menerima pernyataan atau statement atau kebenaran dari sebuah
hipotesis.

Hipotesis Kerja (Hk) adalah hipotesis spesifik yang dibangun berdasarkan masalah-masalah
khusus yang akan diuji. Hipotesis Hk digunakan untuk mempertegas hipotesis Ho atau Ha dalam
pernyataan yang lebih spesifik pada indikator (parameter) tertentu dari variabel yang
dihipotesiskan. Contoh : pada Ho yang berbunyi ‘Tidak ada hubungan antara mobilitas sosial
dengan pandangan politik masyarakat”, maka hipotesis kerja dapat disusun dengan pernyataan
seperti berikut “Tidak ada hubungan antara perubahan status pekerjaan dengan pandangan politik
seseorang”. Artinya, hipotesis kerja ini lebih menspesifikkan hipotesis yang ada. (Mobilitas
sosial diubah menjadi perubahan status pekerjaan, masyarakat diubah menjadi seseorang).

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan yaitu
keputusan dalam menerima atau menolak hipotesis. Dalam pengujian hipotesis, keputusan yang
dibuat mengandung ketidakpastian, artinya keputusan bisa benar dan bisa salah. dalam menguji
hipotesis ada beberapa langkah yang harus dilkukan yang dikenal dengan prosedur pengujian
hipotesis, yaitu sebagai berikut :

a. Menentukan formulasi hipotesisnya.


 Hipotesis nol (Ho) “tidak ada hubungan antara variabel X dan Y”.
 Hipotesis alternatif (Ha) “ada hubungan antara variabel X dan Y”.
b. Menentukan taraf nyata dan nilai tabel.
Taraf nyata adalah batas toleransi dalam menerima kesalahan dari hasil hipotesis
terhadap nilai parameter populasinya. Taraf nyata dilambangkan dengan α (baca : alfa).
Besaran yang sering digunakan untuk menentukan taraf nyata (dinyatakan dalam %)
adalah 1 %, 5 % dan 10 %. Semakin tinggi taraf nyata yang digunakan, semakin tinggi
pula penolakan hipotesis nol (Ho) atau hipotesis yang duji. Besarnya nilai α tergantung
pada keberanian pembuat keputusan yang dalam hal ini berapa besarnya kesalahan (yang
menyebabkan resiko) yang akan ditolerir.
c. Menentukan kriteria pengujian, yaitu pembuatan keputusan dalam hal menerima atau
menolak hipotesis nol (Ho) dengan cara membandingkan nilai kritis (nilai α tabel dari
distribusinya) dengan nilai uji statistiknya sesuai dengan bentuk bentuk pengujiannya.
Yang dimaksud dengan bentuk pengujian adalah sisi atau arah pengujiannya.
 Penerimaan Ho terjadi jika nilai uji statistiknya lebih kecil daripada nilai positif
dari α tabel atau lebih besar daripada nilai negatif dari α tabel. Atau nilai uji
statistik berada di luar niai kritis.
 Penolakan Ho terjadi jika nilai uji statistiknya lebi besar daripada nilai positif α
tabel atau lebih kecil daripada niai negatif α tabel. Atau nilai uji statistik berada
dalam nilai kritis.
d. Melakukan uji statistik, merupakan rumus-rumus yang berhubungan dengan distribusi
tertentu dalam pengujian statistik seperti uji t, uji Z, uji Chi square, dan lain-lain.
e. Membuat kesimpulan, pembuatan kesimpulan ini merupakan penetapaan keputusan
dalam hal penerimaan atau penolakan hipotesis nol sesuai dengan kriteria pengujian.
Pembuatan kesimpulan dilakukan setelah membandingkan nilai uji statistik dengan nilai
α tabel atau nilai kritis.

Jenis-jenis Pengujian Hipotesis.

Jenis-jenis pengujian hipotesis dapat dibedakan atas beberapa jenis berdasarkan kriteria yang
mengikutinya, namun dalam hal ini hanya dibahas 2 (dua) jenis pengujian hipotesis yang
umumnya sering digunakan yaitu : pengujian dengan Chi Square atau Chi kuadrat berdasarkan
jenis distribusinya dan pengujian dengan uji hubungan atau korelasi berdasarkan tingkat
eksplanasinya, masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut :

Pengujian hipotesis dengan Chi square (chi kuadarat) adalah pengujian hipotesis yang
menggunakan distribusi chi kuadarat sebagai uji statistik. Tabel pengujiannya disebut dengan
tabel chi kuadrat. Hasil uji statistik ini kemudian dibandingkan dengan nilai dalam tabel untuk
menerima atau menolak hipotesis (nol) yang dikemukakan. Di dalam teknik ini, terdapat dua
kelompok frekuensi yaitu frekuensi hasil pengamatan dan frekuensi yang diharapkan. Frekuensi
pengamatan merupakan data yang diperoleh dari objek penelitian, sedangkan frekuensi yang
diharapkan adalah frekuensi.
BAB III

PENUTUPAN

Kesimpulan

Teori sejatinya dirumuskan untuk mampu menjelaskan, memprediksi dan memahami fenomena
kasus dalam objek penelitian yang diambil. Tentusaja hal ini dilakukan guna membantah dan
memperluas pengetahuan yang ada dalam batas-batas asumsi jawaban keterkaitan dengan topik
penelitian. secara umum contoh kerangka berpikir adalah alur dari suatu permasalahan yang
ingin dipaparkan di dalam karya tulis ilmiah. Mulai dari awal hingga akhir. Pengujian hipotesis
adalah pengujian terhadap suatu pernyataan dengan menggunakan metode statistik sehingga hasil
pengujian tersebut dapat dinyatakan signifikan secara statistik. Dengan melakukan pengujian
statistik terhadap hipotesis kita dapat memutuskan apakah hipotesis dapat diterima (data tidak
memberikan bukti untuk menolak hipotesis) atau ditolak (data memberikan bukti untuk menolak
hipotesis).

DAFTAR PUSTAKA

https://penelitianilmiah.com/landasan-teori/

http://digilib.unimed.ac.id/4694/8/8.%20MARIA%20SIMBOLON%20NIM
%202113340029%20BAB%20II.pdf

https://penerbitdeepublish.com/kerangka-berpikir/

https://www.rumusstatistik.com/2019/05/pengujian-hipotesis.html

http://www.ledhyane.lecture.ub.ac.id/files/2013/07/PENGUJIAN-HIPOTESIS1.pdf

https://www.sampoernauniversity.ac.id/id/contoh-kerangka-berpikir/

Anda mungkin juga menyukai